15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PUJIAN Sebelum membahas şalawat dan salam tentang model pujian terhadap hamba-hamba pilihan Allah dalam hal ini adalah para Nabi dan Rasul, terlebih dahulu akan dikemukakan mengenai tinjauan umum tentang pujian yang meliputi pengertian pujian, model bentuk pujian, hakikat pujian, kriteria orang yang mendapatkan pujian, dan ungkapan pujian untuk dijadikan sebagai materi yang akan dibahas pada bab ini. Pujian ini tidak lepas dari penghormatan kepada Rasullullah Muhammad SAW dan Nabi-Nabi lainnya.
A. Pengertian Pujian Pujian berasal dari kata “puji” yang berarti “pernyataan rasa pengakuan dan penghormatan serta penghargaan yang tulus akan kebaikan atau keunggulan”. Selanjutnya kata “pujian” mempunyai maksud “pernyataan atau rasa pengakuan yang tulus atas kebaikan atau keunggulan sesuatu”1 Dalam bahasa Inggris kata pujian adalah “praise atau flattery”.2 Sedangkan dalam bahasa Arab kata puji atau pujian adalah
((Ңamida).3
kata “al-Ңamdu” (di tulis dalam bahasa Arab), selalu diartikan “segala puji”, padahal hanya terdiri dari satu kalimat, yaitu kalimat isim (kata benda). kata itu asalnya ңamdu, sebagai bentuk mashdar dari fi‟il (kata kerja) Ңamida1
Ganjar Harimansyah dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Meity Taqdir Qodratillah, 1990), hlm. 433 2 John M.E Chos dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1976), hlm. 246 3 Zaid Husain al-Hamid, Kamus al-Mufid, (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), hlm. 79
16
yahmadu-Ңamdan. Ңamdu artinya pujian bisa diartikan puji tapi bukan untuk menunjukan kata kerja melainkan nama pekerjaan. Kata pujian adalah ungkapan serangkaian kata baik yang berbahasa Arab atau berbahasa Daerah yang berbentuk sya‟ir berupa kalimat-kalimat yang isinya mengagungkan asmā Allah, źikir, do‟a, şalawat, seruan atau nasehat sebagai rasa penghormatan serta penghargaan yang tulus kepada seseorang atau sesuatu hal yang mempunyai keunggulan dan keistimewaan yang dalam hal ini adalah sosok para Nabi dan Rasul. Tentu kaum muslim juga mengakui dan memuji Nabi Muhammad Rasulullah şallallahu „alaihi wasallam sebagai manusia yang paling mulia. Para Ulama yang sholeh mengingatkan kita bahwa jika seseorang memuji maka ucapkanlah al-Ңamdulillah maksudnya kembalikan segala pujian kepada yang berhak untuk dipuji yakni Allah Azzā wa Jallā. Firman Allah SWT:
Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang “.4 Kepada kaum muslim yang melakukan kebaikan, kita boleh memuji mereka. Apalagi terhadap kebaikan yang telah dilakukan oleh sayyidina Muhammad Rasulullah şallallahu „alaihi wasallām. Pujian yang penulis maksud adalah pujian serta salām penghormatan kepada orang-orang atau hamba pilihan terkasih Allah, karena keunggulan
4
(QS. Al-Fatihah Ayat 2-3).
17
dan pengabdiannya. Seperti hamba yang selalu mengabdikan diri kepada Allah, antara lain para Rasul dan Nabi. B. Model Bentuk Pujian Pujian biasanya diberikan saat seseorang mendapatkan penghargaan atau seseorang yang ada dalam dirinya benar-benar terdapat keistimewaan dan keunggulan dari yang lain. Seperti halnya dengan Nabi, para Rasul dan kekasih Allah lainnya. Begitu juga dengan pujian yang dilakukan umat Islam kepada para Nabi sebagai hamba-hamba pilihan Allah SWT, bentuk pujian oleh Allah SWT yang diberikan kepada para Nabi ini dalam al-Qur‟an berupa şalawat, Allah SWT menyebutnya dengan sebutan „alaihi salām yang dinisbatkan pada para utusan selain Nabi Muhammad . Tetapi milik Muhammad-lah şalawat dan salām atasnya.5 Ungkapan pujian sering diekspresikan dengan sya‟ir, puisi, bahkan acara-acara ritual sebagai rasa kagum atas keistimewaan atau keunggulan, akan sering diabadikan dengan berbagai karya. Puisi untuk menghormati sang Nabi ditulis tidak hanya oleh para Penyair penduduk kota yang menulis sajak-sajak yang melambung dalam bahasa-bahasa terpelajar seperti Arab, Persia, Turki Usmani dan Urdu, tetapi juga sangat lumrah dalam tradisi rakyat. Para Penyair kota di India
