BAB II TINJAUAN TEORITIS KEAKURATAN, KESEIMBANGAN DAN OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN PERSIB PADA HALAMAN OLAH RAGA
2.1 Karakteristik Serta Jenis Surat Kabar 2.1.1 Karakteristik Surat Kabar Dalam peradaban umat manusia, surat kabar merupakan media massa cetak paling tua dibandingkan media massa cetak yang lainnya. Sampai hari ini, surat kabar merupakan media massa cetak yang masih banyak dinikmati oleh para pembaca di seluruh dunia. Sebagai salah satu bentuk dari media massa cetak, tentunya surat kabar memliki beberapa karakteristik tersendiri. Paryati Sudarman (2008 : 11-12) mengatakan secara umum surat kabar memiliki lima karakteristik utama, diantaranya: 1. Publisitas Publisitas yang dimaksud di sini adalah penyebarannya yang ditujukan kepada khalayak atau masyarakat umum. Karakteristik masyarakat umum adalah bersifat heterogen atau memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut dapat terdiri dari perbedaan suku, agama, keyakinan, usia, pendidikan, status sosial, profesi, tempat tinggal dan lain sebagainya. 2. Periodesitas Periodesitas artinya adalah bahwa surat kabar memiliki keteraturan dalam terbitannya. Misalnya surat kabar harian, terbit setiap Senin hingga Minggu dan seterusnya. Surat kabar mingguan terbit setiap Minggu, surat
12
13
kabar dwi mingguan terbit setiap dua minggu dan seterusnya. Secara teratur surat kabar tersebut terbit sesuai dengan periodesitasnya. 3. Universalitas Universalitas adalah isi dari surat kabar merupakan sesuatu yang universal (kesemestaan), berkaitan dengan keragaman dan umum. Dengan demikian, isi dari surat kabar itu meliputi seluruh aspek kehidupan umat manusia. Seperti masalah ekonomi, seni, politik, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan dan lain-lain, semua itu ada dalam surat kabar. 4. Aktualitas Aktualitas berarti apa yang ada dalam surat kabar adalah sesuatu yang aktual. Jika mengacu kepada konsep berita, aktualitas adalah sesuatu yang cepat dilaporkan, mengenai fakta-fakta atau opini yang penting dan menarik bagi masyarakat luas. 5. Terdokumentasikan Terdokumentasikan artinya bahwa berbagai berita, fakta, informasi, opini yang termuat di surat kabar dapat didokumentasikan atau dikeliping. Jika sewaktu-waktu dokumentasi itu diperlukan, dapat membukanya kembali. Selain kelima karakteristik surat kabar yang diungkapkan di atas tadi, F. Rachmadi menambahkan satu karakteristik lain, yang dikutip oleh A.S Haris Sumadiria (2009 : 114) yaitu objektivitas. Objektivitas merupakan nilai etika moral yang harus dipegang teguh oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya. Setiap berita yang disuguhkan harus dapat dipercaya
14
dan menarik perhatian pembaca, tidak mengganggu perasaan dan pendapat mereka.
2.1.2 Jenis-Jenis Surat Kabar Surat kabar atau pers dapat dibedakan menjadi beberapa jenis baik berdasarkan kualitasnya maupun berdasarkan wilayah sirkulasinya. Seperti yang dijelaskan oleh Djen Amar (1984 : 31) kualitas pers dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar, yaitu pers berkualitas dan pers popular. Sedangkan menurut A.S Haris Sumadiria (2008 : 39) selain dua kelompok besar tadi, ada kelompok atau jenis pers yang ketiga, yaitu pers kuning. Sehingga berdasarkan pendapat dari kedua ahli tersebut, pers atau surat kabar berdasarkan kualitasnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Pers Berkualitas Penerbitan pers berkualitas memilih cara penyajian yang etis, moralis, dan intelektual. Pers berkualitas benar-benar dikelola secara konseptual dan professional walaupun orientasi bisnisnya tetap komersial. Pers jenis ini serius dalam segala hal dengan mengutamakan pendekatan rasional institusional. Materi laporan, ulasan, dan tulisan pers berkualitas termasuk kategori berat. Pers berkualitas sangat menghindari pola dan penyajian pemberitaan yang bersifat emosional frontal. Penerbitan pers berkualitas, ditujukan untuk masyarakat kelas menengah atas.
