BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGGUNAAN KATA SENSEI DAN STUDI SEMANTIK 2.1.
Etimologi Kata Sensei 2.1.1. Makna kata Sensei Kata sensei (先生) bila dilihat dari kanjinya, terdiri atas 2 kanji, yakni kaji
sen (先) dan kanji sei (生). Kanji sen (先), memiliki kunyomi ‘saki’. Dalam Kamus Kanji Modern Jepang Indonesia karangan Andrew N. Nielson (2008 : 570), kanji sen ( 先 ) memiliki makna masa depan, prioritas, yang didahulukan / diutamakan. Sedangkan kanji sei (生) bermakna kelahiran, kehidupan, eksistensi, nafkah, mahasiswa (2008 : 616). Jika kanji sen (先) dan sei (生) digabungkan menjadi sensei (先生), maka makna yang ditimbulkan dari kanji tersebut menurut Kamus Kanji Modern Andrew N. Nielson adalah guru, dokter dan sarjana (2008 : 167). Berbeda dengan makna kata sensei yang terdapat dalam Kamus Standar Bahasa Jepang – Indonesia karangan Taniguchi (2007 : 510) adalah panggilan
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan kepada guru dan juga dokter. Sedangkan pada Kamus Kanji Modern Jepang Indonesia (2008 : 186) dijelaskan bahwa sensei bermakna guru, sarjana dan dokter. Pada Kamus besar Jepang – Indonesia Kenji Matsuura, dijelaskan bahwa kata sensei pada bahasa Indonesia memiliki makna “guru ; dokter”. Pada kamus bahasa Jepang, yakni “Nihongo Daijiten” (1978) makna kata sensei dituliskan sebagai berikut :
先生「名」: (sensei [na]) たぐい
1. (文)〔自分より〕先に生まれた人。
,類:先輩。
([bun] [jibunyori] sakini umareta hito. Tagui : senpai) 2. (自分が師事している) しどうしゃ
がくもん
,学問、
げいじゅつ
ししょう
,指導者、
,芸術、
げいのう
たい
,師匠。また、その人に
,芸能などの
けいしょう
,対する
,敬称。
([jibun ga ijishiteiru] gakumon, geijutsu, geinou nado no shidousha, shishou. Mata, sono hito ni taisuru keishou.) 3. 教員、医師、作家、弁護士、 たい
だいぎし
,代議士、などの
しょくぎょう
,職業につ
けいしょう
いている人に ,対する
,敬称。
(kyouin, ishi, sakka, bengoushi, daigishi, nado no shokugyou ni tsuiteiru hito ni taisuru keishou.) Yang artinya : 1. Orang yang lebih dahulu lahir, contohnya senior.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, seniman, para pemimpin panggung hiburan, dan juga dokter. Selain itu juga, panggilan ini digunakan kepada orang sebagai gelar kehormatan. 3. Pengajar, dokter, penulis, pengacara, anggota konggres, gelar kehormatan yang diberikan kepada orang yang memiliki profesi tertentu. Sedangkan berdasarkan kamus “Shinshuu Kanwa Daijiten” ada beberapa makna dari kata sensei yakni : われ
1.
う
みち
し
ひと
,我より ,生まれて ,道を ,知れる ,人。 (ware yori umarete michi wo shireru hito.) きょうし
2.
ししょう
,教師。
,師匠。
(kyoushi. Shishou.) ねんちょうしゃ
,年長者。
3.
(nenchousha) ふけい
4.
,父兄。 (fukei)
5.
ごうひと
かん
たい
いえ
い
もの
しょう
,郷人の ,官を ,退さて ,家に ,居る ,者の
,称。
(gouhito no kan wo taisate ie ni irumono no shou) 6.
けいしょう
,敬称。
(keishou) Yang artinya: 1. Orang yang terlebih dahulu menggeluti suatu bidang tertentu. 2. Guru. Dokter. 3. Seorang yang sudah senior / tua.