5
Annemarie Schimmel, Menyingkap Yang Tersembunyi, (Bandung: Mizan Pustaka, 2005), hlm. 93
18
mengungkapkan penghormatan kepada sang Nabi dalam bentuk himne-himne bergaya megah.6 Seperti dalam tradisi tasawuf, penghormatan dan pujian kepada NabiNabi sering dituangkan serta diabadikan dalam tulisan-tulisan atau juga dalam bentuk karya prosa dan kemudian juga dalam puisi yang penuh dengan gaya bahasa yang berlebih-lebihan dan memancarkan keindahan puitikal. Sebuah contoh yang sangat bagus terdapat dalam tulisan-tulisan al-Barzanjî, semua sya‟ir-sya‟ir yang terdapat dalam kitab tersebut isinya pujian dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Begitu juga dalam tradisi Arab, sya‟ir-sya‟ir pujian pertama untuk Nabi ditulis selama masa hidupnya dan Ңasan ibnu Śabit lah yang dipandang sebagai seorang Penyair di Madinah. Tugasnya dalam arti tertentu adalah tugas seorang jurnalis yang secara puitikal mencatat peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di dalam masyarakat muslim yang masih muda itu. Dia berada di sana untuk menistakan musuh-musuh Nabi dan menyanjung tindakan-tindakan berani orang muslim, karena itu sya‟ir-sya‟ir merupakan sumber penting bagi sejarah terawal Islam.7 Karena itu tidaklah mengherankan bahwa dalam masa-masa selanjutnya, setiap Penyair besar yang unggul dalam puisi pujian untuk Nabi disebut disebut “Ңasannya Negerinya”. Sebagaimana seorang Penyair persia dengan rendah hati berkata: Bagaimana bisa aku, yang kacau begini, 6
Annemarie Schimmel, Menyingkap Yang Tersembunyi, hlm. 286 Annemarie Schimmel, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah, (Bandung: Mizan Pustaka, 1991), hlm. 242 7
19
mengemban (Peran) hasan dalam puji-pujian.8 Penyair-Penyair lain disamping Hasan merupakan bagian dari pengiring Nabi dan baris sajak mereka juga mengandung sumber tertentu yang penting bagi periode pertama Islam. Diantara mereka adalah Ka‟ab Ibnû Malik dan „Abdullah ibn Rawaңah. Namun nama-nama mereka hampir tidak disebut-sebut
dalam
tradisi
non
Arab
terkemudian.
Para
Penyair
mengungkapkan harapan bahwa lagu-lagu pujian mereka dapat berfungsi sebagai semacam perantara diantara mereka, makhluk-makhluk yang berdosa dan Nabi yang dapat “mencuci bersih dosa-dosa dengan air dari awan kebaikan”.
Sya‟ir
pujian yang sangat bagus, puitikal dan ekspresif
diantaranya adalah hamziyyah, sebuah sya‟ir
bersajak dalam a, yang
mengandung di sana-sini sebuah gambaran panjang tentang mukjizatmukjizat Nabi yang termashur. Namun bukan hamziyyah yang mengabadikan nama Busiri, tetapi sya‟ir bersajak dalam m-nya, yang termasyhur sebagai alburdah (dalam bahasa Turki biasanya al-bur‟a).9 Burdah memang merupakan ikhtisar sejati tentang profetologi zaman pertengahan dan meskipun baris-baris sajaknya yang seksama kedengarannya agak sederhana dan tidak sedemikian memikat bila diterjemahkan kedalam kata-kata barat, masing-masing mengandung rukun tentang iman dan pernyataan-pernyataan tentang Nabi yang merupakan sentral bagi pandangan
8 9
Annemarie Schimmel, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah, hlm.242 Annemarie Schimmel, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah, , hlm. 245
20
