BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DAN LAYANGAN JANGGAN
2.1. Hak Cipta 2.1.1 Pengertian Hak Cipta Hak
cipta
merupakan
salah
satu
bagian
dari
Hak
Kekayaan
Intelektual.Istilah hak cipta telah dipergunakan oleh Undang-Undang Hak Cipta sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dipergunakan dalam Auteurswet 1912. Dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Hak Cipta telah dirumuskan pengertian hak cipta, yang jika diperbandingkan dengan pasal 1 Auteurswet tidak jauh berbeda. Pasal 1 Auteurswet 1912 menyebutkan: “hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta , atau hak dari yang mendapat hak tersebut, atas hasil ciptaannya dalam lapangan kesusastraan, pengetahuan dan kesenian, untuk mengumumkan dan memperbanyak dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan undangundang.” Sedangkan menurut 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta berbunyi : “hak cipta yiatu hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
19
20
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Kemudian sebagai pembanding pengertian hak cipta diatas, Universal Copyright Conventian (UCC) dalam pasal V menyatakan : “hak cipta meliputi hak tunggal si pencipta untuk membuat, menerbitkan dan member kuasa untuk membuat terjemahan dari karya yan dilindungi perjanjian ini.” Jika dilihat batasan pengertian yang diberikan oleh ketiga ketentuan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ketiganya memberikan pengertian yang sama. Dalam Auteurswet 1912 maupun UCC menggunakan istilah “hak tunggal” sedangkan Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014 menggunakan istilah “hak eksklusif”.1 Jika dilihat dalam penjelasan pasal 4 Undang-Undang Hak Cipta tahun 2014 yang dimaksud dengan hak eksklusif adalah hak yang hanya diperuntukkan bagi Pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat menggunakan hak tersebut tanpa izin Pencipta. Kata tidak ada pihak lain dalam penjelasan tersebut sama artinya dengan hak tunggal yang menunjukkan hanya Pencipta yang boleh mendapatkan hak semacam itu. Eksklusif berarti khusus, unik, spesifikasi. Membahas mengenai hukum hak cipta, tidak cukup hanya membahas mengenai pengertiannya saja namun juga perlu memberi pengertian tentang ciptaan, pencipta dan pemegang hak cipta. Pengertian-pengertian tersebut telah dirumuskan pada Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014. 1
H. OK. Saidin, 2013, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 59.
21
Pada pasal 1 angka 3 Undang-Undang Hak Cipta tahun 2014, ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, ketrampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata. Dari rumusan pasal tersebut, dapat diketahui bahwa ciptaan yang dihasilkan harus dalam bentuk nyata atau konkret bukan dalam bentuk abstrak. Ciptaan tersebut bersifat asli bukan hasil tiruan dari ciptaan orang lain. Ruang lingkup ciptaan sesuai dengan rumusan pasal tersebut terdiri dari tiga bidang yaitu ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Hasil karya cipta sebagai bukti wujud dari ciptaan si pencipta. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014, pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Dengan rumusan tersebut dapat diketahui jumlah pencipta, bisa berjumlah satu orang atau lebih. Apabila penciptanya beberapa orang pencipta, maka dalam proses melahirkan suatu ciptaan wajib dilakukan secara bersama-sama. Hasil karya ciptaan yang dihasilkan oleh pencipta sesuai rumusan pasal tersebut harus bersifat khas dan pribadi yang dapat menunjukkan perbedaan antara hasil karya ciptaannya dengan hasil karya ciptaan orang lain. Selain itu untuk menciptakan suatu hasil karya yang baik, pencipta harus memiliki inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, ketrampilan, atau keahlian yang mengekspresikan ide-ide maupun gagasan-gagasannya dalam bentuk nyata.
22
Pada pasal 1 angka 4 Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014, pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemiliki hak cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah. Dengan melihat rumusan pasal tersebut, dapat diketahui bahwa pemegang hak cipta pada dasarnya ada dua yaitu pencipta dan pihak lain. Pencipta sebagai pemegang hak secara otomatis atau tidak melalui proses hukum karena telah ditentukan oleh undang-undang. Sedangkan pihak lain sebagai pemegang hak harus melalui proses hukum yaitu dengan perjanjian lisensi. Pencipta selaku pemegang dan pemberi lisensi memberi izin memperbanyak ciptaannya kepada penerima lisensi.