Universitas Sumatera Utara
4. Abang dan orang tua ; wali 5. Gelar yang diberikan kepada orang yang bekerja di instansi pemerintah desa. 6. Gelar kehormatan. Pada kamus “Informative Japanese Dictionary” dituliskan beberapa makna dari kata sensei, yakni : がくもん
ぎじゅつ
,学問や、
おし
に ,教えたり せいじか
しどう
,政治家し、
ちしき
,技術や、
も
ひと
,知識などを ,持っていて、それを ,人 ひと
,指導したりする ,人。のほかに
がくしゃ
べんごうし
,学者、
げいじゅつか
,芸術家、
よ
,弁護牛などを ,呼ぶときにも使うこ
とがあります。 (gakumonya, gijutsuya, chishiki nado wo motteite, sore wo hito ni oshietari shidoushitarisuru hito. Nohoka ni geijutsuka, sejikashi, gakusha, bengoushi nado wo yobu tokini mo tsukau koto ga arimasu.)
Yang artinya : Orang yang mengajarkan atau membimbing orang lain dalam bidang pengetahuan, seni dan informasi. Selain itu panggilan ini juga digunakan kepada seniman, politikus, sarjana / cendikiawan, pengacara dan lain-lain. Pada kamus “Reikai Shinkokugo” dituliskan makna sensei seperti berikut : ひと
おし
,人を ,教えたり
ひと
しどう
,指導したりする い
たちば
ひと
,立場にある ,人。その
,人をうやまってよぶ ,言いかたでふつう、
どをさすが、
げいじゅつか
せいじか
,芸術家や
きょうし
,教師や
いしゃ
,医者な
つか
,政治家などにも ,使う。
Universitas Sumatera Utara
(hito wo ashietari shidoushitarisuru tachiba ni aru hito. Sono hito wo uyamatte yobu iikata de futsuu, kyoushiya, isha nado wo sasuga, geijutsukaya, seijika nado ni mo tsukau.) Yang artinya : Orang memiliki pendirian yang mengajarkan atau membimbing orang lain. Orang tersebut biasanya berbicara dengan cara yang sopan dan baik, misalnya pengajar / guru, dokter dan juga seniman dan politikus.
2.1.2. Kelas Kata Sensei Pembagian kelas kata dalam bahasa Jepang disebut dengan hinsi bunrui. Hinshi berarti jenis kata atau kelas kata (word class atau part of speech), sedangkan bunrui berarti penggolongan, klasifikasi, kategori atau pembagian. Jadi hinshi bunrui dalam Sudjianto, dapat berarti klasifikasi kelas kata berdasarkan berbagai karakteristiknya secara gramatikal (2004 : 25). Dalam Yamada Bunpo terdapat 14 kelas kata pada bahasa Jepang, yaitu : meishi, daimeshi, sushi, doushi, keiyoushi, sonzaishi, keishiki doushi, keishiki keiyoshi, joutai fukushi, teidofukushi, chinjutsu fukushi, setsuzoku fukushi, kandoushi dan joushi. Menurut kelas katanya, kata sensei termasuk kepada kelas kata jiritsugo. Menurut Sudjianto dalam bukunya yang berjudul “Gramatika Bahasa Jepang” dijelaskan bahwa jiritsugo adalah kelompok kelas kata yang dapat berdiri sendiri, dapat membentuk sebuah kalimat tanpa sokongan kata lain. Satu jiritsugo selalu terkandung dalam satu bunsetsu. Jiritsugo dibagi atas 2 jenis, yakni
Universitas Sumatera Utara
1. Jiritsugo yang mengenal konjugasi/deklinasi Jiritsugo jenis ini adalah kelompok kata yang tidak dapat berdiri sendiri, harus diikuti oleh fuzokugo.Contoh kalimatnya : ミホさんは親切だ。 (Miho san wa shinsetsu da) Miho adalah orang yang ramah Pada contoh kalimat diatas, ada bagian kalimat yang menjadi jawaban pertanyaan “Bagaimana seseorang/sesuatu itu?” maka jawaban dari pertanyaan tersebut adalah “shinsetsu da”. Bagian dari jawaban pertanyaan tersebut itu yang disebut sebagai jiritsugo yang mengenal konjugasi / deklinasi. 2. Jiritsugo yang tak mengenal konjugasi / deklinasi
Jiritsugo yang tidak mengenal konjugasi adalah jiritsugo yang dapat berdiri sendiri tanpa diikuti oleh fuzokugo. Contoh kalimatnya adalah :
a.
