HADIS-HADIS TENTANG PENDIDIKAN TAUHID Tarmizi Dosen Tetap Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sumatera Utara Jl. Williem Iskandar Psr. V Medan Estate, 20371 - Medan
Abstrak: Islamic Education as part of the National Education System has the responsibility to create a better educational climate. That is an education system that really could be a solution for all the demands of life. Thus, Islamic education is expected to become the leading people search for the perfect personality. One of the goals of education is the education intended monotheism that underlies all of the behavior of Muslim life anytime and anywhere. Education so that monotheism was really guaranteed truth, must necessarily be based on the teachings of the Qur'an and Sunnah. In this paper will dikemukan Tawheed educational traditions. Kata Kunci: Hadis, Pendidikan, Tauhid. A. Pendahuluan endidikan dalam arti yang lebih luas merupakan pranata kehidupan manusia untuk menemukan hakikat siapa dirinya dan untuk apa dia hidup di dunia ini. Melalui pendidikan diharapkan ada kemajuan yang dicapai manusia pada kelangsungan kehidupannya agar ia selalu bisa berbuat lebih baik. Namun pada teori dan prakteknya pendidikan sering kali terbentur pada wilayahwilayah politik, ekonomi, sosial dan lebih parahnya lagi adalah kepentingan birokrasi pemerintah, yaitu dengan adanya kebijakan-kebijakan pendidikan yang sebenarnya tidak sesuai dengan hakikat dari pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu perlu kiranya formulasi pendidikan yang dapat menjadi solusi atas ketercarutmarutan situasi sosial belakangan ini.
P
Pendidikan Islam sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai tanggung jawab strategis untuk turut menciptakan iklim pendidikan yang lebih baik. Yaitu sebuah sistem pendidikan yang benar-benar mampu menjadi solusi bagi segala pernik kehidupan. Dengan demikian diharapkan pendidikan Islam mampu menjadi jalan bagi pencarian umat menuju kepribadian yang sempurna. Dalam kondisi inilah, kemudian banyak kalangan gerakan dan intelektual Islam yang mencoba membangun kembali semangat yang pernah hilang. Semangat dan cita-cita yang secara kaffah untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Semangat ini coba digali lagi dari kekuatan tauhid. Doktrin tauhid yang menjadi ruh kekuatan Islam tidak pernah hilang dari perjalanan sejarah, walaupun 183
٢٠١٤ ،
–د
،٢ د
ا
ا ا
ا:
ءا
إ
aktualisasinya dalam dimensi kehidupan tidak selalu menjadi kenyataan. Dengan kata lain, kepercayaan kepada ke-Esa-an Allah belum tentu terkait dengan perilaku umat dalam kiprah kesejarahannya. Padahal, sejarah membuktikan bahwa tauhid menjadi senjata yang hebat dalam menancapkan pilar-pilar kesejarahan Islam. Pentingnya pendidikan tauhid ini sebagaimana terdapat dalam pengajaran Nabi Lukman kepada anaknya berikut: Artinya: ”Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya dan dia mengajarnya, ”Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah SWT. Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang besar”. (Q.S. Lukman:13). Pengajaran Lukman kepada anaknya yang diungkapkan Allah SWT. pada ayat tersebut, merupakan bagian dari kegiatan Lukman dalam mendidik anaknya untuk bertauhid (mengesakan Allah SWT.). Ternyata Lukman memilih tauhid sebagai materi pendidikan yang mendasar. Ayat tersebut juga mengimbau setiap manusia untuk meneladani cara Lukman dalam mendidik anaknya. Manusia harus mengedepankan pendidikan tauhid kepada generasi penerus yang bakal menjadi ahli warisnya. Pentingnya pendidikan tauhid ini seharusnya menjadi pertimbangan untuk didahulukan daripada pendidikan disiplin ilmu yang lain. Selain itu pendidikan tauhid juga harus menjadi dasar pendidikan ilmu pasti, ilmu sosial dan politik, sains dan teknologi, ilmu ekonomi, biologi, olahraga, dan sebagainya. Sehingga segala jenis pendidikan yang dipraktekkan manusia tersebut mempunyai tujuan luhur yang sifatnya tidak hanya duniawi namun juga ukhrawi. Pendidikan tauhid menyentuh segala aspek kehidupan manusia, baik itu pada aspek kognisinya, afeksinya dan juga psikomotoriknya. Pendidikan tauhid sebagai landasan bagi pendidikan Islam juga mempunyai tujuan yang lebih luas yaitu bahwa pendidikan Islam harus mencakup segala kebutuhan hidup manusia yang tentunya didasari nilai-nilai ketauhidan. Sehingga pendidikan Islam dituntut untuk melahirkan insan-insan yang senantiasa berbuat dan bersikap dalam kebaikan pada dirinya, pada Tuhannya, pada sesama makhluk dan pada lingkungan sebagai wujud konkret sebagai insan yang beriman. Hadis Nabi SAW. merupakan sumber kedua ajaran Islam sesudah kitab suci Alquran terutama mengenai tauhid. Semua ayat Alquran diterima oleh para sahabat dari Rasulullah SAW. secara mutawatir, ditulis dan dikumpulkan sejak Nabi SAW. masih hidup baik fi as-suthur (dalam tulisan) maupun fi ash-shudur (melalui hafalan), serta dibukukan secara resmi sejak zaman Abu Bakar AshShiddiq ra (W. 13H), karena itu Alquran bersifat Qath’i al-subut. Sedangkan Hadis Nabi SAW. sebagian besarnya tidak diriwayatkan secara mutawatir. pembukuannya secara resmi baru dilakukan pada zaman Khalifah ’Umar bin ’Abdul Aziz al-Umawi (99/717-101/720), oleh karea itu Hadis bersifat dhann al-wurud. tentunya untuk mengetahui orisinalitas dan kualitas sebuah hadis, membutuhkan ilmu hadis, baik ilmu Hadis Riwayah maupun Ilmu Hadis Dirayah. 184
Tarmizi: Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Tauhid
B. Pengertian Istilah Hadis menurut bahasa bermakna baru. Sedangkan dari segi istilah berarti segala yang dihubungkan kepada Rasulullah SAW. berupa perkataannya, perbuatannya, persetujuannya maupun sifatnya. (Abduh Abbas: 1991:5).. Pendidikan, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan dapat diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, cara mendidik. (Dinas P & K: 2003: 204). Pada hakekatnya pendidikan adalah usaha orang tua generasi tua untuk mempersiapkan anak atau generasi muda agar mampu hidup secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya. Orang tua atau generasi tua memiliki kepentingan untuk mewariskan nilai, norma hidup dan kehidupan generasi penerus. Ki Hajar Dewantara mengatakan ”....Mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”. (Reza: 2002: 11). Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid merupakan kata benda yang berarti keesaan Allah, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada ( )و yuwahhidu ( ) Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa Allah SWT. adalah Esa, Tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam Bahasa Indonesia, yaitu ”Keesaan Allah”, mentauhidkan berarti ”mengakui akan keesaan Allah, mengesakan Allah”. (Asmuni : 1989: 1) Jubaran Mas’ud menulis bahwa tauhid bermakna ”beriman kepada Allah, Tuhan yang Esa”, juga sering disamakan dengan Laa Ilaha Illallah artinya ”tiada Tuhan selain Allah”. (Mas’ud: 1967: 972). Menurut Syeikh Muhammad Abduh tauhid ialah: suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan padaNya. Juga membahas tentang rasul-rasul Allah, menyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.