BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan PSAK 1 revisi 2009 paragraf 5 menyatakan “Laporan keuangan bertujuan umum (selanjutnya disebut sebagai ’laporan keuangan’) adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan.” Laporan keuangan merupakan hasil pengelolaan bisnis perusahaan yang didasari atas keuangan yang menjadikannya sebagai informasi keuangan untuk para pengguna laporan keuangan pihak internal maupun pihak eksternal. Pengertian laporan keuangan yang lebih rinci masih dijelaskan dalam PSAK 1 revisi 2009 paragraf 7 yaitu: “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.” Laporan yang disajikan tersebut berisikan informasi-informasi yang membantu pengguna laporan yang salah satunya untuk memprediksi arus kas masa mendatang dalam memperoleh kepastian waktu terhadap kas dan setara kas. Laporan keuangan (financial statement) berbeda dengan pelaporan keuangan (financial reporting). Kieso dan Weygandt (2008:2) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan sarana yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan perusahaan yang menampilkan sejarah perusahaan yang dikuatifikasi dalam nilai moneter. Pelaporan keuangan merupakan laporan yang juga mengungkapkan informasi keuangan tertentu yang tidak diungkapkan melalui laporan keuangan
formal seperti surat presiden direktu atau skedul tambahan dalam laporan tahunan korporasi, prakiraan manajemen, dan pernyataan mengenai dampak sosial atau lingkungan perusahaan. 2.1.1.2 Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan memiliki tujuan-tujuan yang berguna bagi para pemakainya PSAK 1 revisi 2009 paragraf 7 menjelaskan laporan keuangan harus menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, dan arus kas. Paragraf 8 dalam PSAK 1 tersebut menambahkan bahwa komponenkomponen dalam laporan keuangan terdiri atas: a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode, b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode, c. Laporan arus kas selama periode, d. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya, dan e. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrosprektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. 2.1.1.3 Tujuan Laporan Keuangan PSAK 1 paragraf 7 revisi 2009 menjelaskan tujuan laporan keuangan seperti berikut:
“Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.” 2.1.1.4 Pemakai Laporan Keuangan dan Kebutuhan Informasi FASB (dalam Hendriksen, 2002:137) menjelaskan bahwa pemakai utama informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan adalah pemegang saham, investor lain, dan kreditor. Mereka menyimpulkan informasi akuntansi tersebut harus berguna bagi pemakainya untuk pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan sejenis lainnya. 2.1.1.5 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Hendriksen (2002:140) menjelaskan karakteristik kualitatif didefinisikan sebagai sifat informasi yang penting agar informasi tersebut berguna. Karakteristik kualitatif terbagi atas kualitas khusus pemakai dan kualitas khusus keputusan. Kualitias khusus pemakai menjelaskan kualitas yang berhubungan dengan kualitas pemakai laporan keuangan. Mereka dijadikan sebagai penentu dalam memutuskan informasi yang akan diberikan. Informasi yang diajukan dapat dimengerti atau tidaknya tergantung pada sifat pemakai laporan keuangan yang sejauh mana intelektual mereka dapat memahami informasi laporan keuangan. Kualitas khusus keputusan menjelaskan kualitas yang berhubungan dengan suatu pernyataan umum yang relevan dan keandalan dalam pengambilan keputusan. Contoh dari kualitas khusus keputusan adalah biaya variabel yang dianggap selalu relevan dengan volume produksi untuk pengambilan keptusan daripada biaya tetap.
2.1.2 Laba 2.1.2.1 Pengertian Laba Laba merupakan angka yang termasuk diminati oleh pengguna laporan keuangan terutama dalam pasar uang. “Laba, (income-disebut juga earnings atau profit) merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan” (Subramanyam, 2012:109). Semua aktivitas operasi perusahaan dalam mengelola sumberdaya perusahaan akan selalu memberikan hasil yang bernilai positif yang berarti laba bagi perusahaan dan bernilai negative yang berarti rugi bagi perusahaan. “Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain” (PSAK 1, 2009:pr 5). Selisih pendapatan dengan beban tersebut yang akan menghasilkan saldo laba rugi perusahaan. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan dapat dilihat dari laporan laba rugi terpisah pada periode bersangkutan. Laporan laba rugi terpisah merupakan salah satu bentuk penyajian pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode. “Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode: (a) Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau (b) Dalam bentuk dua laporan: (i) Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah); dan (ii) Laporan yang dimulai dengna laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif lain (laporan pendapatan komprehensif)” (PSAK 1, 2009:pr 79) Kieso dkk (2008:140) dalam bukunya mengatakan bahwa laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang mengukur keberhasilan manajemen dalam
pengelolaan kegiatan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Para pengguna laporan keuangan menggunakan informasi yang ada pada laporan laba rugi untuk menentukan profitabilitas, nilai investasi, kelayakan kredit, kemampuan perusahaan dalam melunasi pinjaman, termasuk memprediksi arus kas
di masa
mendatang. 2.1.2.2 Kegunaan Informasi Laba Hendriksen (2002:331) menyatakan bahwa pelaporan laba memiliki tujuan utama yaitu memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Tujuan utama tersebut harus lebih spesifik dinyatakan agar mendapatkan pemahaman yang jelas terhadap pelaporan laba. Salah satu tujuan spesifik yang bisa diasumsikan tersebut adalah membedakan antara modal yang diinvestasikan dan laba yang merupakan bagian dari proses deskriptif dari akuntansi. Modal yang diinvestasikan dan laba yang dimaksud merupakan bentuk dari pembagian laba kepada para pemegang saham dan laba yang tidak dibagikan. Dalam bukunya, Hendriksen juga menjelaskan kegunaan informasi laba yang lebih spesifik mencakup: 1. Informasi laba digunakan sebagai alat untuk mengukur efisiensi manajemen. Setiap manajer diberikan peran untuk merencanakan pendapatan dan biaya serta aktiva yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan yang menjadi tanggung jawabnya yang kemudian menyajikan realisasi pendapatan dan biaya tersebut. Realisasi pendapatan dan biaya tersebut yang akan mengukur efisiensi manajer dalam mengelola aset, modal dan liabilitas perusahaan. Efisiensi manajer merupakan pemanfaatan sumberdaya perusahaan yang terbatas secara optimal.
