BAB II TINJAUAN TENTANG KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DAN KESEHATAN JIWA
A. Konsep Pendidikan Tauhid 1. Pengertian Konsep pendidikan Tauhid Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep berarti sebagai rancangan ide, gambaran atau pengertian dari peristiwa nyata atau konkret kepada yang abstrak dari sebuah obyek maupun proses. 1 Sedangkan konsep dalam penulisan ini ialah sejumlah rancangan, ide, gagasan, gambaran atau pengertian yang bersifat konkret maupun abstrak tentang konsep pendidikan tauhid kesehatan jiwa menurut Dadang Hawari. Sedangkan Pendidikan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan dapat diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, cara mendidik.2 Hery Noer Aly, dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, mengatakan bahwa : “Didalam masyarakat Islam sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk menandai konsp pendidikan, yaitu tarbiyah ( ) تر بية, ta’lim ( ) تعليم, dan ta’dib ( ) تئبيد. Istilah 1 2
Dina P&K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2003), hlm. 959 Ibid, hlm. 20
19
20
tarbiyah berakar pada tiga kata, pertama kata raba yarbu ( ،ربب ) يربوyang berarti bertambah dan tumbuh. Kedua rabiya yarba yang berarti tumbuh dan berkembang. Ketiga rabba yarubbu (يرة، )رةyang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga dan memelihara. Kata al-Rabb ()الرة, juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaannya secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur.3 „Abdurrahman al-Nahlawi salah seorang pengguna istilah tarbiyah berpendapat bahwa pendidikan berarti: a.
Memelihara fitrah anak,
b.
menumbuhkan seluruh bakat dan kesiapannya,
c.
Mengarahkan fitrah dan seluruh bakatnya agar menjadi lebih baik dan sempurna, serta
d.
Bertahap dalam prosesnya.4 Tauhid, dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata tauhid
merupakan kata benda yang berarti keesaan Allah, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada, Yuwahhidu,. Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa Allah SWT adalah esa, tunggal. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan
3
hlm. 3
dalam
bahasa
Indonesia,
yaitu
“keesaan
Allah”,
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam,Cet.2, (Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, 2000), 4
Ibid,. hlm. 4
21
mentauhidkan berarti “mengakui akan keesaan Allah; mengesakan Allah.5 Rasyid TD Mangkudun dalam bukunya Ilmu Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut konsep Tauhid, mengatakan bahwa : “Tauhid dalam istilah lain disebut iman atau akidah, merupakan inti dari ajaran islam. Iman adalah kepercayaan dalam hati meyakini dan membenarkan adanya Tuhan dan membenarkan apa yang dibawa oleh Muhammad SAW. di dalam islam terdapat kepercayaan-kepercayaan yang harus diamalkan oleh pemeluknya dengan keyakinan dan kesadaran yang mendorong dirinya sendiri untuk berbuat baik dan menjauhi larangan Tuhan. Iman kepada Allah adalah ajaran Islam paling asasi yang mendasari seluruh ajaran islam dan menjadi sumber formalitas perilaku manusia. Meyakini dan iman kepada Allah menjadi inti dan akhir dari seluruh ajarannya.”6
Adapun tauhid secara istilah, menurut para cendikiawan muslim diantaranya sebagai berikut: 1) Tauhid menurut Rasyd TD Mangkudun adalah mempercayai bahwa Allah satu-satunya tuhan, tiada tuhan selain dia, dan Dialah satu-satunya yang wajib dan pantas disembah.7 2) Menurut Syaikh Muhammad at-Tamimi dalam bukunya yaitu Kitab tauhid, mendefinisikan Tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekuen, dengan mentaati segala perintahnya
5
Rasyid TD Mangkudun, Ilmu Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut konsep Tauhid, (Jakarta: Karya Indah, 2004), hlm 1 6 Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 282
22
dan menjauhisegala larangannya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya.8 Definisi-definisi di atas walaupun redaksinya berbeda, namun inti pengertiannya sama yaitu berkisar antara mengesakan Allah dan meyakini ke-Esaan-Nya. Jadi dapat penulis simpulkan bahwa pengertian pendidikan tauhid adalah menyampaikan atau mengajarkan kepada kaum muslimin sekaligus menetapkan bahwa Allah itu Esa (dzat yang satu) dan tidak ada yang menyamainya selain dia. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Dengan pendidikan itulah umat manusia dapat maju dan berkembang, melahirkan kebudayaan dan peradaban positif yag membawa kepada kebahagiaan dan kesejahteraan hidup mereka. Makin tinggi tingkat pendidikan mereka makin tinggi pula tingkat kebudayaan dan peradabannya. Apabila pendidikan secara turun temurun sangat penting bagi manusia, pendidikan tauhid tidak kalah penting. Sebab, pendidikan tauhid tidak hanya untuk kepentingan di dunia, tapi juga untuk kehidupan akhirat. Pendidikan tauhid menurut syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syah dalam kitab Syarhu Fathul Majid (Penjelasan Kitab Tauhid) adalah: bagaimana menanamkan akidah dengan benar-benar keimanan yang utuh tanpa dikotori oleh unsur-unsut toghout.9 Artinya keimanan
8
Syaikh Muhammad at-tamimi, Kitab tauhid, (jakarta: kantor atase agama kedutaan besar saudy Arabia, 2003), hlm. 2-3 9 Syaikh Abdurrahman Alu Syaikh, Fathul majid “Penjelasan kitab Tauhid (Membersihkan Akidah dari Racun Syirik), (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), hlm. 8
23
benar benar-benar diarahkan untuk meyakini secara benar akan hakikat
keimanan kepada
Allah SWT.