ぼく
あさの
,僕が
,朝野です。
(Boku ga Asano desu) Saya adalah Asano
b.
ほっかいどう
,北海道は日本の一番来たにある。
(Hokkaido wa Nihon no ichiban kita ni aru) Tempat yang paling ingin saya kunjungi adalah Hokkaido
Universitas Sumatera Utara
Pada dua kalimat diatas terdapat kata boku dan Hokkaido. Dua kata tersebut adalah jiritsugo yang tak mengenal konjugasi / deklinasi. Bila jiritsugo tersebut dapat digabungkan dengan fuzokugo (partikel atau kata bantu) sehingga membentuk sebuah bunsetsu, itu disebut dengan meishi (kata benda). Nomina disebut juga kata benda dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa Inggris disebut noun, sedangkan dalam bahasa Jepang disebut meishi. Nomina (noun) ialah kelas kata yang yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak; yang dalam bahasa Inggris ditandai dengan kemungkinannya untuk bergabung dengan sufix plural; misalnya rumah adalah nomina, karena tidak rumah adalah tidak mungkin. Kridalaksana dalam Sudjianto menjelaskan bahwa kelas kata ini biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa; kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda atau hal lain yang dibendakan dalam alam diluar bahasa. Nomina atau kata benda dalam gramatikal bahasa Jepang disebut meishi. Meishi adalah kata yang menyatakan benda atau perkara, tidak mengalami konjugasi atau deklinasi, dapat menjadi subjek, objek, predikat atau adverbia. Meishi disebut juga dengan taigen (Masao, 1982 : 148). Didalam “Gaikokujin No Tame No Kihongo Yorei Jiten” lebih jelas lagi diterangkan bahwa meishi ialah kata yang menyatakan (nama-nama) benda, tempat atau orang, misalnya hana (bunga), hon (buku), gakkou (sekolah), Tokyo (nama kota), Tanaka (nama orang) dan sebagainya. Meishi dapat menyatakan benda abstrak atau benda yang tidak dapat diraba, dirasakan atau dilihat dengan jelas / nyata seperti pada kata heiwa
Universitas Sumatera Utara
(perdamaian), kekkon (pernikahan), ryuugaku (masuk sekolah / perguruan tinggi), kangae (pikiran),
yorokobi (kegembiraan) dan sebagainya. Ciri-ciri meishi
adalah: 1. Meishi (nomina) termasuk kelas kata yang berdiri sendiri (jiritsugo) dan tidak mengenal konjugasi atau deklinasi. Kata-kata yang termasuk kelompok nomina tidak mengalami perubahan misalnya kedalam bentuk lampau, bentuk negatif dan sebagainya. Ciri yang pertama ini membedakan meishi dengan doushi (verba), keiyoushi (adjektiva-i), keiyoudoshi (adjektifa-na) dan joudoshi (verba bantu). Keempat belas kelas kata yang disebutkan terakhir termasuk kelas kata yang mengalami konjugasi / deklinasi. 2. Meishi dapat menjadi subjek, objek, predikat dan adverbia, sehingga secara langsung dapat diikuti joshi (partikel) atau jodoushi (verba bantu). Nomina yang diikuti joshi dan nomina yang diikuti jodoushi itu dapat membentuk sebuah bunsetsu. a. Meishi bila diikuti joshi (partikel) wa, ga, mo, koso,dake atau sae dapat menjadi subjek atau tema dalam suatu kalimat. Contoh kalimatnya :
a.
でんしゃ
,電車が来ました。
(Densha ga kimashita) Kereta listrik sudah datang
b.