( Asmuni: 1993: 2). Menurut Zainuddi, tauhid berasal dari kata ”wahid” yang artinya ”satu”. Dalam istilah Agama Islam, tauhid ialah keyakinan tentang satu atau Esanya Allah, maka segala pikiran dan teori berikut argumentasinya yang mengarah kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu satu disebut dengan Ilmu Tauhid. (Ilyas: 2004: 4). Setelah menguraikan kata pendidikan dan tauhid penulis perlu memberikan batasan dan ruang lingkup. Pembahasan di sini difokuskan terhadap pengkajian hadis-hadis yang berkenaan dengan ilmu tauhid dengan mencari kata kunci yang berkaitan dengan tauhid. Kemudian hadis-hadis tersebut dikaji dengan 185
٢٠١٤ ،
–د
،٢ د
ا
ا ا
ا:
ءا
إ
melakukan takhrij (menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumber-sumbernya yang asli yang ada didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanadnya masing-masing, kemudian manakala diperlukan dijelaskan kualitas hadis yang bersangkutan). Selanjutnya dilakukan kritikan terhadap sanad dan matannya untuk mengetahui keabsahan hadis tersebut benar bersumber dari Rasulullah SAW. hingga dapat dijadikan sumber hukum dan dasar beramal yang benar. Hadis Pertama Mengenai Setiap Anak Dilahirkan Dalam Keadaan Bertauhid 1. Hadis diriwayatkan oleh Bukhari dengan nomor hadis 1319 dalam shahihnya bab Maa qila fi awlad al-muslimin
ﻋﻦ ﺍﰊ, ﻋﻦ ﺇﰊ ﺳﻠﻤﺔ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ, ﻋﻦ ﺍﻟﺰﻫﺮﻱ,ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﺑﻦ ﺃﰊ ﺫﺋﺐ: ﻡﺎ ﺁَﺩﺛﹾﻨﺪﺣ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ )ﻛﻞ ﻣﻮﻟﻮﺩ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ: ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ ﻫﻞ ﺗﺮﻯ, ﻛﻤﺜﻞ ﺍﻟﺒﻴﻬﻤﺔ ﺗﻨﺘﺞ ﺍﻟﺒﻬﻴﻤﺔ, ﺃﻭ ﳝﺠﺴﺎﻧﻪ, ﺃﻭ ﻳﻨﺼﺮﺍﻩ, ﻓﺄﺑﻮﺍﻩ ﻳﻬﻮﺩﺍﻧﻪ,ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ (ﻓﻴﻬﺎ ﺟﺪﻋﺎﺀ Artinya: Adam bertutur kepada kami dari Ibnu Abi Zi’ib dari az-Zuhri dari Abi Salamah bin Abdirrahman dari Abu Hurairah ra: bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka kedua orang tuanyalah yang membuatnya yahudi, nasrani maupun majusi seperti binatang yang melahirkan binatang apakah engkau memperhatikan padanya kekurangan. a. Kritik Sanad pada hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari ini dapat disimpulkan dari beberapa pendapat ulama sebagaimana tersebut berikut ini: 1) Adam ini menurut al-’Ajali, Abu Daud, Abu Zar’ah ad-Dimasqi dan Dar al-Quthni adalah orang yang Tsiqah. (Abu Ma’atha: 1992: 19). 2) Ibnu Abi Zi’b nama aslinya adalah Muhammad bin Abdirrahmin bin alMughirah bin al-Harits bin Abi Zi’ib al-Quraisy. Menurut Imam alBukhari ia mengandung illat atau cacat karena diriwayatkan darinya beberapa hadis yang mungkar. Namun menurut Imam Ahmad bin Hanbal dia adalah tsiqah, shaduq, shahih dan wara’. Ditambah lagi menurut Ya’qub bin Sufyan dia adalah seorang perawi yang paling wara’ dan paling berani mengungkapkan kebenaran. 3) Az-Zuhri nama aslinya adalah Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdillah bin Syihab az-Zuhri al-Ijili berkata bahwa dia adalah orang Madinah Tabi’in serta tsiqah. Sempat bertemu dengan beberapa orang sahabat seperti Anas bin Mali al-Anshari, Sahal bin Sa’ad alSa’idi, Abdurrahman bin Aiman bin Nabil dan Mahmud bin ar-Rabi’ al-Abshari. Meriwayatkan 3 hadis dari Abdullah bin Umar begitu juga ia meriwayatkan dari as-Saib bin Yazid.
186