tanpa
dikotori
oleh
paham/keyakinan yang menduakan Allah SWT.” Pendidikan tauhid yang dimaksud ialah menanamkan kesadaran dan keyakinan tauhid atau keesaan Allah ke dalam diri seorang manusia.10Pendidikan tauhid merupakan suatu aspek yang sangat esensial dalam agama Islam, sehingga tauhid menjadi inti perjuangan para Rasul, sebagaiman dalam sejarah penegakan tauhid ini Nabi Musa berhadapan dengan Fir‟aun, ibrohim bertolak melawan Namrud, dan Nabi Muhammad berhadapan dengan musyrikin Makkah, dengan kata lain, sejak diciptakannya manusia, tauhid selalu dicoba untuk diganggu gugat, namun Allah selalu memelihara akidah ini agar tetap bersih. Sejarah membuktikan bahwa kemusyrikan akan selalu membawa
bencana
dan
kesewenang-wenangan.
Tidak
ada
kebahagiaan sekalipun didalamnya. Sejarah membuktikan bahwa hanya dengan akidah yang murni ini semua bangsa akan berjalan dengan baik.11 Pada dasarnya pendidikan tauhid memfokuskan pada kalimat syahadat (tidak ada Tuhan selain Allah) yang berarti peniadaan dominasi segala sesuatu yang membelenggu jiwa manusia menuju pada suatu dominasi otoritas Allah SWT. Secara lebih konkret bisa dipahami sebagai upaya pembebasan manusia dari segala sesuatu 10
Erwati Aziz, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, (Solo: Tiga serangkai, 2003), hlm. 98 Tarmizi Taher, Menyegarkan Akidah Tauhid Insani: Mati di Era Klenik, (Jakarta : Gema Insani Pers, 2002), hlm. 6 11
24
belenggu penghambaan kepada Allah, menuju penghambaan kepada Allah. Memahami dominasi kekeuasaan Allah dapat diwujudkan dengan mengesakan Allah dan menolak penyekutuan terhadap-Nya yang merupakan doktrin terpenting yang mendominasi pemahaman ajaran samawi. Hal itu merupakan inti ajaran ilmu yang dibawa para nabi dan rasul sebagaimana tercantum dalam kitab-kitab suci yang diwahyukan kepada mereka.12 2. Tujuan Pendididkan Tauhid Suatu usaha atau kegiatan dapat terarah dan mencapai sasaran sesuai dengan yang diharapkan maka harus ada tujuannya, demikian pula dengan pendidikan. Suatu usaha apabila tidak mempunyai tujuan tentu usaha tersebut dapat dikatakan sia-sia. Secara khusus tujuan pendidikan tauhid menurut Chabib Thoha adalah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah Yang Maha Esa dan untuk menginternalisasikan nilai ketuhanan sehingga dapat menjiwai lahirnya nilai etika insani.13 Sedangkan menurut Yusran Asmuni pendidikan tauhid mengandung tujuan : a. Sebagai sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan. b. Membimbing kejalan yang benar dan sekaligus pendorong mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan. c. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan atau kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan; 12
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (jakarta: kencana, 2005), hlm. 282 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2000), hlm. 46 13
25
d. Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.14 Tauhid tidak hanya sekedar memberikan ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan, tetapi tauhid bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, dan juga berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap dan perilaku keseharian seseorang. Tauhid ini tidak hanya berfungsi sebagai akidah, tetapi berfungsi pula sebagai falsafah hidup. 3. Metode Pendidikan Tauhid Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode mengajar yang dirumuskan. 15 Diantara metode-metode pendidikan tauhid adalah : a.