2.1.2 Dasar Hukum Hak Cipta Pengaturan secara nasional terhadap hak cipta di Indonesia sejak kemerdekan Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982. Kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987. Pada tahun 1997 diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997. Di tahun 2002, Undang-Undang Hak Cipta kembali mengalami perubahan dan diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002. Namun di tahun 2014, Undang-Undang Hak Cipta diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Revisi terakhir yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia memiliki alasan. Dengan lahirnya Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014 ini dapat melindungi hak ekonomi dan hak moral pencipta dan pihak terkait lainnya sehingga dapat
23
mendorong semangat seluruh pencipta serta para pelaku usaha untuk mengembangkan kreativitas dalam menghasilkan suatu karya intelektual.
2
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa Indonesia memiliki wilayah serta kekayaan budaya yang sangat luar biasa dan didukung oleh masyarakatnya yang kreatif. Potensi-potensi tersebut harus mendapatkan perlindungan dalam bentuk undang-undang yang lebih spesifik dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, penggantian undang-undang bertujuan untuk memudahkan dalam memahami hak cipta agar dalam pelaksanaanya baik pemerintah maupun masyarakat lebih jelas dan mengerti serta meminimalisir tindakan yang merugikan pencipta dan pihak lain yang terkait dalam hak cipta tersebut. Dalam Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014, dimasukkan beberapa ketentuan baru, antara lain mengenai hal-hal sebagai berikut: 1. Perlindungan hak cipta dilakukan dengan wkatu lebih panjang sejalan dengan penerapan aturan diberbagai negara sehingga jangka waktu perlindungan Hak Cipta di bidang tertentu diberlakukan selama hidup pencipta ditambah 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia; 2. Perlindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para Pencipta dan/atau Pemilik Hak Terkait; 3. Penyelesaian sengketa melalui proses mediasi, arbitrase atau pengadilan, serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana; 4. Tanggung jawab pengelolaan tempat perdagangaan atas pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait; 2
Admin, 2014, “ Menguak Dampak UU Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014”, URL : http://requisitoire-magazine.com/menguak-dampak-uu-hak-cipta-nomor-28-tahun-2014/ diakses pada tanggal 12 Mei 2015
24
5. Hak Cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek jaminan fidusia; 6. Kewenangan Menteri untuk menghapus Ciptaan yang sudah dicatatkan apabilan Ciptaan tersebut melanggar norma dan peraturan perundangundangan; 7. Imbalan royalty yang didapatkan oleh Pencipta dan/atau Pemilik Hak Terkait untuk Ciptaan dalam hubungan dinas dan digunakan secara komersil; 8. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan mengelola hak ekonomi Pencipta dan Pemilik Hak Terkait wajib mengajukan permohonan izin operasional kepada Menteri; 9. Penggunaan Hak Cipta dan Hak Terkait dalam sarana multimedia untuk merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam lingkup internasional, terdapat beberapa konvensi yang membahas dan mengatur tentang Hak Cipta, antara lain: 1. TRIPs Agreement TRIPs Agreement merupakan singkatan dari The Agreement on TradeRelated of Intellectual Property Rights yaitu salah satu perjanjian multilateral terpenting berkaitan dengan hak kekayaan intelektual. Tujuan umum dari perjanjian TRIPs adalah mengurangi penyimpangan dan hambatan-hambatan dalam perdagangan internasional, promosi lebih
efektif tentang
perlindungan
hak
kekayaan
intelektual,
mempromosikan atau mendorong inovasi teknologi, menyediakan
25
keseimbangan antara hak dan kewajiban antara produsen dengan pemakai. Negara Indonesia telah meratifikasi perjanjian ini melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. 2. Berne Convention Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works adalah kovensi multilateral terpenting dalam hak cipta. Konvensi ini pertama kali berlaku pada 9 September 1886. Konvensi Berne memiliki tiga prinsip dasar yaitu perlakuan nasional (national treatment),
perlindungan otomatis (automatic
protection),
dan
