BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AIKIDOU
2.1. Pengertian dan Sejarah Aikidou 2.1.1 Pengertian Aikidou Seperti yang sudah diketahui, beladiri terbagi dari berbagai cabang seperti karate, wushu, judou, aikidou, capuera, krav maga dan masih banyak cabang lainnya yang tidak akan ada habisnya bila disebutkan. Setiap nama ilmu beladiri dari setiap cabang memiliki arti bagi setiap nama yang disandang untuk memberitahu dari cabang apakah beladiri itu. Misalnya seperti dari cabang karate yang mana arti umum dari karate itu sendiri adalah kara (空) yang berarti kosong dan te(手)yang berarti tangan, jadi karate itu adalah ilmu beladiri yang hanya menggunakan tangan kosong untuk melindungi diri sendiri dengan kata lain senjata yang digunakan tidak lain adalah bagian dari tubuh sendiri seperti kepalan tinju, jari, sikut, sisi tangan, tumit, lutut dan bagian tubuh lainnya. Mengenai arti nama dari tiap cabang aliran beladiri, aikidou juga mempunyai pengertian sendiri. 合気道 (aikidou)yang terdiri dari 3 huruf kanji yaitu, 合 - ai - bergabung, menyatukan, menyelaraskan
気 - ki - jiwa, energi kehidupan 道 - dō - jalan, cara
Universitas Sumatera Utara
Maka bila dijabarkan, aikidou merupakan jalan atau cara untuk menyelaraskan dan menggabungkan seluruh energi kehidupan yang terdapat di dalam jiwa dan alam sehingga tercipta satu keadaan dimana antara pribadi, perkelompok dan lingkungan mencapai keadaan yang dapat saling mengerti satu dengan yang lainnya.
Dari kesimpulan semua penjelasan diatas, maka aikidou dapat didefinisikan sebagai :
‘’ Sebagai suatu cara yang digunakan untuk mengolah tubuh dan pikiran dengan menggunakan energi kehidupan sekaligus sebagai metode yang digunakan untuk mempertahankan
diri
dengan
cara
memanfaatkan
energi
tersebut’’
(NipponBudokan 2009: 209). Sedangkan pengertian aikidou dalam kamus kontemporer bahasa Indonesia (2002:22) adalah gaya berkelahi Jepang tanpa menggunakan senjata,tapi dengan cara bergelut,lemparmelempar disertai gerakan-gerakan yang dibuat agar lawan kehilangan keseimbangan.
Setiap nama aliran beladiri yang ada seperti aikidou, karate, kempou, hapkidou dan lainnya mempunyai arti masing-masing dari nama-nama yang digunakan sebagai identitas dari setiap aliran, selain itu terdapat kisah dan sejarah yang panjang dibaliknya hingga seperti yang kita ketahui sekarang ini.
2.1.2 Sejarah Aikidou
合気道(aikidou) lahir di Jepang sebelum perang dunia ke dua. Akar seni bela diri ini adalah seni bela diri Daito Ryu Aiki Jujutsu yang sudah ada di Jepang
Universitas Sumatera Utara
sejak beberapa abad yang lalu. 大 と 竜 愛 器 呪 術
(daito ryu aiki
jujutsu)merupakan seni perang dan seni bela diri yang hanya dikuasai oleh orangorang tertentu dari kalangan istana kerajaan, terutama samurai pilihan di istana dan tidak sembarang orang dapat mempelajarinya hingga satu saat seni bela diri ini mulai diperkenalkan kepada publik oleh Sokaku Takeda. Salah satu murid dari SokakuTakeda adalah Morihei Ueshiba yang dikemudian hari mengembangkan aikidou. Seperti yang sudah disebutkan diatas, akar ilmu beladiri aikidou aslinya
berasal dari sebuah tradisi beladiri kuno yang turun temurun dan hanya dimiliki oleh keluarga istana, yaitu Daito Ryu Aiki-Jujutsu (atau ju-jutsu). Dalam tradisi lama, jutsu berarti sebuah art atau seni sehingga bentuk lama ini mempunyai pakem-nya sendiri sebagai sebuah tradisi dengan tatanan gerak tertentu. 大と (daito) adalah sebuah nama yang merujuk kepada nama sebuah istana, yaitu daito.
大 と (daito) merupakan istana milik putra keturunan Kaisar Seiwabernama Minamoto Genji Yohimitsu. 義光(Yoshimitsu) diwariskan ilmu ini oleh putra ke enam Kaisar Seiwa yaitu Pangeran Teijun yang sangat menggemari ilmu beladiri. Asal-usul aikidou dapat di telusuri pada abad 9, yaitu jaman feodal di Jepang. Teknik-teknik ini berawal dari Pangeran Teijun, anak ke 6 dari Kaisar Seiwa (850-880) dan diturunkan dari generasi ke generasi dari keluarga Minamoto. Pada waktu generasi berikutnya, teknik-teknik itu akhirnya diberikan pada Shinra Saburo Yoshimitsu, adik laki-laki Yishiie Minamoto. 義 光 (Yoshimitsu) adalah seseorang yang mempunyai bakat dan kemampuan yang hebat. Konon sejarahnya berkata bahwa Yoshimitsu mengembangkan banyak
Universitas Sumatera Utara
teknik-tekniknya dengan mengawasi seekor laba-laba yang dengan ahlinya menjebak serangga yang besar ke dalam sarangnya yang halus. Kemudian Yoshimitsu menamai teknik-teknik temuannya dengan nama Daito-ryu Aikijutsu (diambil dari nama rumahnya "Daito Mansion" dan mengambil nama dari sistem aikijutsu karena dasar dari tehnik ini adalah dari aikijutsu). Teknik Daito-ryu ini disampaikan secara rahasia kepada anggota-anggota keluarganya dan pembantu-pembantu, dimana akhirnya mencapai Sokaku Takeda (1859-1943), yang kemudian memainkan peran yang penting dari dasar-dasar aikidou yang modern. Sistem Daito-ryu yang diberikan kepada Sokaku Takeda, jelas berbeda dari yang diajarkan beribu-ribu tahun sebelumnya. Seni beladiri yang dipelajari oleh Takeda tidak diketahui kecuali bahwa latihannya dilakukan di Ono-Ha Itto-ryu Kenjutsu. Semua bukti-bukti mengarah kepada suatu kesimpulan bahwa
seni
Daito-ryu
dari
Takeda
merupakan
suatu
perpaduan
dari
pengalamannya yang luas dalam memberikan pelatihan dan inovasi-inovasi teknis sebagaimana adanya mereka yang merupakan suatu kelanjutan tetap dari tradisi beladiri suku Aizu. Salah
satu
murid
Takeda
adalah
Morehei
Ueshiba,
yang
merupakanpenemu dari aikidou. 植芝(Ueshiba) yang dilahirkan pada tanggal 14 Desember 1882 bertemu dengan Takeda tahun 1915 setelah menghadiri suatu seminar selama 10 hari yang diadakan oleh Takeda. Dia sangat terkesan melihat teknik-teknik Takeda sehingga dia langsung mempelajari Daito-ryu. Sebagai tambahan, Ueshiba juga mempelajari Kito-ryu Jujitsu, Yagyu Shinkage-ryu
Universitas Sumatera Utara
Kenjutsu dan
ilmu beladiri lainnya yang menggunakan tangan kosong atau
senjata.
