BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SEMANTIK, MAKNA, VERBA KAKERU DAN POLISEMI 2.1 Studi Semantik 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu kebahasaan. Dalam bahasa Indonesia, semantik merupakan cabang linguistik yang mengkaji makna. Kridalaksana (2008:216) mengemukakan dua pengertian tentang semantik: 1. Bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dan struktur makna dalam suatu wacana. 2. Sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Makna suatu kata mengalami perkembangan karena dipengaruhi oleh konteks atau situasi dalam kalimatnya. Menurut Sutedi (2009:111) semantik (imiron / 意味論) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku / 言語学) yang mengkaji tentang makna. Dalam semantik terdapat objek kajian semantik antara lain : 1. Makna kata (go no imi) yaitu komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang, baru akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam komunikasi tersebut makna atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh lawan bicara. 2. Relasi makna antar satu kata dengan kata lainnya (go no imi kankei) yaitu hasilnya dapat dijadikan bahan untuk menyusun kelompok kata berdasarkan kategori tertentu.
3. Makna frase (ku no imi) yaitu dalam bahasa Jepang ada frase yang hanya bermakna leksikal saja, ada frase yang bermakna idiomatikal saja, dan ada yang bermakna kedua-duanya. 4. Makna kalimat (bun no imi) yaitu suatu kalimat ditentukan oleh makna setiap kata dan strukturnya.
2.1.2 Relasi Makna Pada penelitian ini penulis akan menganalisis objek kajian dalam relasi makna. Menurut Yayat Sudaryat (2008: 35-45), mengemukakan istilah relasi makna atau relasi leksikal adalah bermacam-macam hubungan makna yang terdapat pada sebuah kata atau leksem. Makna kata-kata itu membentuk pola tersendiri yakani pola tautan semantik atau relasi leksikal. Tautan antara kata-kata itu berwujud sinonim, antonimi, homonimi, polisemi, hiponimi, dan akronimi. Perwujudan tautan makna itu dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1) Relasi antara bentuk leksikal dan makna leksikal yang melibatkan sinonim dan polisemi. (a) Sinonim adalah lebih dari satu bentuk bertalian dengan satu makna. (b) Polisemi adalah bentuk yang sama memiliki lebih dari satu makna yang bertautan. 2) Relasi antara dua makna yang melibatkan antonim dan hiponim. (a) Antonim adalah posisi sebuah makna diluar makna yang lain. (b) Hiponim adalah cakupan makna dalam sebuah makna yang lain. 3) Relasi antara dua bentuk yang melibatkan homonim dan homofon. (a)
Homonim adalah satu bentuk mengacu dua referen yang berlainan.
(b)
Homofon adalah satu bunyi mengacu dua bentuk dan dua referen yang berlainan.
4) Relasi antara bentuk-bentuk yang melibatkan akronim, singkatan, reduksi, dan haplologi. (a) Akronim adalah kata yang berupa gabungan huruf atau suku yang diucapkan sebagai kata yang wajar. (b) Singkatan
adalah
kata
yang
berupa
gabungan
huruf-huruf
sebagai
kependekan dari ujaran. (c) Reduksi adalah berupa pemendekan atau pemenggalan sebagian fonem atau suku kata. (d) Haplologi adalah yang berupa gabungan kata-kata yang kehilangan fonemfonem karena bersamaan dan berurutan.