dunia muslim zaman pertengahan. Itulah sebabnya sya‟ir ini menjadi populer sekali.10 Selain puisi dan barisan-barisan sajak, penghormatan kepada Nabi yang lain adalah berupa acara ritual, seperti perayaan maulid Nabi. Meskipun perayaan ini diperingati sebagai hari kelahiran Nabi, tetapi tidak menutup kemungkinan juga sebagai penghormatan akan keagungan dan kemuliaan Nabi dan tentunya masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sampaikan di sini. C. Hakikat Pujian Pada dasarnya Islam tidak melarang memuji manusia dalam batasbatas kemanusiaannya. Pujian tidak boleh merusak orang, baik agamanya maupun dunianya. Sebab pujian, kadang-kadang membuat orang jadi angkuh, atau menjadikan manusia membenarkan dirinya sendiri, tanpa pertimbangan akan hak-hak orang lain.11 Muslim diperintahkan oleh Allah SWT agar tidak mencintai ataupun membenci siapapun kecuali karena Allah SWT. Hal ini karena seharusnya ia tidak mencintai apa pun selain yang dicintainya oleh Allah SWT dan RasulNya. Begitu juga, ia tidak membenci apa pun selain yang dibenci Allah SWT dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, jika Allah dan Rasulnya mencintai sesuatu,
10
Annemarie Schimmel, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah, hlm. 250 Jamaluddin Aңmad al-Bunī, Menelusuri Taman-Taman Maңabbah Şūfiyah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), hlm. 216 11
21
ia juga mencintainya. Dan jika Allah SWT dan Rasul-Nya membenci sesuatu, ia juga membencinya.12 Selain sifat angkuh, maka memuji dengan cara berlebih-lebihan bisa menjadi syirik, karena mendewa-dewakan manusia dari kelebihan yang dimilikinya. Padahal yang lebih hanyalah Allah, Dia adalah Żat Maha Kuasa, Maha Agung dan Maha memiliki segala-galanya, bahkan Maha memberi segala-galanya. Jangan karena engkau memuji manusia, lalu engkau lupa adanya Allah yang kepada-Nya segala pujian. Hanya Allahlah yang patut dipuja. Karena Maha Pelindung dan Maha Mengatasi segala sesuatu. Yang Maha Agung dan patut mendapat pujian. Sehingga puja dan puji hanya milik Allah pengatur alam semesta, yang dinyatakan dalam kalimat “AlҢamdulillahi Rabbil ‟Alamin”.13 Oleh karena itu yang layak mendapatkan pujian hanyalah Allah SWT. Kekuasaan dan perlindungan atas segala-galanya yang ada pada manusia, menjadi milik Allah karena Dia adalah pemilik yang sebenarnya. Kepandaian, kecerdasan dan ilmu dalam kekuasaan Allah. Yang ada pada semuanya bersifat
terbatas.
Keterbatasan
manusia
sesuai
dengan
ketidak
sempurnaannya.14 Pujian terhadap Allah karena kesempurnaan yang ada pada Allah. Pujian terhadap manusia, menunjukkan kelemahan diri. Karena pada diri 12
Abu Bakr al-Jazairi, Mengenal Etika & Akhlak Islam, (Jakarta: Lentera Basritama 1998), hlm. 133 13 Jamaluddin Aңmad al-Bunī, Menelusuri Taman-Taman Maңabbah Şūfiyah, hlm. 216 14 Jamaluddin Aңmad al-Bunī, Menelusuri Taman-Taman Maңabbah Şūfiyah, hlm. 217
22
manusia terdapat kekurangan dan kelebihan. Telah dipikulkan ke atas pundak manusia sifat baik dan buruk (fujur dan takwā). Kebanyakan pujian yang tinggi dan kehormatan yang di pikulkan pada manusia adalah pemberian yang tidak pasti, sementara, dan juga palsu. Begitu gemerlapan tampak kemilau dari luar, sedangkan di kedalaman pujian itu tersembunyi kepalsuan dan kemunafikan. Pujian yang tidak terpuji seperti itu hanya ada pada manusia.15 Sedangkan yang pantas menerima pujian dan pujaan hanya Allah SWT. Hamba Allah memberikan pujiannya dengan hati yang tulus, hanya kepada sang pencipta langit dan bumi. Ketinggian martabat manusia tidak mampu mengungguli keagungan Allah Jallā Jallalah. Pujaan yang di berikan kepada Allah adalah puji dan puja yang hakiki.16 Puji dan puja itu lahir dari perhambaan seorang „abid kepada ma‟būd. Seorang hamba janganlah bergembira mendapat pujian dari sesama manusia. Sebab disaat sihamba sedang mendapat pujian, disaat itu setan membesarbesarkan hatinya dan membangga-banggakan jiwanya, kemudian membakar sifat angkuhnya lalu menenggelamkan dirinya sedikit demi sedikit.17 Perlu disadari, bahwasanya setiap orang mempunyai kelebihan masing-masing. Dan kelebihan itu adalah anugerah Allah yang wajib dihargai. Ia harus yakin kepada dirinya sendiri dari hal apa yang ada pada 15
Jamaluddin Aңmad al-Bunī, Menelusuri Taman-Taman Maңabbah Şūfiyah, hlm.
16
Jamaluddin Aңmad al-Bunī, Menelusuri Taman-Taman Maңabbah Şūfiyah, hlm.
17
Jamaluddin Aңmad al-Bunī, Menelusuri Taman-Taman Maңabbah Şūfiyah, hlm.