Metode keteladanan Metode keteladanan adalah suatu metode pendidikan dimana seorang pendidik memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik dalam ucapan maupun perbuatan.16 Metode ini dianggap penting karena terdapat aspek keagamaan yang penting,
14
Yusran Asmuni, Ilmu tauhid, (Jakarta: Raja Garfindo Persada, 2004), hlm. 12 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi belajar mengajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 53 16 Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 150 15
26
yaitu akhlak yang termasuk dalam dalam kawasan afektif yang terwujud dalam bentuk tingkah laku (behavioral). b. Metode pembiasaan Metode pembiasaan adalah metode yang digunakan pendidik dengan cara memberikan pengalaman yang baik untuk dibiasakan dan sekaligus menanamkan pengalaman yang dialami para tokoh untuk ditiru dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.17 c. Metode kisah Metode kisah yaitu metode yang digunakan oleh pendidik dengan bercerita suatu kejadian untuk diresapi peserta didik, atau pesertadidik disuruh bercerita sendiri dengan mengambil tematema materi.18 Metode ini digunakan untuk mengambil pelajaran dari kisah tersebut. d. Metode amtsal (perumpamaan) Metode amtsal adalah mengumpamakan suatu yang abstrak dengan yang lain yang lebih konkrit untuk mencapai tujuan dan manfaat dari perumpamaan tersebut.19 e.
Metode mau‟izhah Metode mau‟izhah adalah metode pendidikan dengan cara memberi nasihat-nasihat yang baik dan dapat dipercaya, sehingga
17
A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 145 18 Ibid, hlm. 144 19 Syahidin, Op. cit,. hlm. 79
27
dapat dijadikan sebagai pedoman oleh pesertadidik untuk bekal sehari-hari.20 f.
Metode pemberian hukuman dan ganjaran Metode ini digunakan sebagai kelanjutan dari metode-metode yang lain apabila tidak ada pengaruhnya. Ini diambil sebagai kelanjutan pross pengarahan dan bimbingan terhadap anak didik ke arah perkembangan yang lebih baik dan terarah. Tindakan tegas itu adala hukuman.21
4. Kriteria Bertauhid Adapun ciri-ciri manusia yang bertauhid menurut M. Amien Rais adalah sebagai berikut : a. Ia memiliki komitmen utuh pada tuhannya. Ia berusaha secara maksimal untuk menjalankan pesan dan perintah Allah sesuai kemampuan yang ada. b. Ia menolak pedoman hidup yang datang bukan dari Allah. Dalam konteks msyarakat manusia, penolakan itu berarti emansipasi dan restirasi kebebasan esensialnya dari seluruh belenggu buatan manusia, supaya komitmenya pada Allah menjadi utuh dan kukuh. c. Ia bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas kehidupannya, adat istiadat, tradisi dan faham hidupnya. Bila dalam penilaian ternyata terdapat unsur-unsur syirik dalam arti luas, maka ia selalu bersedia untuk berubah dan mengubah hal-hal 20
A. Fatah Yasin, Op. cit,. hlm. 145 Triyo Supriyanto, Humanitas Spiritual dalam Pendidikan, (Malang : UIN-Malang Press (Anggota IKAPI), 2009), hlm. 34-35 21
28
itu agar sesuai dengan pesan-pesan ilahi. Manusia tauhid adalah progresif karena ia tidak pernah menolak setiap perubahan yang positif. d. Tujuan hidupnya amat jelas. Ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya hanyalah untuk Allah semata (ilahi rabbil „alamin). Ia tidak pernah terjerat kedalam nilai-nilai palsu atau hal-hal yang tanpa nilai (disvalues) sehingga tidak pernah mengejar kekayaan, kekuasaan dan kesenangangan hidup sebagai tujuan; sebaliknya, hal-hal tersebut terakhir ini adalah sarana belaka untuk mencapai keridhoan Allah SWT. e. Manusia yang bertauhid memiliki Visi yang jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya bersama-sama manusia lain seutu kehidupan yang harmonis antara manusia dengan tuhannya, dengan lingkungan hidupnya, dengan sesama manusia dan dengan dirinya sendiri. Pada gilirannya visi tersebut mendorong untuk mengubah dan membangun dunia dan masyarakat sekelilingnya sehingga kewajiban untuk menjebol masyarakat yang jumud dan membangun masyarkat baru dipandang sebagai misi utama sepanjang hidupnya.22 Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa apabila ajaran tauhid telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, ia akan menjadi suatu kekuatan batin yang tangguh. Kekuatan itu akan melahirkan 22
hlm. 19-20
Amin Rais. M, Cakrawala Islam Antara Citra dan Fakta, (Bandung: Mizan, 2002),
29
sikap positif dalam realitas kehidupannya sehari-hari. Ia akan selalu optimis menghadapi masa depan, tidak takut terhadap apapun dan siapapun kecuali kepada tuhan, selalu senang dan gembira sebab merasa dekat dengan Tuhan dan yakin Tuhan selalu bersamanya dalam tiap hal, rajin melakukan ibadah dan perbuatan baik, dan sikapsikap positif lainnya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri, tetapi bermanfaat pula untuk masyarakat dan lingkungannya.