Tarmizi: Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Tauhid
4) Abu Salamah bin Abdurrahman, menurut al-Ijili dia adalah seorang tabi’in yang tsiqah berasal dari Madinah. Ya’qub bin Sufyan menyatakan bahwa dia adalah salah seorang dari 10 faqih yang paling ’alim. 5) Abu Hurairah ad-Dusi al-Yamani adalah sahabat Rasulullah SAW. Ibnu Umar berkata bahwa Abu Hurairah adalah sahabat yang paling tahu mengenai hadis dan paling sering bersama Rasulullah SAW. Berdasarkan dari penjelasan para ulama di atas dapat disimpulkan bahwa hadis ini adalah hadis yang sahih diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqah. Walaupun ada cacat pada satu perawinya menurut Imam alBukhari akan tetapi Imam Ahmad menganggapnya orang yang sangat jujur dan tsiqah (terpecaya). b. Penjelasan Hadis
Dari hadis ini jelas bahwa setiap anak yang terlahir ke dunia memiliki fitrah beriman dan mengesakan Allah SWT. Karena fitrah di sini di dalam riwayat yang lain disebutkan dengan lafal al-Millah (agama Islam), oleh sebab itu imam Badaruddin dalam kitabnya Umdatul qari syarah sahih alBukhari juz 8 menjelaskan bahwa anak kaum musyrik yang wafat sebelum baligh masuk surga. Sedangkan maulud di sini adalah keturunan Nabi Adam sebagaimana yang ditegaskan oleh Ja’far bin Rabi’ah dalam riwayat lainnya. Kemudian huruf fa di dalam matan hadis ini berfungsi sebagai ta’qib yang bermakna selanjutnya juga dapat dimaknai dengan sahabiah yang artinya kausalitas. Jadi, dapat diartikan kedua orang tuanyalah yang kemudian membuatnya Yahudi, Nasrani, maupun Majusi. Baik dengan cara mengajarkan agama tersebut kepadanya atau membuatnya tertarik dengan agama tersebut atau memaksanya. (Muhammad, 2001: 305). Jelas di sini faktor eksternal sangat mempengaruhi dalam pendidikan anak terutama orang tuanya yang membentuk emosionalnya dan logika berpikirnya. Ada juga faktor lainnya seperti media masa, teman, masyarakat dan lain sebagainya. c. Takhrij hadis dan kritik matan
Hadis ini bukan hanya diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari juga diriwayatkan oleh Tarmizi di dalam sunannya nomor hadis 2138 sebagaimana berikut ini :
ﺎﺛﹶﻨﺪ ﺣﺎﻧﹺﻲﻨﺔﹶ ﺍﻟﹾﺒﺑﹺﻴﻌ ﺭﻦﺰﹺﻳﺰﹺ ﺑ ﺍﻟﻌﺪﺒﺎ ﻋﺛﹶﻨﺪ ﺣﺮﹺﻱﺼ ﺍﻟﺒﻰ ﺍﻟﹾﻘﹸﻄﹶﻌﺸﻲﻴﻳﺤ ﻦ ﺑﺪﻤﺤﺎ ﻣﺛﹶﻨﺪﺣ ﻛﹸﻞﱡﻠﱠﻢﺳ ﻭﻠﹶﻴﻪﻠﱠﻰ ﺍﷲُ ﻋﻮﻝﹸ ﺍﷲِ ﺻﺳﺓﹶ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭﻳﺮﺮ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﻫﻦﺢﹴ ﻋﺎﻟ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﺻﻦ ﻋﺶﻤﺍﻟﹾﺄﹶﻋ ﻦﻮﻝﹶ ﺍﷲِ ﻓﹶﻤﺳﺎ ﺭﻴﻞﹶ ﻳ ﻗﻛﹶﺎﻧﹺﻪﺮﻳﺸ ﺃﹶﻭﺍﻧﹺﻪﺮﺼﻳﻨ ﺃﹶﻭﺍﻧﹺﻪﺩﻮﻳﻬ ﺍﻩﻮ ﻓﹶﺄﹶﺑﻠﱠﺔﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﻤ ﻋﻮﻟﹶﺪ ﻳﻮﻟﹸﻮﺩﻣ ﻦ ﺑﲔﺍﳊﹸﺴﻳﺐﹴ ﻭﻮﺍ ﻛﹸﺮﺎ ﺃﹶﺑﺛﹶﻨﺪ ﺣ ﺑﹺﻪﲔﻠﺎﻣﻮﺍ ﻋﺎ ﻛﹶﺎﻧ ﺑﹺﻤﻠﹶﻢ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺍﷲُ ﺍﹶﻋﻚﻞﹶ ﺫﹶﺍﻟ ﻗﹶﺒﻠﹶﻚﻫ 187
إ
ءا
:ا
ا ا
ا
د ،٢
–د
٢٠١٤ ،
ﺣﺮﻳﺚ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺣﺪﺛﹶﻨﺎ ﻭﻛﻴﻊ ﻋﻦ ﺍﻟﹾﺄﹶﻋﻤﺶﹺ ﻋﻦ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﺻﺎﻟﺢﹴ ﻋﻦ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓﹶ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﹺﻲ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ُ ﷲ ﻋﻠﹶﻴﻪ ﻭﺳﻠﱠﻢ ﻧﺤﻮﻩ ﺑﹺﻤﻌﻨﺎﻩ ﻭﻗﹶﺎﻝﹶ ﻳﻮﻟﹶﺪ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟﻔﻄﹾﺮﺓ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺃﹶﺑﻮﺍ ﻋﻴﺴﻰ ﻫﺬﹶﺍ ﺣﺪﻳﺚﹲ ﺣﺴﻦ ﺻﺤﻴﺢ ﻭﻗﹶﺪ ﺭﻭﺍﻩ ﺷﻌﺒﺔﹸ ﻭﻏﹶﲑﻩ ﻋﻦ ﺍﻟﹾﺎﹶﻋﻤﺶ ﻋﻦ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﺻﺎﻟﺢﹴ ﻋﻦ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓﹶ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﹺﻲ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﷲُ ﻋﻠﹶﻴﻪ ﻭﺳﻠﱠﻢ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ ﻳﻮﻟﹶﺪ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﻔﻄﹾﺮﺓ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺒﺎﺏ ﻋﻦ ﺍﻟﹾﺄﹶﺳﻮﺩ ﺑﻦ ﺳﺮﹺﻳﻊﹴ. Artinya : “Muhammad bin Yahya Al-Qutha’I al-Bashri menuturkan dari Abdul Aziz bin rabi’ah al-bannani dari al-A’masy bin Abi Shalih dari Abu Hurairah ra bahwasannya Rasulullah SAW. bersabda: semua anak yang dilahirkan dalam keadaan beragama Islam maka kedua orang tuanyalah yang membuatnya Yahudi, Nasrani, maupun menyekutukan Allah. kemudian ditanyakan kepada beliau: wahai Rasulullah SAW. bagaimana orang yang mati sebelum itu ? Rasulullah SAW. bersabda : Allah Maha Mengetahui apa yang mereka lakukan.” (Muhammad, 1998: 483). Juga diriwayatkan oleh Muslim di dalam sahihnya hadis nomor 2658 pada bab mengenai hukum anak-anak orang beriman dan orang kafir sebagaimana berikut ini :
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﺎﺟﺐ ﺑﻦ ﺍﻟﻮﻟﻴﺪ .ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﺮﺏ ﻋﻦ ﺍﻟﺰﺑﻴﺪﻱ ,ﻋﻦ ﺍﻟﺰﻫﺮﻱ.ﺃﺧﱪﱐ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺍﳌﺴﻴﺐ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ,ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ :ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝﹶ ﺍﷲِ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﷲُ ﻋﻠﹶﻴﻪ ﻭﺳﻠﱠﻢ ﻣﺎ ﻣﻦ ﻣﻮﻟﻮﺩ ﺇﻻ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ .ﻓﺄﺑﻮﺍﻩ ﻳﻬﻮﺩﺍﻧﻪ ﻭﻳﻨﺼﺮﺍﻧﻪ ﻭﳝﺠﺴﺎﻧﻪ. ﻛﻤﺎ ﺗﻨﺘﺞ ﺍﻟﺒﻬﻴﻤﺔ ﻴﻤﺔ ﲨﻌﺎﺀ .ﻫﻞ ﲢﺴﻮﻥ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﺟﺪﻋﺎﺀ؟ ﰒ ﻳﻘﻮﻝ ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ : ﻭﺍﻗﺮﺅﺍ ﺇﻥ ﺷﺌﺘﻢ) :ﻓﻄﺮﺓ ﺍﷲ ﺍﻟﱴ ﻓﻄﺮ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻻ ﺗﺒﺪﻳﻞ ﳋﻠﻖ ﺍﷲ( .ﺍﻻﻳﺔ )٣٠ﺍﻟﺮﻭﻡ( ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺷﻴﺒﺔ .ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻷﻋﻠﻰ .ﻭﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺑﻦ ﲪﻴﺪ .ﺃﺧﱪﻧﺎ ﻋﺒﺪﺍﻟﺮﺯﺍﻕ .ﻛﻼ ﳘﺎ ﻋﻦ ﻣﻌﻤﺮ ,ﻋﻦ ﺍﻟﺰﻫﺮﻱ ,ﺬﺍ ﺍﻹﺳﻨﺎﺩ .ﻭﻗﺎﻝ "ﻛﻤﺎ ﺗﻨﺘﺞ ﺍﻟﺒﻬﻴﻤﺔ ﻴﻤﺔ" .ﻭﱂ ﻳﺬ ﻛﺮ :ﲨﻌﺎﺀ. ﺣﺪﺛﲏ ﺍﺑﻮ ﺍﻟﻄﺎﻫﺮ ﻭ ﺃﲪﺪ ﺑﻦ ﻋﻴﺴﻰ .ﻗﺎﻻ :ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﺑﻦ ﻭﻫﺐ .ﺃﺧﱪﱐ ﻳﻮﻧﺲ ﺑﻦﻳﺰﻳﺪ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﺷﻬﺎﺏ ,ﺃﻥ ﺃﺑﺎ ﺳﻠﻤﺔ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺃﺧﱪﻩ ,ﺃﻥ ﺃﺑﺎ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ :ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝﹶ ﺍﷲِ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﷲُ ﻋﻠﹶﻴﻪ ﻭﺳﻠﱠﻢ" ﻣﺎﻣﻦ ﻣﻮﻟﻮﺩ ﺇﻻ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ" .ﰒ ﻳﻘﻮﻝ:
188
Tarmizi: Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Tauhid
ﺍﻗﺮﺅﺍ) :ﻓﻄﺮﺓ ﺍﷲ ﺍﻟﱴ ﻓﻄﺮﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻻ ﺗﺒﺪﻳﻞ ﳋﻠﻖ ﺍﷲ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﻘﻴﻢ( )٣٠ ﺍﻟﺮﻭﻡ( ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺯﻫﲑ ﺑﻦ ﺣﺮﺏ .ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺟﺮﻳﺮﻋﻦ ﺍﻷﻋﻤﺶ ,ﻋﻦ ﺃﰊ ﺻﺎﱀ ,ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ,ﻗﺎﻝ:ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝﹶ ﺍﷲِ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﷲُ ﻋﻠﹶﻴﻪ ﻭﺳﻠﱠﻢ" ﻣﺎﻣﻦ ﻣﻮﻟﻮﺩ ﺇﻻ ﻳﻠﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ .ﻓﺎﺑﻮﺍﻩ ﻳﻬﻮﺩﺍﻧﻪ ﻭﻳﻨﺼﺮﺍﻧﻪ ﻭﻳﺸﺮﻛﺎﻧﻪ" ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺟﻞ :ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ! ﺃﺭﺃﻳﺖ ﻟﻮ ﻣﺎﺕ ﻗﺒﻞ ﺫﻟﻚ؟ ﻗﺎﻝ "ﺍﷲ ﺃﻋﻠﻢ ﲟﺎ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻋﺎﻣﻠﲔ". ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺷﻴﺒﺔ ﻭ ﺃﺑﻮ ﻛﺮﻳﺐ .