BAB II TINJAUAN TEORI
A. Teknik Menyusui yang Benar 1. Pengertian Adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti,
2004,
p.1) 2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI (Siregar, 2004, pp.13-16) a. Perubahan Sosial Budaya 1) Ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi wanita dalam hal segala bidang kerja dan kebutuhan yang semakin meningkat, sehingga ketersediaan menyusui untuk bayinya berkurang. 2) Meniru
teman,
berpengaruh bayinya.
tetangga
dengan
Bahkan
ada
atau
memberrikan yang
orang
yang
sangat
susu
botol
kepada
berpandangan
bahwa
botol sangat cocok untuk bayi. 3) Merasa ketinggalan zaman jika masih menyusui bayinya.
11
susu
b. Faktor Psikologis 1) Takut
kehilangan
Adanya
daya
anggapan
merusak
bayi
sebagai
ibu
bahwa
para
penampilan.
mempunyai
tarik
selalu
seorang
wanita.
menyusui
Padahal
setiap
mengubah
payudara,
akan
ibu
yang
walaupun
menyusui atau tidak menyusui. 2) Tekanan tekanan
batin. batin
Ada di
sebagian
saat
kecil
menyusui
bayi
ibu
mengalami
sehingga
dapat
mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui. c. Faktor Fisik Ibu Alasan yang cukup sering bagi ibu untuk menyusui adalah karena
ibu
sakit,
baik
sebentar
maupun
lama.
Tetapi
sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan berhenti menyusui. Dari jauh lebih berbahaya untuk mulai memberi bayi makanan buatan daripada membiarkan
bayi
menyusu dari ibunya yang sakit. d. Faktor
kurangnya
petugas
kesehatan,
kurang
mendapat
penerangan
manfaat
pemberian
ASI.
atau
Penyuluhan
sehingga
masyarakat
dorongan kepada
masyarakat
mengenai manfaat dan cara pemanfaatannya. e. Meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI f. Kurang/ salah informasi
tentang
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa ASI kurang. Petugas kesehatan masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat
pemeriksaan kehamilan atau saat
memulangkan
bayinya. g. Faktor pengelolaan ASI di Ruang Bersalin Untuk
menunjang
keberhasilan
laktasi,
bayi
hendaknya
disusui segera atau sedini mungkin setelah lahir. Namun tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat dilaksanakan menyusui dini, seperti persalinan dengan tindakan (seksio sesaria). 3. Cara Menyusui Yang Benar a. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005, p.31) 1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai 2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala 3) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara 4) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu 5) Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
6) Jauhkan
hidung
bayi dari
payudara
ibu
dengan
cara
menekan pantat bayi dengan lengan ibu. b. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (DepKes RI, 2005, pp.26-32) 1)
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalang payudara)
2)
Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.
3)
Tunggu
samapi
bayi
bereaksi
dengan
membuka
mulutnya lebar dan lidah ke bawah 4)
Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara
menekan
bahu
belakang
bayi
bukan
bagian
belakang kepala 5)
Posisikan
puting
susu
diatas
bibir
atas
bayi
dan
ibu
menelusuri
berhadapan- hadapan dengan hidung bayi 6)
Kemudian
masukkan
puting
susu
langit- langit mulut bayi 7)
Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut
bayi,
sehingga
puting
susu
berada
diantara
pertemuan langit- langit yang keras (palatum durum) dan langit- langit lunak (palatum molle) 8)
Lidah
bayi
akan
menekan
dinding
bawah
payudara
dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus
lactiferous
yang
terletak
dibawah
kalang
payudara 9)
Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan
hidung
bayi
dengan
maksud
untuk
memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu 11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus bayi 12) Cara Menyendawakan Bayi a) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan-lahan diusap punggung belakang sampai bersendawa b) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap. Udara akan keluar dengan sendirinya c. Langkah – langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009) 1)
Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya
2)
Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar punggung kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung
3)
Mengeluarkan
sedikit
ASI
dan
mengoleskan
pada
puting susu dan aerola sekitarnya 4)
Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung
siku
ibu
dan
bokong
bayi
terletak
pada
lengan 5)
Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara
6)
Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus
7)
Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang
lain
menopang
dibawah
serta
tidak
menekan
puting susu atau areola 8)
Ibu
menyentuhkan
putting
susu
pada
bagian
sudut
payudara tidak
perlu
mulut bayi sebelum menyusui 9)
Setelah bayi mulai menghisap, dipegang atau disangga lagi.