2.1.3 Kajian Semantik Tentang Makna Teori yang telah dikembangkan oleh pakar filsafat dan linguistik sekitar konsep makna dalam studi semantik. Pada dasarnya para filsuf dan linguis mempersoalkan makna dalam bentuk hubungan antara bahasa (ujaran), pikiran, dan realitas di alam. Lahirlah teori tentang makna yang berkisar pada hubungan antara ujaran, pikiran, realitas di dunia nyata. Menurut Parera (2004: 46) secara umum teori makna dapat dibedakan atas:
1. Teori referensial / korespodensi Dalam teori yang dikemukakan oleh Ogden dan Richard ini, merujuk pada segi tiga makna sebagai hubungan antara reference dan referent yang dinyatakan lewat simbol bunyi bahasa baik berupa kata maupun frase atau kalimat. Simbol
bahasa dan rujukan atau referent tidak mempunyai hubungan secara langsung. Hingga teori ini ditempatkan dalam hubungan klausal dengan simbol dan referen sedangkan antara simbol dan referen terdapat hubungan buntung. 2. Teori kontekstual Makna sebagai sebuah kata terikat pada lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu. Teori kontekstual sejalan dengan teori relativisme dalam pendekatan semantik bandingan antarbahasa. Teori kontekstual mengisyaratkan bahwa suatu kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks. Walaupun demikian, ada pakar semantik yang berpendapat bahwa setiap kata mempunyai makna dasar atau primer yang terlepas dari konteks situasi. Kedua kata itu baru mendapatkan makna sekunder sesuai dengan konteks situasi. Dalam kenyataannya, kata itu tidak terlepas dari konteks pemakaiannya. 3. Teori mentalisme / konseptual Teori yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure, menganjurkan studi bahasa secara sinkronis dan membedakan analisis bahasa atas la parole, la langue, dan la langage secara tidak nyata telah memelopori teori makna yang bersifat mentalistik. Dalam teori ini ia menghubungkan bentuk bahasa lahiriah (la parole) dihubungkan dengan konsep atau citra mental penuturnya (la langue). Misalnya, mereka mengatakan bahwa kuda terbang adalah salah satu citra mental penuturnya walaupun secara nyata, hal tersebut tidak ada. 4. Teori formalisme / pemakaian dari makna Teori ini dikembangkan oleh filsuf Jerman Wittgenstein. Beliau berpendapat bahwa kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks karna konteks itu selalu berubah dari waktu ke waktu. Sehingga dari teori ini terciptalah
potsulat tentang makna yaitu makna sebuah ujaran ditentukan oleh pemakaiannya dalam masyarakat bahasa. Salah satu kelemahan dari teori ini adalah penentuan tentang konsep “pemakaian” yang tepat. Sehingga mungkin teori ini menjadi pragmatik dalam penggunaan bahasa. Dari keempat teori tersebut, yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas oleh penulis adalah teori kontekstual. Teori kontekstual mengisyaratkan bahwa sebuah kata/ simbol ujaran tidak mempunyai makna jika terlepas dari konteks. Teori makna kontekstual yang dikembangkan oleh Wittgenstein menegaskan bahwa makna suatu kata dipengaruhi oleh empat konteks, yaitu: 1. konteks kebahasaan adalah berkaitan dengan struktur kata dalam kalimat yang dapat menentukan makna yang berbeda. 2. konteks emosional adalah dapat menentukan makna kata dan strukturnya dari segi kuat dan lemahnya muatan emosional. 3. konteks situasi dan kondisi adalah situasi eksternal yang membuat suatu kata berubah maknanya karena adanya perubahan situasi. 4.
konteks sosio-kultural adalah nilai-nilai sosial dan kultural yang mengitari kata yang menjadikannya mempunyai maknayang berbeda dari makna leksikalnya. Chaer (1994:290) mengungkapkan bahwa makna kontekstual adalah “makna
sebuah leksem atau kata yang berada di dalam konteks. Makna konteks juga dapat berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, lingkungan, penggunaan leksem tersebut”. Beliau juga berpendapat bahwa makna kontekstual mengandung 2 arti, yaitu: (1) makna penggunaan sebuah kata (gabungan kata) dalam konteks kalimat tertentu; (2) makna keseluruhan kalimat (ujaran) dalam konteks situasi tertentu (1995:81). Kemudian Sarwiji (2008:71) memaparkan bahwa “makna kontekstual (contextual meaning; situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara
ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai”. Beliau juga berpendapat bahwa makna “kontekstual adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya” (2008:72). Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa makna kontekstual dapat diartikan sebagai makna kata atau leksem yang berada pada suatu uraian atau kalimat yang dipengaruh oleh situasi, tempat, waktu, lingkungan penggunaan kata tersebut.