2. Angka laba historis digunakan untuk membantu meramalkan masa depan perusahaan atau pembagian dividen masa depan. Masa depan perusahaan yang dimaksud adalah bagaimana keberlangsungan siklus bisnis perusahaan di masa yang akan datang, apakah meningkat atau menurun. 3. Laba juga digunakan untuk mengukur pencapaian dan pedoman bagi manajerial dalam pengambilan keputusan di masa depan. Salah satu keputusan manajer yang dapat dipengaruhi oleh laba adalah keputusan perusahaan untuk melakukan investasi jangka pendek atau jangka panjang. Keputusan tersebut didukung oleh kepastian arus kas yang terkandung dalam laba perusahaan. Semakin besar kas yang terkandung dalam laba maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk berinvestasi. Keputusan investasi jangka pendek atau panjang tergantung pada tingkat bunga pada tahun bersangkutan yang dibandingkan dengan keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. 2.1.2.3 Jenis-Jenis Laba Menurut Hendriksen (2002:337), para pengguna informasi keuangan berusaha untuk mengungkap kandungan ekonomi yang ada pada laba. Tujuan mereka melakukannya adalah untuk menetapkan hubungan antara tingkat imbalan atas investasi yang dilakukan dan tingkat imbalan internal. Tingkat imbalan atas investasi merupakan ROI (Return in Investment). Tingkat imbalan internal merupakan hasil yang diperoleh dari penggunaan investasi. Tingkat tersebut menyamakan nilai sekarang yang berasal dari arus kas masa depan yang diperoleh dari aset dan harga pokok dari aset itu sendiri. Oleh karena itu, kedua imbalan tersebut merupakan ukuran efisiensi terhadap aset yang telah digunakan.
Hendriksen (2002:337) menyimpulkan laba bersih terdiri atas laba bersih ekonomi dan laba bersih bersih akuntansi. Salah satu perbedaan antara kedua laba bersih tersebut berasal dari metode penyusutan yang digunakan. Laba bersih akuntansi menggunakan metode penyusutan garis lurus sedangakan laba bersih ekonomi menggunakan metode bunga. Jika perusahaan dibujuk untuk menggunakan metode bunga maka ukuran akuntansinya akan sesuai dengan ukuran ekonomi. Masalah yang timbul dari keputusan tersebut adalah tingkat bunga yang selalu mengalami perubahan terutama ketika terjadinya inflasi. Hal ini mengakibatkan perusahaan selalu mengukur ulang laba bersihnya setiap hari agar labanya sesuai dengan realitas ekonomi. Menurut Subramanyam (2012:111), konsep laba terbagi atas konsep laba ekonomi dan konsep laba akuntansi. Laba ekonomi adalah laba yang dapat ditentukan dengan cara menambahkan arus kas dengan nilai sekarang dari prediksi arus kas masa mendatang yang didasari oleh perubahan nilai pasar aset usaha bersih. Laba ekonomi kurang bermanfaat untuk memprediksi laba masa depan karena laba ekonomi tersebut mencakup komponoen berulang dan tidak berulang. Laba akuntansi adalah laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang ditentukan berdasarkan konsep akuntansi akrual. Laba akuntansi bukanlah pengukuran
laba
secara
langsung
sehingga
kemampuannya
tidak
selalu
mencerminkan realitas ekonomi. Subramanyam (2012:112) juga mengatakan hal yang sama dengan Hendrikson bahwa laba akuntansi dapat disesuaikan dengan laba ekonomi supaya dapat merefleksikan konsep ekonomi terhadap laba dengan lebih baik.