15
2. Pers Populer Penerbitan pers populer memilih cara penyajian yang sesuai dengan selera zaman, cepat berubah-ubah, sederhana, tegas-lugas, enak dipandang, mudah dibaca, karya warna, dan sangat kompromistis dengan tuntutan pasar. Pers populer menyukai pilihan kata, ungkapan, idiom, atau judul yang diambil dari hal yang sedang populer dalam masyarakat. Pers populer sangat menekankan nilai serta kepentingan komersial. Penerbitan pers populer lebih memilih cara penyajian dan pendekatan yang kurang etis, emosional (bombastis), dan kadang kala sadistis. Sasaran pembaca pers populer adalah kalangan menengah bawah, baik dilihat dari sisi status sosial maupun diteropong dari kecamata strata intelektual. 3. Pers Kuning Dalam bentuk penyajiannya, pers kuning banyak mengeksploitassi warna. Segala macam warna ditampilkan untuk mengundang perhatian. Penataan judul sering tak beraturan dan tumpang-tindih. Pers kuning menggunakan pendekatan jurnalistik SCC (Sex, Conflict, and Crime) atau seks, konflik dankriminal. Berita, laporan, atau tulisan sekitar seks, konflik dan kriminal, selalu mendominasi pers kuning pada setiap edisi terbitan. Pers kuning sering kali mencampurkan opini dan fakta dalam sebuah berita sehingga kebenaran berita menjadi diragukan. Pers kuning lebih banyak ditujukan kepada masyarakat pembaca kelas bawah. Selain dapat dibedakan berdasarkan kualitasnya, pers atau surat kabar dapat juga dibedakan berdasarkan wilayah sirkulasinya. Berdasarkan wilayah
16
sirkulasi, segmentasi dan pangsa pasarnya, pers atau surat kabar dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok besar, yakni pers komunitas, pers lokal, pers regional, pers nasional, dan pers internasional (Sumadiria, 2009 : 116-117). Pilihan wilayah sirkulasi serta segmentasi pasar akan melahirkan corak liputan serta kebijakan pemberitaan pers yang bersangkutan menjadi beda satu sama lainnya. Berikut ini adalah kelima jenis pers yang dikelompokan berdasarkan wilayah sirkulasinya: 1. Pers Komunitas Pers komunitas memiliki jangkauan wilayah sirkulasi yang sangat terbatas. Biasanya hanya mencakup satu atau beberapa desa dalam satu kecamatan. Kebijakan pemberitaan pada pers komunitas lebih banyak diarahkan untuk mengangkat berbagai potensi dan masalah aktual di desa atau kecamatan setempat. Salah satu contoh dari pers komunitas adalah pers kampus. Segmentasinya hanya sebatas warga kampus walaupun jumlahnya bisa mencapai puluhan ribu orang. 2. Pers Lokal Pers lokal umumnya beredar di sebuah kota dan sekitarnya. Salah satu cirri pers lokal ialah 80 persen isinya didominasi oleh berita, laporan, tulisan, dan sajian gambar bernuansa lokal. Kebijakan redaksional pers lokal lebih bertumpu pada pengembangan dimensi kedekatan geografis dankedekatan psikologis dalam segala dimensi dan implikasinya. Di negara-negara
17
berkembang seperti Indonesia, pers lokal seperti ini merupakan pers atau surat kabar yang mulai banyak bermunculan. 3. Pers Regional Pers regional berkedudukan di ibu kota provinsi. Wilayah sirkulasinya meliputi seluruh kota yang terdapat dalam suatu provinsi tersebut. Dalam situasi normal, kebijakan redaksional pers regional tidak jauh berbeda dengan pers lokal. Hanya wilayahnya lebih luas atau yang tercakup dalam suatu provinsi. 4. Pers Nasional Pers nasional lebih banyak berkedudukan di ibu kota negara. Wilayah sirkulasinya meliputi seluruh propinsi, atau setidaknya sebagian besar provinsi yang berada dalam jangkauan sirkulasi melalui transportasi udara, darat, sungai, danlaut. Untuk memnuhi tuntutan distribusi dan sirkulasi, pers nasinal lebih banyak mengembangkan teknologi sistem cetak jarak jauh. Kebijakan redaksional pers nasional lebih banyak menekankan kepada masalah, isu, aspirasi, tuntutan, dan kepentingan nasional secara keseluruhan tanpa memandang sekat-sekat geografis atau ikatan primordial seperti agama, budaya, dan suku bangsa. 5. Pers Internasional Pers internasional hadir di sejumlah negara dengan menggunakan teknologi sistem cetak jarak jauh dengan pola pengembangan zona atau wilayah. Sebagai contoh, masyarakat di Indonesia membaca majalah Times, Newsweek atau surat kabar harian International Herald Tribune edisi Asia,
18
sementara masyarakat Inggris membaca Times atau International Herald Tribune edisi Eropa. Wilayah sirkulasi pers internasional lebih banyak terpusat di ibu kota negara dan beberapa kota besar negara setempat yang masuk dalam satelit pengaruhnya baik secara politis maupun secara industri bisnis.