217 218 218
23
dirinya sendiri sehingga tidak mudah terpesona oleh pujian manusia. Ia harus malu kepada Allah, apabila ia menerima pujian, serta ingin agar setiap pujian bermanfaat bagi dirinya. Ia harus pandai mengendalikan dirinya ketika pujian-pujian masuk kedalam jiwanya. Terutama apabila pujian itu sama sekali tidak dimilikinya maka ia harus malu kepada Rabbul‟alamin.18 Orang mukmin sejati tidak menginginkan pujian bagi dirinya. Ia tidak ingin menjadi saksi dihadapan manusia adanya pujian untuknya, karena kelak dihadapan Allah ia akan menjadi orang hina dan tidak mempunyai malu. Orang mukmin sama sekali tidak menginginkan pujian apapun terhadap dirinya ia tidak suka dianggap sebagai orang dungu yang makan puji, karena tidak menghargai pemberian Allah pada dirinya.19 Imam Ghazālī memaparkan dalam lhya‟: maka adalah kesibukan hati mereka dengan hal ihwalnya pada sisi Allah yang membuat ia marah oleh adanya pujian makhluk. Karena orang yang dipuji, adalah orang yang mendekatkan diri kepada Allah. Orang yang tercela dengan sebenarnya adalah orang yang menjauhkan diri dari Allah, yang dicampakan ke neraka beserta orang-orang yang jahat.20 Akan tetapi Allah menyuruh manusia beriman kepada-Nya untuk memberi penghormatan dan mendo‟akan serta berşalawat kepada Nabi Muhammad
SAW hamba yang dikasihi Allah
sebagai ungkapan keagungan atas jasa maupun pengorbanan. 18
Jamaluddin Aңmad al-Bunī, Menelusuri Taman-Taman Maңabbah Şūfiyah, hlm.
19
Jamaluddin Aңmad al-Bunī, Menelusuri Taman-Taman Maңabbah Şūfiyah, hlm.
221 221 20
Moh. Zuhri, Terjemah Iңyā „Ulūmuddīn, Jilid VI (Semarang: CV Asy- Syifā, 2003), hlm. 348
24
Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berşalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berşalawatlah kamu untuknya dan bersalām lah yang sempurna.” (Q.S. al-Ahzāb : 56). Dari ayat diatas sangat jelas bahwa Allah menyuruh kita semua yang beriman kepada-Nya untuk berşalawat kepada Nabi Muhammad SAW, ini merupakan bentuk syukur atas segala jasa Nabi SAW yang telah menuntun kita kejalan kebenaran serta menyebut-nyebut keistimewaan dan jasa Beliau untuk dijadikan panutan dan tuntunan dalam kehidupan. Disamping itu Allah juga menghibur Nabi Muhammad SAW dengan memerintahkan kaum muslimin agar mentaati perintah beliau, sebagaimana firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad ).”21 Allah sangat mengagungkan dan memuliakan Nabi Muhammad SAW, dengan pujian yang tidak sesuatu pun akan dapat melampaui pujianpujian-Nya.
21
(QS. An-Nisa‟ Ayat 59).
25
D. Kriteria Orang Yang Mendapatkan Pujian Kriteria ini pada umumnya adalah orang yang mendapatkan penghargaan dan keunggulan. Disamping itu juga mempunyai keistimewaan pada dirinya sehingga orang lain memujinya bahkan mengabadikannya. Seperti yang telah penulis paparkan di atas, mengapa para Penyair dan seniman lain membuat karya sedemikian rupa kepada para Nabi dan terlebih lagi kepada Nabi Muhammad
kalau bukan karena keunggulan dan
keistimewaan beliau. Hingga mereka rela mengabadikan karya penghormatan beliau ke dalam karya yang tidak ternilai harganya. Bahkan Allah dan para malaikat pun memuji beliau dengan pemberian salām dan diabadikan dalam ayat maupun dalam hadits. Ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah terhadap kaum muslimin berkaitan dengan Nabi Muhammad
dan istri-istri beliau, demikian juga
keistimewaan dan kemudahan yang Allah menyerahkan kepada beliau semua itu disebabkan karena agungnya pribadi Nabi Muhammad, sungguh kita tidak dapat membayangkan betapa tinggi kedudukan Nabi itu dan betapa cinta Allah kepada beliau. Seperti yang terdapat dalam al-Qur‟an surat al-Ahzāb ayat 56.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berşalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berşalawatlah kamu untuknya dan bersalām lah yang sempurna”. (Q.S. al-Ahzāb : 56).
