BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi dapat difahami sebagai suatu variabel yang digunakan untuk memunculkan faktor-faktor tertentu dalam manusia, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu saran. Sedangkan motif dipahami sebagai suatu keadaan ketegangan di dalam individu, yang membangkitkan, memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju suatu tujuan atau sasaran. Pengertian motif tidak dapat dipisahkan daripada kebutuhan, seseorang atau suatu organisme yang berbuat melakukan sesuatu, sedikit banyaknya ada kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapainya. Hakim (2001:26) dalam bukunya yang berjudul: Belajar Secara Efektif, berpendapat
bahwa
yang
dimaksud
dengan
motivasi adalah: “Motivasi
didefinisikan sebagai suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu”. Pendapat Thursan Hakim menunjukkan bahwa seseorang melaksanakan sesuatu karena ada dorongan dalam dirinya untuk mencapai sesuatu. Makin kuat dorongan tersebut maka makin optimal pula ia berupaya agar sesuatu yang dituju dapat tercapai, di mana kalau sesuatu yang diinginkan itu dapat tercapai maka ia akan merasa berhasil dan juga akan merasa puas.
11
Banyak ragam teori motivasi yang akan diutarakan dalam bab ini. Namun terlebuih dahulu akan di tampilkan suatu model yang bisa merangsang tumbuhnya motivasi siswa di dalam pembelajarannya. Menurut Keller seperti yang di kutip oleh Prasetya, Suciati, dan Wardani (1996:41) dikemukakan model ARCS (Attention, Relevance, Confidance, and Satisfaction) menyatakan bahwa : a. Perhatian Perhatian siswa didorong oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan memberikan perhatian, dan perhatian tersebut terpelihara selama proses belajar mengajar, bahkan lebih lama lagi. Rasa ingin tahu ini dapat dirangsang atau dipancing melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada. Apabila elemen-elemen seperti itu dimasukan dalam rancangan pembelajaran, hal itu akan menstimulir rasa ingin tahu siswa. Namun yang perlu diperhatikan stimulir tersebut jangan terlalu berlebihan, sebab akan menjadikan hal yang biasanya dan kurang keefektifannya. b. Relevan Relevan menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memnuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan pribadi dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu motivasi pribadi, motif instuental, dan motif kultural. c. Kepercayaan Diri Merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan linkungan. Konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi siswa bahwa dirinya memiliki untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Hal ini seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses dimasa yang lampau. Dengan demikian ada hubungan spiral antara pengalaman sukses dengan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya.
12
d. Kepuasan Keberhasilan dalam mencapai siatu tujuan akan menghasilakan kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Untuk memelihara dan meningkatkan motivasi siswa, duru dapat menggunakan pemberian penguatan berupa pujian, kesempatan dan lain-lain. Berkaitan dengan hal tersebut di atas sudah sangat jelas sekali bahwa, seseorang di dalam melakukan sesuatu tindakan pasti mempunyai suatu alasan yang dijadikan dasar, atas sebab apa dia melakukan tindakan tersebut. Seseorang yang melakukan suatu tindakan pasti ada tujuan yang ingin dicapai. Senada dengan pengertian tersebut di atas, Freemont dan James, seperti yang diterjemahkan oleh Ali (Purwanto,1996:60) menyatakan bahwa : Motivasi adalah apa yang menggerakkan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu atau sekurang-kurangnya mengembangkan sesuatu kecenderungan perilaku tertentu, yang dapat dipicu oleh rangsangan luar, atau yang lahir dari dalam diri orang itu sendiri. Setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang secara sadar maupun tidak, berusaha untuk mewujudkannya. Hali ini menunjukkan bahwa kebutuhan merupakan awal timbulnya suatu perilaku, diperlukan adanya suatu dorongan (motivasi) yang mampu menggerakkan atau mengarahkan perilaku tersebut. Setiap manusia berbeda antara satu dengan lainnya,perbedaan itu selain pada kemampuannya dalam bekerja juga tergantung pada keinginannya untuk bekerja atau tergantung kepada keinginan, dorongan dan kebutuhannya untuk bekerja. Keinginan untuk bekerja dalam hal ini disebut motivasi. Sardiman (1996:75) mengemukakan bahwa : Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