ﻗﺎﻻ :ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮﻣﻌﺎﻭﻳﺔ .ﻭﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﺑﻦ ﳕﲑ.ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﰊ .ﻛﻼ ﳘﺎ ﻋﻦ ﺍﻷﻋﻤﺶ ,ﺬﺍ ﺍﻹﺳﻨﺎﺩ .ﻭﰲ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﳕﲑ "ﻣﺎﻣﻦ ﻣﻮﻟﻮﺩ ﻳﻮﻟﺪ ﺇﻻ ﻭﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﺍﳌﻠﺔ" .ﻭﰲ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﺃﰊ ﺑﻜﺮ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻣﻌﺎﻭﻳﺔ "ﺇﻻ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﳌﻠﺔ, ﺣﱴ ﻳﺒﲔ ﻋﻨﻪ ﻟﺴﺎﻧﻪ" .ﻭﰲ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﺃﰊ ﻛﺮﻳﺐ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻣﻌﺎﻭﻳﺔ "ﻟﻴﺲ ﻣﻦ ﻣﻮﻟﻮﺩ ﻳﻮﻟﺪ ﺇﻻ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ .ﺣﱴ ﻳﻌﱪ ﻋﻨﻪ ﻟﺴﺎﻧﻪ". ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺭﺍﻓﻊ .ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺯﺍﻕ .ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﻌﻤﺮ ﻋﻦ ﳘﺎﻡ ﺑﻦ ﻣﻨﺒﻪ .ﻗﺎﻝ :ﻫﺬﺍﻣﺎ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻋﻦ ﺭﺳﻮﻝﹶ ﺍﷲِ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﷲُ ﻋﻠﹶﻴﻪ ﻭﺳﻠﱠﻢ .ﻓﺬﻛﺮ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﻣﻨﻬﺎ: ﻭﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝﹶ ﺍﷲِ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﷲُ ﻋﻠﹶﻴﻪ ﻭﺳﻠﱠﻢ" ﻣﻦ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ .ﻓﺄﺑﻮﺍﻩ ﻳﻬﻮﺩﺍﻧﻪ ﻭﻳﻨﺼﺮﺍﻧﻪ .ﻛﻤﺎﺗﻨﺘﺠﻮﻥ ﺍﻹﺑﻞ .ﻓﻬﻞ ﲡﺪﻭﻥ ﻓﻴﻬﺎ ﺟﺪﻋﺎﺀ؟ ﺣﱴ ﺗﻜﻮﻧﻮﺍ ﺃﻧﺘﻢ ﲡﺪﻋﻮﺎ" ﻗﺎﻟﻮﺍ :ﻳﺎﺭﺳﻮﻝﹶ ﺍﷲِ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﷲُ! ﺃﻓﺮﺃﻳﺖ ﻣﻦ ﳝﻮﺕ ﺻﻐﲑﺍ؟ ﻗﺎﻝ "ﺍﷲ ﺃﻋﻠﻢ ﲟﺎ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻋﺎﻣﻠﲔ". ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻗﺘﻴﺒﺔ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ .ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ )ﻳﻌﲏ ﺍﻟﺪﺭﺍﻭﺭﺩﻱ( ﻋﻦ ﺍﻟﻌﻼﺀ ,ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ,ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ,ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝﹶ ﺍﷲِ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﷲُ ﻋﻠﹶﻴﻪ ﻭﺳﻠﱠﻢ ﻗﺎﻝ "ﻛﻞ ﺇﻧﺴﺎﻥ ﺗﻠﺪﻩ ﺃﻣﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ .ﻭﺃﺑﻮﺍﻩ ,ﺑﻌﺪ ,ﻳﻬﻮﺩﺍﻧﻪ ﻭﻳﻨﺼﺮﺍﻧﻪ ﻭ ﳝﺠﺴﺎﻧﻪ .ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻧﺎ ﻣﺴﻠﻤﲔ ﻓﻤﺴﻠﻢ .ﻛﻞ ﺇﻧﺴﺎﻥ ﺗﻠﺪﻩ ﺃﻣﻪ ﻳﻠﻜﺰﻩ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﰲ ﺣﻀﻨﻴﻪ ,ﺇﻻ ﻣﺮﱘ ﻭﺍﺑﻨﻬﺎ" Juga diriwayatkan oleh at-Thabrani di dalam mu’jamnya dengan nomor 788 sebagaimana berikut ini:
189
٢٠١٤ ،
–د
،٢ د
ا
ا ا
ا:
ءا
إ
ﺍﺭﹺ ﺍﻟﹾﻮﺪﺒ ﻧﺎ ﻋ,ﻲﻠﹾﺨﻴﻖﹴ ﺍﻟﹾﺒﻘ ﺑﻦ ﺷﺮﻤ ﺑﻦ ﻋﻦﺴ ﻧﺎﺍﻟﹾﺤ: ﻗﹶﺎﻝﹶ,ﺍﺯﹺﻱ ﺍﻟﺮﻴﺪﻌ ﺑﻦ ﺳﻲﻠﺎ ﻋﺛﹶﻨﺪﺣ ﺙ ﺃﹶﺑﹺﻲﻦ ﻋ,ﻢﹴﺎﺷﻦﹺ ﻫﻮﻟﹶﻰ ﺍﺑﺎﺭﹴ ﻣﻤﺎﺭﹺ ﺑﻦ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﻋﻤ ﻋﻦ ﻋ,ﻴﺪﺒ ﺑﻦ ﺃﹶﰊ ﻋﻳﺰﹺﻳﺪ ﻦ ﻋ,ﻴﺪﻌﺑﻦ ﺳ ﻰﺘ ﺣ,ﺓﻄﹾﺮﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﻔ ﻋﻮﻟﹶﺪ ﻳﻟﹸﻮﺩﻮ "ﻛﹸﻞﱡ ﻣ:ﻠﱠﻢﺳ ﻭﻠﹶﻴﻪﻠﱠﻰ ﺍﷲُ ﻋﻮﻝﹶ ﺍﷲِ ﺻﺳ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ: ﻗﹶﺎﻝﹶ,ﺓﹶﻳﺮﺮﻫ ﻰﺘﺎﺀَ ﺣ ﻋﺪﺎ ﺟﻴﻬﻭﻥﹶ ﻓﺠﹺﺪﻞﹾ ﺗ ﻫ,ﻮﻥﹶ ﺍﻹِﺑﹺﻞﹶﺠﺘﻳﻨ ﺎ ﻛﹶﻤ,ﺍﻧﹺﻪﺮﺼﻳﻨ ﻭ,ﺍﻧﹺﻪﺩﻮﻳﻬ ﺍﻩﻮﻳﻜﹸﻮﻥﹶ ﺃﹶﺑ ﺪﺒ ﻋ,ﻴﺪﺒ ﺑﻦ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﻋﻳﺰﹺﻳﺪ ﺎﺭﹴ ﺇﹺﻻﻤﺎﺭﹺ ﺑﻦ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﻋﻤ ﻋﻦﻳﺚﹶ ﻋﺪﺬﹶﺍ ﺍﻟﹾﺤﻭﹺ ﻫﻳﺮ ﻟﹶﻢ."ﺎ؟ﻬﻮﻧﻋﺪﺠﺗ ﺓﹶﻳﺮﺮ ﺍﹶﺑﹺﻲ ﻫﺍﺭﹺﺙﺍﻟﹾﻮ Dari segi matan semuanya kelihatan diriwayatkan dalam matan yang hampir sama hanya ada perbedaan sedikit saja dalam penambahan dan penggunaan huruf. Hadis Yang Kedua Hak Allah SWT. adalah MengesakanNya 1. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitabnya Sahih al-Bukhari dengan nomor 6938 dalam kitab tauhid.