2.2 Berita Olah Raga 2.2.1 Pengertian Berita Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berita diartikan sebagai cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat, kabar, laporan, pemberitahuan dan atau pengumuman (Putra, 2006 : 14). Pendapat lain mengatakan berita adalah kejadian yang diulang dengan menggunakan kata-kata. Sering juga ditambah dengan gambar, atau hanya berupa gambar-gambar saja. Pernyataan tersebut menyiratkan adanya suatu peristiwa atau kejadian di dalam masyarakat, lalu kejadian atau peristiwa itu diulangi dalam bentuk kata-kata yang disiarkan secara tertulis dalam media tulis, atau media suara, atau juga hanya berupa gambar-gambar saja (Chaer, 2010 : 11). Usman Kansong (2009 : 18) berpendapat bahwa berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru, dan dipublikasikan melalui media massa secara periodik. Sependapat dengan Usman Kansong, Asep Syamsul M. Romli (2005 : 35) mengatakan berita adalah laporan tercepat dari suatu
19
peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka. Setelah merujuk kepada beberapa pengertian mengenai berita tersebut, maka dapat disimpulkan definisi atau pengertian berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, mealui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet. 2.2.2 Olah Raga UNESCO mendefinisikan olahraga sebagai “setiap aktivitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri sendiri” jadi berita olah raga adalah laporan tentang kegiatan olahraga, hasil pertandingan olahraga, pembinaan olahraga, dan kegiatan yang menyangkut kesehatan kebugaran jasmani. 2.2.3 Kriteria Umum Nilai Berita Berita merupakan laporan dari sebuah peristiwa. Peristiwa yang dilaporkan atau diliput oleh reporter harus memiliki nilai jurnalistik atau nilai berita sehingga laporannya menjadi layak untuk dipublikasikan. Asep Syamsul M. Romli (2004 : 61-62) menyatakan bahwa terdapat empat jenis kriteria umum nilai berita, yaitu aktual, faktual, penting, dan menarik. Berikut ini adalah uraian dari keempat kriteria nilai umum nilai berita: 1. Aktual Yang dimaksud dengan aktual adalah peristiwa terbaru, terkini, atau hangat, sedang atau baru saja terjadi.
20
2. Faktual Faktual adalah fakta dari berita tersebut benar-benar terjadi, bukan sebuah fiksi. Fakta muncul dari sebuah kejadian nyata, pendapat, dan pernyataan. Jika sebuah berita tidak memiliki fakta, berarti dapat dikatakan berita tersebut bukanlah kejadian nyata, melainkan sebuah fiksi. 3. Penting Yang dimaksud kriteria atau nilai penting di sini adalah meliputi besar atau kecil ketokohan orang yang terlibat dalam sebuah peristiwa dan besar atau kecil dampak peristiwa pada masyarakat secara luas. 4. Menarik Nilai menarik yaitu bagaimana sebuah berita memunculkan rasa ingin tahu dan minat khalayak, antara lain peristiwa yang bersifat menghibur, mengandung keganjilan, memiliki unsur kedekatan secara geografis maupun psikologis. Sedikit berbeda dengan pendapat Asep Syamsul M. Romli, Askurifai Baksin (2009 : 50-51) menyebutkan bahwa kriteria umum nilai berita adalah terdapat tujuh jenis, yaitu timeless, impact, prominence, proximity, conflict, unusual, dan currency. Berikut adalah pemaparan dari ketujuh nilai berita tersebut: 1. Timeless Artinya adalah kesegaran waktu. Dapat juga diartikan sebagai peristiwa yang baru-baru ini terjadi atau dengan kata lain aktual.