13
seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi itu dapat dirangkai oleh faktor dari luar tetapi motivasi adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Motivasi yang tumbuh dalam diri seseorang, kita kenal sebagai motivasi internal yang tumbuh karena adanya kebutuhan dan keinginan. Sedangkan motivasi yang tumbuh di luar diri seseorang disebut motivasi eksternal yang harus diciptakan dan diarahkan supaya dapat membantu tumbuhnya motivasi internal. Dari
berbagai
teori
dan
penanganan
mengenai
motivasi
yang
dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu kondisi internal yang mampu menimbulkan dorongan dalam diri manusia yang menggerakkan dan mengarahkan untuk melakukan perilaku dan aktifitas tertentu guna mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan kebutuhannya. Dimyanti dan Mudjono, (1999:85) mengemukakan bahwa pentingnya motivasi belajar bagi siswa untuk : 1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir. 2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya. 3. Mengarahkan kegiatan belajar sehingga anak mengubah cara belajarnya lebih tekun. 4. Membesarkan semangat belajar, seperti mempertinggi semangat untuk lulus tepat waktu dengan hasil yang memuaskan. 5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil. Motivasi tersebut memberi gambaran betapa pentingnya motivasi disadari oleh pelakunya agar belajar dan bekerja dapat diselesaikan dengan baik. Proses motivasi diawali dari kebutuhan yang tidak terpuaskan seperti diilustrasikan oleh Ivanceich (1984:310) pada gambar 2.1 berikut ini:
14
Gambar: 2.1 Proses Motivasi
1. Kebutuhan tidak terpuaskan
2. Perilaku 3. Kebutuhan terpuaskan
Kekurangan yang dirasakan individu akan mendorong serta memberikan tekanan secara fisik dan psikologis sehingga mengarahkan perilakunya untuk mencapai tujuannya. Perilaku tersebut memungkinkan individu memenuhi kebutuhannya, sehingga kebutuhan tersebut terpuaskan. Kebutuhan itu hanyalah sebagai suatu istilah yang berarti adanya suatu kekurangan tertentu di dalam sesuatu organisme, kebutuhan bagi manusia bersifat fisiologis dan psikis. Kebutuhan dan keinginan dalam belajar yang timbul dalam diri individu merupakan titik awal yang menimbulkan perilaku individu untuk berbuat dan bertindak, selanjutnya menyebabkan terjadinya dorongan-dorongan dalam diri. Dorongan-dorongan ini akan mengarahkan perilaku individu untuk melakukan sesuatu sehingga tercapainya tujuan. Soemanto (2000:26) Mengatakan bahwa : Motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati dialami dan perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar optimal dan tanggapan yang mengendap dibawah kesadaran dapat muncul kembali ke dalam kesadaran dan yang semula memang berada diambang kesadaran itu selalu ada dan muncul secara mekanis. Dalam tanggapan kita tidak hanya dapat menghidupkan kembali apa yang kita amati dimasa lampau,akan tetapi kita juga dapat mengantisipasikan yang akan datang,atau mewakili yang sekarang.Untuk memudahkan
15
penafsiran tanggapan biasanya ditempuh dengan jalan membuat perbandingan antara tanggapan dan pangamatan. Motivasi dalam belajar dilakukan dengan mengatur situasi atau atmosfir pembelajaran yang kondusif. Kondisi yang diciptakan ini dapat menjadi penguatan. Motivasi belajar ini memberi gambaran bahwa jika motivasi yang dilakukan oleh guru dan juga siswanya sesuai dengan peruntukannya, maka akan menimbulkan semangat yang tinggi untuk mencapai keberhasilan yang bermutu.