Menurut Subramanyam (2012:113), laba akuntansi memiliki perbedaan dengan laba ekonomi yang disebabkan oleh: 1. Konsep Laba Alternatif Konsep laba ekonomi berbeda dengan konsep laba permanen. Perbedaan ini mengakibatkan pengukuran laba akuntansi yang tidak konsisten. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan alternatif pengukuran laba. 2. Biaya Hisoris Pengukuran
laba
yang
didasarkan dengan
menggunakan biaya
historis
memperlihatkan adanya perbedaan antara laba akuntansi dengan laba ekonomi. 3. Basis Transaksi Laba akuntansi merupakan cerminan dari dampak transaksi. Jika terdapat transaksi yang tidak wajar maka dampak ekonomi yang ditimbulkan dari transaksi tersebut tidak selalu dipertimbangkan. 4. Konservatisme Konservatisme merupakan sebuah prinsip yang mengharuskan untuk mengakui langsung kejadian yang menurunkan laba. Laba mengalami penurunan meskipun belum ada transaksi yang mampu mendasari penurunan tersebut. Hendriksen (2002:157) mengatakan bahwa konservatisme adalah melaporkan nilai terendah yang mungkin dari aset dan pendapatan serta melaporkan nilai tertinggi yang mungkin dari liabilitas dan beban. 5. Manajemen Laba Manajemen laba seringkali memperlihatkan keganjilan pada laba akuntansi yang tidak mencerminkan realitas ekonomi perusahaan. Salah satu bentuk manajemen
laba adalah perataan laba yang sering digunakan untuk memperbaiki keadaan laba perusahaan agar selalu mencerminkan laba yang permanen. Subramanyam (2012:7) mengklasifikasikan laba terdiri dari dua dimensi yaitu: 1. Operasi dan Non-operasi Klasifikasi ini bergantung pada sumber pendapatan atau beban yaitu apakah langsung mempengaruhi aktivitas operasi perusahaan atau bukan aktivitas operasi. Contoh beban yang langsung berhubungan dengan kegiatan operasi adalah kerugian persediaan akibat kebakaran sedangkan contoh beban yang bukan kegiatan operasi perusahaan adalah beban bunga. 2. Berulang dan Tidak Berulang Klasifikasi laba berulang dan tidak berulang bergantung pada perilaku dari pendapatan dan beban yaitu apakah diharapkan akan selalu terjadi atau hanya terjadi sekali. Contoh beban yang berulang adalah beban bunga dan contoh beban yang tidak berulang adalah kerugian persediaan akibat kejadian kebakaran. Hendriksen (2002:350) mengatakan bahwa banyak pos yang merupakan kegiatan operasi namun tidak harus berulang. Subramanyam melanjutkan bahwa banyak komponen laba operasi yang cenderung berulang namun selalu ada perbedaan yang jelas untuk kedua klasifikasi tersebut berdasarkan sifat maupun tujuannya. 2.1.3 Konsep Pengukuran Laba Laba merupakan fokus uatama para pemakai laporan keuangan. Tujuan utama pelaporan keuangan laba rugi adalah menentukan dan menjelaskan laba perusahaan setiap periode akuntansi. Subramanyam (2012:109) mengatakan bahwa pada
kosnsepnya laba harus mampu menutupi biaya operasi perusahaan dan memberikan pengembalian yang proporsional kepada para pemegang saham. Hendriksen (2002:329) juga membagi konsep laba secara sintaktis, semantis, dan pragmatis. 2.1.3.1 Konsep Laba pada Tingkat Sintaktik Konsep laba pada tingkat sintaktik merupakan konsep laba yang dihubungkan dengan aturan-aturan dan kebiasaan yang logis serta konsisten dengan didasarkan pada konsep yang telah berkembang dari praktik akuntansi yang ada. Ada dua pendekatan laba pada tingkat sintaktik yaitu: a. Pendekatan Transaksi Pendekatan transaksi merupakan pendekatan laba yang melibatkan pencatatan perubahan penilaian aset dan liabilitas yang didasarkan pada transaksi yang terjadi. Transaksi yang dimaksud adalah transaksi eksternal yang merupakan kegiatan bisnis mentransfer aset dan liabilitas yang dilakukan untuk atau dari perusahaan dan transaksi internal yang merupakan hasil dari penggunaan atau konversi aset di dalam perusahaan. b. Pendekatan Aktivitas Pendekatan aktivitas merupakan pendekatan laba yang labanya timbul apabila aktivitas atau kejadian tertentu terjadi dan tidak hanya sebagai hasil dari transaksi yang spesifik. 2.1.3.2 Konsep Laba pada Tingkat Semantik Konsep laba pada tingkat semantik merupakan konsep laba yang dihubungkan dengan realita ekonomi yang mendasari. Berdasarkan tingkat semantik ini, laba digunakan untuk mengukur efisiensi manajemen perusahaan. Pemilik perusahaan
dapat mengganti manajer yang sekarang jika mereka tidak beroperasi secara efisien atau dapat memberikan bonus kepada manajer yang kinerjanya efisien. Bagaimanakah pengukuran laba bisa dijadikan sebagai dasar untuk menentukan efisiensi manajemen? Jika modal yang diinvestasikan konstan setiap tahunnya maka angka laba yang dihasilkan perusahaan bisa digunakan untuk mengukur efisiensi. Angka laba yang dihasilkan tersebut dibandingkan dengan laba tahun-tahun sebelumnya sehingga memunculkan kesimpulan bahwa laba yang dicapai sesuai atau tidaknya dengan sasaran yang telah dirancang. Konsep semantik ini memunculkan laba ekonomi dan laba akuntansi, seperti yang telah dibahas sebelumnya. Laba akuntansi dapat disesuaikan dengan laba ekonomi supaya dapat merefleksikan konsep ekonomi terhadap laba dengan lebih baik. Perusahaan menginformasikan laba akuntansinya kepada pasar agar para investor bisa menghitung laba ekonomi yang nantinya akan berhubungan dengan keputusan mereka dalam berinvestasi. 2.1.3.3 Konsep Laba pada Tingkat Pragmatik Konsep laba pada tingkat pragmatik merupakan konsep laba yang menghubungkan laba dengan perilaku pengguna laporan keuangan terhadap informasi laba perusahaan. Pengguna laporan keuangan yang menjadi sorotan di sini adalah investor, kreditor, akuntan, manajemen, dan masyarakat. Berikut ini bentuk konsep laba berdasarkan tingkat pragmatik yaitu: a. Laba sebagai Alat Peramal Para pengguna laporan keuangan seperti investor dan kreditor menggunakan laba untuk memprediksi arus kas bersih perusahaan. Mereka menggunakan laba untuk
