BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP BIOGRAFI, SETTING BIOGRAFI THE SWORDLESS SAMURAI, SOSIOLOGI SASTRA, KEPEMIMPINAN, KARAKTER
1.3 Definisi Biografi Biografi atau riwayat hidup adalah cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain (sastrawan). Tugas penulis biografi adalah menghadirkan kembali jalan hidup seseorang berdasarkan sumber sumber atau fakta fakta yang dapat dikumpulkannya. Teknik penyusunan riwayat hidup itu biasanya kronologis: dimulai dari kelahiran, masa kanak-kanak, masa muda, dewasa, dan akhir hayatnya. Sebuah karya biografi biasanya menyangkut kehidupan tokoh tokoh penting dalam masyarakat atau tokoh tokoh sejarah (Soemardjo dan Saini K.M, 1991:22). Biografi merupakan karya sastra yang mengandung unsur fakta dalam penulisannya. Unsur fakta dalam biografi dapat terlihat dari latar dan tokoh cerita. Latar tempat dalam biografi dapat diketahui dalam kenyataan geografis. Tokoh dalam biografi merupakan para tokoh yang telah tercatat dalam sejarah. Latar dan tokoh cerita biografi dapat dikenal dalam kenyataan. Dalam penulisan biografi lebih menonjolkan unsur fakta. Tetapi unsur imajinasi atau khayali dalam penulisaanya juga masih ada. Penulis (sastrawan) berimajinasi dalam penulisan biografi untuk menyampaikan fakta-fakta yang ingin disampaikan. Sehingga jika bermacam-macam penulis (sastrawan)
15
Universitas Sumatera Utara
menyampaikan fakta dalam membuat biografi, maka menghasilkan cara penyampaian yang berbeda yang satu dengan yang lain. Dari sekian banyak karya sastra non imajinasi seperti essai, kritik, biografi, aoutobiografi, catatan harian, memoar dan sebagainya. Biografi merupakan karya sastra non imaginatif yang popular. Bentuk karya sastra ini yang paling banyak beredar karena cara penyampaiannya yang menarik. Cara penulis (sastrawan) menyampaikan fakta yang ingin diungkapkannya. Dalam biografi banyak memberikan manfaat kepada pembacanya. Manfaat berupa kisah para tokoh penting. Para tokoh yang telah mempengaruhi kehidupan masyarakat dan merubah mereka. Sehingga kita dapat mengambil setiap pelajaran dari perjalanan hidup para tokoh.
2.1.1 Unsur Instrinsik Unsur prosa terdiri dari dua unsur, yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Nurgiyantoro dalam Rokhmansyah (2014:32), menyebutkan bahwa unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur instrinsik prosa terdiri atas tema dan amanat, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang.
a. Tema dan Amanat Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar terhadap kehidupan ini. Kejadian dan
16
Universitas Sumatera Utara
perbuatan tokoh cerita, semuanya di dasari oleh ide pengarang (Soemardjo dan Saini K.M, 1991:56). Bila seorang pengarang mengemukakan hasil karyanya, sudah tentu ada sesuatu yang hendak disampaikan kepada pembacanya. Sesuatu yang menjadi persoalan atau pemikiran itulah yang disebut tema. Di sini tema tidak disampaikan begitu saja akan tetapi disampaikan melalui sebuah jalinan cerita. Kita hanya akan dapat menemukan tema sebuah cerita setelah kita membaca dan menafsirkannya. Disini tema berbeda dengan pokok cerita. Boleh dikatakan tema adalah pokok pemikiran atau pokok persoalan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui jalan cerita yang dibuatnya (Suroto, 1989:88). Amanat biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis. Amanat dibuat oleh pengarang dapat disebut juga pesan terselubung yang disampaikan oleh pengarang (Sudjiman dalam Rokhmansyah 2014:33). Berdasarkan pengertian tema yang sudah dijabarkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tema dari biografi The Swordless Samurai adalah tentang perjuangan hidup Toyotomi Hideyoshi, seorang dari kalangan rakyat jelata miskin yang berusaha dalam meraih puncak suksesnya sebagai pemimpin dan berhasil menyatukan negeri Jepang yang sudah lama berperang. Demi tercapainya visi yang mulia yaitu menjadikan negera Jepang yang damai tanpa peperangan. Sedangkan amat yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui buku biografi The Swordless Samurai adalah bagaimana menjadi seorang pemimpin yang ideal yang diinginkan oleh anggota organisasi.