2.1.2. Jenis-Jenis Motivasi dalam Belajar Thomas L. Good dan Jere E. Bropy (1990:360) mengembangkan motivasi berdasarkan tiga kerangka teoritik utama yaitu: 1. Behaviorism, percaya bahwa motivasi berawal dari situasi, kondisi dan obyek yang menyenangkan, jika hal ini member kepuasan yang berkelanjutan (reinforcement contingencies) maka akan menimbulkan tingkah laku yang siap untuk melakukan sesuatu. 2. Cognitive (cognitivist) penganut ini meyakini bahwa yang mempengaruhi perilaku individu adalah proses pemikiran, karena itu penganut faham kognitif ini memfokuskan pada bagaimana individu memproses informasi dan memberikan penafsiran untuk situasi khusus. 3. Humanistis, penganut faham ini percaya bahwa orang bertindak dalam suatu lingkungan dan membuat pilihan mengenai apa yang dikerjakannya. Dalam konteks belajar dan pembelajaran tampak pada proses dinamis yang mengoptimalkan perpaduan tujuan pengajaran, potensi peserta didik, materi ajar, metode pengajaran, media pengajaran, dan lingkungan belajar. Hal ini didorong oleh kemampuan kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,sintesis dan evaluasi.Kemampuan afeksi yaitu penerimaan,penaggapan, penilaian, pengorganisasian dan karakterisasi.
16
Kemudian kemampuan psikomotorik yaitu kesiapan, meniru, membiasakan, menyesuaikan, dan menciptakan. Sampai pada tahap tertentu individu menikmati kepuasan yang telah dicapainya, tetapi setelah itu kepuasan itu menjadi sesuatu yang biasa, hal ini menyebabkan timbulnya kebutuhan yang telah dicapai. Kebutuhan individu menimbulkan perilaku yang mendorongnya untuk mencapai tujuan sebagai pemenuhan kebutuhan. Dorongan yang kuat membawa dirinya langsung pada sasaran kebutuhan, dengan diperolehnya kebutuhan yang dimaksud, maka akan memberi kepuasan kepada yang bersangkutan. Terry dan Franklin (1982:299) menggambarkan prosesnya sebagaimana dilukiskan pada gambar 2.2. Gambar tersebut menjelaskan bahwa ada ketegangan-ketegangan tertentu bagi individu dikarenakan kebutuhan yang tidak terpuaskan. Gambar: 2.2 Kebutuhan individu dilihat dari proses motivasi Menimbulkan Perilaku
Kebutuhan individu
Perilaku langsung menuju
Dorongan
Menguatkan kebutuhan tertentu
Tujuan
Memberi kepuasan
Dan keinginan
Kebutuhan yang tidak terpuaskan akan menimbulkan ketegangan dan selanjutnya akan mendorong pencarian untuk menemukan formula yang tepat
17
untuk mencapai tujuan. Perilaku pencarian yang memungkinkan tujuan tercapai akan menyebabkan pengurangan ketegangan. Rantai kebutuhan, keinginan dan kepuasan dimulai dari timbulnya kebutuhan, yaitu sesuatu yang ingin dihasilkan. Kebutuhan bukan merupakan sesuatu yang sederhana, karena kebutuhan manusia adalah bervariasi dan bertingkat-tingkat, selain itu kebutuhan juga tidak bebas dari individu lain dari lingkungan. Berangkat dari teori-teori kebutuhan tersebut bahwa belajar yang menyenangkan itu berkaitan dengan lingkungan belajar yang tepat yaitu: (1) menciptakan suasana yang nyaman dan santai tapi serius; (2) bila perlu menggunakan musik yang sesuai bagi siswa supaya terasa santai, terjaga, dan siap untuk berkonsentrasi; (3) menggunakan teknik mengingat visual untuk mempertahankan sikap positif; dan (4) melakukan interaksi dengan lingkungan sehingga siswa terpanggil untuk belajar yang lebih baik. Dengan suasana belajar yang menyenangkan ini akan memotivasi belajar lebih aktif dengan cirri-ciri: (1) belajar apa saja dari setiap situasi; (2) menggunakan apa yang dipandang menguntungkan untuk dipelajari; (3) mengupayakan agar segalanya dapat dilaksanakan dengan baik; dan (4) bersandar pada kehidupan. Belajar aktif ini bertolak belakang dengan belajar pasif dengan cirri-ciri: (1) tidak dapat melihat adanya potensi belajar; (2) mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar; (3) membiarkan segalanya terjadi; dan (4) menarik diri dari kehidupan. Dimyanti dan Mudjiono (1999:86) Mengatakan motivasi belajar juga penting diketahui oleh guru, karena pemahaman dan pengetahuan motivasi belajar siswa bemanfaat bagi guru untuk :
18
1. membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat belajar siswa untuk belajar sampai berhasil, membangkitkan jika belajar siswa tidak bersemangat, meningkatkan bila semangat belajar siswa timbul tenggelam, memelihara bila semangat belajar siswa telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. 2. mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas yang bermacam-macam seperti ada siswa yang acuh tak acuh, ada yang tidak memusatkan perhatiannya pada pelajaran, ada yang hanya ingin bermain, ada yang memang bersemangat untuk belajar, dan beragam perilaku lainnya. 3. meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran dan pendekatan belajar yang sesuai dengan mata ajar yang menjadi tanggung jawabnya. 4. member peluang bagi guru untuk memantapkan unjuk kerja dalam konteks rekayasa pedagogis sehingga guru membuat siswa berhasil dalam belajar. Motivasi belajar dari sisi guru ini berada pada lingkup program belajar dan pembelajaran. Karena itu guru berpeluang untuk mengembangkan dan memelihara motivasi belajar dengan optimalisasi terapan prinsip belajar, dinamisasi pribadi siswa, pemanfaatan dan pengalaman dan kemampuan siswa, aspirasi dan cita-cita, dan tindakan pembelajaran sesuai rekayasa pedagogis. Dalam psikologi perkembangan dipahami bahwa setiap manusia itu berbeda baik dilihat dari perkembangannya, kemampuan dan keterampilan,kematangan, kecepatan, menangkap informasi, kemampuan menyelesaikan berbagai permasalahan dan lainnya
yang berkaitan
dengan perkembangannya.
Makannya difahami bahwa manusia itu menjadi unik dan penanganannya pun unik pula.
2.1.3. Sifat Motivasi Belajar Motivasi intrinstik yaitu merupakan dorongan dalam diri siswa yang akan dapat membuat siswaselalu ingin untuk belajar dan mengajar prestasi
19
yang diharapkan. Kemudian motivasi ekstrinsik merupakan sesuatu yang perlu dimanipulasi oleh guru atau perancang dan pengembang pembelajaran sehingga siswa mearasakan adanya dorongan untuk mempelajari materi yang diajarkan. Sutadipura (1996:114) yang memberikan pendapat mengenai motivasi dalam praktek belajar bahwa : Motivasi dalam belajar adalah merupakan suatu proses, yang mana proses tersebut dapat: 1. Membimbing anak didik kita ke arah pengalamanpengalaman, dimana kegiatan belajar itu dapat berlangsung. 2. Memberikan kepada anak didik kita itu kekuatan, aktivitas dan kewaspadaan yang memadai. 3. Pada suatu saat mengarahkan perhatian mereka terhadap suatu tujuan. Pasaribu
dan
Simanjuntak
(1996:54)
mengemukakan
motif
yang
menggerakkan anak sehingga mau belajar adalah “Motif psikologis, motif praktis, motif pembentukan kepribadian, motif kesusilaan, motif sosial dan motif ketuhanan”. Berdasarkan analisis teori-teori motivasi yang telah dipaparkan dimuka dalam penelitian ini, dapat disimulkan bahwa motivasi merupakan suatu kondisi internal yang mampu menimbulkan dorongan dalam diri manusia yang menggerakkan dan mengarahkan untuk melakukan suatu perilaku atau aktivitas
tertentu
guna
mencapai
kebutuhan-kebutuhan. Pemenuhan
tujuan
dalam
rangka memenuhi
kebutuhan tersebut merupakan wujud
tingkah laku nyata motivasi yang dimiliki setiap manusia.