10) Ibu menatap bayi saat menyusui 11) Pasca Menyusui
a) Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah b) Setelah
bayi
selesai
menyusui,
ASI
dikeluarkan
sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan kering dengan sendirinya 12) Menyendawakan bayi dengan : a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian
punggung
ditepuk
perlahan-lahan
atau b) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya di tepuk perlahan-lahan. 13) Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi menginginkan (on demand) d. Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004, p.51) 1)
Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan menyusui
bayi
dilakukan
setiap
saat
bayi
membutuhkan. 2)
Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.
3)
Bayi yang sehat
akan menyusu dan mengogongkan
payudara selama 5-7 menit. e. Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI, 2005, pp.32-33)
1)
Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
2)
Dagu bayi menempel pada payudara ibu
3)
Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara (payudara bagian bawah)
4)
Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
5)
Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka
6)
Sebagian besar areola tidak tampak
7)
Bayi menghisap dalam dan perlahan
8)
Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
9)
Terkadang terdengar suara bayi menelan
10) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet f. Tanda bahwa Bayi Mendapatkan ASI dalam Jumlah Cukup (Rahmawati dan Proverawati, 2010, p.41) 1)
Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
2)
Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu pertama (100-200 gr setiap minggu)
3)
Puting dan payudara tidak luka atau nyeri
4)
Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8 kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari
5)
Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya
B. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Menurut pendidikan terencana
UU
Nasional, untuk
No.20
tahun
pendidikan
mewujudkan
2003
adalah
suasana
tentang
usaha belaajar
sistem
sadar dan
dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyaaraakat, bangsa dan Negara. Menurut (Uhbiyati dan Ahmadi,2007, p.70), Pendidikan pada
hakekatnya
suatu
kegiatan
yang
secara
sadar
dan
disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang
dewasa
kepada
anak
sehingga
timbul
interaksi
dari
keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicitacitakan dan berlangsung terus menerus. 2. Menurut Tingkatan Pendidikan Menurut
UU
RI
20
tahun
2003,
tingkatnya jalur pendidikan terdiri dari : a. Pendidikan Dasar 1) SD/MI 2) SMP/MTS
ditinjau
dari sudut
dan
b. Pendidikan Menengah 1) SMU dan Kejuruan 2) Madrasah Aliyah c. Pendidikan Tinggi 1) Akademi 2) Institusi 3) Sekolah Tinggi 4) Universitas 3. Menurut sifatnya Pendidikan(Ahmadi dan Unbiyati, 2007, p.97) a. Pendidikan informal Yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari – hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat. b. Pendidikan Formal Yaitu
pendidikan
yang
berlangsung
secara
teratur,
bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat. c. Pendidikan Non Formal Yaitu
pendidikan
yang
dilaksanakan
secara
tertentu
dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat. Sebagaimana tingkatan
dikatakan
pendidikan
oleh
Notoatmodjo
seseorang
akan
(2003)
bahwa
berpengaruh
dalam
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih
rasional
terhadap
informasi
yang
ada.
Sebaliknya
masyarakat yang berpendidikan rendah akan bersikap masa bodoh terhadap informasi atau sesuatu dari luar. Rendahnya tingkat
pendidikan
seseorang
berpengaruhterhadap
atau
peningkatan
masyarakat
derajat
sangat
kesehatan,
oleh
karena sikap masyarakat yang belum terbuka dengan hal-hal inovasi baru. Pendidikan
ibu
umumnya
berpengaruh
terhadap
kesehatan ibu dan anak. Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan untuk mendapatkan
pelayanan
kesehatan
professional
karena
manfaat pelayanan kesehatan mereka sadari sepenuhnya. C. Pekerjaan 1. Pengertian Pekerjaan Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang yang bekerja ada sesuatu yang hendak dicapai, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya daripada
kepada
keadaan
suatu
keadaan
sebelumnya
(Panji
yang
lebih
Anoraga,
memuaskan
2009,
p.11).
Pekejaan ibu adalah kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan oleh
seorang
ibu
dengan
maksud
untuk
memperoleh
penhhasilan. Setiap apapun jenisnya, apakah pekerjaan tersebut memerlukan kekuatan otot atau pemikiran, adalah beban bagi yang
melakukan.