17
Universitas Sumatera Utara
b. Tokoh dan Penokohan Tokoh dalam cerita menurut Abram dalam Nurgiyantoro (2007:165) adalah orang – orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan Penokohan menurut Aminuddin (2000 : 79) adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana pula perilaku tokoh-tokoh tersebut. Dalam penokohan ada dua hal penting, yaitu pertama berhubungan dengan teknik penyampaian dan yang kedua adalah berhubungan dengan watak atau kepribadian tokoh yang ditampilkan. Kedua hal ini memiliki hubungan yang sangat erat karena penampilan dan penggambaran sang tokoh harus mendukung watak tokoh tersebut. Pengarang melukiskan tokoh melalui imajinasi atau fantasinya dengan cara berikut ini: 1. Pengarang melukiskan secara langsung bentuk lahir tokoh, misalnya raut wajah, kepala, rambut dan ukuran tubuh. 2. Pengarang melukiskan jalan pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam pikirannya. 3. Pengarang melukiskan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian. 4. Pengarang melukiskan keadaan sekitar tokoh, misalnya keadaan kamar dan pekarangan rumah tokoh. 5. Pengarang menggambarkan pandangan seorang terhadap tokoh lain, misalnya tokoh yang dilukiskannya berwatak keras, sabar atau suka menolong.
18
Universitas Sumatera Utara
6. Pengarang menciptakan percakapan (dialog) antar tokoh tentang pribadi tokoh lain, misalnya tokoh utama. Penokohan dalam biografi The Swordless Samurai adalah tokoh utama bernama Toyotomi Hideyoshi yang berpostur tubuh pendek, berwajah jelek, daun telinga yang besar, mata yang dalam, tubuh yang kecil, berwajah merah serta keriput, sehingga ia dijuluki “monyet” seumur hidupnya. Secara fisik tidak mencerminkan bahwa ia adalah seorang pemimpin.
c. Alur Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungkan
dengan
hukum
sebab
akibat.
Artinya,
peristiwa
pertama
menyebabkan peristiwa kedua, peristiwa kedua menyebabkan peristiwa ketiga, dan demikian selanjutnya, hingga pada dasarnya peristiwa terakhir ditentukan terjadinya oleh peristiwa pertama (Soemardjo dan Saini K.M, 1991:139). Alur sebuah cerita haruslah bersifat padu. Antara peristiwa yang satu dengan yang lain, antara peristiwa yang di ceritakan lebih dahulu dengan kemudian, ada hubungan, ada sifat saling keterkaitan. Kaitan antar peristiwa hendaklah logis, jelas, dapat yang mungkin di awal, tengah, atau akhir (Nurgiyantoro dalam Rokhmansyah 2014 : 37). Menurut Suroto (1989: 89-90), pada umumnya alur pada cerita prosa disusun berdasarkan urutan sebagai berikut: 1. Perkenalan, pada bagian ini pengarang menggambarkan situasi dan memperkenalkan tokoh-tokohnya
19
Universitas Sumatera Utara
2. Pertikaian, pada bagian ini pengarang mulai menampilakan pertikaian yang dialami sang tokoh 3. Perumitan, pada bagian ini pertikaian semakin menghebat 4. Klimaks, pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul 5. Peleraian, disini persoalan demi persoalan mulai terpecahkan Menurut susunannya alur tebagi dalam dua jenis, yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sampai cerita itu berakhir. Alur mundur adalah alur yang susunannya dimulai dari peristiwa terakhir, kemudian kembali pada peristiwa awal kemudian akhirnya kembali pada peristiwa akhir tadi. Adapun alur atau plot yang terdapat pada biografi The Swordless Samurai ini adalah alur mundur, dikarenakan biografi ini bercerita tentang Toyotomi Hideyoshi yang sudah dewasa menceritakan bagaimana Toyotomi Hdeyosshi kecil menjalani hidupnya semasa masih menjadi rakyat jelata dan mengabdikan diri kepada Lord Nobunaga sampai akhirnya ia menjadi seorang wakil kaisar.