20
2.1.4. Fungsi Motivasi dalam Belajar Sardiman (2001: 83) menyatakan bahwa : Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak sebenarnya telah dilatar belakangi oleh motivasi, dan motivasi telah bertalian dengan tujuan. Sehubungan dengan haltersebut ada empat fungsi motivasi antara lain : 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. 2. Menentukan arah perbauatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatanperbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 4. Sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Dari di atas bahwa fungsi motivasi dalam belajar adalah mendorong manusia untuk melakukan suatu tugas atau perbuatan yang serasi guna mencapai tujuan yang dikehendaki dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 2.1.5. Usaha Meningkatkan Motivasi Belajar Purwanto,(1992:72) menyatakan bahwa: 1. Memberi nilai Angka dimaksud adalah sebagai symbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik yang diberikan sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru yang biasanya terdapat di dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum 2. Hadiah Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada anak didik yang berprestasi yang berupa uang beasiswa, buku tulis, alat tulis atau buku bacaan lainnya yang dikumpulkan dalam sebuah kotak terbungkus dengan rapi,untuk memotivasi anak didik agar senantiasa mempertahankan prestasi belajar selama berstudi. 3. Kompetisi Kompetisi adalah persaingan yang digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar, baik dalam bentuk individu maupun kelompok untuk menjadikan proses belajar mengajar yang kondusif.
21
4. Pujian Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagaialat motivasi. Dengan pujian yang diberikan akan membesarkan jiwaanak didik dan akan lebih bergairah belajar bila hasil pekerjaannyadipuji dan diperhatikan, tetepi pujian harus diberikan secara meratakepada anak didik sebagai individu bukan kepada yang cantik atau yangpintar. Dengan begitu anak didiktidak antipati terhadap guru, tetapi merupakan figur yang disenangi dan dikagumi. 5. Hukuman Meskipun hukuman sebagai reinforcement yang negative, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah dapat berupa sanksi yang diberikan kepada anak didik sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan sehingga anak didik tidak akan mengulangi kesalahan atau pelanggaran di hari mendatang. Selain itu Sardiman (1996:85) mengatakan bahwa “ fungsi motivasi adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi “. Berdasarkan dari beberapa pendapat pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai tenaga penggerak bagi seseorang atau peserta didik yang menimbulkan upaya keras untuk melakukankan aktivitas mereka sehingga dapat mencapai tujuan belajar. 2.1.6. Indikator-indikator motivasi belajar siswa Motivasi yang bekerja dalam diri individu mempunyai kekuatan yang berbeda-beda. Ada motif yang begitu kuat sehingga menguasai motif –motif lainnya. Motif yang paling kuat adalah motif yang menjadi sebab utama tingakah laku individu pada saat tertentu. Motif yang lemah hampir tidak mempunyai pengaruh pada tingkah laku individu. Motif yang kuat pada suatu saat akan menjadi sangat lemah karena ada motif lain yang lebihkuat pada saat itu. Handoko (1992: 59) mengemukakan bahwa :
22
Untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut : 1) Kuatnya kemauan untuk berbuat 2) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar 3) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain 4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas. Sedangkan Sardiman (2001: 81) mengemukakan bahwa : Indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut : 1) Tekun menghadapi tugas. 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) 3)Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa. 4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin 6) Dapat mempertahankan pendapatnya. Apabila seseorang memiliki ciri-ciri di atas berarti seseorang itu memiliki motivasi yang tinggi. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar akan berhasil baik kalausiswa tekun mngerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri, siswa yang belajar dengan baik tidak akanterjebak pada sesuatu yang rutinitas. Indikator-indikator perilaku motivasi belajar yang akan diungkap adalah : 1) Kuatnya kemauan untuk berbuat 2) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar 3) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain 4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas 5) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) 6) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa. 7) Lebih senang bekerja mandiri 8) Dapat mempertahankan pendapatnya.