Semakin
tinggi
ketrampilan
yang
dimiliki
oleh
tenaga
tenaga
dan
pekerjaan. efisien,
kerja,
semakin
pemikiran
Penggunaan
efisien
(mentalnya)
tenaga
berarti beban
badan
dan
(anggota
dalam
mental
badan),
melaksanakan
atau
kerjanya relative rendah
jiwa
yang
(Notoatmodjo,
2007). Menurut
Long
(1996)
dalam
buku
Nursalam
(2001)
mengatakan seseorang yang mempunyai pekerjaan penting dan memerlukan aktivitas akan mengganggu dari pada ibu yang tidak
bekerja.
Aktifitas
sehari-hari
adalah
kegiatan
rutin
harian.Aktivitas dibagi menjadi tiga golongan. Yaitu aktivitas ringan aktivitas
(ibu
rumah
sedang
pedagang,pekerja petani,
kuli,
tangga,
(pelayan
pekerja
salon,
toko,
pelayan
kantor),
aktivitas
berat
bangunan
pendaki
gunung,
sekolah,
kuliah),
department
store,
(karyawan
pabrik,
tukang
becak)
(Irianto,2007). 2. Faktor- faktor Pekerjaan a. Kemahiran, pengetahuan dan keperluan pekerjaan dari aspek pendidikan, mental, pengalaman dan pelatihan b. Usaha berbentuk usaha
mental,
penumpuan tentang
kerja
secara fisikal / manual. c. Tanggung
jawab
pekerjaan
terhadap
aspek
latihan, penyediaan. Dikatakan bahwa ibu yang bekerja akan berkurang.
kewenangan,
D. Pengetahuan 1. Pengetahuan Menurut hasil
(Notoatmojo,
tahu,
penginderaan
dan
ini
terhadap
2003,
p.121)
terjadi suatu
pengetahuan
setelah objek
merupakan
orang
tertentu.
melakukan Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. 2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Kognitif Pengetahuan
yang
tercakup
dalam
domain
kognitif
mempunyai 6 tingkatan. a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya (recall). b. Memahami (comprehension) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (analysis) Analisis
adalah
materi atau
suatu
suatu
kemampuan
objek
ke
dalam
untuk
menjabarkan
komponen-komponen,
tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitan satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis
menunjukan
meletakkan
atau
kepada
suatu
menghubungkan
kemampuan
bagia-bagian
di
untuk dalam
suatu bentuk keseluruhan yang bar. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. 3. Cara memperoleh pengetahuan Menurut digunakan sejarah
(Notoadmojo,2005,
untuk cara
memperoleh mendapatkan
p.10-18)
pengetahuan, pengetahuan
banyak namun
yang
sepanjang
dibagi
atau
dikelompokkan menjadi dua yaitu : cara tradisional dan cara modern. a. Cara Tradisional Cara tradisional terdiri dari 4 cara : 1)
Trial and Error
Cara yang dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Upaya yang dilakukan hanya sebatas mencoba hingga mencapai keberhasilan yang diinginkan 2)
Kekuasaan atau otoritas Pengetahuan
ini
biasanya
didapat
dari tokoh-tokoh
masyarakat, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut didapat berdasarkan otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin maupun ahli pengetahuan. 3)
Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman bisa dianggap sebagai sumber pengetahuan dalam mencari sebuah kebenaran pengetahuan.
4)
Jalan Pikiran Cara berfikir manusia berkembang, dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia lebih menjalankan jalan pikirannya, baik melalui induksi dan deduksi.
b. Cara Ilmiah atau Cara Modern Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara yang lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah atau popular.