B. Kesehatan jiwa 1. Pengertian Kesehatan jiwa Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat ataupun bahagia dalam diri seseorang yang mampu menghadapi tantangan hidup ini dalam keadaan apapun, serta dapat bersikap positif baik bagi diri sendiri maupun orang lain.23 Ada yang mengungkapkan kesehatan jiwa dengan kesehatan mental ,Kesehatan mental terdiri dari dua kata “sehat” dan “mental”. Kata “sehat” menurut World Health Organization (WHO) adalah keadaan berupa kesejahtertaan fisik, mental, dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa obsesinya penyakit atau keadaan lemah tertentu.24 Kesehatan mental itu sendiri diambil dari Konsep Hygiene. Secara etimologi kesehatan mental atau mental Hygiene terdiri dari dua
23
Hendra George K, Mengenal Gangguan Jiwa Sejak Dini, (Surakarta: CV Karya Mandiri Nusantara, 2007), hlm . 4 24 Siti Sundari, Kesehatan Mental dalam Kehidupan, Cet. 1 (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2005). hlm. 1
30
kata, yaitu mental dan Hygiene. Kata “mental” diambil dari bahasa yunani yang memiliki pengertian sama dengan kata Psiche yang sama artinya psikis, jiwa, atau kejiwaan.25 Sedangakan Hygeia adalah nama dewi kesehatan Yunani dan Hygiene mempunyai arti limu kesehatan. Jadi istilah Mental Hygiene mempunyai arti kesehatan mental atau kesehatan jiwa.26 Dalam beberapa literatur, istilah mental hygiene bukanlah satusatunya istilah yang digunakan untuk menyebut kesehatan mental, Istilah lain yang juga digunakan untuk maksud yang sama adalah Psychological medicine, nervous health, atau mental health. Namun istilah-istilah itu memiliki maksud yang sama, meskipun memiliki kandungan makna yang berbeda. Diantara berbagai istilah tersebut yang dipandang memiliki makna yang tepat untuk menyebutkan kesehatan mental adalah mental hygiene. Hal ini karena mental hygiene mengandung pengertian lebih dinamis karena menunjukkan adanya usaha peningkatan.27 Maka ilmu kesehatan jiwa ini erat hubungannya dengan tekanan batin, konflik, pribadi, dan kompleks-kompleks terdesak yang terdapat dalam diri manusia. Tekanan batin dan konflik-konflik pribadi yang sering mengganggu ketenangan hidup seseorang, dan kerap kali menjadi pusat penganggu ketenangan hidup. Dengan demikian mental
25
Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun, Kesehatan Mental “Konsep dan Penerapan, (Malang :UMM Press, 2005), hlm. 32 26 Kartini Kartono , Hygiene Mental, (Bandung :Mandar Maju, 2000), hlm. 3 27 Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun, Op. cit,. hlm. 23
31
hygiene mempunyai tema sentral yaitu bagaimana caranya orang memecahkan segenap keruwetan batin, serta berusaha mendapatkan kebersihan jiwa dalam pengertian tidak terganggu oleh macam-macam ketenangan, ketakutan dan konflik terbuka, serta konflik batin.28 Istilah kesehatan jiwa mempunyai pengertian yang cukup banyak, karena jiwa itu sendiri bersifat abstrak sehingga dapat menimbulkan berbagai penafsiran dan definisi-definisi yang berbeda. Karena itu banyak pengertian dan definisi yang diberikan oleh para ahli sebagai berikut: a. Menurut jalaluddin bahwa kesehatan jiwa(Mental Hygiene) adalah ilmu yang meliputi sisitem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani. 29 b. Menurut Zakiah Daradjat bahwa kesehatan jiwa adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problema-problema yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).30 c.