21
2. Impact Artinya adalah suatu kejadian yang dapat memberikan dampak terhadap khalayak secara luas. 3. Prominence Artinya adalah suatu kejadian yang mengandung nilai keagungan bagi seseorang maupun lembaga. 4. Proximity Artinya adalah suatu peristiwa yang ada kedekatannya dengan seseorang, baik secara geografis maupun emosional. 5. Conflict Artinya adalah suatu peristiwa atau kejadian yang mengandung pertentangan antara seseorang, masyarakat, atau lembaga. 6. Unusual Artinya adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak biasanya terjadi dan merupakan pengecualian dari pengalaman sehari-hari. 7. Currency Artinya adaah hal yang sedang menjadi bahan pembicaraan orang banyak 2.2.4 Pola Penulisan Berita Cara paling mudah dan paling sederhana untuk melaporkan atau menuliskan fakta-fakta dilapangan yakni dinamakan pola piramida terbalik. Disebut pola piramida terbalik, karena memang berbentuk gambar piramida posisi terbalik (Sumadiria, 2008, 117).
22
Head Line/ Judul Berita
Lead/ Teras Berita
Bridge/ Perangkai
Body/ Tubuh Berita
Leg/ Kaki Berita
Dengan piramida terbalik, berarti pesan disusun secara deduktif. Kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu pada paragraf pertama, baru kemudian disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih rinci pada paragraf-paragraf berikutnya. Paragraf pertama merupakan rangkuman fakta terpenting dari seluruh uraian kisah berita. Dengan demikian, apabila paragraf pertama merupakan pesan berita sangat penting, maka paragraf berikutnya masuk dalam kategori penting, cukup penting, kurang penting, agak kurang penting, tidak penting, dan samasekali tidak penting. Rumusnya adalah semakin ke bawah semakin tidak penting.
23
Berita disajikan dengan menggunakan pola piramida terbalik karena berpijak kepada tiga asumsi: 1. Memudahkan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa yang sangat sibuk untuk segera menemukan berita yang dianggapnya menarik atau penting yang sedang dicari atau ingin diketahuinya. 2. Memudahkan reporter dan editor memotong bagian-bagian berita yang dianggap kurang atau tidak penting ketika dihadapkan kepada kendala teknis, misalnya berita terlalu panjang sementara kapling atau ruangan yang tersedia sangat terbatas. 3. Memudahkan para jurnalis dalam menyusun pesan berita melalui rumus baku yang sudah sangat dikuasainya sekaligus untuk menghindari kemungkinan adanya fakta atau informasi penting yang terlewat tidak dilaporkan. 2.2.5 Jenis-Jenis Berita Dalam dunia jurnalistik, berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi ke dalam tiga kelompok berita, yaitu elementary, intermediate, dan advance. Berita elementary mencakup pelaporan berita langsung, berita mendalam, dan berita menyeluruh. Berita intermediate meliputi pelaporan berita interpretatif dan pelaporan karangan khas. Sedangkan untuk kelompok advance menunjuk pada pelaporan mendalam, pelaporan penyelidikan atau investigasi, dan penulisan tajuk rencana (Rivers, 1994 : 6-7). Berikut ini, penjelasan singkat mengenai masing-masing berita tersebut (Sumadiria, 2008 : 69-71):
24
1. Berita Langsung Berita langsung adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Misalnya, sebuah pidato biasanya merupakan berita-berita langsung yang hanya menyajikan apa yang terjadi dalam waktu singkat. Berita mempunyai nilai penyajian yang objektif tentang fakta-fakta yang dapat dibuktikan. Biasanya, berita jenis ini ditulis dengan unsusr-unsur yang dimulai dari what, who, when, where, why, dan how (5W + 1H). 2. Berita Mendalam Berita mendalam merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan berita langsung. Reporter atau wartawan menghimpun informasi denganfaktafakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut. Dalam sebuah berita mendalam tentang pidato pemilihan calon presiden, reporter akan memasukkan pidato itu sendiri dan dibandingkan dengan pernyataan-pernyataan yang telah dikeluarkan oleh calon presiden tersebut beberapa waktu lalu. Jenis laporan ini memerlukan pengalihan informasi, bukan opini reporter. Fakta-fakta yang nyata masih tetap besar. 3. Berita Menyeluruh Berita menyeluruh merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh, sesungguhnya merupakan jawaban terhdap kritik sekaligus kelemahan yang terdapat dalam berita langsung. Sebagai gambaran, berita langsung bersifat sepotongsepotong, tidak utuh, hanya merupakan serpihan fakta setiap hari. Berita