2.2 Konsep Verba Kakeru Verba kakeru ada yang termasuk ichidandoushi dan ada pula yang termasuk ke dalam godandoushi, yaitu verba akar katanya berakhiran dengan konsonan (Takahashi 2003: 280). Verba kakeru yang termasuk dalam godandoushi adalah verba intransitif yang dilambangkan dengan karakter kanji 翔. Sedangkan verba kakeru yang termasuk ke dalam ichidandoushi adalah verba kakeru yang dilambangkan dengan karakter 欠, 駆, 駈, 掛, 架, 懸, dan 賭. Verba kakeru yang dilambangkan dengan karakter 欠 , 駆 , dan 駈 adalah verba yang tidak memerlukan objek (intansitif). Sedangkan verba kakeru yang dilambangkan dengan karakter 掛, 架, 懸, dan 賭 adalah verba yang memerlukan objek (transitif) yang juga sering ditulis dengan huruf hiragana saja. Verba transitif kakeru ini juga dapat menyatakan berbagai aktivitas yang aktivitas tersebut dapat dilambangkan oleh salah satu atau lebih dari karakter kanji 掛, 架, 懸, dan 賭. Menurut Kenji Morioka (1993: 303) verba kakeru dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu (1) verba kakeru yang dilambangkan dengan kanji 掛; (2) verba kakeru yang dilambangkan dengan kanji 係 dan 掛; (3) verba kakeru yang dilambangkan dengan kanji 賭. Sedangkan menurut Yoshiyuki Morita (1989: 288), verba kakeru
sebagai verba transitif dan verba intransitif, kakaru yang ditulis dengan kanji 掛, 係, 懸, dan 罹 dijelaskan sebagai verba yang menunjukkan ‘aktivitas untuk membuat sesuatu yang tidak stabil jika berdiri sendiri, menjadi stabil dengan menghubungkannya ke benda lain sebagai tumpuannya’.
2.3 Makna Verba Kakeru Menurut Moriyama (2012: 138-148), penjelasan mengenai verba kakeru adalah sebagai berikut : 0. 上から置いて留める。Ue kara oitetomeru (hang (something) ), yang artinya menggantung. Contoh : •
かばんをフックに掛ける。 Kaban wo fukku ni kakeru.. Menggantungkan tas di cangkuk.
•
上着をハンガに掛ける。 Uwagi wo hanga ni kakeru. Menggantungkan baju di gantungan baju.
•
メダルを首にかける。 Medaru wo kubi ni kakeru. Mengalungkan medali di leher.
1. 留 め て 固 定 す る 。 Tomete koteisuru (fasten, lock, place on), yang artinya mengencangkan.
?
留めて動かないように固定する場合。Tomete ugokanai youni koteisurubaai. (Jika bermakna mengencangkan agar tidak bergerak dan kencang). Contoh : •
ドアに鍵を掛ける。 Doa ni kagi wo kakeru. Mengunci pintu.
•
壁に絵を掛ける。 Kabe ni e wo kakeru. Memasang lukisan di dinding.
•
眼鏡をかける。 Megane wo kakeru. Memakai kacamata.
•
上着のボタンを掛ける。 Uwagi no botan wo kakeru. Mengancingkan kancing mantel.
1a)
心などに留める。Kokoro nado ni tomeru ( keep (in one’s mind/ etc) ) yang artinya mengingat.
?
ある場所に物を留めて動かなくするように、心に留めて忘 れないようにするから。 Aru basho ni mono wo tomete ugokanakusuru youni, kokoro ni tomete
wasurenai
youni
suru
kara.
(berasal
dari
pengertian
mengingat/menempatkan sesuatu hal di dalam hati agar tidak lupa). Contoh : •
子供の将来を気にかける。
Kodomo no shourai wo ki ni kakeru. Memikirkan masa depan anak-anak. •
節電を心に掛ける。 Setsuden wo kokoro ni kakeru. Memikirkan penghematan listrik.