植 芝 (Ueshiba) adalah orang yang juga mempelajari spiritual secara mendalam dan pengikut dari sekte Omotokyo dari agama Shinto. Karena itu pengembangan aikidou sangat dipengaruhi oleh kepercayaan sekte Omotokyo ini.Omotokyo adalah salah satu sekte Shinto yang ajaran utamanya tentang Pengajaran asal muasal dari segala sesuatu. Ajaran sekte ini merupakan sinkretisme (perpaduan) antara mitologi-mitologi Shinto, Shamanisme, meditasi pernafasan dan pemujaan (www.indonesiaaikikai.com). Pada tahun 1931, Ueshiba mendirikan Kobukan dojo atau dojo neraka. Saat itu Ueshiba mencapai puncak kejayaan fisiknya.
合 気 道 (aikidou) diformulasikan sejak akhir 1920-an sampai dengan 1930-an hingga pada bentuknya yang sekarang oleh Morihei Ueshiba ( 植芝盛
平 Ueshiba Morihei, 14 Desember 1883-26 April 1969, disebut juga sebagai osensei 大先生, 翁先生 guru besar), Ueshiba memperkaya dan mengembangkan aikidou dengan berbagai koryu (seni beladiri/seni pedang lama) selain basisnya Daito ryu,sehingga menjadi suatu seni beladiri yang unik. 植芝盛平 (Ueshiba Morihei) sebagai seorang murid merupakan murid yang berbakat dan mengabdi pada gurunya yaitu Sokaku Takeda. Sokaku Takeda memberi lisensi kelengkapan ilmunya kepada Morihei Ueshiba dalam bentuk mokuroku. Dengan lisensi tersebut Morihei Ueshiba mendirikan sekolah pertamanya dengan nama "UeshibaRyu Daito Aiki jutsu" yang kemudian berubah nama menjadi "Aiki Budo"
Universitas Sumatera Utara
dan akhirnya disempurnakan dengan nama "Aikidou".Dojo pertama aikidou didirikannya di Tokyo dan hingga saat ini masih tetap ada dan bernama Aikikai Hombu Dojo, sebagai pusat pengembangan aikidou di seluruh dunia.
植芝 (Ueshiba)menginginkan aikidou tidak hanya sebagai sebuah seni beladiri, tetapi juga ekspresi falsafah pribadinya yang bersifat damai dan universal. Seumur hidupnya, Ueshiba dan murid-muridnya telah menyebarkan aikidou dengan cara mendidik dan menciptakan praktisi beladiri ini di seluruh dunia. Salah satu dari murid-muridnya pada waktu itu adalah Gozo Shioda yang kemudian mendirikan Yoshinkan Aikidou. 植芝 (Ueshiba) sangat dihargai oleh ahli-ahli beladiri lainnya pada waktu itu termasuk Jigoro Kano (pendiri judo) yang mengirim banyak murid-murid judonya yang hebat untuk mempelajari aikidou. Termasuk dalam hal ini Kenji Tomiki, yang kemudian mengembangkan suatu olahraga dengan mengambil style Aikido-Tomiki dan Mochizuki Minoru yang membentuk Yoseikan Budo. Tahun 1942, Ueshiba pindah ke Iwama dimana Ia membuka sebuah dojo danmendirikan tempat suci Aiki. Pada tahun 1945, Aikikai didirikan walaupun semua bentuk Budo telah dilarang setelah perang dunia ke 2. Pusat dojo Aikikai di dirikan di Tokyo sedangkan Ueshiba tetap tinggal di dojo diIwama. 度所 (dojo) yang di Tokyo di urus oleh anaknya Kisshomaru (19211999) dan instruktur-instruktur utama lainnya seperti Tohei Kohici yang kemudianmembentuk Shin-shin Toitsu Aikidou (lebih terkenal dengan nama Ki SocietyAikidou).
Universitas Sumatera Utara
Sejalan
dengan
perjalanan
hidup
Ueshiba
Morihei,
beliau
mengembangkan seni bela diri Daito Ryu Aiki Jujutsu ini menjadi sebuah bela diri yang tujuannya lebih kepada melindungi dengan kasih sayang. 合気道 (aikidou) diciptakan karena kemuakanMorihei Ueshiba akan perang dan banyaknya korban yang beliau lihat dan alami semasa perang. Sehingga sewaktu pulang kembali ke Jepang setelah ditugaskan berperang, beliau berpikir untuk menciptakan suatu seni beladiri yang lebih melindungi dari pada merusak dan menghancurkan.