kebebasan perlindungan (independence of protection). Indonesia pernah menjadi anggota dalam Konvensi Berne tahun 1959 namun keluar dan kembali menjadi anggota melalui Keppres Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works. 3. Universal Copyright Convention (UCC) Universal Copyright Convention adalah suatu konvensi hak cipta yang lahir karena adanya gagasan dari peserta Konvensi Berne dan Amerika Serikat yang disponsori oleh PBB khususnya UNESCO yaitu untuk menyatukan satu system hukum hak cipta secara universal. UCC ini dicetuskan dan ditandatangani oleh Jenawa pada bulan September 1952, dan telah mengalami revisi di Paris pada tahun 1971. Ketentuan yang monumental dari Konvensi Universal adalah adanya ketentuan formalitas hak cipta berupa kewajiban setiap karya yang ingin
26
dilindungi harus mencantumkan tanda C dalam lingkaran, diserta nama penciptanya, dan tahun karya tersebut mulai dipublikasikan.3
2.2 Ruang Lingkup Hak Cipta Suatu karya yang dilindungi oleh undang-undang adalah karya cipta dibidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta mengatur ciptaan yang dilindungi terdiri dari: a. Buku, pamplet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya; b. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks; e. Drama, drama musical, tari, koreografi, pewayangan dan pantomime; f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; g. Kerya seni terapan; h. Karya arsitektur; i.
Peta;
j.
Karya seni batik atau seni motif lain;
k. Karya fotografi; 3
Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, 1993, Hak Milik Intelektual (sejarah Teori dan Prakteknya Di Indonesia), Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 16.
27
l.
Potret
m. Karya sinematografi n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi; o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional; p. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan program computer maupun media lainnya; q.
Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli, permainan video; dan
r. Program computer. Apabila dilihat dari pasal tersebut, maka tampak bahwa ciptaan uang dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta ini terbagi dalam dua jenis yaitu ciptaan yang bersifat asli yang diatur dalam pasal 58 ayat (1) Undang-Undang hak Cipta dan ciptaan hasil dari perkembangan teknologi yang diatur dalam pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta juga mengatur mengenai ekspresi budaya tradisional. Dapat dilihat dalam pasal 38 UndangUndang Hak Cipta bahwa hak cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang dan dilindungi oleh Negara dan berlaku tanpa batas sesuai pasal 60 Undang-Undang Hak Cipta.
28
2.3.
Pengertian Folklor dan Ekspresi Budaya Tradisional Folklor merupakan terjemahan dari bahasa Inggris Foklore yang berasal
dari dua kata yaitu Folk dan Lore. Folk sama dengan kolektif. Menurut Alan Dundes, folk adalah sekelompok yang memiliki cirri-ciri pengenal fisik, social dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. 4 Sedangkan Lore berarti tradisi. Definisi folklore secara keseluruhan adalah sebagian kebudayaan yang kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif mana saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat. Dalam penjelasan mengenai definisi folklore diatas dapat diketahui bahwa folklore merupakan suatu kebudayaan kolektif yang diwariskan secara turuntemurun dari satu generasi ke generasi secara tradisional dan diakui sebagai milik mereka. Foklore merupakan hasil karya pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional yang meliputi kesenian atau kebudayaan rakyat. Prof. Edi Sedyawati pernah menulis walaupun kata “pengetahuan tradisional” sering diperbedakan dengan sebutan folklore, namun dalam pelajaran ilmu social atau budaya keduanya sering dianggap sinonim. 5 Istilah folklor ini dimaksud untuk menyempitkan ruang lingkup suatu pengetahuan tradisional ke dalam ruang lingkup seni, sastra dan ilmu pengetahuan. Pengertian terhadap folklore disebutkan dalam Penjelasan Pasal 10 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, folklore yaitu
4
Elsa M Siburian, 2014, “ Pengertian Dan Ciri-Ciri Folklor “ URL : https://elshasiburian.wordpress.com/2014/03/05/ciri-ciri-folklor-dan-pengenal-utamanya/ diakses pada tanggal 16 Mei 2015 5 Adrian Sutedi,2009, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta,h. 174.