•
友達を目に掛ける。 Tomodachi wo me ni kakeru. Menolong teman.
2. 圧 力 を 加 え る 。 Atsuryoku wo kuwaeru (apply pressure), yang berarti menambahkan tekanan. ?
上から置くだけでなく、圧力を加える場合。 Ue kara oku dake de naku, atsuryoku wo kuwaerubaai. Jika bermakna menambahkan tekanan, yang tidak hanya berasal dari arah atas. Contoh : •
椅子に腰を掛ける。 Isu ni koshi wo kakeru. Duduk di kursi.
•
右足に体重を掛ける。 Migiashi ni taijuu wo kakeru. Menahan bobot badan pada kaki kanan.
•
電圧をかける。 Denatsu wo kakeru.
Memberi tegangan listrik. •
外国に圧力をかける。 Gaikoku ni atsuryoku wo kakeru. Memberi tekanan kepada negara asing.
2a)
お金.時間などを投入する。Okane, jikan nado wo tounyuusuru (spend (time/ money/etc)), yang artinya menghabiskan waktu,uang dan lainnya.
?
圧力を加えるように、お金.時間などを投入するから。 Atsuryoku wo kuwaeru youni, okane, jikan nado wo tounyuusuru kara. Berasal dari pengertian untuk memberikan penekanan pada kegiatan menghabiskan uang, waktu dan lainnya. Contoh : •
服にお金をかける。 Fuku ni okane wo kakeru. Menghabiskan uang untuk pakaian.
•
準備に時間をかける。 Junbi ni jikan wo kakeru. Menghabiskan waktu untuk persiapan.
•
命を懸けて、恋をする。 Inochi wo kakete, koi wo suru. Mencintai dengan mempertaruhkan nyawa.
•
競馬で一番人気の馬に全財産を賭けた。 Keiba de ichiban ninki no uma ni zenzaisan wo kaketa.
Menghabiskan seluruh harta untuk kuda yang paling populer pada pacuan kuda. •
この仕事に人生をかける。 Kono shigoto ni jinsei wo kakeru. Menggantungkan hidup dari pekerjaan ini.
2b)
期待.願いを加える。Kitai, negai wo kuwaeru ( place (expectation/hope) on), yang artinya menambah permohonan, harapan.
?
圧力を加えるように、気持ちを加えるから。 Atsuryoku wo kuwaeru youni, kimochi wo kuwaeru kara. Berasal dari pengertian menambahkan perasaan untuk lebih menekankan. Contoh : •
子供に期待をかける。 Kodomo ni kitai wo kakeru. Menggantungkan harapan kepada anak-anak.
•
星に願いをかけると、かなえられると言われている。 Hoshi ni negai wo kakeruto, kanaerareruto iwareteiru. Katanya kalau memohon kepada bintang akan terkabul.
•
神仏に願をかける。 Shinbutsu ni gan wo kakeru. Berharap kepada Tuhan.
2c)
掛け算をする。Kakezan wo suru (multiply (numbers)), yang artinya mengalikan angka.
?
上から置くように、その数を重ねるから。 Ue kara oku youni, sono kazu wo kasaneru kara. (Berasal dari pengertian menggandakan angka tersebut seperti meletakkannya dari atas). Contoh : •
2に3をかけると、6になる。 Ni ni san wo kakeruto, roku ni naru. Dua kali tiga adalah enam.
2d.)
性質などを加える。Seishitsu nado wo kuwaeru (apply (a certain attribute/etc.)), yang berarti menambahkan sifat.
?
力を加えて性質などを付け加えるから。 Chikara wo kuwaete seishitsu nado wo tsukekuwaeru kara. Berasal dari pengertian menambahkan tenaga, menambahkan sifat dan lainnya. Contoh : •
ボールに回転/スピンをかける。 Booru ni kaiten/supin wo kakeru. Memutar bola.