mengukur komponen yang menghasilkan laba tersebut, meramalkan laba masa depan, mengukur resiko investasi, dan memberikan pinjaman yang sesuai untuk perusahaan. Laba masa lalu dapat digunakan untuk memprediksi laba di masa yang akan datang. Investor menggunakan informasi tersebut untuk memutuskan membeli saham perusahaan atau mengeinvestasikan modalnya pada perusahaan lain. Prediksi laba di masa depan akan membantu investor memperkirakan distribusi dividen masa depan. Begitu juga dengan kreditor yang memanfaatkan prediksi laba masa depan sebagai jaminan mereka untuk yakin menerima pembayaran bunga di masa depan sesuai waktunya dan pembayaran pinjaman yang telah jatuh tempo. b. Pengambilan Keputusan Manajerial Akuntan membuat laporan keuangan juga ditujukan untuk pihak manajemen. Sama seperti investor dan kreditor, manajer menggunakan laba untuk membuat keputusan-keputusan yang akan mempengaruhi kejadian di masa depan. 2.1.4 Kualitas Laba Kualitas laba menurut Subramanyam (2012:144) merupakan laba yang relevan dalam mengukur tingkat kinerja perusahaan. Kerangka konseptual juga membicarakan laba yang harus relevan dengan kualitas keputusan perusahaan. Relevan yang dimaksud adalah informasi yang dihasilkan dapat dihubungkan dengan tindakan yang telah diputuskan manajer untuk dapat memberikan hasil yang diinginkan perusahaan. Hendriksen (2002:141) menggambarkan hirarki kualitas akuntansi yang juga mewakilkan pelaporan laba melalui laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan
dapat membuat keputusan yang relevan dan andal ketika menggunakan informasi keuangan dari laporan tersebut. Salah satu bagian dari relevan adalah nilai peramalan. Hendrikson menjelaskan bahwa agar data dan informasi akuntansi relevan maka kedua hal tersebut harus bisa digunakan sebagai alat untuk memprediksi atau meramalkan kejadian di masa mendatang. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa laba yang berkualitas adalah laba yang dapat digunakan untuk memprediksi keadaan perusahaan di tahun depan. Hal tersebut sesuai dengan sifat keputusan pengguna laporan keuangan yang menjadi bagian dari relevan. 2.1.5 Arus Kas 2.1.5.1 Pengertian Laporan Arus Kas Pengertian arus kas menurut PSAK 2 revisi 2009 paragraf 6 yaitu: “arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.” Pengertian setara kas yang masih dijelaskan dalam paragraf yang sama yaitu: “setara kas (cash equivalent) investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.” Subramanyam (2012:92) menjelaskan bahwa kas merupakan aset yang paling likuid di antara aset yang lainnya yang mampu menawarkan likuiditas dan fleksibelitas perusahaan. Kas dianggap sebagai awal dan akhir dari aktivitas operasi perusahaan. Aktivitas operasi perusahaan dimulai dari penggunaan kas untuk membeli persediaan yang kemudian dijual kepada pelanggan. Penjualan tersebut akan memunculkan piutang yang disebut dengan penjualan kredit. Kas perusahaan akan
kembali muncul ketika penagihan piutang kepada pelanggan. Penagihan tersebut akan memungkinkan siklus baru perputaran kas dalam aktivitas operasi perusahaan. Hendriksen (2002:291) menjelaskan pengertian likuiditas yaitu aset yang dikonversi menjadi kas yang juga disebut sebagai kedekatan aset pada kas. Fleksiblilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memproleh kas secepatnya untuk menghadapi kontingensi yang tidak terduga atau untuk mengambil manfaat dari peluang yang dihadapi. 2.1.5.2 Konsep Dasar Laporan Arus Kas Kieso dan Weygandt (2008:212) menjelaskan konsep dasar laporan arus kas adalah dapat memenuhi salah satu tujuan dari pelaporan keuangan yang membantu pengguna laporan keuangan menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa mendatang. Ketidakpastian arus kas di masa mendatang merupakan prediksi arus kas yang diprediksi oleh pengguna laporan keuangan dengan didasari oleh tujuan mereka masing-masing. Laporan arus kas termasuk ke dalam pelaporan keuangan yang bisa mempengaruhi
keputusan
para
penggunanya.
Hendriksen
(2002:140)
telah
menjelaskan bahwa keputusan penggguna merupakan bentuk daru kualitas khusus keputusan. Kualitas tersebut terbagi atas relevan dan keandalan yang terangkai dalam hirarki kualitas akuntansi. 2.1.5.3 Tujuan dan Manfaat Laporan Arus Kas Tujuan utama laporan arus kas menurut Kieso (2008:212) adalah mampu menyediakan informasi relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama satu periode akuntansi. Menurutnya, laporan arus kas harus
melaporkan kas yang mempengaruhi operasi selama satu periode, transaksi investasi, transaksi pembiayaan, dan kenaikan atau penurunan kas bersih selama periode bersangkutan. Isi dari laporan arus kas tersebut dimaksudkan untuk dapat mencapai tujuan dari laporan arus kas. Subramanyam (2012:92) juga mengatakan hal yang sama tentang tujuan laporan arus kas yaitu dapat menyediakan informasi arus kas masuk dan arus kas keluar untuk satu periode akuntansi perusahaan. Laporan arus kas membantu penggunanya mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, membayar dividen, meningkatkan kapasitas produksi, dan mendapatkan pendanaan untuk aktivitas bisnisnya. Subramanyam (2012:92) mengatakan bahwa laporan arus kas juga membantu penggunanya dalam menilai kualitas laba dan keadaan arus kas masa mendatang. Kegunaan informasi arus kas juga dijelaskan dalam PSAK 2 revisi 2009 paragraf 4 yaitu: 1. Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih perusahaan, strukutur keuangan (termasuk likuuiditas dan solvabilitas), dan kemapuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus dalam rangka penyesuaian terhadap keadaan dan peluang yang berubah. 2. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai entitas.
3. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai entitas karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. 2.1.6 Klasifikasi Laporan Arus Kas PSAK 2 revisi 2009 paragraf 10 menyatakan bahwa: “Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.” 2.1.6.1 Aktivitas Operasi Arus kas dari aktivitas operasi adalah arus kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Arus kas tersebut pada umumnya berasal dari peristiwa-peristiwa yang dapat mempengaruhi penetapan laba atau rugi. PSAK 1 revisi 2009 paragraf 1 menyatakan bahwa: “Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.” Subramanyam (2012:23) mengatakan bahwa aktivitas operasi merupakan aktivitas yang menjadi sumber utama laba perusahaan. Pendapatan, beban, dan laba yang diperoleh perusahaan akan menjadi bagian dari arus kas operasi yang ditentukan jumlah aliran kas yang masuk dan keluar dari transaksi tersebut. Aktivitas operasi merupakan indikator utama yang menentukan apakah arus kas yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut mampu melunasi pinjaman perusahaan, mempertahankan dan memelihara operasi perusahaan, membayar dividen kepada investor, dan melakukan investasi baru tanpa menggunakan pinjaman dari kreditor. Semua informasi yang ada pada aktivitas operasi tersebut akan mampu digunakan
untuk memprediksi arus kas di masa mendatang. Sesuai dengan PSAK 2 revisi 2009 paragraf 13 yang menyatakan bahwa: “Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.” Laba mencerminkan kesuksesan perusahaan dalam membeli di pasar input yang kemudian menjual di pasar output. Hal ini mengartikan bahwa laba mampu menunjukkan proses bisnis perusahaan pada tahun yang bersangkutan. Proses bisnis tersebut akan dinilai apakah berjalan sesuati rencana dan strateginya atau tidak. Aktivitas utama dari proses bisnis perusahaan tersebut berasal dari aktivitas operasinya. Beberapa contoh transaksi yang termasuk ke dalam aktivitas operasi berdasarkan PSAK 1 revisi 2009 paragraf 14 yaitu: a. penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa, b. penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain, c. pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; d. pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan; e. penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lainnya; f. pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; g. penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan (dealing).
Pelaporan aktivitas operasi terbagi atas dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. PSAK 2 revisi 2009 paragraf 18 menyatakan bahwa “Entitas melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut: a. metode langsung Metode ini mengungkapkan kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto. Penerimaan kas kotor dan pengeluaran kas kotor yang diungkapkan merupakan yang terkait dengan aktivitas operasi perusahaan yang pada dasarnya menyesuaikan setiap pos yang ada pada laporan laba rugi dari dasar akrual menjadi dasar kas. Stice (2009:290) memberikan contoh akun yang berada dalam laporan laba rugi yang dihubungkan dengan arus kas operasi sebagai berikut: 1. Penjualan dan kas yang diterima dari pelanggan. Saldo awal piutang usaha dan penjualan selama setahun menimbulkan tagihan yang potensial bagi perusahaan. Saldo akhir piutang usaha merupakan perwakilan dari piutangpiutang yang belum tertagih pada selama tahun bersangkutan. Oleh karena itu saldo penjualan disesuaikan dengan perubahan saldo piutang usaha. Jika piutang usaha akhir meningkat maka selisih piutang usaha tersebut harus dikurangkan dengan saldo penjualan untuk mendapatkan nilai kas yang terkandung dalam penjualan tersebut, begitu sebaliknya. 2. Harga pokok penjualan dan kas dibayar untuk persediaan. Saldo akhir persediaan, saldo akhir utang usaha, dan total harga pokok penjualan selama
setahun menggambarkan jumlah total persediaan yang telah dibeli sebelumnya oleh perusahaan. 3. Beban operasi yang dibayarkan untuk aktivitas operasi perusahaan. Beban operasi tersebut tidak memasukkan beban depresiasi dan amortisasi. Hal ini dikarenakan beban depresiasi dan amortisasi yang terjadi tidak melibatkan arus kas. Beban operasi terdiri atas biaya pemasaran dan biaya administrasi perusahaan. 4. Pembayaran bunga dan pajak pada tahun bersangkutan. Metode langsung pada dasarnya merupakan pemeriksaan kembali setiap akun laporan laba rugi dengan tujuan melaporkan seberapa banyak kas yang diterima dan dikeluarkan sehubungan dengan akun tersebut. Oleh karena itu metode langsung akan akan mengelompokkan kas dalam bentuk penerimaan kas dan pengeluaran kas. b. metode tidak langsung Metode ini menggunakan laba atau rugi bersih yang disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Perusahaan dianjurkan untuk menggunakan metode langsung daripada metode tidak langsung. Metode langsung mampu memberikan informasi yang memudahkan pengguna untuk mengestimasi arus kas di masa mendatang. 2.1.6.2 Aktivitas Investasi