29
dimaksud sebagai sekumpulan ciptaan tradisional, baik yang dibuat oleh sekelompok maupun perorangan dalam masyarakat yang menunjukkan identitas social dan budayanya berdasarkan standar dan nilai-nilai yang diucapkan atau diikuti secara turun temurun, termasuk : a. Cerita rakyat, puisi rakyat b. Lagu-lagu rakyat dan music instrument tradisional c. Tari-tarian rakyat, permainan tradisional d. Hasil seni antara lain berupa : lukisan, gambar, ukir-ukiran, pahatan, mosaic, perhiasan, kerajinan tradisional, pakaian, intrumen music dan tenun tradisional. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sebagai Undang-Undang yang baru yang menggantikan UndangUndang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, keberadaan karya ekspresi budaya tradisional dilindungi berdasarkan ketentuan dalam pasal 38. Dalam pasal 38 ini tidak ada menyebutkan istilah folklore namun di jelaskan mengenai pengertian ekspresi budaya tradisional. Dalam penjelasan pasal 38 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dijelaskan mengenai hal-hal yang mencakup Ekspresi Budaya Tradisional. Yang dimaksud dengan “ ekspresi budaya tradisional” mencakup salah satu atau kombinasi bentuk ekspresi sebagai berikut: a. Verbal tekstual, baik lisan maupun tulisan, yang berbentuk prosa maupun puisi, dalam berbagai tema dan kandungan isi pesan, yang dapat berupa karya sastra ataupun narasi informative;
30
b. Music,
mencakup
antara
lain
vocal,
instrumental,
atau
kombinasinya; c. Gerak, mencakup antara lain tarian; d. Teater, mencakup antara lain pertunjukan wayang dan sandiwara rakyat; e. Seni rupa, baik dalam bentuk dua dimensi maupun 3 dimensi yang terbuat dari berbagai macam bahan seperti kulit, kayu, bamboo, logam,
batu,
keramik,
kertas,
tekstil
dan
lain-lain
atau
kombinasinya; dan f. Upacara adat. Salah satu bentuk ekspresi budaya tradisional yang dijumpai di Indonesia yaitu layang-layang. Layang-layang merupakan permainan tradisional yang berbentuk 2 dimensi maupun 3 dimensi yang terbuat dari bamboo, kain, kertas atau kombinasinya.
2.4Layang-Layang 2.4.1 Pengertian Layang-Layang Layang-layang merupakan salah satu permainan tradisional yang sering dimainkan oleh masyarakat Indonesia baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Layang-layang merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan yang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Selain sebagai permainan tradisional, layang-layang diketahui juga memiliki fungsi
31
ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif. Dalam perkembangannya, bentuk layang-layang tidak selalu segiempat. Sesuai kreativitas seseorang, layang-layang juga dibuat berbentuk lingkaran, segienam, bahkan hewan, dan sebagainya dilengkapi gambar dan warna yang semarak. Biasanya, layang-layang seperti itu merupakan daya tarik pariwisata atau benda cendera mata. Ukurannya pun tidak lagi kecil tetapi sangat besar, yakni dalam bilangan meter. Bahkan tidak jarang dibuat dalam bentuk tiga dimensi sehingga harus dimainkan oleh beberapa orang sekaligus menggunakan tali tambang sebagai pengganti benang. Permainan layang-layang pertama kali ditemukan pada abad 5 SM oleh ilmuwan Yunani Archytas dari Tarentum. Namun masyarakat Asia, khususnya Korea, cina, jepang, dan Melayu sudah akrab dengan layang-layang jauh sebelumnya. Ada dugaan lain bahwa layang-layang berasal dari Cina masa 3000 tahun lampau. Layang-layang pun menyebar hingga kawasan asia hingga keSelandia Baru. Bentuk layang-layang diEropa mulai berkembang pada abad pertengahan (1100-1500). Baru pada tahun 1500-an muncul bentuk jajaran genjang, yang kemudian populer di Eropa. Layang-layang bentuk jajaran genjang adalah bentuk yang tertua. Jenis ini memerlukan ekor untuk menimbulkan tahanan dan mempertahankan tegaknya arah terbang. Makin kencang angin, harus makin panjang pula ekornya. Sedangkan permukaan lengkung pada layang-layang sengaja dibuat untuk menciptakan sudut terhadap arah angin, sehingga layanglayang dapat terbang. Layang-layang di Indonesia pertama kali ditemukan di
32
Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Layang-layang tersebut berasal dari daun gadung yang dirajut dan dibentuk seperti layang-layang.