25
langsung seperti tidak peduli dengan hubungan atau keterkaitan antara berita yang satu dan berita yang lain. Sedangkan berita menyeluruh, mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya atau pokok permaslahannya terlihat dengan jelas. 4. Berita Interpretatif Berita interpretatif lebih dari sekedar berita langsungdan berita mendalam. Berita interpretatif biasanya memfokuskan sebuah isu, maslah, atau peristiwa-peirstiwa controversial. Namun demikian, fokus laporan beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini. Dalam jenis laporan ini, reporter atau wartawan menganalisis dan menjelaskan. Karena laporan interpretatif bergantung kepada pertimbangan nilai dan fakta, maka sebagian pembaca menyebutnya sebagai opini. Biasanya, para reporter interpretatif menemui sedikit maslah dalam pencarian fakta. Mereka umumnya mencoba menerangkan berbagai peristiwa publik. Sumber informasi bisa diperoleh dari nara sumber yang mungkin hanya memberikan informasi yang sesuai dengan keinginan dankebutuhan mereka. Laporan interpretatif biasanya dipusatkan untuk menjawab pertanyaan mengapa. Pendeknya, berita interpretatif bersifat bertanya, apa makna sebenarnya dari peristiwa tersebut. 5. Berita Feature Dalam berita feature, reporter atau wartawan mencari fakta untuk menarik
porhatian
pembacanya.
Penulis
feature
menyajikan
suatu
26
pengalaman pembaca yang lebih bergantung pada gaya penulisan danhumor daripada pentingnya informasi yang disajikan. 6. Berita Pelaporan Mendalam Berita pelaporan mendalam adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual. Dengan membaca karya pelaporan mendalam, orang akan mengetahui dan memahami dengan baik duduk perkara suatu persoalan dilihat dari berbagai perspektif atau sudut pandang. Pelaporan mendalam, dalam tradisi pers kita sering disajikan dalam rubrik khusus seperti laporan utama, bahasa utama, fokus. Pelaporan mendalam disajikan dalam beberapa judul untuk menghindari kejenuhan pembaca. Pelaporan mendalam ditulis oleh tim, disiapkan denganmatang, memerlukan waktu beberapa hari atau minggu, dan membutuhkan biaya peliputan cukup besar. 7. Berita Investigasi Berita investigasi berisikan hal yang tidak jauh berbeda dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Namun demikian, dalam laporan investigative, para wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaannya sering illegal atau tidak etis. 8. Tajuk Rencana Tajuk rencana atau editorial adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan siding pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang pentying dan memengaruhi pendapat
27
umum. Para penulis editorial bukan pekerja untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sebuah surat kabar, majalah, atau stasiun radio. Kadang-kadang mereka merasakan dirinya sebagai petugas informasi masyarakat. Seperti halnya petugas informasi, penulis editorial mungkin akan diberi instruksi sebelum menulis. 2.2.6 Keobjektifan Objektifitas adalah menceritakan keadaan yang sebenar-benarnya dan bagaimana kejadian yang ditulis itu berlangsung. Pandangan sebuah objektifitas, meliputi faktualitas, termasuk kejujuran dan relevansi, dan ketidakberpihakan,
termasuk
keseimbangan
dan
nonpartisan
dan
penyajian secara netral (Rahmat, 2012 : 29). Konsep objektifitas memiliki arti penting bagi dunia pers umumnya dan kegiatan jurnalistik khususnya. Dapat dikatakan, keberadaan konsep ini seiring dengan lahirnya teori tanggung jawab social. Objektifitas merupakan
salah
satu
bentuk
pertanggungjawaban
pers
kepada
masyarakat untuk menyiarkan berita yang tidak berpihak (Sudarsono, 2011 : 43).