合気道 (aikidou)merupakan seni beladiri yang berdasarkan kasih, dan tidak mengenal kekerasan. 植芝盛平 (Ueshiba Morihei) membagi ilmu beladiri dalam 2 kelompok yaitu ilmu beladiri spiritual dan ilmu beladiri material. Ilmu beladiri material tertanam pada objek-objek fisik. Ilmu beladiri seperti itu adalah sumber pertikaian yang tiada akhir karena berdasarkan pertentangan dua kekuatan. Ilmu beladiri spiritual memandang keadaan pada tahap yang lebih tinggi. Dasarnya adalah cinta dan memandang kesegala hal dengan totalitas mereka. Ilmu ini tidak berbentuk dan tidak pernah mencari musuh (Ueshiba 2004:52). Nama aikidou sendiri memiliki arti yang mencerminkan harapan dari pendirinya. 合気道 (aikidou) terdiri dari 3 buah karakter kanji Jepang yaitu ai yang berarti keharmonisan gerakan tubuh dengan jiwa,kiyang berarti energi kehidupan atau disebut juga dengan chidan doyang berarti jalan. Jadi aikidou berarti jalan untuk mengharmoniskan gerakan tubuh dan jiwa dengan energi kehidupan.
Dengan
kata
lain
aikidoumerupakan
suatu
jalan
untuk
mengharmoniskan semua yang ada di kehidupan kita.
Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal 26 April 1969, Sensei Morehei Ueshiba meninggal pada umur 86 yang disebabkan oleh penyakit kanker meskipun demikian Ueshibatelah meninggalkan teknik beladiri dan ajaran tentang spirit yang sekarang diajarkan di seluruh dunia dan hingga saat ini aikidou tetap berkembang pesat setelah kematiannya. 2.2.Filosofi Aikidou Filosofi aikidou sarat akan filosofi kehidupan. Jika seseorang mulai mempelajarinya, maka ia akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dan dapat digunakan di dalam kehidupan sehari-hari dan bukan sekedar teknik belaka.
合 気 道 (aikidou) mengajarkan bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana seseorang harus menghargai kehidupan dan lain-lain. 合気道(aikidou) bukanlah agama tetapi pendiri aikidou pernah berkata bahwa dengan mempelajari aikidou, maka orang dapat lebih mudah mengerti dan mempelajari apa yang ia temukan dalam agama yang dipelajarinya.
合気道 (aikidou) mengajarkan seseorang agar berjiwa seperti seorang samurai yang menjunjung tinggi kebenaran. Jiwa ini terefleksikan pada hakama (celana khas Jepang) yang dikenakan oleh praktisi aikidou yang telah tinggi tingkatannya.Pada hakama terdapat 7 buah ajaran samurai yang mewakili 7 pilar Budo(Jalan Ksatria) atau disebut juga dengan Bushidou. 7 ajaran ini meliputi : 1. 義 (Gi) The Truth: Kebenaran
Universitas Sumatera Utara
Kebenaran adalah titik kulminasi pencarian manusia yang tertinggi dalam hidupnya. Karena nilai kebenaran yang tertinggi hanya ada satu dan satu-satunya, yaitu Tuhan. Manusia dalam perjalanan hidupnya akan hampa dan tidak berarti apapun jika ia tidak menyadari bahwa ia merupakan bagian yang sangat kecil dari sekian banyak ciptaan Tuhan yang tidak terhitung jumlahnya. Manusia dengan egonya terkadang menjadikan dirinya seakan-akan poros dunia dan alam semesta. Pada kenyataannya, manusia hanyalah sebutir debu ditengah gurun pasir. Datang dan perginya tidak berarti apa-apa kecuali dia telah menemukan makna sejati kehidupannya di dunia. Dalam budo, nilai spiritual merupakan esensi ajaran serta tujuan akhir dari perjalanan seorang budoka. Sehingga orang-orang yang mempelajari budo, namun ia berpaling dari agama maka pada dasarnya ia tidak mengerti apa yang ia pelajari. Hal ini ditegaskan oleh O-Sensei ‘’ tidak ada di dunia ini yang tidak dapat mengajari kita. Untuk sebagian orang contohnya, akan menjauhi atau tidak mau mengerti dari ajaran agama. Ini merupakan bukti bahwa mereka tidak dapat mengerti arti mendalam dari pengajaran ini. Ajaran agama berisi tentang sesuatu yang mendalam dan kebijaksanaan. Anda harus mengerti tentang hal ini dan menerapkan pengertian anda melalui budo’’. Maka pahamilah budo sebagai salah satu jalan untuk menerapkan ajaran spiritual dalam kehidupan sehari-hari. 2. 名誉 (Meiyo) Respect and Honor: Menghormati dan Kehormatan Sikap menghormati merupakan sikap yang lekat dengan karakter masyarakat Jepang. Hal ini dapat dilihat dari budaya rei, yaitu membungkukkan badan sebagai tanda menghormati seseorang. Dalam budo sikap seperti ini
Universitas Sumatera Utara
merupakan gambaran nilai penghormatan bagi para samurai, dengan kata lain seorang samurai hanya dapat dikatakan memiliki sebuah kehormatan dalam dirinya bila ia tahu bagaimana cara menghormati orang lain. Dalam falsafah moral ini sangat penting untuk mempraktekkan cara bersikap dengan baik dan benar khususnya kepada orang yang statusnya jauh diatas kita seperti orangtua kita, guru, atasan atau tuan pada masa dahulu. Dikatakan bahwa bagi budoka, menyayangi orang tua adalah hal yang sangat fundamental. Jika seorang tidak lagi memperdulikan orang tuanya, maka ia bukanlah orang yang baik tidak perduli apakah ia luar biasa pandai, tampan atau bertutur kata dengan bagus. Maksudnya adalah untuk paham bushidou, kita harus menjalankannya dari akar hingga ranting. Jika tidak dapat memahami dari akar hingga rantingnya maka kita tidak akan tahu apa kewajiban kita. Seseorang yang tidak tahu kewajibannya tentu sangat tidak layak untuk disebut samurai. Mengetahui akar hingga ranting berarti memahami sesadar-sadarnya bahwa orang tua itu pada dasarnya adalah akar dari tubuh kita dan batang tubuh kita adalah pada dasarnya cabang dan ranting dari tulang dan daging dari orang tua kita. Adalah karena hasrat untuk membentuk diri kita yakni ranting maka muncul keadaan di mana kita mengabaikan orang tua yakni akarnya. Keadaan tidak baik seperti itu muncul karena kegagalan memahami filosofi akar dan ranting ( Shigesuke Taira 1999:8-9). Terhadap guru kita juga harus menghormati mereka. Guru dalam bahasa Jepang disebut sensei. Artinya orang yang terlahir lebih dulu dan lebih lanjut memiliki