26
Melalui ayat yang agung ini, Allah menerangkan memuliakan dan ketinggian derajat Nabi Muhammad, untuk itu Allah memerintahkan kaum mukminin agar memuliakan dan menghormatinya dengan berşalawat.22 Kriteria lain seperti keunggulan kebaikan yang berupa keteladanan sifat yang patut dijadikan contoh dan kerja keras atau perjuangan untuk mendapatkan dan menghasilkan sesuatu. Sehingga patutlah kata pujian diberikan dengan catatan semua mengandung unsur kebaikan. Seperti para Nabi, beliau adalah cermin dari sifat-sifat umatnya, yakni mulai dari kelembutan kerendahan hatinya, penyayang, santun katanya bahkan sampai kesabaran dan ketawakalannya yang patut dijadikan contoh keteladanan bagi para umatnya. Selain itu juga beliau (para Nabi) juga berjuang di jalan Allah, berjuang menegakkan agama dan menyebarkan kebaikan, yang tentunya beliau selalu mentaati perintah Allah dan menjauhi larangannya. Penghormatan atau pujian tidak hanya diberikan kepada para Nabi yang mempunyai banyak keistimewaan, akan tetapi manusia lain atau manusia pada umumnya juga bisa mendapatkan penghormatan tersebut dengan cara melakukan segala sesuatu yang bernilai kebaikan. Kriteria selanjutnya adalah pujian diberikan kepada orang yang mempunyai prestasi dan bahkan orang kaya berhak mendapatkan pujian jika orang tersebut dapat menggunakan kekayaannya untuk kebaikan. Dalam hal ini kaya atau miskin tidak menjadi kriteria utama untuk mendapatkan pujian dan penghargaan, meskipun orang miskin tetapi kalau 22
K. H. Qamaruddin Shaleh, Ayat-Ayat Larangan dan Perintah Dalam al-Qur‟an, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2004), hlm.
27
mereka mempunyai sesuatu yang lebih atau keistimewaan dari yang lain mereka patut untuk diberikan pujian. dan tentunya mungkin masih banyak lagi lain yang belum penulis sampaikan di sini, karena mungkin saja pujian diberikan pada saat-saat tertentu atau kondisional. Kemudian
akan
diklasifikasikan
kriteria-kriteria
orang
yang
mendapatkan penghormatan ataupun kemuliaan yang akan dibagi menjadi dua bagian alasan manusia dihormati. Pertama penghormatan ataupun kemuliaan yang datangnya dari Allah SWT kepada oarang yang bertaqwa kedua penghormatan dan kemuliaan yang datang dari manusia itu sendiri. 1. Pujian Allah Kepada Orang Bertaqwa Allah SWT akan menghargai dan memuji orang-orang -- yang senantisa Melakukan hal-hal yang positif, diantara orang yang bertaqwa. Pujian dan penghargaan allah SWT selalu menyertai orang yang bertaqwa karena ketaqwaan merupakan suatu yang benar, baik, positif.23 Allah SWT mendudukkan pribadi-pribadi bertaqwa meraih derajat kemuliaan yang tinggi di sisi-Nya. Seperti yang tertulis dalam firman Allah yang berbunyi:
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.24
23
Ashaf Shaleh, Taqwa Makna Dan Hikmnya Dalam Al-qur‟an, (Jakarta, Erlangga, 2006), Hlm 155 24 Q.S al-Hujurāt ayat 13
28
Maka bagi siapapun yang ingin meraih kemuliaan tertinggi disisi-Nya, hal itu tidak akan dicapai dengan sekedar harta, kemewahan, ataupun keturunan yang banyak, namun hanya dengan taqwa. Manusia sebagai makhluk Allah SWT yang dalam dirinya bersemayam ketaqwaan akan menjadi kekasih Allah SWT. Begitu tegas Allah menyatakan dalam firman-Nya bahwa Dia mencintai orang-orang bertaqwa. Dengan ketakwaanya, pribadi bertaqwa akan dicintai Allah SWT, dengan cinta-Nya, Allah akan senantiasa menganugerahkan mai`iyyah-Nya (kebersamaan-Nya), inilah kesertaan dan kebersamaan khusus yang Allah berikan kepada mereka orang-orang yang bertaqwa. Sebagaimana yang tertulis dalam al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 194, yang artinya sebagai berikut.
Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah : 194) Tentunya tidak ada kebersamaan yang lebih nikmat, tidak ada kesertaan yang lebih indah, tidak ada kedekatan yang lebih syahdu daripada ketika seorang hamba sedang merasa dekat dengan Tuhannya, merasa Allah SWT sesantiasa menyertai dalam setiap langkahnya dalam menapaki jalan kehidupan ini. Maka dia akan berjalan mengarungi kehidupan ini; segala yang akan dia lalui dia lewati, semua itu dengan ketaqwaannya akan ia tempuh dengan ma`iyyatullah.