•
ゴールまえでスーパトをかける。 Gooru mae de suupato wo kakeru. Menambahkan kecepatan sebelum tiba di tujuan.
3. 縄などで捕まえる。Nawa nado de tsukamaeru (bind/ tie (with a rope/etc.)), yang artinya menangkap dengan tali dan lainnya.
?
上から置くように、縄など首や手に留めて動けなくするから。 Ue kaea oku youni, nawa nado kubi ya te ni tomete ugokenakusuru kara. Berasal dari pengertian mengencangkan tangan dan leher dengan tali dan lainnya yang dipasangkan dari atas, membuat menjadi tidak dapat bergerak. Contoh : •
馬の首に縄をかける。 Uma no kubi ni nawa wo kakeru. Mengikatkan tali di leher kuda.
•
犯人に手錠をかける。 Hannin ni tejou wo kakeru. Memborgol penjahat.
3a)
罠などにはめる.だます。Wana nado ni hameru, damasu (catch ( in a trap), trick (with a ruse)), yang artinya memasang perangkap. Menipu.
?
縄をかけたりして罠にかけるから。 Nawa wo kaketarishite wana ni kakeru kara.(Berasal dari pengertian menjebak dengan memasang tali). Contoh : •
兎を罠にかける。 Usagi wo wana ni kakeru. Menjebak kelinci.
•
フェイントをかける。 Feinto wo kakeru. Memasang tipuan.
4. 長い物を置いてつなぐ。Nagai mono wo oite tsunagu (span (an area) with (something long)), yang berarti meletakkan dan menyambungkan benda panjang. ?
長い物の先を向こう側に置いてつなぐから。 Nagaimono no saki wo mukou gawa ni oite tsunagu kara. Berasal dari pengertian meletakkan/menempatkan ujung benda panjang di sisi benda lain untuk menyambungkannya. Contoh : •
丸太で川に橋を架ける。 Maruta de kawa ni hashi wo kakeru. Memasang jembatan di sungai dengan balok.
•
道に歩道橋を架ける。 Michi ni hodoukyou wo kakeru. Memasang jembatan penyeberangan di jalan.
•
この木は春から夏にかけて花を咲かせる。 Kono ki wa haru kara natsu ni kakete hana wo sakaseru. Pohon ini berbunga mulai dari musim semi sampai musim panas.
4a)
長い物を巻く。Nagai mono wo maku (wrap (with something long)), yang berarti membungkus benda panjang.
?
特にリボン.ひもを箱などの向こう側まで伸ばして固定 させる。 Tokuni ribon, himo wo hako nado no mukou gawa made nobashite koteisaseru.
Memasangkan tali, khususnya pita sampai ke sisi ujung suatu kotak. Contoh : •
プレゼントにリボンをかける。 Purezento ni ribon wo kakeru. Mengikatkan pita di hadiah.
•
小包にひもをかける。 Kodzutsumi ni himo wo kakeru. Mengikatkan tali di bingkisan.
4b.)
似た言葉に関連づける。Nita kotoba ni kanrendzukeru (make a play on words), yang berarti mengaitkan dengan kata-kata yang mirip.
?
向こう側に先を置いてつなぐように、似た言葉に関連づけるか ら。 Mukou gawa ni saki wo oite tsunagu youni, nita kotoba ni kanren dzukeru kara. Berasal dari pengertian bermain kata dengan menyambungkan kata-kata yang mirip, agar tersambung dengan meletakkan bagian awal di kata berikutnya.. Contoh : •
「長雨」を「眺め」を掛ける。
「Nagaame 」wo「 nagame」 wo kakeru. Mengaitkan kata “naga ame” dengan kata “nagame”.
5. 上から覆いかぶせる。Ue kara ooi kabuseru (cover (with something)), yang berarti menutupi dari atas. ?