pemahaman
sebagai
orang
yang
memiliki
pengetahuan
dan
Universitas Sumatera Utara
kebijaksanaan tentang kehidupan lebih mendalam dari yang kita miliki atau orang yang kita jadikan tempat belajar dan bertanya, sekalipun usianya jauh lebih muda dari kita. Dalam budo, guru diibaratkan sebagai orangtua kedua setelah orangtua kita. Hal ini disebabkan karena mereka mengajarkan banyak hal tentang kehidupan setelah orang tua kita. Mereka turut mendidik dan membantu murid agar dapat menjalani hidup dengan baik. Seorang sensei dalam budo merupakan jabatan spiritual, dimana pertanggungjawaban moral saja tidaklah cukup. Seorang sensei harus bertanggung jawab terhadap murid-muridnya agar menjadi manusia yang lebih baik secara fisik, mental, moral dan akhirnya spiritual. Hal ini tidak kita temukan pada pendidikan modern dimana guru hanya merupakan jabatan fungsional dalam suatu sistem pendidikan. Seseorang yang mempelajari beladiri harus memahami hal ini, sehingga tidak seorangpun dari budoka yang dapat mengatakan kepada orang lain ‘’dia itu bekas guru saya’’ sebagaimana ia tidak dapat mengatakan ‘’itu bekas orang tua saya’’ sekalipun ia sendiri telah menjadi orangtua. Orangtua akan tetap menjadi orangtua kita karena kasih sayang mereka akan kita bawa hingga akhir hayat. Seperti juga guru, mereka akan tetap menjadi guru kita karena ilmu yang telah diberikan akan kita bawa juga hingga akhir hayat. 3. 誠 (Makoto) Honesty and Sincerity: Kejujuran dan Ketulusan Kejujuran dalam tutur kata dan ketulusan dalam perbuatan adalah hal yang esensial dalam budo. Bila kita menghormati seseorang, maka kita lakukan dengan sepenuh hati dan jiwa bukan karena tampilan fisik semata. Apabila kita bertutur kata maka katakanlah yang sebenarnya yang ada dalam hati dan pikiran
Universitas Sumatera Utara
kita dengan cara yang terhormat dan baik. Kejujuran merupakan hal yang sulit dilakukan kecuali bagi mereka yang memiliki keberanian dalam jiwa mereka. Menjaga kepercayaan dari orang lain juga merupakan salah satu bentuk kejujuran dan ketulusan. Apabila anda dititipkan sebongkah emas maka anda harus memastikan emas tersebut aman ditangan anda. Bila pemilik emas tersebut telah meninggal, maka anda harus memastikan emas tersebut jatuh ketangan keluarga yang berhak mewarisinya tanpa mengambil atau berharap keuntungan sedikitpun dari situasi ini. Orang yang dapat melakukan ini adalah seorang ksatria sejati. 4. 忠義 (Chugi) Loyalty: Kesetiaan Kesetiaan adalah satu sikap yang terhormat, sedangkan pengkhianatan adalah sikap yang rendah dan hina. Seorang ksatria akan menjaga kesetiaannya bahkan apabila harus mengorbankan nyawa sekalipun. Samurai pada zaman dahulu (sebelum restorasi Meiji) rela mengorbankan nyawa mereka untuk membela tuannya atau perguruannya. Pada saat sekarang ini kesetiaan tetap merupakan sebuah sikap yang sangat mulia dan sangat langka. Hanya orang yang memiliki keberanian saja yang memiliki sikap seperti ini. Yang justru dimasa sekarang ini seseorang yang sangat mudah melakukan pengkhianatan bila ia menemukan sesuatu yang dirasa dapat merugikan dirinya atau disisi lain untuk mendapatkan keuntungan lebih. Sikap seperti ini tidak ada tempat didalam budo. Kesetiaan pada perguruan merupakan hal yang relevan hingga sekarang, namun bukan dalam arti larangan mempelajari bentuk beladiri lain. Melainkan untuk tetap menjaga nama baik dojo dan mengamalkan ilmunya dengan cara yang baik serta menjaga silsilah dari ilmu yamg telah dipelajari.
Universitas Sumatera Utara
5. 礼 (Rei) Courtesy: Sopan Santun Tata tertib dan sikap sopan santun adalah bagian integral dalam budo. Tanpa sikap dan tata kesopanan yang baik dan benar maka seseorang tidak dapat dikatakan sebagai seorang ksatria sekalipun ia sangat mahir dalam bertempur. Sikap rei adalah sebuah contoh yang mudah kita pahami. 礼 (rei) pada saat memasuki dojo, memulai latihan, menutup latihan hingga kita keluar dojo, merupakan hal yang harus dilakukan dengan pemahaman yang mendalam. Sering kali hal seperti ini dianggap remeh karena tidak memahami semangat dari latihan. Perlu diingat bahwa kita berlatih bukan sebatas untuk berolahraga atau sekedar berlatih utuk bertarung namun diharapkan latihan aikido dapat membentuk mental, moral dan spiritual seorang aikidoka yang mampu beradaptasi pada kondisi seburuk apapun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini sikap dan sopan santun sangatlah diperlukan sebagai sebuah disiplin dalam sebuah seni beladiri agar terbentuk sebuah keberanian yang diikuti sifat kerendahan hati para praktisinya. 6. 仁( Jin) Knowledge and Wisdom: Pengetahuan dan Kebijaksanaan
武度 (budo) merupakan suatu bentuk pengetahuan yang menghasilkan pengetahuan.