d. Latar Yang dimaksud dengan latar atau setting adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa. Sudah barang tentu latar yang dikemukakan, yang berhubugan dengan sang tokoh atau beberapa tokoh (Suroto, 1990: 94). Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tempat , hubungan, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan
20
Universitas Sumatera Utara
Latar atau setting yang terdapat dalam novel ini adalah negara Jepang. Dimana proses Toyotomi Hideyoshi menaklukan tiap-tiap daimyo yang ada di Jepang. Demi tercapainya tujuan negara Jepang dalam satu panji perdamaian. Latar waktu yang ada dalam biografi ini berkisar antara tahun 1536-1598.
e. Sudut Pandang Sudut pandang (point of view) adalah posisi yang menjadi pusat kesadaran tempat untuk memahami setiap peristiwa dalam cerita. Sudut Pandang yang digunakan oleh pengarang pada karya sastranya merupakan cara pengarang untuk menceritakan cerita dalam karyanya ( Staton dalam Rokhmansyah, 2014:39). Sudut pandang merupakan strategi, teknik dan siasat, dari pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya, selain itu posisi pengarang dalam cerita tersebut pula lah yang menjadi sudut pandang pembaca dalam mengikuti dan memahami jalannya cerita tersebut. Terdapat beberapa jenis sudut pandang (point of view), yaitu: 1. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri. 2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Disini pengarang ikut melibatkan diri dalam cerita. Akan tetapi ia menceritakan sang tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang pertama pasif. 3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada di luar cerita. Disini pengarang menceritakan orang lain dalam segala hal.
21
Universitas Sumatera Utara
Dalam biografi The Swordless Samurai , pengarang bertindak sebagai tokoh utama. Pengarang seolah-olah dalam biografi The Sworless Samurai ini menjadi Toyotomi Hideyoshi yang menceritakan kisahnya. Seakan-akan biografi ini merupakan memoar yang ditulis oleh Toyotomi Hideyoshi sendiri, sehingga kita akan terbawa ke dunia di mana Toyotomi Hideyoshi hidup.
2.1.2 Unsur Ekstrinsik Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar tubuh karya sastra itu sendiri. Unsur Ekstrinsik adalah unsur luar-sastra yang ikut mempengaruhi penciptaan karya sastra. Unsur-unsur tersebut meliputi latar belakang kehidupan pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, adat-istiadat yang berlaku saat itu, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi, pengetahuan agama dan lainlain (Suroto, 1990:138).
2.2 Setting Biografi The Sowrdless Samurai Latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa (Aminuddin, 2000:94). Setting atau latar tempat terjadinya peristiwa peristiwa atau waktu berlangsugnya tindakan. Jadi, peristiwa peristiwa itu terjadi dalam latar tempat dan waktu (Sangidu dalam Pradopo, 2003:139) Menurut Rokhmansyah (2014:38) latar dalam arti lengkap meliputi aspek raung dan waktu terjadinya peristiwa, serta aspek suasana. - Latar tempat/ruang
22
Universitas Sumatera Utara
Latar tempat merujuk pada tempat yang berlangsungnya peristiwaperistiwa dalam biografi tersebut. Dalam biografi The Swordless Samurai karya Kitami Masao lokasi tempat berlangsungnya cerita adalah di Negara Jepang. - Latar waktu Latar waktu menunjukkan kapan terjadinya konflik dalam cerita. Dalam biografi The Swordless samurai karya Kitami Masao waktu terjadinya konflik dalam cerita berkisar antara tahun 1536-1596. - Latar Sosial/Suasana Latar Sosial atau suasana menunjukkan kondisi atau situasi saat terjadinya adegan atau konflik. Dalam biografi The Swordless Samurai karya Kitami Masao latar sosial yang terjadi pada masyarakat Jepang pada saat itu masa pemerintahan feodal.