Menurut Arie Arum Wardhani Kesehatan jiwa didefinisikan sebagai suatu keadaan sejahtera secara psikososial di mana tiap individu menyadari potensi dirinya sendiri, dapat menghadapi tekanan yang normal
28
Kartini Kartono, Op.cit,. hlm. 4 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 152 30 Moh. Sholeh dan Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi, Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 22 29
32
dalam kehidupan,mampu bekerja secara produktif, dan baik, dan dapat memberikan kontribusi positif bagi komunitasnya. 31 Definisi ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap, pandangan dan keyakinan harus saling menunjang dan bekerjasama sehingga menciptakan keharmonisan hidup, yang menjauhkan orang dari sifat ragu-ragu dan bimbang, serta terhindar dari rasa gelisah dan konflik batin.
Dengan kata lain, bahwa ketenangan hidup dan kebahagiaan hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh kesehatan jiwanya. Orang yang memiliki perilaku yang kurang baik seperti mudah tersinggung, marah, suka mengganggu orang lain, mengadu domba, menfitnah, menganiaya, menipu dan sebagainya adalah orang yang kurang sehat jiwanya. Sehingga ia tidak dapat merasakan ketenangan hidup dan kebahagiaan hidup.32 2. Kriteria Kesehatan Jiwa Kesehatan jiwa merupakan sesuatu yang sangat pokok dalam kehidupan manusia. Maka kehadirannya sangat didambakan oleh setiap orang. Kalau kita amati kehidupan sehari-hari ada orang hidup kaya-raya dengan segala kebutuhan terpenuhi, tetapi tidak meresa bahagia karena keluarganya tidak teratur, berantakan jauh dari kasih sayang dan gersang dari nilai-nilai agama, namun ada kehidupan keluarga yang hidup pas-pasan, sederhana dan tidak melimpah secara
31 32
Arie Arumwardhani, Psikologi kesehatan, (Yogyakarta: Galang Press, 2011), hlm. 44 Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta :Toko Gunung Agung, 2001), hlm. 23.
33
materi, tetapi hidupnya tenteram, bahagia dan penuh kasih sayang keluarga serta taat dalam menjalankan perintah agama. Selanjutnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1959 memberikan batasan jiwa atau mental yang sehat adalah sebagai berikut : a. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk baginya. b. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya. c. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima. d. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas. e. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan. f. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran di kemudian hari. g. Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif. h. Mempunyai kasih sayang yang besar.33 Kriteria tentang kesehatan jiwa yang dikemukakan WHO sebagaimana tersebut diatas-pada tahun 1984 disempurnakan dengan menambahkan satu elemen spiritual (agama). Oleh karena itu, yang dimaksud dengan sehat adalah bukan sehat dari segi fisik, psikologik, dan sosial saja, akan tetapi sehat dalam arti spiritual/agama, atau 33
Rasmun, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, (Jakarta: Sagung Seto, 2009), hlm. 11-12
34
dalam istilah Dadang Hawari disebut dengan empat dimensi sehat: bio-psiko-sosial-spiritual.34 Adapun menurut siswanto, ciri-ciri individu yang normal atau sehat jiwanya pada umumnya adalah : 1) Bertingkah laku menurut norma-norma sosial yang diakui 2) Mampu mengelola emosi 3) Mampu mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki 4) Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan soaial 5) Dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk menuntun tingkah kakunya. 6) Mampu menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang 7) Mampu belajat dari pengalaman 8) Biasanya gembira.35 3. Urgensi Kesehatan Jiwa Sampai saat ini, masyarakat hanya mengeluhkan keadaan fisik, tetapi tidak mencoba memperhatikan lebih dalam lagi seperti keluhan jiwa orang tersebut yang mungkin melatar belakangi keluhan fisik tersebut. Maka dari itu kesehatan jiwa sangat penting bagi manusia. Diantara uegensi kesehatan jiwa yaitu:
34
Dadang Hawari, Ilmu Kedoteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa perspektif Al-Qur’an dan As-Sunnah, (Jakarta : FKUI), hlm. 3-4 35 Siswanto, Kesehatan Mental Konsep, Cakupan, dan perkembangannya, (Yogyakarta: Andi, 2007), hlm. 24-25
35
a. Mengusahakan agar manusia memiliki kemampuan mental yang sehat b. Mengusahakan pencegahan terhadap timbulnya sebab-sebab ganngguan jiwa dan penyakit jiwa c. Mengusahakan pencegahan berkembangnya bermacam-macam gangguan jiwa dan penyakit jiwa d. Mengurangi
atau
mengadakan
penyembuhan
terhadap
gangguan dan penyakit jiwa.36 4. Prinsip-prinsip Kesehatan Jiwa Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip kesehatan jiwa adalah dasar yang harus ditegakkan orang dalam dirinya untuk mendapatkan kesehatan jiwa yang baik serta terhindar dari gangguan kejiwaan. Prinsip-prinsip tersebut adalah: a. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri Prinsip ini biasa diistilahkan dengan self image. Prinsip ini antara lain dapat dicapai dengan penerimaan diri, keyakinan diri dan pada kepercayaan pada diri sendiri. Self Image yang juga disebut dengan citra diri merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan pribadi. Citra diri positif akan mewarnai pola hidup, sikap, pola pikir dan corak penghayatan, serta ragam penghayatan yang positif pula. Carl Rogers mengemukakan dua ragam citra diri :
36
Siti Sundari, Op. cit,. hlm. 2
36
1) Citra diri aktual (the actualized self image) Citra diri ini merupakan gambaran seseorang mengenai dirinya pada saat sekarang. 2) Citra diri ideal (the idealized self image) Gambaran seseorang mengenai dirinya seperti yang diidamidamkan. Citra diri ini dapat dikatakan sebagai sumber motivasi dari seluruh perbuatan manusia. b. Keterpaduan antara Integrasi Diri Yang dimaksud keterpaduan disini adalah adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan pandangan (falsafah) dalam hidup dan kesanggupan mengatasi stres. Dalam bahasa lain orang yang memiliki kesatuan pandangan hidup adalah orang yang memperoleh makna dan tujuan dalam hidupnya. c. Perwujudan Diri (aktualisasi diri) Merupakan proses pematangan diri. Menurut Reiff, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu mengaktualisasikan diri atau mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan cara yang baik dan memuaskan. d. Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal.