物を上から置いて留めるように、カバーなどを表面に覆いかぶせ て 留 め る から。 Mono wo ue kara oite tomeru youni, kabaa nado wo hyoumen ni ooikabusete tomeru kara. Berasal dari pengertian menutup dengan kencang permukaan dengan penutup/cover dan lainnya seperti membungkus/menutupi sesuatu dari atas. Contoh : •
子供に布団を掛ける。 Kodomo ni futon wo kakeru. Menyelimuti anak-anak dengan selimut.
•
ソファにカバーを掛ける。 Sofa ni kabaa wo kakeru. Menutupkan penutup pada sofa.
5a)
物全体に液体.粉をまく。Monozentai ni ekitai, kona wo maku (cover/ sprinkle with ( a liquid)), yang berarti menabur tepung, cairan di seluruh bagian benda.
?
上から覆うように、物全体に広く液体.粉をまく。 Ue kara oou youni, monozentai ni hiroku ekitai, kona wo maku. Menaburkan tepung, cairan secara meluas ke keseluruhan suatu benda (seluruh permukaan suatu benda), seperti menutupinya dari atas. Contoh :
•
ステーキにソースをかける。 Suteeki ni soosu wo kakeru. Menyiramkan saus pada bistik.
•
サラダにドレッシング/コショウをかける。 Sarada ni doreshingu/koshou wo kakeru. Menyiramkan kuah/menaburkan merica pada selada.
•
ご飯にお茶をかけて食べる。 Gohan ni ocha wo kakete taberu. Menuangkan ocha pada nasi lalu memakannya.
•
お寺の入り口で手に水をかけて洗う。 Otera no iriguchi de te ni mizu wo kakete arau. Di pintu masuk kuil menyiram air ke tangan dan mencucinya..
5b) 人に迷惑.被害を与える。Hito ni meiwaku, higai wo ataeru (subject (someone) to (a nuisance/harm)), yang berarti memberikan kerugian, mengganggu orang. ?
上から覆いかぶせるように、迷惑を与えるから。 Ue kara ooi kabuseru youni, meiwaku wo ataeru kara. Berasal dari pengertian memberikan ganggguan, seperti menutupinya dari atas. Contoh : •
周りの人に迷惑をかける。 Mawari no hito ni meiwaku wo kakeru. Mengganggu orang sekitar.
•
親に負担をかける。
Oya ni futan wo kakeru. Membebani orangtua. •
家族に心配をかける。 Kazoku ni shinpai wo kakeru. Menimbulkan kekhawatiran keluarga.
6. (何かを始めようとして)物の上に手.足を置く。(Nanika wo toshite) mono no ue ni te, ashi wo oku) (place (one’s (something to initiate an action)), yang berarti di atas suatu benda (ketika akan melakukan ?
hajimeyou
hand/foot, etc) on meletakkan kaki, tangan
sesuatu tindakan).
何かを始めるときは、上から物を置くように、上から手.足を置 くから。 Nani ka wo hajimeru toki wa, ue kara mono wo oku youni, ue kara te, ashi wo oku kara. Berasal dari pengertian meletakkan tangan atau kaki dari arah atas, seperti meletakkan sesuatu dari atas, saat hendak memulai suatu tindakan. Contoh : •
ドアのノブに手をかける。 Doa no nobu ni te wo kakeru. Meletakkan tangan di pegangan pintu.
•
階段に片足をかける。 Kaidan ni kataashi wo kakeru. Meletakkan sebelah kaki di tangga.
6a)
足などを絡める。Ashi nado wo karameru (trap with (one’s leg, etc.)), yang berarti menjerat kaki dan lainnya
?
足などをかけて絡める。 Ashi nado wo kakete karameru. Menjerat kaki dan lainnya. Contoh : •
敵を刀にかける。 Teki wo katana ni kakeru. Membunuh musuh dengan pedang.
•
足をかけて相手を倒す。 Ashi wo kakete aite wo taosu. Menjatuhkan lawan dengan menjerat kakinya.
•
相手のまわしに手をかける。 Aite no mawashi ni te wo kakeru. Menjeratkan tangan saat gilirannya lawan.