29
2. Pujian Antar Manusia Islam memerintahkan pemeluknya untuk menunaikan hak-hak pribadinya dan berlaku adil pada dirinya. Islam dalam pemenuhan hak-hak pribadinya tidak boleh merugikan hak-hak orang lain. Islam mengimbangi hak-hak pribadi, hak-hak orang lain dan hak masyarakat sehingga tidak timbul pertentangan.25 Menghargai dan menghormati orang lain adalah salah satu upaya untuk membina keserasian dan kerukunan hidup antar manusia agar terwujud kehidupan masyarakat yang saling menghormati dan menghargai satu sama lain sesuai dengan harkat dan derajat seseorang sebagai manusia. Penghormatan manusia dengan lainnya dapat dikategorikan menjadi empat bagian, antara lain sebagai berikut. a. Manusia Dihormati Karena Kemanusiaanya Manusia akan senantiasa dihormati akan hak-haknya selagi ia masih hidup hingga ia dikuburkan, sekalipun ia miskin, berakhlak buruk, bodoh, tidak beragama dan berstatus rendah di tengah masyarakatnya. Tetapi penghormatan itu diberikan karena kesadaran manusia yang tahu
akan
kewajibannya terhadap sesamanya, Allah berfirman :
25
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2007) hlm. 212
30
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia ( karena sombong ) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S Luqman : 18 ).26 Secara umum manusia dihormati oleh sesamanya karena ia manusia. Seseorang dihormati karena ia manusia, jika tidak diikuti oleh kualitaskualitas yang berikutnya berupa harta, ilmu, keturunan dan agama, tentu penghormatan itu tidak setinggi penghormatan manusia yang diberikan kepada orang yang berilmu dan beragama. Dengan demikian tanpa status sosial pun sudah selayaknya manusia mendapatkan penghormatan dari manusia yang lainnya, namun bukan saja penghormatan
yang
hanya
diharapkan,
pada
dasarnya
memberikan
penghormatan terlebih dahulu yang lebih penting. b. Manusia Dihormati Karena Kedermawaanya Tentang bagaimana dan mengapa manusia yang dermawan dihormati lebih daripada orang-orang yang pelit dapat kita pahami secara kontekstual. Dalam hadist Telah menceritakan kepada kami
'Abdān,
telah
bercerita kepada kami 'Abdullah, telah mengabarkan kepada kami Yūnus dan Ma‟mar, dari Al-Zuhrī berkata, telah bercerita kepadaku 'Ubaidullah bin „Abdullah, dari Ibnu 'Abbās ra berkata; "Nabi SAW adalah manusia paling dermawan".27
26
H. Moh Rifa‟i dkk, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Semarang CV Wicaksana 1999), hal.809 27 Diriwayatkan oleh al-Bukharī didalam Kitab Sahih Al-Bukharī Bab Bid‟u alWahyū, hal.8.
31
Rasulullah telah menjadi teladan seluruh pengikutnya, digambarkan dalam hadits di atas bahwa selain Rasulullah orang selalu menganjurkan untuk berşadaqah, beliau juga mengajarkan lewat perbuatannya menjadi orang yang dermawan.28 Pujian dan penghormatan terhadap orang yang dermawan juga pernah disampaikan oleh Nabi Muhammad
SAW terhadap para sahabatnya, di
antaranya yang termaktub dalam satu hadis Nabi Muhammad SAW yang Artinya : Telah menceritakan kepada kai „Ali bin „Abdullah, menceritakan kepadaku Muhammad
bin
Ţalңah at-Taimī (dari kota Madinah),
menceritakan kepadaku Abu Suhail bin Mālik, dari Sa‟id bin al-Musayyab, dari Sa'īd bin Abu Waqās berkata; Rasulullah SAW berkata kepada Al 'Abbās: "Inilah 'Abbās bin „Abdil Muţţalib orang Quraisy yang paling dermawan dan paling menjaga hubungan." c. Manusia Dihormati Karena Ilmunya Banyak sekali jabatan, kedudukan, dan fungsi yang dapat diperoleh seseorang karena ilmu dan pengalaman yang dimilikinya. Seseorang karena ilmunya diberikan suatu jabatan, dan karena jabatan itu kemudian ia memperoleh penghormatan dari manusia. Kita bisa membandingkan bagaimana sikap manusia terhadap seorang Profesor Doktor dibanding terhadap seorang Sarjana, tentu saja Doktor itu yang mendapatkan penghargaan lebih. Bahkan dengan orang-orang kaya pun, orang-orang yang
28
Bukan Rasulullah yang mengikrarkan dirinya menjadi orang yang dermawan, akan tetapi para Sahabatlah yang menilai Rasulullah SAW sebagai orang yang dermawan, karena memang dalam kesehariannya mereka selalu bersama Rasulullah SAW.
32
berilmu lebih dihormati keberadaannya. Sebabnya orang-orang yang berilmu itu berfungsi menjaga, sedangkan orang-orang berharta berfungsi yang dijaga. Firman Allah SWT:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Berkata al-Qurţubī tentang ayat ini: bahwasannya Allah SWT akan mengangkat derajat orang yang beriman karena imannya, ini yang pertama kedua karena ilmunya.29 Orang-orang ahli ilmu dihormati menurut Muşţafā Bisrī dikarenakan mereka sangat mencintai masyarakatnya, dan seperti mewakafkan dirinya untuk mereka, ulama yang termasuk seperti mereka adalah ulama yang "yandurū mā ilāl ummah bi 'ainir raңmah" melihat umat dengan mata kasih sayang. Memberikan pelajaran kepada yang bodoh membantu yang lemah, menghibur yang menderita, dan seterusnya.30 d. Manusia Dihormati Karena Akhlaknya Selanjutnya kita juga mengamati bahwa orang-orang yang berakhlak mulia lebih dihormati manusia ketimbang orang yang tidak berakhlak. Lebih
29
Syaikh Imam al-Qurţubī , Tafsir al-Qurţubī , Jilid XVIII (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm. 180-181 30 Muşţafā Bisrī , Membuka Pintu Langit, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara 2007) hal. 20-21.