37
e. Berminat dalam tugas dan pekerjaan. f. Agama, cita-cita, dan falsafah hidup. Untuk pembinaan dan pengembangan kesehatan mental orang membutuhkan agama, seperangkat cita-cita yang konsisten dan pandangan hidup yang kokoh. g. Pengawasan diri Mengadakan pengawasan terhadap hawa nafsu atau dorongan dan keinginan serta kebutuhan oleh akal pikiran. h. Rasa benar dan tanggung jawab Rasa benar yang ada dalam diri selalu mengajak orang kepada kebaikan, tanggung jawab dan rasa sukses, serta membebaskan dari rasa dosa, salah, dan kecewa.37 5. Hubungan Kesehatan Jiwa dengan Lapangan Hidup lain a. Hubungan kesehatan jiwa dengan kesehatan fisik Dalam ilmu kedokteran dikenal istilah psikosomatik(kejiwabadanan). Dimaksudkan dengan istilah tersebut adalah untuk menjelaskan bahwa, terdapat hubungan yang erat antara jiwa dan badan. Jika jiwa dalam kondisi yang kurang normal seperti susah, cemas, gelisah dan sebagainya, maka badan turut menderita.38 b. Hubungan kesehatan jiwa dengan kehidupan spiritual Manusia selain mempunyai kebutuhan biologis, sosial jugan mempunyai kebutuhan metafisis. Kebutuhan terakhir ini terutama 37 38
Sururin, Imu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004). hlm. 145-147 Jalaluddin. Op. cit,. hlm. 152-153
38
memberikan
kebutuhan
spiritual/kerohanian,
yaitu
percaya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sang Maha Ada, Sang Maha Kuasa. Dengan menyerahkan diri kepada-Nya dengan bersujud dengan caranya sendiri-sendiri dengan kepercayaan (agama) masing-masing niscaya akan mendapatkan ketentraman. c. Hubungan kesehatan jiwa dengan Pendidikan Keluarga
merupakan
tempat
pertama
anak
mendapatkan
pendidikan bagi keluarga yang mengerti tentang kesehatan jiwa akan mendidik putra-putrinya sesuai dengan perkembangan kemampuan dan kesenangan serta kepuasan mereka. d. Hubungan kesehatan jiwa dengan kehidupan berkeluarga Penting bagi anggota keluarga dalam melaksanakan kehidupan berumah tangga menjalankan prinsip-prinsip kesehatan jiwa, yaitu saling berusaha dan bersedia berkorban untuk menjaga keutuhan keluarga itu. e. Hubungan kesehatan jiwa dengan berkeluarga Usaha kesehatan jiwa dalam perusahaan selain kewajiban pokok pimpinan pengusaha juga agar seluruh karyawan mendapat penerangan bahwa perlu menjaga keseimbangan/ketentraman lahir batin masing-masing sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan jiwa.