Setiap
pengetahuan
haruslah
menghasilkan
sebuah
nilai
kebijaksanaan. Tanpa kebijaksanaan, pengetahuan hanya akan menciptakan bencana. Berabad-abad manusia manusia hidup menghasilkan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, salah satunya adalah persenjataan. Dengan persenjataan pada masa kini semakin banyak orang tidak berdosa menjadi korban peperangan yang didasari oleh keserakahan. Demikianlah contoh sebuah pengetahuan yang
Universitas Sumatera Utara
dicapai tanpa menghasilkan kebijaksanaan. Dalam budo anda mempelajari tentang nilai hidup dan mati. Anda melatih kemampuna hati, pikiran dan tubuh untuk menerima kematian atau mengakibatkan terjadinya hal tersebut. Oleh karenanya, pengetahuan budo tanpa kebijaksanaan adalah sebuah malapetaka kemanusiaan. Kebijaksanaan tertinggi dalam budo adalah mengalahkan diri sendiri dan menempa hati, pikiran dan tubuh untuk bersungguh-sungguh mencari nilai kebenaran tertinggi. 7. 勇気 (Yuuki) Courage: Keberanian Keberanian diletakkan pada urutan terakhir dari ke 7 pilar budo, karena keberanian hanya dapat diperolah setelah seseorang mampu memahami dan menjalani ke 6 pilar sebelumnya. Keberaian dalam diri seorang ksatria merupakan pancaran dan sifat-sifat yang mulia. Keberanian yang dilandasi pemahaman terhadap nilai kebenaran sejati dan kehormatan diri bukan keberanian yang didasari pada kemarahan dan keinginannya untuk mengalahkan orang lain. Oleh sebab itu, seorang budoka harus memastikan dirinya berpegang teguh pada nilai kebenaran, karena pertempuran yang pertama dapat menjadi pertempuran yang terakhir baginya. Sekali ia mengambil keputusan untuk bertempur maka ia tidak akan mundur atau lari. Dia juga tidak akan menyesal dengan keputusan yang diambil sekalipun harus kehilangan nyawa karena ia tahu bahwa ia berada dalam kebenaran. Sekali lagi dalam budo, nilai keberanian adalah hasil pemahaman atas nilai-nilai kebenaran dan kemuliaan, sehingga dalam pertempuran yang
Universitas Sumatera Utara
sebenarnya tidak ada nilai menang atau kalah tetapi nilai benar dan salah dalam berpijak dan bersikap terhadap kehidupan yang kita jalani. Di beberapa literatur, dijelaskan tentang nilai-nilai budo dengan urutan atau kandungan yang berbeda namun tetap memiliki esensi yang sama yaitu mengenai ajaran moral, mental dan spiritual yang harus dimiliki seorang budoka. Berdasarkan nilai-nilai yang telah dijelaskan diatas, maka diharapakan para aikidoka khususnya para yudansha dapat mengerti dan memahami secara mendalam dan mengamalkannya dalam kehidupan serta mengajarkan kepada generasi berikutnya terutama murid-muridnya, sebagai sebuah tanggungjawab dari apa yang dipahami dan pelajari dari sebuah hakama yang telah ia kenakan. . 2.3. Aliran yang Terdapat Dalam Aikidou
合気道(aikidou) pada awalnya dikembangkan oleh satu orang, yaitu OSensei. Banyak siswa yang dilatih dibawah O-Sensei memutuskan untuk menyebarkan pengetahuan mereka mengenai aikidou dengan membuka dojo mereka sendiri. Karena antara lain disebabkan karena sifat aikidou yang dinamis, masing-masing siswa menafsirkan dengan cara yang berlainan sehingga gayaaikidou yang berbedapun lahir. Hanya yang lebih umum saja yang terdaftar di sini bersamaandengan penjelasan singkat mengenai apa yang berbeda tentang gaya. Setiap gaya memiliki kekuatan dan kelemahan, tapi semua berakar kuat dalam konsep-konsep dasar yang membuat aikidou menjadi seni beladiri yang unik. Tidak ada yang harus dianggap lebih unggul atau lebih rendah kepada pihak lain, melainkan seorang individu harus menemukan gaya yang paling sesuai
Universitas Sumatera Utara
untuknya.Di luar faktor-faktor seperti lokasi geografis yang tentu saja dapat membatasi pilihan seseorang. Dibawah ini adalah beberapa aliran yang terdapat dalam aikidou: The Old School adalah daftar dojo yang dimulai pada saat zaman pra-perang yang terdiri dari: 1. Aiki-Budo Ini adalah nama yang diberikan untuk seni O-Senseiyang sedang mengajar diawal perkembangannya. Hal ini sangat dekat dengan gaya dengan bentuk-bentuk jutsu yang ada sebelumnya seperti Daito-ryu Aiki-Jutsu. Hal ini dianggap sebagai salah satu dari bentuk-bentuk aikidou yang lebih keras. Sebagian besar mahasiswa awal O-Sensei dimulai selama masa ini dan banyak praktek awal di luar negeri berada di gaya ini (misalnya ajaran Sensei Abbe di Inggris pada tahun 50-an). 2. Yoseikan Bentuk ini dikembangkan oleh Mochizuki Minoru, yang merupakan murid awal O-Sensei dan juga Jigoro Kano Sensei di Kodokan. Gaya ini mencakup unsur-unsur Aiki-Budo bersama dengan aspek-aspek Karate, Judo dan seni lainnya. 3. Yoshinkan Ini adalah gaya yang diajarkan oleh almarhum Gozo Shioda. Shioda Sensei belajar dengan O-Sensei dari pertengahan 30-an. Setelah perang, ia diundang untuk mulai mengajar dan membentuk organisasi yang dikenal sebagai
Universitas Sumatera Utara
Yoshinkan. Tidak seperti banyak organisasi kemudian, para Yoshinkan selalu menjaga hubungan persahabatan dengan Aikikai baik selama dan setelah O-Sensei hidup. The Yoshinkan adalah gaya yang lebih keras dari Aikido, umumnya berkaitan dengan efisiensi praktis dan teknik yang kuat secara fisik. Hal ini diajarkan pada banyak cabang dari Kepolisian Jepang. Organisasi internasional yang terkait dengan gaya Yoshinkan Aikido dikenal sebagai Yoshinkai,dan memiliki cabang aktif di banyak bagian dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa cabang gaya ini, biasanya berkembang karena alasan politis. Seiring dengan perkembangan zaman, maka muncul lagi style berbeda yang diajarkan dengan pemikiran yang berbeda pula seperti dibawah ini. The Traditional Schoolsyang terdiri dari: 1.Aikikai