Arus kas aktivitas investasi merupakan arus kas yang berasal dari semua aktivitas perusahaan dalam perolehan dan pemeliharaan investasi. Tujuan aktivitas investasi tersebut adalah untuk dapat menjual produk dan menyediakan jasa serta menginvestasikan kelebihan kas perusahaan. PSAK 2 revisi 2009 paragraf 6 menyatakan bahwa: “Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.” Aktivitas investasi diungkapkan terpisah dari aktivitas operasi. Hal ini dikarenakan aktivitas investasi tidak termasuk ke dalam aktivitas utama dalam bisnis. Perusahaan melakukan investasi untuk memperoleh pendapatan dan arus kas di masa mendatang dari pengeluaran yang dilakukan untuk perolehan sumber daya yang diinvestasikan perusahaan tersebut. PSAK 2 revisi 2009 paragraf 16 memberikan contoh transaksi yang berkaitan dengan aktivitas investasi seperti berikut: a. pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri, b. penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, serta aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lain, c. pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran kas untuk instrument yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjanjikan),
d. kas yang diterima dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas dari instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjanjikan), e. uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan), f. penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan); g. pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan, atau apabila pembayaran tersebut diklasifi kasikan sebagai aktivitas pendanaan, dan h. pembayaran kas dari futures contracts, forward contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan
atau
diperjanjikan,
atau
apabila
pembayaran
tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. Bentuk investasi yang dilakukan perusahaan seperti investasi dalam bangunan, tanah, peralatan, mesin, aset tidak berwujud, persediaan, dan aset tidak lancar lainnya. Subramanyam (2012:21) juga mengatakan bahwa untuk menjalankan operasi bisnisnya maka perusahaan melakukan investasi dalam bentuk tanah, bangunan, peralatan, hak hukum, persediaan, modal manusia, sistem informasi, dan aset sejenis lainnya. 2.1.6.3 Aktivitas Pendanaan
Arus kas aktivitas pendanaan merupakan arus kas yang berasal dari semua aktivitas yang berhubungan dengan perolehan pendanaan dan pinjaman dari pihak eksternal kepada perusahaan. Tujuan dari aktivitas pendanaan ini adalah untuk membantu perusahaan menjalankan aktivitas operasi dan aktivitas investasi. PSAK 2 revisi 2009 paragraf 6 menyatakan bahwa: “Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas.” Subramanyam (2012:19) mengatakan bahwa aktivitas pendanaan merupakan metode yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan uang dan membayar kebutuhan tersebut. Perusahaan akan berhati-hati dalam perolehan dan pengelolaan sumber daya yang diperoleh karena hal tersebut termasuk ukuran yang menentukan kesuksesan atau kegagalan perusahaan. Ada dua sumber utama pendanaan yaitu dari investor ekuitas (pemegang saham) dan kreditor (pemberi pinjaman). Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan aktivitas pendanaan yaitu jumlah pendanaan yang diperlukan, sumber pendanaan, waktu pembayaran kembali, dan struktur perjanjian pendanaan. Investor
ekuitas
menyediakan
pendanaan
dengan
mengharapkan
pengembalian atas investasi mereka di masa mendatang. Pengembalian merupakan bagian investor terhadap laba yang dihasilkan perusahaan yang biasa disebut dengan dividen. Pendanaan ekuitas dapat berbentuk uang tunai, aset, atau jasa yang dikontribusikan kepada perusahaan sebagai penukar saham.
Subramanyam (2012:20) mengatakan bahwa perusahaan juga membutuhkan pendanaan dari kreditor yang terbagi dari: a. kreditor utang, merupakan kreditor yang secara langsung meminjamkan uang kepada perusahaan dengan memberikan waktu jatuh tempo. Pendanaan ini sering terjadi melalui pinjaman dan penerbitan obligasi oleh perusahaan. Pihak yang memberikan pendanaan tersebut adalah bank, institusi simpan pinjam, dan lembaga keuangan dan non keuangan. b. Kreditor operasi, merupakan kreditor yang meminjamkan uang kepada perusahaan sebagai bagian dari operasi perusahaan. Pendanaan dari kreditor operasi diperoleh dari pemasok, karyawan, pemerintah, dan pihak lainnya yang meminjamkan uang kepada perusahaan. Adapun bentuk transaksi yang termasuk ke dalam aktivitas pendanaan berdasarkan PSAK 1 revisi 2009 paragraf 17 yaitu: a. penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya, b. pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham entitas, c. penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lainnya, d. pelunasan pinjaman, e. pembayaran kas oleh penyewa (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan (finance lease). 2.1.7 Akuntansi Akrual Akuntansi modern menggunakan basis akrual sebagai pengganti basis kas. Basis kas mengakui pendapatan dan beban yang terjadi jika terdapat perubahan aliran
kas dalam transaksi tersebut. Jika terdapat adanya perubahan pada kas masuk dan kas keluar pada saat transaksi berlangsung maka transaksi tersebut bisa langsung diakui, begitu sebaliknya. Perbedaan basis kas dengan basis akrual terletak pada pengakuan transaksi yang terjadi. Basis akrual mengakui pendapatan pada saat dihasilkan dan mengakui beban pada saat terjadi tanpa memperhatikan ada atau tidaknya penerimaan atau pembayaran kas pada saat pengakuan tersebut. Subramanyam (2012:97) mengatakan bahwa tujuan dari basis akrual adalah memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan mengenai konsekuensi aktivitas usaha yang telah terjadi terhadap arus kas perusahaan di masa mendatang secepat meungkin dengan tingkat kepastian yang sesuai. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengakui pendapatan dan beban pada saat terjadinya tanpa memperhatikan apakah terdapat arus kas pada saat yang bersamaan. Pemisahaan pengakuan pendapatan dengan beban dapat dilakukan dengan penyesuaian akrual yang menyesuaikan arus kas masuk dengan arus kas keluar perusahaan. Akrual merupakan jumlah penyesuaian akuntansi yang membuat laba bersih akan berbeda dengan arus kas bersih perusahaan. Akuntansi akrual dapat