39
f. Hubungan kesehatan jiwa dengan lapangan hukum Kesehatan jiwa sangat diperlukan dalam lapangan hukum agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum.39 g. Hubungan kesehatan jiwa terhadap Kecerdasan Kesehatan jiwa sangat diperlukan bagi kecerdasan atau pikiran, diantara pengaruhnya seperti adanya perasaan sering lupa atau kurangnya, konsentrasi dalam berfikir. Bila hal ini terus menerus dibiarkan, maka akan menyebabkan gangguan kesehatan jiwa yang serius.40 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa Ada dua faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Berikut ini akan dijelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa, yaitu : a. Faktor intern Faktor intern yaitu yang terdapat dalam diri seseorang keimanan dan ketakwaan, keseimbangan dalam berfikir, sikap dalam
menghadapi
masalah
kehidupan,
kondisi
kejiwaan
seseorang, dan sebagainya. Seseorang yang memiliki tingkat keimanan dan ketakwaan yang baik senantiasa akan memperoleh ketenangan dan ketentraman batin dalam hidupnya, apabila ia menghadapi suatu problem dalam hidup maka orang tersebut
39
Siti Sundari, Op. cit,. hlm. 8-9 Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKK (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), hlm. 22 40
40
mampu memnghadapinya dengan sabar dan tidak mudah putus asa, ia akan tetap bertawakal kepada Allah SWT. Disamping
itu
sikap
seseorang
dalam
menghadapi
problematika hidup dan kemampuan berfikir secara tepat dalam mengantisipasi adanya berbagai masalah yang ada akan mampu menghadirkan kondisi mental yang sehat dalam dirinya, karena gejala tindaknya selaras dengan kemampuan yang ada pada dirinya. b. Faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang seperti kondisi lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam pandangan psikodinamika keluarga merupakan lingkungan sosial yang secara langsung mempengaruhi individu. Keluarga merupakan lingkungan makrosystem yang menentukan kepribadian dan kesehatan jiwa.41 C. Relasi Pendidikan Tauhid dan Kesehatan Jiwa Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan jiwa dan keinginan manusia beranekaragam, sesuai dengan tingkat kehidupan, lingkungan, dan tingkat rasa kepuasannya. Di samping itu, ada kebutuhan yang dirasakan harus ada pada setiap orang, yaitu rasa ingin disayang, rasa aman, harga diri, ingin tahu, dan ingin sukses. Apabila salah satu
41
Moeljono Notosoedirjo dan latipun, Op. cit,. hlm. 107
41
kebutuhan yang dirasakan harus ada itu tidak terpenuhi secara wajar akan timbul rasa tidak senang pada diri seseorang. Kadar ketidak senangan itu sesuai dengan keadaan jiwanya. Kebutuhan-kebutuhan jiwa menurut Zakiah Daradjat antara lain : 1. kebutuhan akan rasa kasih sayang 2. kebutuhan akan rasa aman 3. kebutuhan akan rasa harga diri 4. kebutuhan akan rasa bebas 5. kebutuhan akan rasa sukses 6. kebutuhan akan rasa tahu (mengenal).42 Gabungan dari keenam kebutuhan diatas menyebabkan orang memerlukan agama. Melalui agama, kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat disalurkan dan dengan melaksanakan ajaran agama secara baik, maka kebutuhan akan rasa aman, rasa kasih sayang dan sebagainya, akan dapat terpenuhi.43 Karena tanpa agama, jiwa manusia tidak mungkin dapat merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup, jadi agama dan percaya pada tuhan adalah kebutuhan pokok manusia, yang akan menolong orang dalam memenuhi kekosongan jiwa.44 Tidak selamanya orang dalam kehidupan ini, dapat memenuhi kebutuhan jiwa yang terpokok diatas, karena beragam suasana yang mempengaruhi dan yang harus dihadapinya. Jika tidak terpenuhi maka 42
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 1995), hlm. 35 43 Sururin, Op. cit,. hlm. 38 44 Moh. Sholeh dan Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi, Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 42
42
orang akan gelisah dan mencari jalan untuk mengatasinya. Baik dengan cara yang wajar maupun yang tidak wajar atau kurang sehat. Untuk menutupi atau mengimbangi kekurangan-kekurangan yang dirasakan dalam
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
tersebut,
perlu
adanya
kepercayaan kepada tuhan. Moh. Sholeh dan Imam Musbikin, dalam bukunya Agama Sebagai Terapi, Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik, mengatakan bahwa : “Dengan memasukkan aspek agama, seperti pendidikan keimanan(ketauhidan) dan ketakwaan kepada Tuhan, dalam kesehatan jiwa, berarti ada titik singgung antara keduanya. Aspek agama harus masuk karena agama memiliki peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Agama merupakan salah satu kebutuhan psikis dan rohani manusia yang perlu dipenuhi oleh setiap manusia yang merindukan ketentraman dan kebahagiaan.” 45