: ﻋﻦ ﺃﰊ ﺣﺼﲔ ﻭﺍﻷﺷﻌﺚ ﺑﻦ ﺳﻠﻴﻢ, ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺷﻌﺒﺔ: ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻏﻨﺪﺭ:ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺑﺸﺎﺭ ")ﻳﺎ:ﻠﱠﻢﺳ ﻭﻠﹶﻴﻪﻠﱠﻰ ﺍﷲُ ﻋ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﱯ ﺻ: ﻋﻦ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ ﻗﺎﻝ,ﲰﻌﺎ ﺍﻷﺳﻮﺩ ﺑﻦ ﻫﻼﻝ )ﺃﻥ ﻳﻌﺒﺪﻭﻩ ﻭﻻ: ﻗﺎﻝ, ﺍﷲ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﻋﻠﻢ: ﻗﺎﻝ.( ﺃﺗﺪﺭﻱ ﻣﺎ ﺣﻖ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ,ﻣﻌﺎﺫ .(ﻢ )ﺃﻥ ﻻ ﻳﻌﺬ: ﻗﺎﻝ, ﺍﷲ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﻋﻠﻢ: ﻗﺎﻝ.( ﺃﺗﺪﺭﻱ ﻣﺎ ﺣﻘﻬﻢ ﻋﻠﻴﻪ,ﻳﺸﺮﻛﻮﺍ ﺑﻪ ﺷﻴﺌﺎ Artinya: Muhammad bin Basyar menuturkan begitu jua Guhndar dan Syu’bah dari Abu Hashin dan al-Asy’ats bahwa keduanya mendengar dari al-Aswad bin Hilal dari Mu’az bin Jabal ra bahwasannya ia berkata Rasulullah SAW. bersabda: wahai Mu’az apakah kamu tahu hak Allah atas hamba-hambaNya. Ia menjawab Allah dan RasulNya lebih mengetahui. Beliau SAW. bersabda: hendaklah mereka menyembahNya dan tidak mensekutukanNya dengan sesuatu apapun jua, apakah kamu tahu apa hak mereka terhadap Allah. Ia menjawab: Allah dan rasulNya lebih mengetahui, Rasulullah SAW. bersabda: Ia tidak menyiksa mereka jika mereka melakukan hal tersebut.” a. Kritik Sanad pada hadis ini dapat dijelaskan sebaimana yang dipaparkan oleh para ulama sebagaimana berikut ini: 1) Muhammad bin Bisyar nama lengkapnya adalah Muhammad bin Bisyar al-’Abdi Abu Bakar al-Bashri Bundar. Al-’Ijli berkata mengenainya bahwa ia berasal dari Bashrah, kuniahnya Abu Bakar, Tsiqah, banyak meriwayatkan hadis, bekerja sebab peneun kain. Darulquthni menjelaskan bahwa Bundar tergolong kepada hafizh tsabit. 2) Ghundar ini adalah gelar sedangkan nama aslinya adalah Muhammad bin Ja’far Al-Huzali Abu Abdillah al-Bashri. Al-’Ijli berkata 190
Tarmizi: Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Tauhid
3)
4)
5) 6) 7)
mengenainya bahwa ia berasal dari Bashrah, tsiqah, paling kuat hafalannya. Abu Ya’qub berkata bahwa Ghundar ini mempelajari hadis dari Syu’bah dan menulisnya selama 20 tahun. Syu’bah adalah amirul mu’minin dalam bidang hadis sebagaimana yang dinyatakan oleh Sufyan. Al’Ijili berkata mengenainya bahwa ia adalah orang yang Tsiqah dan bertaqwa. Abu Hatim ar-Razi berkata bahwa Syu’bah adalah hujjah dalam bidang hadis. Abu Hashin namanya adalah Utsman bin ’Ashim al-Asadi al-Kufi al’Ijili berkata berkata bahwa ia adalah orang yang tsiqah berasal dari Kufah serta orang yang saleh. Say’bi menyatakan bahwa Abu Hashin adalah orang yang saleh. Al-Asy’ats bin Salim berasal dari Kufah. Abu Daud menilainya sebagai orang yang tsiqah. Meriwayatkan darinya Sufyan dan Syu’bah. Al-Aswad bin Hilal al-Muharibi Abu Salam al-Kufi berasal dari Kufah. Al-’Ijili menilainya sebagai perawi yang tsiqah. Muaz bin Jabal Al-Anshari al-Khazraji Abu Adirrahman al-Madani, seorang sahabat Rasulullah yang alim pernah menjadi qadhi di negeri Yaman diutus oleh Rasulullah SAW. Menurut para ahli hadis seluruh sahabat adalah adil apalagi Mu’az bin Jabal yang dipercaya oleh Rasulullah SAW. menjadi qadhi di negeri Yaman.