mengurangi masalah ketepatan waktu dan
penandingan. Masalah ketepatan waktu mengacu pada arus kas yang tidak selalu terjadi bersamaan dengan munculnya aktivitas usaha yang menghasilkan kas tersebut. Misalnya penjualan yang terjadi pada tahun pertama sedangkan penerimaan kas dari penjualan tersebut bisa diperoleh pada tahun kedua. Masalah penandingan atau pengaitan (matching) mengacu pada arus kas masuk dan arus kas keluar namun tidak
dapat dikaitkan dengan waktu terjadinya aktivitas usaha yang menggunakan kas tersebut. Masalah ketepatan waktu dan penandingan disebabkan oleh: a. Perekonomian kredit menjelaskan bahwa transaksi lebih sering dan tidak bersamaan dengan transfer kas secara langsung. Transaksi kredit tidak dapat ditelusuri aliran kasnya yang sesuai dengan waktu terjadinya. b. Biaya biasanya terjadi ketika manfaatnya belum dapat diakui, terutama investasi pabrik dan peralatan. Subramanyam menjelaskan bahwa proses akrual terdiri atas dua prinsip dasar yaitu: a. Pengakuan pendapatan Pendapatan diakui dalam akuntansi ketika pendapatan tersebut diperoleh maupun pada saat direalisasikan atau pada saat dapat direalisasikan. Pendapatan terjadi ketika perusahaan telah menyerahkan produk atau jasanya yang berarti perusahaan telah melakukan tugasnya. Pendapatan direalisasi pada saat perusahaan memperoleh kas dari penyerahan produk atau jasa kepada pelanggan. Pendapatan dapat direalisasikan pada saat perusahaan memperoleh aset berupa piutang yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas sebagai akibat penyerahan produk atau jasa kepada pelanggan. b. Pengaitan Beban Akuntansi akrual mengharuskan mengaitkan atau menghubungkan beban dengan pendapatan. Proses pengakuan beban ini berbeda untuk dua jenis beban sebagai berikut:
1. Beban yang berasal dari proses produksi suatu produk atau jasa akan diakui pada saat produk atau jasa tersebut diserahkan kepada pelanggan. Seluruh biaya produk akan tetap berada dalam neraca sebagai persediaan sampai produk tersebut terjual. Pada saat produk tersebut telah terjual maka biaya produk akan ditransfer ke dalam laporan laba rugi sebagai harga pokok penjualan (HPP). 2. Beban yang berasal dari biaya-biaya yang sehubungan dengan pemasaran dan administratif. Biaya pemasaran suatu produk atau jasa dapat dihubungkan dengan pendapatan ketikan pendapatan yang bersangkutan dengan produk atau jasa tersebut terjadi. Beban administratif tidak dapat dihubungkan langsung dengan produksi atau penjualan produk atau jasa. 2.1.8 Prediksi atas Arus Kas Masa Mendatang Investor melakukan prediksi atas arus kas masa mendatang dengan tujuan untuk memperoleh kepastian akan dividen yang akan diterima mereka di masa mendatang. Namun demikian, tidak semua diharapkan investor sesuai dengan keputusan perusahaan dalam hal pembagian dividen. Hendriksen (2002:296) menyatakan bahwa distribusi arus kas di masa mendatang termasuk dividen akan bergantung pada kebijakan perusahaan. Kas yang tersedia yang diharapkan investor mungkin digunakan untuk pengeluaran modal, pelunasan pinjaman termasuk bunganya, dan pembagian dividen. Laporan sumber daya dan komitmen perusahaan yang merupakan rencana dan pengharapan manajemen perlu disertakan dengan informasi arus kas supaya prediksi arus kas yang dilakukan investor sesuai dengan keadaan perusahaan.
2.1.9 Hubungan Antara Arus Kas dan Laba dengan Arus Kas Masa Mendatang Laporan arus kas (cash flow statement) merupakan laporan keuangan yang memperlihatkan pengaruh dari aktivitas-aktivitas operasi, pendanaan, dan investasi perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu dalam suatu cara yang merekonsiliasi saldo awal dan akhir kas. Sehingga informasi dalam laporan arus kas membantu para pemodal, kreditor, dan pihak-pihak lainnya dalam menilai bermacam-macam aspek dari posisi keuangan perusahaan. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas atau setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan modal untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. Selain itu, informasi arus kas juga dapat digunakan untuk meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa berbeda. Pengukuran laba penting untuk menentukan prestasi perusahaan dan sebagai informasi bagi pembagian dividen dan penentuan kebijakan investasi. Penghitungan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk satu periode waktu tertentu. Masyarakat bisnis dan investasi menggunakan laporan ini untuk menentukan probalilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit. Perhitungan laba rugi penting karena menyediakan informasi kepada investor dan kreditor yang membantu mereka meramalkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masa depan (Kieso dan Weygandt, 2008: 140).
Laporan keuangan dianggap dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Arus kas dan laba yang diungkapkan dalam laporan keuangan dapat membantu investor dalam mengambil keputusan investasi. Arus kas tahun berjalan dan laba dapat digunakan investor untuk menghitung arus kas masa depan perusahaan, sehingga dengan arus kas masa depan yang baik, investor dapat memperoleh keyakinan bahwa investasi yang dilakukannya sudah tepat.