Seperti dikemukakan oleh Dadang Hawari bahwa dari semua cabang ilmu kedokteran, maka cabang ilmu kedokteran jiwa (psikiatri) dan kesehatan jiwa (mental health) adalah yang paling dekat dengan agama; bahkan di dalam mencapai derajat kesehatan yang mengandung arti keadaan kesejahteraan (well being) pada diri manusia, terdapat titik temu antara kedokteran jiwa/kesehatan jiwa di satu pihak dan agama di lain pihak.46 Achmadi dalam bukunya, Ideologi Pendidikan islam Paradigma Humanisme Teosentris, mengatakan bahwa : “Sesungguhnya tauhid sudah cukup sebagi landasan bagi seluruh kegiatan hidup dan kehidupan umat manusia termasuk pendidikan. 45 46
Ibid, hlm. 25 Dadang Hawari. Op. cit,. hlm. 12
43
Karena, dalam pandangan hidup islam ia merupakan nilai yang paling esensial, sentral dan seluruh gerak hidup muslim tertuju ke sana (ghayah al-hayyat).47
Dalam akidah Islam diajarkan bahwa Allah SWT. sangat memperhatikan hamba-hamba-Nya, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hamba-Nya tidak pernah ditinggalkan, apalagi jika hamba itu selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya dengan melaksanakan ibadah dan kewajiban-kewajibannya. Akidah Islamiah juga mengajarkan bahwa segala sesuatu kembali kepada Allah. Pujian, cinta kasih, perhatian, dan sebagainya adalah untuk Allah dan karena Allah. Biarpun seluruh umat manusia tidak ada yang memperhatikan, memperdulikan, mencintai, atau mengasihi, namun Allah akan selalu memperhatikan, memperdulikan, mencintai, dan mengasihinya. Akidah atau keyakinan seperti ini apabila tertanam kuat dalam jiwa seseorang, ia akan merasa aman dan selalu merasa dilindungi. la tidak akan takut menghadapi apapun dari siapa pun dan dalam bentuk apa pun. Allah SWT. berfirman :
﴾۷۹ : ﴿النحل Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada
47
Achmadi, Ideologi Pendidikan islam Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 87
44
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.”48
Ayat diatas merupakan sebuah janji Allah, Sebuah janji yang pasti terbukti. Tak mungkin diingkari sebab janji tersebut dikemukakan oleh Allah sendiri. Bukan sifat Allah untuk cedera janji, yaitu janji bahwa iman dan amal shaleh akan melahirkan kebahagiaan sejati di dunia maupun diakhirat nanti.49 Sebagai mana Utsman Najati mengungkapkan bahwa Iman kepada Allah SWT. dapat menstabilkan jiwa, rasa puas, bahagia, dan menjadikan seseorang hidup dengan ketenangan dan kenyamanan jiwa karena seorang mukmin yang benar-benar mengimani dan menghambakan dirinya kepada Allah SWT. Dan ia dalam bimbingan Allah SWT. dan penjagaan-Nya maka Allah selalu menurunkan pertolongan baginya dalam memperoleh kehidupannya. 50 Berdasarkan pada statemen di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa pendidikan tauhid sangat membantu tercapainya kesehatan jiwa. Kebutuhan-kebutuhan manusia yang begitu banyak serta persoalan yang dihadapi manusia apabila kebutuhan itu tidak terpenuh dapat mengakibatkan terganggunya jiwa seperti bunuh diri, stres, depresi, cemas dan sebagainya; dapat diatasi apabila manusia kembali kepada tauhid itu. Oleh agama, manusia ditunjukkan jalan mencapai kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
48
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an. Zabarjad Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm. 222 49 Mohammad Zaki Al-Farisi, Agar Hidup Lebih Hidup, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), hlm. 13 50 Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2004), hlm. 297
45
Sebagaimana Utsman Najati dalam bukunya Psikologi dalam Perspektif Hadits, mengatakan bahwa : “Beriman kepada Allah SWT. dan mendekatkan diri kepadanya tidak saja merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan jiwa, tetapi juga merupakan faktor penting dalam mengobati (psikoterapi) penyakit kejiwaan.51Karena iman adalah sumber ketenangan jiwa dan keselamatan kehidupan .”52
Dengan demikian uaraian di atas menunjukkan bahwa ada relasi yang kuat antara pendidikan tauhid dengan kesehatan jiwa. Karena dengan menanamkan pendidikan tauhid, jiwa seseorang dapat berkembang sesuai dengan tuntunan Allah SWT yang tidak perlu lagi diragukan akan kebenaran dari semua petunjuknya yang ada dalam al-Qur‟an dan Sunnah Nabi-Nya.
51 52
hlm. 100
Ibid, hlm. 327 M. Utsman Najati, Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi, (Jakarta : Hikmah, 2002),