6b)
人など動作をかける。Hito nado dousa wo kakeru (do (something towards someone)), yang artinya melakukan suatu tindakan terhadap seseorang.
?
相手に手をかけるように、相手に動作を行うから。 Aite ni te wo kakeru youni, aite ni dousa wo okonau kara. Berasal dari pengertian melakukan suatu tindakan kepada lawan, untuk menjerat lawan. Contoh : •
友達に声をかける。
Tomodachi ni koe wo kakeru. Memanggil teman. •
友達に電話をかける。 Tomodachi ni denwa wo kakeru. Menelepon teman.
•
かぼちゃに魔法をかける。 Kabocha ni mahou wo kakeru. Menyihir labu kuning.
•
敵に攻撃をかける。 Teki ni kougeki wo kakeru. Menyerang musuh.
•
敵に追い討ちをかける。 Teki ni oiuchi wo kakeru. Memukul mundur musuh.
7. 会議.裁判などで処理する。Kaigi, saiban nado de shorisuru (have (something) handled (by a meeting)), yang artinya menangani sidang rapat dan lainnya. ?
専門家のところに持って行き、そのに置いて処理を行うから。 Senmonka no tokoro ni motte iki, sono ni oite shori wo okonau kara. Berasal dari pegertian dibawa ke ahlinya, dan ditangani di tempat tersebut. Contoh : •
この問題を会議にかける。 Kono mondai wo kaigi ni kakeru. Membawa dan menangani masalah ini di dalam rapat.
•
被告を裁判にかける。 Hikoku wo saiban ni kakeru. Membawa dan mengadili terdakwa di persidangan.
•
美術品をオークションにかける。 Bijutsuhin wo ookushon ni kakeru. Membawa benda-benda seni ke pelelangan.
8. 機械を作動させる。Kikai wo sadousaseru (start up/activate (a machine)), yang artinya menyalakan mesin. ?
鍵などをかけて、機械を作動させるから。 Kagi nado wo kakete, kikai wo sadousaseru kara Berasal dari pengertian memutar kunci, kemudian menyalakan mesin. Contoh : •
エンジンをかける。 Enjin wo kakeru. Menyalakan mesin.
•
ブレーキをかける。 Bureeki wo kakeru. Mengerem.
9. 機械で表面を加工する。Kikai de hyoumen wo kakousuru (treat/process (the surface of something with a mechine)), yang artinya memproses permukaan dengan mesin. ?
機械を上から置いて、表面を加工するから。
Kikai wo ue kara oite, hyoumen wo kakousuru kara. Berasal dari pengertian meletakkan mesin dari atas, kemudian memproses permukaan benda. Contoh : •
掃除機をかける。 Soujiki wo kakeru. Menggunakan alat pengisap debu.
•
ワイシャツにアイロンをかける。 Waishatsu ni airon wo kakeru. Menyetrika kemeja.
•
髪にパーマをかける。 Kami ni paama wo kakeru. Mengkriting rambut.
2.4 Konsep Polisemi 2.4.1 Pengertian Polisemi Machida dan Momiyama dalam Sutedi (1995:108-109) menyimpulkan tiga konsep tagigo sebagai berikut : a. 複数の間に何らかの関連性がある場合です。異なる意味がありますが相互 に何らかの関係性もかんじられます。Fukusuu no ma ni nan kara no kanrensei ga aru baai desu. Kotonaru imi ga arimasu ga sougo ni nan kara no kankeisei mo kanjiraremasu. Polisemi adalah apabila diantara arti yang banyak mempunyai suatu keterkaitan makna, meskipun ada sedikit perbedaan arti tetapi saling merasakan keterkaitan satu sama lain.