The Aikikai adalah nama umum untuk gaya yang dipimpin oleh Moriteru Ueshiba, cucu O-Sensei sebagaimana diajarkan dibawah naungan International Aikido Federation. Kebanyakan menganggap sekolah ini sebagai arus utama dalam pembangunan aikidou. Dalam kenyataannya, gaya ini lebih merupakan payung daripada gaya tertentu, karena tampaknya bahwa banyak individu dalam organisasi mengajar dalam cara yang berbeda.合気道 (aikidou) yang diajarkan oleh Sensei Ueshiba umumnya besar dan mengalir, dengan penekanan pada silabus standar dan sedikit atau tidak ada penekanan pada pelatihan senjata. Guru lain dalam naungan Aikikai (seperti Saito Sensei) menempatkan penekanan lebih besar pada latihan senjata. 2. Iwamaryu
Universitas Sumatera Utara
Gaya ini diajarkan oleh Morihiro Saito dan berpusat di dojo Iwama, secara umum dianggap cukup berbeda dari arus utama aikikai yang diberi nama sendiri-sendiri, meskipun masih merupakan bagian dari aikikai. Saito Sensei merupakan uchideshi yang cukup lama dari O-Sensei, mulai tahun 1946 dan tinggal bersamanya sampai kematiannya. Banyak menganggap Saito Senseiadalah murid yang menghabiskan sebagian besar waktu belajar langsung dengan OSensei. Saito sensei mengatakan bahwa dia sedang mencoba untuk melestarikan dan mengajarkan seni persis seperti yang diajarkan kepadanya oleh pendiri. Secara teknis, Iwama-ryu kelihatannya memiliki kesamaan dengan aikidou yang diajarkan oleh O-Sensei diawal 50-an terutama di Iwama dojo. Daftar teknis lebih besar daripada di kebanyakan gaya-gaya lain dan banyak penekanan pada pelatihan senjata. 3. The Ki Schools Salah satu perpecahan yang paling terlihat di dunia aikidouterjadi pada tahun 1974 ketika Koichi Tohei kepala Instructor di Aikikai, mengundurkan diri dari organisasi dan mendirikan Ki no Kenkyukai untuk mengajar aikidou dengan penekanan kuat pada konsep Ki. Sejak saat itu, sedikit sekali hubungan antara sekolah-sekolah tradisional dan sekolah Ki. Semua seni ini cenderung untuk menyebut diri mereka sebagai Ki Aikidou, walaupun hubungan antara beberapa gaya sangat kecil. 4. Shin-shin Toitsu Aikidou Gaya ini didirikan oleh Koichi Toheiyaitu aikidoudengan penyatuan pikiran dan tubuh. Tohei Sensei menempatkan
banyak penekanan pada
pemahaman konsep Ki dan mengembangkan aspek ini secara independen dari
Universitas Sumatera Utara
pelatihan aikidou untuk aplikasi pada kesehatan umum dan kehidupan sehari-hari. Gaya ini adalah salah satu gaya paling lembut dari aikidou dan ditandai oleh gerakan-gerakan lembut yang sering melibatkan praktisi melompat (jump) atau melompat-lompat (skipping) selama gerakan. Sebagian besar sekolah tidak peduli dengan aplikasi praktis teknik, mengingat mereka latihan untuk lebih lanjut mengembangkan Ki. Dalam beberapa tahun terakhir, Tohei Sensei telah bergerak semakin jauh dari aikidou dan telah mengabdikan dirinya hampir secara eksklusif pada pelatihan Ki. Dari berita terakhir bahwa Ki no Kenkyukai telah memulai sebuah inisiatif untuk membuat Shin-shin Toitsu Aikidou menjadi olahraga kompetitif Internasional. 5. The Sporting Styles Salah satu dobrakan besar lainnya dalam sejarah aikidou terjadi selama kehidupan O-Senseiketika Kenji Tomiki mengusulkan rasionalisasi pelatihan aikidou dengan menggunakan Kata dan kompetisi. Sejak saat itu, hanya ada sedikit kesamaan antara sekolah Tomiki dan sekolah arus utama aikidou. Dalam beberapa tahun terakhir ada beberapa cabang dari Tomiki-ryu yang telah meninggalkan gagasan kompetisi. 6. Tomiki-ryu
Didirikan oleh Kenji Tomiki, dan murid awal O-Sensei dan pendiri Judo, Jigoro Kano. Tomiki Sensei percaya bahwa sebuah rasionalisasi pelatihan aikidou, disepanjang jalur yang diikuti Sensei Kano untuk Judo akan membuatnya lebih mudah diajarkan, terutama di Universitas Jepang. Selain itu, ia percaya bahwa memperkenalkan unsur persaingan akan berfungsi untuk mempertajam dan memfokuskan praktik yang mana saat ini tidak lagi diuji dalam pertempuran
Universitas Sumatera Utara
nyata. Pandangan terakhir ini adalah penyebab perpecahan dengan O-Sensei yang dengan tegas percaya bahwa tidak ada tempat untuk kompetisi dalam latihan aikidou. Tomiki-ryu ditandai dengan menggunakan Kata (bentuk sudah diatur sebelumnya) dalam mengajar dan dengan mengadakan kompetisi, baik tangan kosong dan dengan pisau karet. 2.4. Perkembangan Aikidou Di Indonesia
合気道(aikidou) masuk Indonesia pertama kali dibawa oleh Bpk Tansu Ibrahim dari aliran Yoshinkan. Beliau datang ke Jepang pada tahun 1958. Beliau belajar langsung kepada Gozo Shioda. Kemudian
pada
akhir
tahun
1969dibawa
juga
oleh
Bapak JozefPoetiray yang merupakan Ketua Dewan Guru dari Yayasan Indonesia Aikikai yang didirikan tanggal 28 Oktober 1983. Yayasan Indonesia Aikikai terdaftar sebagai anggota yang mewakili Indonesia di International Aikidou Federation (IAF), Asian Aikidou Federation (AAF) dan tentunya di Aikidou Headquarter di Jepang. Bapak Jozef Poetiray merupakan salah satu mahasiswa yang dikirim oleh pemerintah Indonesia ke Jepang dalam rangka beasiswa pamplasan perang Jepang bagi Indonesia di tahun 1960-an. Beliau selama di Jepang mencari sesuatu yang berguna yang dapat dibawa ke Indonesia sesuai dengan amanat dari Presiden Soekarno saat itu, agar para mahasiswa mempelajari dan membawa sesuatu yang positif dari Jepang yang bukan hanya ilmu pengetahuan tapi segala sesuatu yang positif yang nantinya dapat diajarkan kepada generasi muda Indonesia mendatang.