ちきゅう
,地球は丸い。
Universitas Sumatera Utara
(Chikyuu wa marui) Bumi itu bulat c. 先生も出席されます。 (Sensei mo shusseki saremasu) Bapak / Ibu sudah hadir Meishi bila diikuti joshi (partikel) yo, diikuti jodoshi (verba bantu) da, desu, rashii dan bila diikuti joshi (partikel) no + verba bantu you da dapat menjadi predikat. Contoh kalimatnya adalah : a. それは私の本よ。 (Sore wa watashi no hon yo) Itu adalah buku saya b. これは桜だ。 (Kore wa sakura da) Ini adalah bunga sakura d. Meishi bila diikuti partikel o dapat menjadi objek. Contoh kalimatnya adalah : a. テレビを見ます。 (Terebi o mimasu) Menonton televisi b. りんごを食べる。 (Ringo o taberu) Makan jeruk
Universitas Sumatera Utara
e. Meishi bila diikuti partikel o, ni, e, to, yori, kara, atau de dapat menjadi keterangan (adverbia). Contoh kalimatnya adalah : a. 空を飛ぶ。 (Sora o tobu) Terbang ke langit b. 山にのぼる。 (Yama ni noboru) mendaki gunung c. きたへ進む。 (Kita e susumu) Maju ke utara d. 姉と出かける。 (Ane to dekakeru) Pergi keluar rumah bersama kakak Ada juga meishi yang berfungsi sebagai adverbia tanpa diikuti pertikel. Contoh kalimatnya adalah : a. 父は毎朝散歩しています。 (Chichi wa maiasa sanposhiteimasu) Setiap pagi ayah berjalan-jalan b. 昨日火事があった。 (Kinou kaji ga atta) Semalam ada kebakaran Sedangkan apabila meishi diikuti joshi (partikel) no maka dapat menerangkan meishi yang lainnya. Contoh kalimatnya adalah : a. 世界の平和
Universitas Sumatera Utara
(Sekai no heiwa) Perdamaian dunia b. 日本の歴史 (Nihon no rekishi) Sejarah Jepang 3. Meishi atau nomina dalam bahasa Jepang disebut juga taigen. Hal ini membedakan meishi dengan doushi (verba), keiyoushi (adjektiva-i) dan keiyoudoshi (adjektiva-na). Ketiga kelas kata yang disebutkan terakhir termasuk kelompok yougen. 4. Seperti telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa meishi ialah kelas kata yang menyatakan benda atau nama benda, tempat, orang atau hal lain yang dibendakan baik benda konkret maupun benda abstrak. Ciri yang terakhir ini tidak dimiliki oleh kelas kata lain, sehingga hal inilah yang membedakan meishi dengan kelas kata lain. Menurut Hamzon Situmorang, (2007 : 34) kata benda terbagi atas 4, yakni :
1. Futsuu meishi Futsuu meishi adalah kata benda yang menyatakan suatu benda. Misalnya hito, inu, mizu.
2. Koyuu meishi
Universitas Sumatera Utara
Koyuu meishi adalah kata benda terbatas. Pada koyuu meishi ini terbagi 2 jenis, yaitu : a. Kata benda yang menjelaskan nama daerah / tempat Misalnya : Medan, Tokyo, Jakarta b. Kata benda yang menjelaskan nama orang Misalnya : Suzuki, Ali, dll
3. Suushi Suushi merupakan kata benda yang menyatakan bilangan. Suushi ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis. 4. Daimeshi Daimeshi atau yang sering disebutkan kata ganti nama terdiri dari 3 jenis, yakni :
a. Kata ganti penunjuk pertama Misalnya : watashi, watakushi, atashi, ore, dll b. Kata ganti penunjuk kedua
Universitas Sumatera Utara
Misalnya : anata, anta, kimi, dll c. Kata ganti penunjuk ketiga Misalnya : kare, kanojo, sonohito, dll 2.2.