4. Sumber pengetahuan Sumber pengetahuan manusia diperoleh dari media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat atau sebagainya. 5. Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang diukur (Notoatmodjo, 2003, p.124). 6. Kategori pengetahuan Pengetahuan dinyatakan baik bila 76-100% pertanyaan dijawab benar, cukup bila 60-75% pertanyaan dijawab benar, dan kurang bila pertanyaan dijawab benar < 60% (Arikunto, 2006, p. 124). 7. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Faktor Internal 1) Pendidikan Menurut
Nursalam
Wawan,
2010,
(2003)
p.17)
didalam
yaitu
buku
makin
(Dewi
tinggi
dan
tingkat
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan berarti bimbingan
yang
diberikan
seseorang
terhadap perkembangan orang lain menunjukan cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan
mengisi
kehidupan
untuk
mmencapai
keselamatan
dan
didalam
buku
kebahagiaan (Wawan dan Dewi, 2010, P.16). 2) Pekerjaan Menurut (Dewi
Thomas dan
kebutuhan
dan
Nursalam(2003)
Wawan, yang
2010,
harus
p.17),
pekerjaan
adalah
dilakukan
terutama
untuk
menunjang kehidupannya dan keluarga. 3) Umur Menurut Elozabeth BH dan Nursalam (2003) didalaam buku (Wawan dan Dewi, 2010, P.17), usia adalah umur individu
yang
terhitung
mulai
saat
dilahirkan
sampai
berulang tahun. b. Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan Menurut buku
Ann.Mariner (Dewi
dan
dan Nursalam (2003) Wawan,
2010,p.18),
didalam lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 2) Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
E. Hubungan Pendidikan dengan Teknik Menyusui yang Benar Ibu menyusui dengan teknik meyusui yang benar merupakaan salah
satu
kelompok
dalam
program
ASI
Ekslusif.
Teknik
menyusui yang benar merupakan cara memberikan ASI terahadap bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. (Suradi dan Hesti,2004, p.1) UU
No.20
pendidikan
tahun
merupakan
mewujudkan
2003 usaha
suasana
belaajar
sistem sadar dan
pendidikan dan
proses
Nasional,
terencana
untuk
pembelajaran
agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan
kepribadian,
spiritual
kecerdasan,
akhlak
keagamaan, mulia,
pengendalian
diri,
ketrampilan
yang
serta
diperlukan dirinya, masyaaraakat, bangsa dan Negara. Tingkat
pendidikan
seseorang
akan
berpengaruh
dalam
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seseorang yang berpendidikannya tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dari pada mereka yang berpendidikan rendah atau sedang. Dengan pendidikan yang rendah maka dapat tingkat
pengetahuan
ibu.
Pada
ibu
yang
berpengaruh
berpendidikan
pada tinggi
cenderung mencari informasi tentang teknik menyusui yang benar. (Notoatmodjo, 2003, p.58). Tingkat
pendidikan
ibu
menyusui
berhubungan
dengan
tingkat pendidikannya. Pendidikan yang rendah baik secara formal
maupun teknik
informal
menyebabkan
menyusui
yang
ibu
benar.Teknik
kurang
memahami
menyusui
tentang
merupakan
salah
satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI dimana bila teknik menyusui tidak benar, dapat menyebabkan puting susu lecet dan menjadikan ibu
enggan menyusui sehingga bayi tersebut
menyusu. Enggan menyusu akan berakibat isapan bayi sangat
berpengaruh pada
selanjutnya.
sering
Namun
kali
jarang
kurang baik,
karena
rangsangan produksi ASI
ibu-
ibu
kurang
mendpatkan
informasi tentang manfaat ASI dan tentang menyusui yang benar (Utami Roesli, 2005, p.59). Hasilpenelitian ini sesuai dengaan beberapa penelitian serupa diantaranya
dengan
hasil
penelitian
Dewi
Masitoh
(2009)
di
Semarangmenunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu post partum primipara tentang teknik menyusui yang benar.
F. Hubungan Pekerjaan dengan Teknik Menyusui yang Benar Pekejaan dilakukan
ibu
oleh
penghasilan.
merupakan
seorang
Setiap
ibu
apapun
kegiatan
rutin
sehari-hari
dengan
maksud
untuk
jenisnya,
apakah
pekerjaan
yang
memperoleh tersebut
memerlukan kekuatan otot atau pemikiran, adalah beban bagi yang melakukan.Semakin kerja,
semakin
pemikiran
tinggi ketrampilan efisien
(mentalnya)
badan
yang
(anggota
dalam
dimiliki oleh badan),
melaksanakan
tenaga
tenaga dan
pekerjaan.
Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien,
berarti
beban kerjanya relative rendah (Notoatmodjo, 2007). Ibu bekerja tidak terlalu memperhatikan perawatan terhadap bayinya
dan
kegagalan
kurang
dalam
sabar
proses
dalam
menyusui
bayinya
sering
disebabkan
menyusui
sehingga karena
timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham tentang cara menyusui yang benar, kegagalan menyusui sering dianggap sebagai problem pada anaknya
saja.