23
2.2. Pengertian Belajar Hamalik (2003:27-28) mengemukakan beberapa pengertian mengenai belajar,
yakni
sebagai
berikut:
“Belajar
adalah
modifikasi
atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman (kearning is defined as the modification or strengthening of behaviour through experiencing)”. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan perlakuan. Selain Hamalik, William Burton (Hamalik, 2003:28) mengemukakan, bahwa “A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose and curried on interaction with a rich, varied and propacative environment”. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspekaspek itu adalah: (1) Pengetahuan
(6) Emosional
(2) Pengertian
(7) Hubungan sosial
(3) Kebiasaan
(8) Jasmani
(4) Keterampilan
(9} Etis atau budi pekerti
(5) Apresiasi
(10) Sikap
Sedangkan Sudjana (1989: 28) mengemukakan bahwa: Belajar merupakan suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang berupa proses dari belum tahu menjadi tahu, yang terjadi selama jangka waktu tertentu. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat
24
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti adanya perubahan dalam ilmu pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku serta aspek-aspek lainnya pada diri individu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. 2.3. Pengertian Hakekat Proses Belajar Mengajar dan Pelaksanaan Pembelajaran Hayati (2006: 28) Mengemukakan bahwa : Proses belajar mengajar secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses dimana terdapat perubahan tingkah laku pada diri siswa baik dari aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor yang dihasilkan dari pen-transfer-an dengan cara pengkondisian situasi belajar serta bimbingan untuk mengarahkan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Hayati, 2006: 28). Sedangkan Lozanov (DePorter,2005:3) mengemukakan bahwa : Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi - sampai sejauh mana seorang guru menggubah lingkungan. presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar mengajar berlangsung. Dan Mulyasa (2005 : 100), mengemukakan bahwa, “Pembelajaran pada hakikatnya
adalah
proses
interaksi
antara
peserta
didik
dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik”. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup 3 hal: pre test, proses dan post test. Ketiga hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
25
a. Pre Test (tes awal). Kegiatan untuk menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Fungsinya antara lain: 1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar. 2) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik. 3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik. 4) Untuk mengetahui darimana proses pembelajaran akan dimulai. Untuk mencapai fungsi ketiga dan keempat, maka hasil pre test harus segera diperiksa, sebelum pelaksanaan proses belajar inti dilaksanakan. Pemeriksaan ini harus dilaksanakan secara cepat dan cermat, jangan sampai mengganggu suasana belajar, dan jangan sampai mengalihkan perhatian peserta didik. b. Proses belajar merupakan interaksi antara komponen-komponen pembelajaran
sehingga
tercipta
situasi
belajar
mengajar
yang
memungkinkan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Adapun komponen-komponen pembelajaran terdiri dari tujuan, bahan metode atau strategi dan media evaluasi. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas dan operasional. Kemudian ditentukan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan tersebut. Setelah itu, metode dan alat ditentukan atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sehingga benar-benar efisien. Untuk mengetahui apakah tujuan telah tercapai atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi. Kriteria untuk menetapkan apakah pembelajaran itu berhasil atau tidak, secara umum dapat dilihat dari dua segi yaitu segi proses dan segi hasil. Keberhasilan
26
pembelajaran banyak dipengaruhi oleh variabel siswa dan lingkungan yang
memadai
untuk
proses
tumbuhnya
proses
pembelajaran.
Sedangkan keberhasilan banyak dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang telah terjadi. c. Post test (tes akhir). Kegunaannya dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi post test antara lain: 1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. 2) Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya 3) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial dan peserta didik yang mengikuti tingklat kesulitan dalam mengerjakan modul atau soal. 4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponen-komponen modul dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. 2.4. Hasil Belajar 2.4.1. Pengertian Hasil Belajar a. Makmun (2004:12) mengemukakan "Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi pada perilaku dan pribadi siswa setelah mengalami dan melalui proses belajar".
27
b. Ali (2004:25) mengemukakan “Hasil belajar merupakan kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama". c. Pasaribu dan Simanjuntak (1982:19) mengatakan “Hasil belajar sebagai hasil yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti suatu pendidikan tertentu yang dapat ditentukan dengan memberi tes pada hasil pendidikan itu”. d. Syaodih (1984:78) menytakan bahwa “Hasil belajar merupakan perilaku yang dimiliki peserta didik sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya dan berupa suatu konsep yang bersifat umum di dalamnya tercakup prestasi”. e.