Studi Semantik Dalam bidang ilmu yang membahas tentang bahasa, pasti akan
berhubungan dengan ilmu linguistik. Kata linguistik berasal dari bahasa Latin, yakni Lingua yang berarti ‘bahasa’. Semantik (imiron) merupakan salah satu cabang ilmu linguistik (gengogaku) yang mengkaji tentang makna (Sutedi, 2008 : 111). Menurut Ency Britanica dalam Fatimah, semantik adalah studi suatu pembeda bahasa dengan hubungan proses mental atau simbolisme dalam aktivitas bicara (2008 : 4). Menurut Chomsky dalam Chaer (2007 : 285) menyatakan bahwa semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa (dua komponen lain adalah sintaksis dan fonologi), dan makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik ini. Menurut Bapak Linguistik modern, Ferdinand de Saussure, tanda linguistik (signe linguistique) terdiri dari komponen signifian dan signifie. Komponen signifian (yang mengartikan) adalah komponen yang wujudnya berupa runtunan bunyi. Sedangkan komponen signifie (yang diartikan) adalah komponen yang wujudnya berupa pengertian atau konsep yang dimiliki oleh signifian. Sebagai contoh kata meja, komponen signifian yang terdapat dalam kata tersebut adalah /m/, /e/, /j/, /a/; dan komponen signife yang terdapat pada kata tersebut adalah berupa konsep atau makna ‘sejenis perabot kantor atau rumah tangga’.
Universitas Sumatera Utara
Objek studi semantik adalah makna yang terdapat pada satuan-satuan ujaran, seperti kata, frase, klausa dan kalimat. Menurut Fatimah (2008 : 5), makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama katakata). Menurut Lyons dalam Fatimah, mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubunganhubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Makna memiliki tiga tingkat keberadaan, yakni : a. Pada tingkat pertama, makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan, b. Pada tingkat kedua, makna menjadi isi dari suatu kebahasaan, c. Pada tingkat ketiga, makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu. Makna yang menjadi objek kajian semantik dapat dikaji dari berbagai segi, terutama teori atau aliran yang berada dalam linguistik. Jenis-jenis semantik termasuk dalam teori kajian tersebut. Jenis-jenis semantik tersebut adalah : a. Semantik Behavoris Pada semantik jenis ini, makna ditentukan oleh situasi yang berarti ditentukan oleh lingkungan. Oleh karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada data yang dapat diamati yang berada dalam lingkungan pengalaman manusia. Proses memahami makna dilakukan berdasarkan pengalaman dan data yang ada.
Universitas Sumatera Utara
b. Semantik Deskriptif Semantik deskriptif adalah jenis semantik yang mengkaji makna pada saat sekarang sedang berlaku. Dalam semantik deskriptif ini, makna yang diperhatikan adalah makna yang berlaku pada saat ini dan diketahui secara umum, bukan karena kata tersebut kebetulan ada dalam bahasa daerah ataupun dialek bahasa daerah tersebut. Makna yang muncul pada awal proses pemaknaan sudah tidak diperhatikan lagi.
c. Semantik Generatif Pateda (2001 : 69) menjelaskan bahwa teori semantik generatif ini menjelaskan bahwa tata bahasa terdiri dari struktur dalam yang berisi tidak lain dari struktur semantik dan struktur luar yang merupakan perwujudan ujaran. Kedua struktur ini dihubungkan dengan suatu proses yang disebut transformasi. Pada semantik generatif ini lebih banyak membicarakan makna yang muncul didalam kalimat. d. Semantik Gramatikal Makna yang terdapat dalam satuan kalimat adalah kajian utama pada semantik gramatikal.