33
dari itu di masyarakat kita menyaksikan bahwa orang-orang yang berakhlak dan memberikan manfaat yang banyak bagi manusia lebih dihormati manusia dari orang-orang yang sekedar berilmu saja. Nabi Muhammad
telah
bersabda: Telah menceritakan kepada kami „Umar bin Ңafş, telah menceritakan kepada kami Abī (Ayahku), telah menceritakan kepada kami alA‟masy (ia berkata), telah menceritakan kepadaku Syaqīq, dari Masrūq (ia berkata), kami sedang duduk berbincang-bincang bersama „Abdillah bin „Amr tiba-tiba bercerita kepada kami: bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang tidak pernah berbuat keji dan tidak pula menyuruh berbuat keji, dan ia bersabda: “sesungguhnya sebai-baiknya kalian adalah yang paling mulia akhlaknya”.31 Allah sangat mengagungkan dan memuliakan Nabi Muhammad SAW, dengan pujian yang tidak sesuatu pun akan dapat melampaui pujianNya, ini dinyatakan dalam firmannya:
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”32 Nabi Muhammad SAW adalah sosok manusia yang dicipta secara khusus oleh Allah SWT. Ia dipilih dari seluruh makhluk untuk menjadi Nabi dan Rasul-Nya yang utama dan penghabisan. Ia diciptakan sedemikian rupa sehingga tidak memiliki cacat atau cela sedikitpun. 31
Al-Bukharī , Şahīh Al-Bukharī , Kitāb al-Ažab Bāb Lam Yakun an-Nabī fahisan wala Mutafahisan, (Darr al-Fikr) 32 (QS.al-Qalam: 4)
34
Pada ayat yang lain, Allah SWT kembali memuji dan menyanjung sifat-sifatnya:
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rosul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orangorang mukmin.”33 Dari ayat diatas, Allah SWT menjelaskan bahwa Rasulullah SAW mempunyai tenggang rasa yang tinggi dan kepedulian yang besar kepada semua umatnya. Beliau SAW merasa berat atas penderitaan yang kita alami. Beliau SAW amat menginginkan keimanan dan keselamatan bagi kita semua. Beliau SAW amat belas kasihan dan penyayang kepada orang-orang yang beriman. Tingginya pujian dan sanjungan Allah SWT bisa kita lihat dari pengujung ayat diatas, dimana Allah SWT menyematkan dua asma-Nya yang agung, ar-Ra‟uf (Dzat yang Maha Pelimpah Kasih) dan ar-Rahman (Dzat yang Maha Pengasih) menjadi sifat pribadi Rasulullah SAW. E. Ungkapan Pujian Ungkapan pujian ini akan dikategorikan menjadi dua macam pujian dalam diskursus keIslaman, yaitu pujian makhluk-makhluk atau hamba kepada Allah dan pujian Allah SWT kepada hamba-Nya.
33
(QS. at-Taubah:128).
35
1.
Makhluk-Makhluk Memuji Allah SWT. Dalam al-Qur‟an tidak dikemukakan redaksi pujian kepada Allah
SWT kecuali pujian tersebut merupakan pengajaran langsung dari-Nya, secara tersurat atau tersirat. Ayat-ayat berikut yang merupakan perintah kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan Nabi dan Rasul terakhir.