6
Diduga terjadi
perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Cina dan di Nusantara karena di Nusantara banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan.7
2.4.2Sejarah Layangan Janggan Permainan tradisional layang-layang juga sangat dikenal oleh masyarakat Bali baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.Dari Bali bagian timur sampai bagian barat, bagian utara sampai bagian selatan. Kreativitas mereka tuangkan dalam berbagai wujud layang-layang baik yang bersifat tradisional maupun Layangan Kreasi Baru. Bermain Layang-layang atau dengan istilah Bali disebut dengan Melayangan bermula dari sebuah permainan masyarakat yang sangat sederhana, Tradisi Melayangan telah terjadi secara turun temurun yang diwariskan oleh masyarakat Bali. Layang-layang dan juga tradisi Melayangan sangat erat kaitannya dengan cerita rare angon, Dipercaya bahwa Dewa Siwa dalam manivestasinya sebagai Rare angon merupakan Dewa Layang-layang. Pada musim layangan atau setelah panen di sawah Rare angon turun ke Bumi diiringi dngen tiupan seruling bertanda untuk memanggil sang angin.
6
Dhanang David Aritonang, 2014, “Layang-Layang, Riwayatmu Kini “, URL : http://travel.kompas.com/read/2014/08/12/170800727/layang-layang.riwayatmu.kini diakses pada tanggal 20 Mei 2015 7 Nila Khrisna, 2010, “ Layang-Layang “ , URL: http://permainanrakyat.blogspot.com/2010/06/definisi-layang-layang-merupakan.html diakses pada tanggal 21 Mei 2015
33
Salah satu layang-layang tradisional Bali yang sudah sangat dikenal yaitu Layangan Janggan. Layangan janggan merupakan salah satu layangan yang unik yang
dipercaya
sebagai
naga
sang
penjaga
kestabilan
dunia.
Menurut mitos, bumi ditopang oleh seekor kura-kura raksasa bernama benawang nala. Dan bumi tersebut dikelilingi oleh tubung seekor naga bernama naga Besuki. Naga itulah yang diabadikan menjadi layangan janggan. Layangan Janggan merupakan layangan yang disakralkan yang mana sebelum dan sesudah diterbangkan layangan ini harus disucikan. Bagi masyrakat Bali, layangan Janggan bukan hanya sekedar permainan. Layangan ini dipercaya memiliki tubuh tulang, bahkan roh. Jiwa Layangan diyakinin sebagai perwujudan Rare Angon atau Dewa Layangan. Setelah panen, Rare Angon turun ke bumi diiringi tiupan seruling dan baling-baling tanda kedatangan Betara Bayu sang Dewa Angin. Karena
ukuran
layangan
janggan
yang
besar,
maka
dalam
menerbangkannya dibutuhkan orang yang banyak dan angin yang cukup, disamping itu dibutuhkan juga lahan yang luas agar layangan dapat mengudara dan mendarat dengan selamat. Selain ukuran yang besar, layangan Tradisi bali juga mempunyai ciri khas tersendiri yaitu Guangan yang dapat berbunyi saat diterpa angin terbuat dari rotan yang di kaitkan menyerupai busur panah. Untuk menambah semangat biasanya dalam perlombaan selalu diiringi dengan gambelan, hobi seni tradisi dan budaya menjadi satu.