Universitas Sumatera Utara
e. Semantik Historis Masyarakat sebagai pengguna bahasa adalah satu hal yang mengalami perkembangan secara terus menerus tanpa ada batasannya. Sama seperti sifat bahasa yang bersifat dinamis. Pada semantik historis ini ditekankan studi makna dalam rentangan waktu, bukan mengkaji sejarah perubahan bentuk makna. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam rangkaian waktu. f. Semantik Leksikal Semantik leksikal ialah semantik yang memusatkan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Dalam semantik leksikal ini, hal yang diperhatikan adalah bagian makna yang terdapat delam kata sebagai satuan mandiri, misalnya makna yang terdapat pada kamus. Oleh karena itu, pada semantik jenis ini tidak membahas makna kata yang sudah terangkai dalam satu kalimat. g. Semantik Logika Semantik jenis ini membahas tentang konsep-konsep dan notasi simbolik dalam analisis bahasa. Dalam semantik logika, hal yang dikaji adalah sistem makna yang dilihat dari logika, seperti yang berlaku pada matematika, yang mengacu pada pengkajian makna atau penafsiran ujaran, terutama yang dibentuk dalam sistem logika. Dalam semantik
logika dibahas makna proporsi yang dibedakan dalam
Universitas Sumatera Utara
kalimat. Satu kalimat dapat diujarkan dengan proporsi berjumlah dua atau lebih. Ada banyak jenis makna yang diungkapkan oleh para ahli. Dalam Chaer (2007 : 289) ada berbagai jenis makna yang dijelaskan, yakni : 1. Makna Leksikal Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem, mesti tanpa konteks apapun. Misalnya leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasanya dikendarai’. Dengan contoh itu dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita, atau makna apa adanya. 2. Makna Gramatikal Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi. Umpamanya, dalam proses afiksasi prefiks berdengan dasar baju melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai baju’; dengan dasar kuda melahirkan makna gramatikal ‘mengendarai kuda’. 3. Makna Kontekstual Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada didalam satu konteks. Makna kontekstual dapat juga
Universitas Sumatera Utara
berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu. 4. Makna Refrensial Sebuah kata atau leksem disebut bermakna refrensial kalau ada refrensnya, atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna refrensial karena ada acuannya dalam dunia nyata. 5. Makna Non refrensial Makna non-refrensial adalah makna dari suatu kata yang timbul tetapi tidak ada refrensi yang mengacu kepada kata tersebut. Pada kata dan, atau dan karena tidak memiliki makna refrensial karena kata-kata tersebut tidak memiliki referensi atau acuan yang nyata, tetapi tetap memiliki arti jika dipadankan dengan kata-kata lain dalam suatu kalimat. 6.
Makna Denotatif Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh leksem. Makna denotatif memiliki kesamaan dengan makna leksikal, yakni memaknai suatu leksem sesuai dengan makna asli dari leksem tersebut. Misalnya kata ushi dalam bahasa Jepang memiliki makna ‘sejenis binatang berkaki
Universitas Sumatera Utara
empat yang biasa diternakkan dan dimanfaatkan daging dan susunya’. 7. Makna Konotasi
Makna konotasi adalah makna lain yang ‘ditambahkan’ pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Misalnya kata babi. Bila ditinjau dari makna denotasinya, maka kata babi tersebut bermakna hewan berkaki empat yang dimanfaatkan dagingnya. Tetapi bila ditinjau dari makna konotasinya, maka makna yang dihasilkan bukan lagi sama seperti makna sebelumnya, yakni hewan berkaki empat yang dimanfaatkan dagingnya, melainkan ada perasaan negatif yang muncul ketika mendengar kata tersebut. 8. Makna Konseptual Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Sebenarnya makna konseptual ini memiliki kesamaan proses pemaknaan dengan makna denotatif, makna leksikal dan makna refrensial. 9. Makna Asosiatif
Universitas Sumatera Utara
Makna asosiatif sama seperti lambang yang digunakan oleh suatu masyarakat
bahasa
untuk
menyatakan
konsep
lain
yang
mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan atau ciri yang ada pada asal kata tersebut. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada diluar bahasa. Misalnya kata merah yang berasosiasi dengan ‘berani’ atau ‘paham komunis’. 10. Makna Kata Makna kata adalah makna yang baru jelas maknanya kalau kata itu sudah berada didalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Makna kata tidak dapat dimaknai secara langsung pada kata yang belum mengalami proses kalimatisasi. Makna kata akan terlihat semakin jelas jika kata tersebut sudah berada didalam konteks kalimat atau konteks situasinya. 11. Makna Istilah Makna istilah adalah makna yang mempunyai makna yang pasti, jelas, yang tidak meragukan meskipun tanpa konteks kalimat. Istilah-istilah hanya digunakan pada bidang kelimuan atau kegiatan tertentu. Misalnya istilah yang terdapat pada linguistik, yakni morferm, alomorf, variansi, dan lain-lain. 12. Makna Idiom
Universitas Sumatera Utara
Idiom ialah suatu ujaran yang maknanya tidak dapat dimaknai secara langsung, baik itu secara leksikal maupun secara gramatikal. Misalnya idiom “menjual gigi” bila dimaknai langsung secara gramatikal adalah menjual gigi. Tetapi makna yang sebenarnya bukanlah itu, melainkan tertawa terbahak-bahak. Jadi, makna idiom adalah makna yang tidak dapat dimaknai secara langsung, baik secara gramatikal maupun leksikal. Sementara itu, menurut Dedi Sutedi dalam bukunya yang berjudul “DasarDasar linguistik Bahasa Jepang” memaparkan berbagai jenis makna seperti berikut: 1. Jishouteki Imi (Makna Leksikal) Dalam bahasa Jepang, makna leksikal disebut dengan jishoteki imi (辞書的意味) atau goiteki imi (語彙的意味). Makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan refrensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau dapat dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya kata hana (花) dan kata gakkou (学校) memiliki makna leksikal:
dan <sekolah>. 2. Bunpuoteki Imi (Makna Gramatikal) Makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut dengan bunpouteki imi ( 文 法 的 意 味 ), yaitu makna yang muncul akibat proses
Universitas Sumatera Utara
gramatikalnya. Dalam bahasa Jepang, joshi (助詞) <partikel> dan jodoushi (助動詞) tidak memiliki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat. Verba dan ajektiva memiliki kedua jenis makna tersebut, misalnya pada kata (忙しい) dan (食べる), bagian gokannya {いそがし} dan {たべ} bermakna leksikal <sibuk> dan <memakan>, sedangkan gobinya, yaitu {い/i} dan {る/ru} sebagai makna gramatikal, karena akan berubah sesuai dengan konteks gramatikalnya. Partikel ni (に) secara leksikal tidak jelas maknanya, tetapi baru jelas kalau digunakan dalam kalimat. Misalnya Bandon ni sundeiru (バンドンに住んでいる) .
3. Meijiteki imi (Makna Denotatif) Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut meijiteki imi (明示 的意味) atau gaien (外延), yaitu makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa, seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna. Misalnya 父(chichi) dan 親 父 (oyaji) memiliki makna denotatif yang sama, karena menunjuk kepada refren yang sama yaitu ayah. 4. Anjiteki imi (Makna Konotatif) Makna konotatif disebut anjiteki imi () atau naihou () yakni makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan
Universitas Sumatera Utara
lawan bicaranya. Misalnya pada kata chichi () dan oyaji () keduaduanya memiliki makna yang sama, yakni dan dapat dijelaskan dengan komponen makna sebagai berikut : 父
= 親父: <人間>
<+男性>
<+一世代上>
Chichi = Oyaji : <+dansei> <+chichi sedai ue> <+jantan> <+satu generasi diatas> Makna denotatif dari kedua kata tersebut sama, karena menunjuk pada refren yang sama tetapi nilai rasa berbeda. Kata chichi digunakan lebih formal dan lebih halus, sedangkan kata oyaji terkesan lebih dekat dan lebih akrab. 5. Kihon gi (Makna Dasar) Makna dasar disebut dengan kihon gi (基本儀) merupakan makna asli yang dimiliki oleh suatu kata. Makna asli yang dimaksud, yaitu makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini. Hal ini perlu ditegaskan karena berbeda dengan gen gi (原義) <makna asal>, dalam bahasa Jepang modern banyak sekali makna asal suatu kata yang sudah berubah dan tidak digunakan lagi. Makna dasar terkadang disebut juga sebagai makna pusat (core) atau makna protipe, meskipun tidak sama persis. 6. Ten gi (Makna Perluasan)
Universitas Sumatera Utara