2.3 Definisi Sosiologi Sastra Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, sosio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi, sosiologis berarti ilmu mengenai asal-usul pertumbuhan (evolusi) mayarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran kata tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan
23
Universitas Sumatera Utara
alat untuk mengajar., buku, petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Makna kata sastra lebih spesifik sesudah terbentuk menjadi kata jadian, yaitu kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik (Ratna dalam Astuti, 2014:37) Sosiologi
sastra
adalah
penelitian
terhadap
karya
sastra
dengan
mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya. Jadi, penelitian sosiologi sastra, dilakukan dengan cara mendeskripsikan, memahami, dan menjelaskan unsur-unsur karya sastra dalam kaitannya dengan perubahan struktur sosial yang terjadi di sekitarnya (Ratna, 2003:25). Menurut Endraswara dalam Rokhmansyah (2014:147) sosiologi sastra adalah penelitian tentang: (a) studi ilmiah manusia dan masyarakat secara obyektif, (b) studi lembaga lembaga sosioal lewat sastra dan sebaliknya, (c) studi proses sosial, yaitu bagaimana khidupan masyarakat bekerja dan bagaimana masyarakat melangsungkan kehidupannya. Sosiologi sebagai suatu pendekatan terhadap karya sastra yang masih mempertimbangkan karya sastra dan segi-segi sosial Wellek dan Warren dalam Rokhmansyah (2014:148) membagi sosiologi sastra sebagai berikut : 1. Sosiologi pengarang , profesi pengarang, dan istitusi sastra, masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial status pengarang, dan ideologi pengarang yang terlibat dari berbagai kegiatan pengarang di luat karya sastra karena setiap pengarang adalah warga masyarakat, ia dapat dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi pengarang adalah sumber utama, tetapi studi ini juga dapat meluas ke lingkungan tempat tinggal berasal. Dalam hal ini, informasi tentang latar belakang keluarga, atau posisi ekonomi
24
Universitas Sumatera Utara
pengarang akan memiliki peran dalam pengungkapan masalah sosiologi pengarang. 2. Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri yang menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Pendekatan yang umum dilakukan sosiologi ini mempelajari sastra sebagai dokumen sosial sebagai potret kenyataan sosial. Beranggapan dengan berdasarkan pada penelitian Thomas Warton bahwa sastra mempunai kemampuan merekan cirri-ciri zamannya. Bagi Warton dan para pengikutnya sastra adalah gudang adat-istiadat, buku sumber sejarah peradaban. 3. Sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan dampak sosial karya sastra, penagarang, dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat; seni tdak hanya meniru kehidupan, tetapi juga membentuknya. Banyak orang meniru gaya hidup tokoh-tokoh dunia rekaan dan diterapkan dalam kehidupan. Menurut pandangan pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan disini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. Hal terpenting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin (mirror). Dalam kaitan ini, sastra dianggap sebagai mimesis (tiruan) masyarakat. Kendati demikian, sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan. Dari sini, tentu sastra tidak semata-mata menyodorkan fakta secara mentah. Sastra bukan
25
Universitas Sumatera Utara
sekedar copy-an kenyataan, melainkan kenyataan yang telah ditafsirkan. Kenyataan tersebut bukan jiplakan kasar, melainkan sebuah refleksi halus estetis. Tujuan dari pendekatan sosiologi sastra ini adalah untuk mendapat gambaran yang lengkap, utuh, serta menyeluruh tentang hubungan timbal balik, sastrawan, karya sastra dan masyarakat. Pada penelitian ini, karya sastra digunakan sebagai cerminan kehidupan masyarakat dengan berbagai masalah sosial yang dihadapi oleh Toyotomi Hideyoshi sebagai tokoh utama dalam biografi “The Swordless Samurai” karya Kitami Masao khususnya tentang kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi dan kehidupan masyarakat Jepang pada zaman Azuchimomoyama.