Soedijanto (1997:49) mendefinisikan, tentang hasil
belajar adalah
sebagai berikut: “Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh belajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan”. Dari uraian di atas bahwa hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar jawaban soal-soal ulangan atau ujian. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru hasil belajar siswa dikelas berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar dan evaluasi belajar lebih lanjut. Karena itu, guru harus menganalisis tentang hubungan siswa.
28
2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Syah (2005: 153) mengemukakan bahwa : Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor, antara lain: 1. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimiliki dan faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, fisik dan psikis. 2. Faktor yang datang dari luar siswa atau lingkungan yang paling dominan mempengaruhinya adalah kualitas pengajaran Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Faktor sosial dalam belajar Yang dimaksud faktor sosial disini adalah faktor msnusia, baik manusia itu hadir pada saat terjadi proses belajar maupun tidak hadir. Kehadiran sesorang dapat menggangu kawannya yang sedang belajar, misalnya seorang siswa yang menggangu kawan lainnya yang sedang mengerjakan tugas latihan dikelas sehingga siswa tersebut menggangu kawannya yang sedang mengerjakan tugas latihan. b. Faktor non sosial dalam belajar Kelompok ini banyak sekali jumlahnya, misalnya waktu, tempat, alatalat yangdigunakan dalam belajar, keadaan udara, suhu udara, cuaca dan sebagainya. Faktor ini mempengaruhi kegiatan belajar seseorang. c. Faktor fisiologis dalam belajar Yang dimaksud keadaan fisiologis adalah keadaan fisik seseorang terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan fungsi panca indera. Tingkat kebugaran jasmani seseorang akan berpengaruh dalam belajar. Apabila
29
kondisi fisik seseorang tidak fit atau kurang sehat maka dalam belajar ia akan terganggu, baik perhatian maupun konsentrasinya.Begitu juga apabila salah satu panca inderanya terganggu, misalnya telinga atau mata sakit maka akan mengganggu kegiatan belajarnya. d. Faktor psikologis dalam belajar Faktor psikologis yang paling menonjol adalah sesuatu yang mendorong aktivitas seseorang dalam belajar, dengan kata lain alasan yang membuat seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Hal yang menonjol di dalam memaksimalkan hasil belajar adalh mengenai faktor kepribadian. Kepribadian siswa memberikan kontribusi yang besar terhadap hasil belajar karena komponen kepribadian tersebut mempunyai fungsi yaitu: 1. Fungsi Kognitif Fungsi kognitif merupakan kemampuan manusia menghadapi obyek-obyek dalam bentuk representatif menghadirkan obyek dalam kesadarannya. Hal-hal yang terkait dengan fungsi kognitif manusia antara lain : a. Taraf intelegensi - daya kreativitas b. Bakat khusus c. Organisasi kognitif d. Kemampuan berbahasa e. Daya fantasi f. Gaya belajar g. Tipe belajar
30
h. Tekhnik atau cara-cara belajar secara efisiensi dan efektif 2. Fungsi kognitif - DinamisFungsi kognitif Dinamis fungsi ini berkisar ada penentuan suatu tujuan dan pemenuhan suatu kebutuhan yang di dasari serta dihayati. Beberapa aspek yang termasuk dalam fungsi kognitif dinamik antara lain adalah: a. Karakter - hasrat - berkehendak b. Motivasi belajar c. Konsentrasi-perhatian 3. Fungsi Afektif Fungsi Afektif membantu siswa dalam mengadakan suatu penelitian terhadap obyek-obyek yang dihadapinya, dan dihayati apakah benda tersebut suatu peristiwa atau seseorang, bernilai atau tidak bagi dirinya. Dalam berperasaan dapat terdiri dari beberapa lapisan yang berbeda-beda peranannya terhadap semangat belajar antara lain adalah: a) Temperamen b) Perasaan c) Sikap d) Minat 2.5. Hakikat Pembelajaran Geografi Berkenaan dengan pengertian geografi, Ricchard Hartshorne (1960:47 mengemukakan, “geografi is that discipline that seeks to describe and interpet the variable character from place of the earth as the world of man.” Pada