Universitas Sumatera Utara
Di sisi lain Bapak Jozef Poetiray ingin belajar seni bela diri yang cocok dengan dirinya dan dapat menyentuh hati, perasaan, jiwanya serta dapat mengoreksi tingkah laku beliau di kehidupan sehari-hari. Sampai pada suatu hari beliau melihat peragaan seni bela diri aikidou di TV lokal. Namun karena pada saat itu di Hiroshima belum ada, maka beliau baru mempelajarinya ketika pindah kuliah ke Tokyo. Beliau juga menjadi salah satu orang yang mendirikan Indonesian Students Aikidou Club di wisma Indonesia di Jepang. Banyak hal yang beliau dapat dari aikidou. Maka beliau bertekad mengembangkan aikidou di Indonesia sebagai misinya, khususnya untuk para generasi penerus bangsa Indonesia. Seiring berjalannya waktu, aikidoudi bawah Yayasan Indonesia Aikikai berkembang di Indonesia secara perlahan tapi pasti. Perkembangan aikidou di Indonesia tidaklah semulus yang dipikir. Dalam usaha mensolidkan aikidou di Indonesia telah terjadi banyak perobahan dalam organisasi yayasan yang didirikan, kejadian ini terbagi atas beberapa periode yaitu: 1. Periode 1980-1990 Pada tahun 1984
mulai ada inisiatif untuk mengorganisasikan
perkembangan aikido, dirintislah Yayasan Indonesia Aikikai. Pada bulan pebruari 1986 diadakan rapat resmi YIA pertama untuk pembahasan AD-ART Yayasan. Keadaan 1984-1986 secara umum dojo aikido hanya terdiri 3 dojo (SlipiKemanggisan, Menteng dan Manggarai) di Jakarta dan 1 di Surabaya. Pelatih
Universitas Sumatera Utara
aktif terdiri dari Mansyur Idham, DAN 1; Achmad Mahbub, DAN 1 dan Surabaya diwakilkan pada Prawira W, KYU 1. Kemudian di tahun 1987, lahirlah 7 orang yudansha pertama (Dan I) di Indonesia termasuk Ferdiansyah. Regenerasi kepemimpinan pelatihan terjadi, bersamaan dengan surutnya aktifitas Bapak Mansyur Idham (aktif 3 tahun, sejak 1984) di aikido dan berpulangnya Bpk. Ahmad Machbub ke Pencipta. Koordinator kepelatihan dan pelaksanaan ujian kenaikan tingkat dipercayakan kepada Ferdiansyah. Dan ketua umum YIA diamanatkan kepada Dr. Dono Iskandar. Desember 1988, dibuat dojo percontohan olehFerdiansyah yang disebutnya Aiki Club (terdiri dari dojo Univ Trisakti, dojo Stekpi dan dojo Univ. Atmajaya). Selanjutnya di tahun 1990 didatangkanlah pertama kali di Indonesia pelatih
profesional
dari
Jepang
melalui
program
JOCV–JICA,Hiroaki
KobayashiDan III untuk selama 2 tahun dan kemudian diperpanjang 1 tahun (sampai dengan 1993). 2. Periode 1990-1999 Untuk kepentingan pengembangan oleh Ferdiansyah melaluiDojo Percontohan yang telah solid, mulailah diterapkan sistem pembinaan kepada dojo lainnya secara bertahap. Perkembangan dojo dari 4 dojo di seluruh Indonesia menjadi 12 dojo (1 dojo Bandung, 1 dojo Surabaya, 1 dojo Sumbawa, 9 dojo Jakarta).