Selain
itu
ibu
sering
mengeluh
bayinya
sering
menangis atau “menolak” menyusu, dan sebagainya yang sering diartikan bahwa ASI nya tidak cukup, atau ASI nya tidak enak, tidak
baik
ataupun
pendapatnya
sehingga
sering
menyebabkan
diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui. (Suradi dan Hesti ,2004,p.42). Hasil serupa
penelitian
diantaranya
ini
hasil
sesuai
dengan
penelitian
beberapa
Meylia
penelitian
Qudriani
(2010)
Patiyang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pekerjaan ibu dengan teknik menyusui yang benar.
G. Hubungan Pengetahuan dengan Teknik Menyusui yang Benar Pengetahuan akan
individu
mempengaruhi
mempengaruhi
tentang
motivasi
presepsinya
penyakit
individu tentang
dan
untuk iegawatan
pencegahannya
berperilaku
sehat
penyakit
dan
keuntungan perilaku tersebut. Sehingga tingkat pengetahuan baik, maka
teknik
pengetahuan ibu
menyusui
yang
tentang
teknik
benar
baik,
apabila
menyusui kurang
,maka
tingkat teknik
menyusui juga akan kurang. (Notoatmodjo, 2003, p.118) Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan
dibagi
menjadi faktor internal yang meliputi: pendidikan, pekerjaan, dan umur sedangkan faktor eksternal meliputi: faktor lingkungan dan social ekonomi. Pendidikan seseorang yang tinggi akan mudah menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan dengan perubahan baru. Pengalaman sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, jika pendidikan tinggi maka pengalaman akan semakin banyak (Wawan dan Dewi, 2010, p.16). Menyusui adalah suatu proses ilmiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku
tentang
menyusui
ASI
anaknya
bahkan
ibu
dengan
baik.
yang
buta
Walaupun
huruf
pun
demikian
dapat dalam
lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Utami Roesli, 2009, p.2). Dampak dari teknik menyusui yang salah pada ibu yaitu ibu akan mengalami gangguan proses fisiologis setelah melahirkan, seperti puting susu lecet dan nyeri, payudara bengkak bahkan bisa sampai terjadi mastitis atau abses payudara dan sebagainya (Suradi dan Hesti, 2004, p.42).
Pengetahuan sangat
penting
ibu
tentang
teknik
menyusui
sebab dari pengalaman dan
yang
penelitian
benar terbukti
bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langsung dari
pada
perilaku
yang
tidak
disadari
oleh
pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003, p.118)). Hasil
penelitian
ini
sesuai
dengan
beberapa
penelitian
serupa diantaranya dengan hasil penelitian Dewi Masitoh (2009) Semarang menunjukkan ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan ibu post partum primipara tentang teknik menyusui yang benar.
H. Kerangka Teori Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, disusun suatu kerangka teori sebagai berikut.
Pekerjaan
Faktor Fisik Ibu
Pendidikan Faktor Psikologis Perubahan Sosial Budaya
Teknik Menyusui yang Benar
Faktor Kurangnya Tenaga Posisi Menyusui
Kurang / salah informasi Meningkatnya promosi susu formula
Pengetahuan Ibu Menyusui
Faktor pengelolaan ASI
Langkahlangkah Menyusui
Frekuensi Menyusui
Gambar 2.1.Kerangka Teori modifikasi (DepKes, 2005), (DinKes, 2009), (Notoatmodjo, 2003) dan (Wawan dan Dewi, 2010)
I. Kerangka Konsep
Berdasarkan
kerangka
teori
yang
ada,
maka
kerangka
konsep dapat di gambarkan sebagai berikut :
Variable Bebas (Independen)
Variaabel Terikat (Dependen)
Pendidikan Ibu Teknik menyusui yang benar
Pekerjaan Ibu
Pengetahuan Ibu tentang teknik menyusui Gambar 2.2.kerangka Konsep
J. Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini di antaranya : 1. Ada hubungan pendidikan ibu dengan teknik menyusui yang benar 2. Ada hubungan
pekerjaan
ibu
dengan
teknik
menyusui yang
benar 3. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan teknik menyusui yang benar.