31
batasan ini Hartshorne menekankan kepada karakter variable dari suatu tempat ke tempat lainnya sebagai dunia tempat kehidupan manusia. Dalam hal ini geografi sebagai bidang ilmu mencari penjelasan dan interpretasi tentang karakter tadi sebagai hasil interaksi faktor-faktor geografi yang mencirikan tempat-tempat di permukaan bumi sebagai dunia kehidupan manusia. Kedalam interaksi itu termasuk pemanfaaatan sumber daya lingkungan oleh manusia bagi kepentingan hidupnya. Panitia Ad Hoc Geografi ( Ad Hoc Commite on Geografi, Hagget, 1975:582) mengemukakan pengertian geografi : “geography seeks to explain how the subsystem of the physical environment are organized on the earth’s surface, and how man dristibutes himself over the earth in relation to physical features and to other men.” Pada pengertian yang dikemukakan oleh Panitia Ad Hoc Geografi, konsepnya ditekankan pada penjelasan bagaimana lingkungan fisik dipermukaan bumi terorganisasikan, dan bagaimana manusia tersebar di permukaan bumi itu dalam hubungannya dengan gejala alam tersebut dab dengan sesama manusia. Pengertian geografi yang kedua ini tidak bertentangan dengan yang pertama, bahkan saling memperkuat. Sifat khas tempat-tempat di permukaan bumi sebagai dunia kehidupan manusia, tidak dapat dilepaskan dari lingkungan fisik yang memberikan peluang kepada penyebaran umat manusia dengan corak kehidupannya. Dengan demikian, studi geografi itu tidak terlepas dari keyataan kehidupan manusia dengan faktor-faktor geografi di permukaan bumi tersebut. Erat-regangnya, kuatlemahnya, dan intensitas hubungan manusia dengan faktor-faktor geografi tadi, memberikan cirri khas kepada tempat-tempat sebagai dunia kehidupan
32
manusia. Oleh karena itu, Council of the Geografical Assosiciation, 1919 merumuskan yang di kutip oleh Williams (1976:16) menyatakan bahwa : Geography then deals with the real world, the world of wich one learns best through one’s boot sole or bare feet, or by main of trains, vessels, motor cars or aeroplanes, and only as makeshifts by description, pictorial or otherwise. But it does not end with astudy of the externals thus presented. It deals with the reason why the material world-regarded as a whole and made up of related part- has come to be what it is. This involves relation with natural sciences. It deals with the way in wich this material world has influenced man, and in trun has been modified, altered and adapted by human action. Dari peryataan di bahwa studi geogarfi berkenaan dengan keyataan-keyataan yang dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya, yang dapat dihayati sebagai kesatuan hubungan antara faktor-faktor geografi dengan umat manusia yang telah dimodifikasi, di ubah dan diadaptasikan oleh tindakan manusia sendiri. Karena studi geografi ini berkenaan dengan kehidupan umat manusia di permukaan bumi yang merupakan kesatuan menyeluruh dengan kondisi alamnya, maka studi geografi ini tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan studi Ilmu Pengetahuan Alam. 2.6. Definisi Mengajar Sumaatmadja (1988b:117) mendefinisikan bahwa : Mengajar adalah suatu kiat mengajar tidak hanya sekadar memberikan pelajaran melainkan merupakan bagian dari pendidikan yang menuntut ketekunan, pengabdian, kemampuan menggunakan teknik dan strategi, kemampuan menerapkan metode dan media pembelajaran. Sedangkan Sudjana (1989:7) mendifinisikan bahwa : Mengajar adalah suatu aktivitas membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga siswa dapat mendorong dan menumbuhkan motivasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
33
Berdasarkan
perumusan
dikembangkan kerangka berpengaruh terhadap
dan
pembatasan
masalah,
maka
berpikir. Denagn demikian motivasi
hasil
belajar siswa.
Dengan
demikian
dapat sangat dapat
dikatakan bahwa motivasi turut menentukan hasil belajar siswa sehingga makin tinggi motivasi makin tinggi hasil belajar.
34