2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Pengaruh Arus Kas terhadap Arus Kas Masa Mendatang Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur arus kas historis bersama dengan informasi lain akan berguna dalam memprediksi arus kas masa datang. Arus kas yang berasal dari hasil aktivitas bisnis perusahaan merupakan bagian dari laporan keuangan yaitu laporan arus kas. Laporan keuangan adalah relevan karena memiliki nilai prediktif sebagai karakteristik kualitatif. Nilai prediktif tersebut bisa digunakan untuk mengetahui kemampuan arus kas dalam memprediksi arus kas masa mendatang. Arus kas bersih berasal dari aktivitas operasi perusahaan, sama halnya dengan laba perusahaan. Bedanya, laba mengandung komponen akrual dan kas sedangkan arus kas bersih hanya mengandung komponen kas perusahaan selama periode
akuntansi. Aktivitas operasi tahun sekarang kemungkinan sama dengan aktivitas operasi perusahaan di tahun berikutnya. Berdasarkan hal tersebut maka kemungkinan akan ada pengaruh antara arus kas tahun sekarang terhadap arus kas tahun mendatang. Persamaan aktivitas operasi yang dijalankan perusahaan mengakibatkan munculnya persamaan kas bersih yang dihasilkan perusahaan setiap tahunnya. Supriyadi (1997) membandingkan kemampuan laba dengan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan dengan menggunakan data laporan keuangan tahunan dan semi tahunan. Hasil penelitian membuktikan bahwa arus kas memiliki kemampuan prediksi dan lebih baik dalam memprediksi arus kas masa depan jika dibandingkan dengan laba. 2.2.2 Pengaruh Laba terhadap Arus Kas Masa Mendatang Perusahaan menggunakan modal yang diinvestasikan untuk menjalankan aktivitas bisnisnya. Aktivitas bisnis tersebut dijalankan untuk mempertahankan perusahaan agar mencapai tujuannya. Proses aktivitas bisnis tersebut menimbulkan pendapatan dan biaya. Selisih dari pendapatan dengan biaya akan menghasilkan laba ataupun rugi bagi perusahaan. Laba adalah bagian dari laporan keuangan yaitu laporan laba rugi. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa informasi dari laporan keuangan dinilai relevan jika memiliki nilai prediktif untuk di masa mendatang. Berdasarkan penelitian terdahulu, laba dianggap memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas masa mendatang. Kemampuan prediksi laba sebagai prediktor bisa digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membantu mereka dalam membuat keputusan ekonomi.
Laba mengandung komponen kas dan akrual pada satu periode akuntansi. Laba didasarkan pada dua prinsip akuntansi, yakni pengakuan pendapatan dan prinsip penandingan. Prinsip pengakuan pendapatan meminta perusahaan untuk mengakui pendapatan ketika telah terlaksana semua, atau satu bagian substansial dari jasa – jasa yang harus diberikan, dan penerimaan kas dari transaksi tersebut adalah pasti. Prinsip penandingan meminta perusahaan untuk mengakui semua biaya yang terkait dengan pendapatan dalam periode yang sama dimana pendapatan diakui. Komponen akrual dan kas yang terkandung dalam laba merupakan hasil yang diperoleh dari aktivitas operasi perusahaan selama periode akuntansi. Aktivitas operasi tersebut kemungkinan akan sama dengan aktivitas operasi perusahaan di tahun-tahun berikutnya. Kesamaan aktivitas operasi tahun sekarang dengan tahun selanjutnya akan mengakibatkan adanya pengaruh antara laba tahun sekarang terhadap arus kas operasi tahun mendatang. Berdasarkan pengaruh yang muncul maka perusahaan akan lebih efektif, efisien, dan ekonomis dalam mengelola bisnisnya agar kas bersih yang dihasilkan di tahun mendatang sesuai dengan harapan pengguna laporan keuangan. Parawiyati dan Baridwan (1998) menguji kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan. Mereka membuktikan bahwa laba memiliki kemampuan prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan arus kas jika digunakan untuk memprediksi arus kas masa depan. 2.2.3 Pengaruh Arus Kas dan Laba Secara Simultan terhadap Arus Kas di Masa Mendatang
Arus kas dan laba merupakan bagian dari unsur laporan keuangan. Nilai prediktif yang terkandung dalam laporan keuangan juga bisa digunakan oleh arus kas dan laba dalam memprediksi arus kas masa depan secara bersamaan. Penggunaan laba dan arus kas sebagai prediktor akan diharapkan untuk bisa menghasilkan prediksi yang lebih akurat dibandingkan dengan penggunaan laba dank as secara terpisah. Informasi yang dihasilkan laba dan arus kas dapat melengkapi kebutuhan informasi yang digunakan dalam melakukan prediksi. Informasi tersebut berupa kegiatan operasi perusahaan yang diperkirakan bersifat statis setiap tahunnya. Aktivitas operasi yang menjadi bagian dari laba dan arus kas bersih kemungkinan akan berpengaruh terhadap arus kas bersih di tahun mendatang. Persamaan dalam hal aktivitas operasi mengindikasikan arus kas di tahun mendatang akan tergantung pada laba dan arus kas di tahun sekarang.
Dahler dan Febrianto (2006) menguji dan membadingkan antara kemampuan laba yang bernilai positif dan negatif dengan kemampuan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan. Hasil penelitian mereka membuktikan bahwa laba dan arus kas secara simultan dapat digunakan untuk memprediksi arus kas masa depan untuk laba yang bernilai positif. Bandi dan Rahmawati juga menguji kemampuan laba dan arus kas dalam secara bersama-sama dalam memprediksi arus kas masa depan. Hasil penelitian menyatakan bahwa laba dan arus kas bisa digunakan secara simultan untuk memprediksi arus kas masa depan.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran MODAL (INVESTASI)
Untuk melakukan kegiatan bisnis perusahaan
pendapatan
biaya Pendapatan-biaya= laba Laporan Keuangan
nilai prediktif dalam prinsip relevan karakteristik kualitatif laporan keuangan
Laporan Arus Kas
Laporan Laba Rugi
Arus Kas (X1)
Laba (X2)
Arus kas masa mendatang (Y)
2.3 Hipotesis Penelitian 1. Arus kas tahun sekarang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap arus kas di tahun mendatang. 2. Laba tahun sekarang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap arus kas di tahun mendatang. 3. Arus kas dan laba tahun sekarang secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap arus kas di tahun mendatang.