2.4 Definisi Kepemimpinan Kepemipinan adalah seni mempengaruhi orang lain untuk mengarahkan kemauan mereka, kemampuan dan usaha untuk mencapai tujuan pimpinan. Dalam hubungan dengan organisasi, kepemimpinan terletak pada usaha mempengaruhi individu dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi secara optimal (R.D Agarwal dalam Anoraga dan Suyati 1995:186). Menurut Yukl dalam Makawimbang (2012:7) beberapa definisi yang dianggap cukup mewakili selama seperempat adab adalah sebagai berikut : 1. Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal)
26
Universitas Sumatera Utara
2. Kepemimpinan adalah pengaruh antarpribadi yang dijalankan dalam suatu pencpaian tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi ke arah pencapaian satu atau bebrapa tujuan tertentu. 3. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi. 4. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi. 5. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi kearah pencapaian tujuan. 6. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberikan arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesedian untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk memcapaikan sasaran. 7. Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberikan kontribusi yang efektif terhadap orde sosial, serta yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya. Berdasarkan penegertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang ada pada diri seseorang baik secara alamiah maupun melalui suatu pendidikan untuk mempengaruhi orang lain baik individu maupun kelompok dalam suatu organisasi dalam situasi tertentu sehingga dengan sukarela anggota organisasi melakukan tujuan yang hendak dicapai.
27
Universitas Sumatera Utara
2.5 Definisi Karakter Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek lainya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, ornag yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Secara etimologis, kata karakter bisa berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakn seseorang. Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, keperibadian, budi pekerti, atau akhlak (Fathurrohman dkk, 2013:17) Menurut Parwez dalam Yaumi (2014:7) menurunkan definisi pendidikan karakter yang disimpulkan dari sekian banyak definisi yang dipahami oleh para penulis barat dewasa ini. Definisi tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut: 1. Moralitas adalah karakter. Karakter merupakan sesuatu yang terukir dalam diri seseorang. Karakter merupakan kekuatan batin. Pelanggaran susila (amoralitas) juga merupakan karakter, tetapi untuk menjadi bermoral dan tidak bermoral adalah sesuatu yang ambigu. 2. Karakter adalah manifestasi kebenaran, dan kebenaran adalah penyesuaian kemunculan pada realitas. 3. Karakter adalah mengadopsi kebaikan dan kebaikan adalah gerakan menuju suatu tempat kedamaian. Kejahatan adalah perasaan gelisah yang tiada berujung dari potensialisasi manusia tanpa sesuatu yang dicapai, jika tidak mengambil arah namun tetap juga terjebak dalam ketidaktahuan, dan akhirnya nista.
28
Universitas Sumatera Utara
4. Karakter adalah memiliki kekuatan terhadap diri sendiri; karakter adalah kemenangan dari penghambaan terhadap diri sendiri. 5. Dalam pengertian yang lebih umum, karakter adalah sikap manusia terhadap lingkungannya yang diekspresikan dalam tindakan. Adapun yang dimaksud karakter dapat dikemukakan sebagai; karakter diterjemahakan dari pengertian moralitas yang mengandung beberapa pengertian, antara lain adat istiadat, sopan santun dan perilaku. Oleh sebab itu pengertian karakter yang paling hakiki adalah perilaku. Sebagai perilaku, karakter meliputi sikap yang di cerminkan oleh perilaku (Edi sedyawati dalam Fathurrohman dkk, 2013:18). Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap atau perilaku seseorang yang ditunjukkan pada orang lain.
29
Universitas Sumatera Utara