Dan Katakanlah (Hai Muhammad): "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, Maka kamu akan mengetahuinya. dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan". (Q.S an-Naml : 93) Perhatikan juga yang ditujukan kepada Nabi Nuh
Maka ucapkanlah (Hai Nuh): "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Kami dari orang-orang yang zalim."(Q.S al-Mukminun : 28) Juga diamati bahwa mereka yang memuji Allah, selalu mendahulukan ucapan tasbih (penyucian) baru kemudian memuji-Nya. Hal ini bukan hanya memberi kesan bahwa penyucian Allah SWT dari segala kekurangan harus mendahului penetapan sifat-sifat terpuji bagi-Nya, tetapi juga memberi kesan, seakan-akan ada semacam kekhawatiran dari para pengucap pujian itu jangan sampai apa yang mereka ucapakan tidak sesuai dengan kebesaran bahkan dengan kehendak-Nya.34 Perhatikan ayat-ayat berikut:
34
M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi, Pendahuluan (Jakarta: Lentera Hati, 1998), hlm XXX
36
Dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Penyayang. (ash-Shura : 5) Makhluk-makhluk lain pun demikian
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.(al-Isra : 44) Kita pun, saat ruku dan sujud menghadap Allah mendahulukan tasbih kemudian mengucapkan tahmid (subhana rabbiyal azimi wa bi hamdihi dan subhana rabbiyal a‟laa wa bi hamdihi). Manusia ingin mengenal tuhan, pengenalan sempurna mungkin sesuai dengan kemampuan kita sebagai makhluk, dan hal itu hanya dapat diperoleh melalui pengenalan langsung dari yang maha kuasa itu sebagaimana diterangkan dalam al-Qur‟an dan diutarakan oleh utusan-utusan-Nya. Memang ada yang mengenal-Nya tanpa merujuk kepada kitab suci atau wahyu tetapi pengenalan yang amat kurang, karena pengenalan mereka hanya melalui nalar atau pengalaman rohaniah. Ada yang mengenal-Nya melalui kemurahan dan kasih sayang-Nya, ada yang melalui pengampunan dan pemaafan-Nya, atau melalui murka dan pembalasan-Nya. Ada juga yang
37
mengenalnya melalui ilmu, hikmah dan kebijaksanaan-Nya atau ketelitian ciptaan dan pengaturan-Nya.35 2. Allah Memuji Hamba-Nya Sebagian dari tanda kuatnya hubungan Allah kepada hamba-Nya, terutama kepada mereka yang bersungguh-sungguh mengesakan-Nya, adalah bahwa Allah SWT selalu membanggakan hamba-hamba-Nya yang taat dihadapan-Nya. Tiada seorang hamba Allah SWT pun yang memperoleh perhatiaan umatnya, kecuali Nabi Muhammad SAW. Kecintaan dan penghormatan umatnya begitu mengelora dan mendalam sepanjang hayatnya, bahkan setelah wafatnya.36 Kehidupan Nabi Muhammad SAW, karunia dan keistimewaan yang diberikan Allah SWT kepadanya tidak mungkin dimiliki kecuali oleh Nabi Muhammad SAW. Tidak ada manusia yang dapat menjadikan keistimewaan itu sebagai sifat pribadi kecuali Nabi Muhammad SAW sendiri, karena Allah hanya memberikan keistimewaan tersebut kepada Nabi Muhammad SAW secara khusus tanpa berbagi dengan orang lain. Bahkan, Allah SWT telah mengungkapkan ihwal dirinya sebelum beliau lahir ke alam dunia ini. Kemudian Allah memujinya setelah beliau lahir ke alam nyata. Dengan
35
M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi, Pendahuluan, (Jakarta: Lentera Hati, 1998), hlm XXXI 36 Muhammad Kamil Hasan al-Mahami, Ensiklopedi Tematis al-Qur‟an, (Jakarta: PT. Kharisma Ilmu, 2005), hlm.7
38
demikian, tahulah kita bahwa keistimewaan itu dikhususkan Allah kepada Nabi muhammad SAW dan tidak diberikan kepada para Nabi lainnya.37 Dan bila memanggil para Nabi, Allah SWT menganggilnya dengan menyebut nama mereka, lain halnya jika Allah SWT menyeru Nabi Muhammad SAW. Allah SWT hanya akan memanggil dengan seruan yā ayyuhār rasūlu (Wahai Rasul) atau dengan lafal yā ayyuhān Nabiyyu (Wahai Nabi). dan Allah SWT tak pernah bersumpah dengan kehidupan seseorang selain Rasulullah SAW.38 Begitu juga Allah SWT memanggil makhluk terkasihnya itu dengan panggilan mesra, seperti yā ayyuhāl muddaśśir (wahai orang yang berselimut), atau yā ayyuhāl muzammil (wahai orang yang berselimut) serta beberapa panggilan kemuliaan lainnya. bandingkan dengan para Nabi sebelum Muhammad SAW, yang diseru allah dengan nama-nama mereka seperti; yā Adam, yā Musā, dan lain sebagainya.39 Bahkan,
Allah
SWT.
melarang
hamba-Nya
menyebut
Nabi
Muhammad SAW. secara sembarangan. Hal ini termaktub dalam firman-Nya: “Janganlah kalian memanggil Rasul (Muhammad) seperti kalian memanggil sesama orang di antara kalian”.40
37
Ibrahim Mulaakhathir, Keagungan Nabi Muhammad SAW, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 2 38 Nabil Hamid Al-Mu'adz, Bagaimana Mencintai Rasulullah, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 28 39 M. Syukron Maksum, Rahasia Sehat Berkah Şalawat, Cetakan 1, (Yogyakarta: Best Publisher, 2009) hlm. 20 40 (QS.An-Nur : 63).