b. 多義語の複数の意味は基本的なものそうでないものに区別できる。Tagigo no fukusuu no imi wa kihon tekina mono soudenai mono ni kubetsu dekiru. Kata yang memiliki banyak arti, dapat dibedakan yang mana kata dasar dan yang mana bukan kata dasar, apabila dilihat dari bentuk dasarnya. c. 一つの音形が複数の意味を持ち、その複数の意味に関連性があるものを多 義語という。Hitotsu no otokatachi ga fukusuu no imi wo mochi, sono fukusuu no imi ni kanrensei ga aru mono wo tagigo to iu. Sesuatu kata yang bunyi dan bentuknya sama dan memiliki banyak arti, meskipun memiliki banyak arti tetapi mempunyai hubungan arti yang saling berkaitan. Menurut Akimoto (2001:111) 多義語はひとつの語が二つ以上意味を持っ ていることをいう。多義語の語形と語義の関係は基本的に同じできる。Tagigo wa hitotsu no go ga futatsu ijou imi wo motteiru koto wo iu. Tagigo no gokei to gogi no kankei wa kihon teki ni onaji dekiru. Polisemi adalah satu kata yang memmiliki arti lebih dari satu. Dikatakan tagigo apabila mempunyai bentuk kata dan arti kata dasarnya saling berkaitan (mempunyai kata dasar yang sama). Parera (2004:81) mengatakan polisemi adalah suatu ujaran dalam bentuk kata yang mempunyai makna berbeda-beda, tetapi masih ada hubungan atau kaitan antara makna-makna yang berlainan. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulakn bahwa polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu atau ganda yang saling berhubungan dan berkaitan meski sedikit, baik berupa makna sebenarnya (denotasi) maupun makna kiasan (konotasi).
2.4.2
Penyebab Terjadinya Polisemi Menurut Simpson (1979: 179) dan Zgusta (1971: 61) dalam Pateda, diantara
penyebab terjadinya kata-kata yang bermakna polisemi adalah:Kecepatan melafalkan leksem, misalnya /bantuan/ dan /bantuan/. Apakah ban kepunyaan tuan atau bantuan? 1. Faktor gramatikal misalnya kata /orangtua/. Kata ini bisa bermakna ayah/ibu, atau orang yang sudah tua. 2. Faktor leksikal, yang dapat bersumber dari (i). Sebuah kata yang mengalami perubahan pemakaian dalam ujaran yang mengakibatkan munculnya makna baru. Misalnya kata makan yang biasa dihubungkan dengan kegiatan manusia atau binatang memasukkan sesuatu ke dalam perut, tetapi kini kata makan dapat digunakan pada benda tak bernyawa sehingga muncullah urutan kata makan sogok, rem tidak makan, makan angin, makan riba, dimakan api, pagar makan tanaman. (ii). Digunakan pada lingkungan/konteks yang berbeda, misalnya kata operasi, bagi seorang dokter dihubungkan dengan pekerjaan membedah bagian tubuh untuk menyelamatkan nyawa; bagi militer dikaitkan dengan kegiatan untuk melumpuhkan musuh atau mem-berantas kejahatan; dan bagi Departemen Tenaga Kerja dihubungkan dengan salah satu kegiatan yang akan atau sedang dilaksanakan. Seperti dalam kalimat: “Departemen Tenaga Kerja sedang melakukan operasi purna bhakti agar setiap perusahaan mematuhi peraturan ketenaga-kerjaan. 3. Faktor pengaruh bahasa asing, misalnya leksem /item/, kini digunakan leksem /butir/ atau /unsur/. 4. Faktor pemakai bahasa yang ingin menghemat pengguaan kata. Maksudnya dengan satu kata, pemakai bahasa dapat mengungkapkan berbagai ide atau perasaan yang terkan-dung di dalam hatinya. Seperti kata /mesin/ yang biasanya dihubungkan dengan /mesin jahit/. Manusia kemudian membutuhkan kata yang
mengacu kepada mesin yang menjalankan pesawat terbang, mobil, motor, maka muncullah urutan kata /mesin pesawat/ dan /mesin mobil/. 5.
Faktor pada bahasa itu sendiri yang terbuka untuk menerima perubahan, baik perubahan bentuk maupun perubahan makna.