Universitas Sumatera Utara
Akhir tahun 1991, film aksi aktor Steven Seagal aikidoukaDan IV mulai memberi warna baru dalam perkembangan aikidou di Indonesia terutama di Jakarta. Pada
tahun
1993,
sensei
Ferdiansyah
Dan
III
(setelah
aktif
mengembangkan 7 tahun, sejak 1986) meninggalkan YIA dan mengundurkan diri dari segala inisiatifnya mengembangkan YIA, sebagai koordinator kepelatihan dan penguji utama pelaksanaan ujian. Dimana sebelumnya secara berturut telah pula mengundurkan diri Prawira W (Surabaya) dan Dono Iskandar (Ketua Umum YIA). Yayasan KBAI resmi lahir pada tahun 1994 dan Perguruan Aikidou Indonesia yang dipimpin sensei Ferdiansyah bernaung di dalamnya. Perguruan Aikidou Indonesia, KBAI tercatat di Dojo Finder mewakili Indonesia satusatunya. Perguruan Aikidou Indonesia KBAI diakui satu-satunya mewakili Indonesia menghadiri perhelatan besar aikidou di Jepang ketika tahun 1999. Acara pertemuan pemimpin organisasi dari berbagai negara untuk hadir dalam penobatan Doshu (pemimpin dunia) aikidou, Indonesia diwakili Ferdiansyah Dan IV. 3. Periode 2000-2005 Disharmonisasi hubungan antara YIA dan Perguruan Aikidou Indonesia (KBAI) mewarnai perkembangan aikidou di Indonesia. Pada masa ini bertumbuh secara sporadis dojo-dojo aikidou atas dasar kepentingan ekonomis dan pribadi
Universitas Sumatera Utara
atau kelompok, terutama di Jakarta dan Bandung. Dan pertumbuhan dojo-dojo itu secara tidak langsung menjadi pendukung kepopuleran aikidou di masyarakat. Sekitar tahun 2002 lahir dojo-dojo, Nishio Style dojo dimulai di Semarang yang dibawa oleh Satoru Sensei (ex-Instrukturaikidou PTIK dari program JICA), USAF affiliated (Atmajaya Jakarta), aiki wago dan BOW (Surabaya), Yayasan aikidou Jepang Bandung diwadahi aikidou Malaysia dan lainnya, termasuk pecah konflik pengorganisasian aikidou Medan, YIA. Sekitar tahun 2005, lahir dojo IAI (Institute Aikidou Indonesia) sebagai pecahan dari YIA yang kemudian mewadahi diri di bawah Kobayashi dojo dan kemudian beralih wadah ke Suginami dojo. Sedangkan Kobayashi dojo mewadahi Takiotoshi Nagare (pecahan IAI dojo) dojo,Ben’s dojo (pecahan YIA) serta Aikidou Medan dan mulai pula merebak Aikidou Tenshin (menggunakan ketenaran nama Steven Seagal) dan seterusnya. Demikian perkembangan aikidou di Indonesia yang cukup booming dalam jumlah dojo dan kelompok. Hal ini cukup menjadi pertanyaan, apakah harus disyukuri atau sesuatu yang memprihatinkan? Hal yang memprihatinkan adalah begitu banyak dojo berkembang tanpa akar jelas. Terlebih lagi keabsahan legitimasi dan mutu pelatihnya juga patut dipertanyakan. Hal ini tentu akan memberikan dampak pada penggambaran aikidou yang salah di masyarakat awam. Hal cukup buruk yang terjadi adalah banyak dari dojo yang berkembang tersebut disebabkan disharmonisasi internal organisasi. Mereka memecah atau beralih dengan juga menggembosi organisasi sebelumnya. Maka dapat
Universitas Sumatera Utara
dibayangkan kemampuan pembinaan aikidouka seperti apa yang dapat dihasilkan oleh organisasi dengan latar belakang tersebut. Pengharapan kita semua selalu yang lebih baik tentunya. Fondamen atau dasar yang salah akan menghasilkan landasan yang lemah, akibatnya dalam bidang keilmuan tentu akan memberi arah yang dipastikan salah. Padahal apa yang kita tekuni akan berdampak pada pembangunan diri dan pengembangan kemampuan diri kita dikemudian hari. Jika hal ini tidak dianggap penting tentunya itu juga suatu pilihan masyarakat itu sendiri. Adalah hak masyarakat untuk memilih dan berhati-hati dalam memilah apa yang dipilihnya untuk kemudian ditekuninya. 4. Periode 2005-2010 Harmonisasi antara YIA dan Perguruan Aikidou Indonesia (KBAI) terjadi dan hal inipun mewarnai keadaan aikidou di Indonesia. Hubungan antar sebahagian organisasi dan dojo aikidou di Indonesia mulai cair. Pada masa ini tidak banyak perkembangan terjadi seperti periode 5 tahun sebelumnya. Hal ini memberi harapan kepada perkembangan aikidou di Indonesia menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Sampai saat ini sudah sekitar lebih dari 1000 praktisi aikidou yang berlatih tersebar di beberapa tempat di Indonesia, khususnya Jakarta. 度所 (dojo) yang berada dibawah naungan Yayasan Indonesia Aikikai ada sekitar 30 buah dojo yang tersebar di Indonesia dengan 20 diantaranya berlokasi di Jakarta. Hingga saat ini, Yayasan Indonesia Aikikai sudah menyelenggarakan berbagai
kegiatan
baik
bersifat
nasional
maupun
internasionaldengan
Universitas Sumatera Utara
mengundang negara lain. Seperti ujian kenaikan sabuk hitam tahunan, dimana pengujinya masih dikirim dari Aikidou Headquarter Jepang, mengundang beberapasensei dari Jepang untuk mengadakan seminar aikidou di Indonesia dan turut serta pada berbagai eksibisi dan seminar beladiri baik didalam maupun luar negeri. Kegiatan terakhir Yayasan Indonesia Aikikai adalah mengikuti seminar internasional IAF di Jepang dan Bapak Jozef Poetiray menjadi pengajar aikidou untuk latihan mental di program ASEAN yang diadakan Yayasan Bina Pembangunan di Padepokan Bumi Mandiri, Cisaat. Yayasan Indonesia Aikikai juga mendapat dukungankedutaan besar Jepang di Jakarta. Diharapkan kedepannya aikidou dapat lebih berkembang lagi dan ikut membangun akhlak dan moral bangsa Indonesia melalui filosofinya. Secara istilah "AikidouIndonesia" pertama kali digunakan oleh Perguruan Aikido Indonesia di bawah naungan Yayasan "Keluarga Beladiri Aikidou Indonesia" yang biasanya dikenal dengan istilah umum "KBAI". Yayasan KBAI ini terbentuk secara resmi pada tahun 1994 di Jakarta dengan para pendirinya yang terdiri dari Bapak Ir. Muhammad Gazali, Bapak. Drs Muhammad Razif dan Ir. Ferdiansyah. Diharapkan dengan terbentuknya yayasan ini dapat menjalin kerjasama dan mempererat hubungan praktisi aikidou dengan praktisi aikidou lainnya yang berada di daerah yang berbeda, juga sebagai tempat penampung ide dan pikiran untuk memajukan aikidou kedepan nantinya.
Universitas Sumatera Utara