b. Penjelasan Hadis Ya’buduhu menurut Syaikh Badaruddin dalam kitabnya Umdatul Qari fi syarhi sahih al-bukhari juz 25 adalah Yuwahhiduhu artinya mengesakannya. Ia juga menambahkan hak mereka atas Allah di sini bukanlah kewajiban atas Allah SWT. dari segi logika akal sebagaimana pendapat kaum mu’tazilah wajib bagi Allah mengampuni hambaNya. Namun wajib di sini menjelaskan akan kepastian terjadinya. Dari hadis ini jelas tauhid merupakan hak Allah SWT. yang wajib dipenuhi seorang hamba. Jadi jelas sudah menjadi kewajiban hamba menyembah Allah dan mengesakanNya. Sebagai rasa syukur atas nikmat keberadaan dan nikmat-nikmat lainnya yang tidak terhingga juga karena Ialah Tuhan satusatuNya bagi seluruh alam semesta ini. Jika hamba mengesakan Allah dan menyembahnya maka Allah SWT. dengan kasih sayangNya tidak akan mengazab mereka selamanya. c. Kritik matan dan takhrij hadis Hadis ini juga diriwayatkan oleh Muslim dalam sahihnya dengan nomor 30 (48-51) sebagaimana berikut ini :
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ. ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻗﺘﺎﺩﺓ. ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳘﺎﻡ.ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻫﺪﺍﺏ ﺑﻦ ﺧﺎﻟﺪ ﺍﻷﺯﺩﻱ ﻟﻴﺲ ﺑﻴﲏ ﻭ ﺑﻴﻨﻪ. ﻛﻨﺖ ﺭﺩﻑ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻗﺎﻝ,ﻣﺎﻟﻚ ﻋﻦ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ ﰒ. ﻟﺒﻴﻚ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﻭﺳﻌﺪﻳﻚ: "ﻳﺎ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ !" ﻗﻠﺖ: ﻓﻘﺎﻝ.ﺇﻻ ﻣﺆﺧﺮﺓ ﺍﻟﺮﺣﻞ 191
إ
ءا
:ا
ا ا
ا
د ،٢
–د
٢٠١٤ ،
ﺳﺎﺭ ﺳﺎﻋﺔ .ﰒ ﻗﺎﻝ " ﻳﺎ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ !" ﻗﻠﺖ :ﻟﺒﻴﻚ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﻭﺳﻌﺪﻳﻚ .ﰒ ﺳﺎﺭ ﺳﺎﻋﺔ .ﰒ ﻗﺎﻝ " ﻳﺎ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ !" ﻗﻠﺖ :ﻟﺒﻴﻚ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﻭﺳﻌﺪﻳﻚ .ﻗﺎﻝ" :ﻫﻞ ﺗﺪﺭﻱ ﻣﺎ ﺣﻖ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ؟" ﻗﺎﻝ ﻗﻠﺖ :ﺍﷲ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﻋﻠﻢ .ﻗﺎﻝ "ﻓﺈﻥ ﺣﻖ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ ﺃﻥ ﻳﻌﺒﺪﻭﻩ ﻭﻻ ﻳﺸﺮﻛﻮﺍﺑﻪ ﺷﻴﺌﺎ" ﰒ ﺳﺎﺭ ﺳﺎﻋﺔ .ﰒ ﻗﺎﻝ " ﻳﺎ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ !" ﻗﻠﺖ :ﻟﺒﻴﻚ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﻭﺳﻌﺪﻳﻚ .ﻗﺎﻝ" :ﻫﻞ ﺗﺪﺭﻱ ﻣﺎ ﺣﻖ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﻋﻠﻰ ﺍﷲ ﺇﺫﺍ ﻓﻌﻠﻮﺍﺫﻟﻚ" ﻗﺎﻝ ﻗﻠﺖ :ﺍﷲ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﻋﻠﻢ .ﻗﺎﻝ "ﺃﻥ ﻻ ﻳﻌﺬﻢ". ﺣﺪﺛﻨﺎﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺷﻴﺒﺔ .ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮﺍﻷﺣﻮﺹ ﺳﻼﻡ ﺑﻦ ﺳﻠﻴﻢ ,ﻋﻦ ﺃﰊ ﺇﺳﺤﺎﻕ,ﻋﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﻣﻴﻤﻮﻥ ,ﻋﻦ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ ,ﻗﺎﻝ :ﻛﻨﺖ ﺭﺩﻑ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ .ﻋﻠﻰ ﲪﺎﺭ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﻋﻔﲑ .ﻗﺎﻝ :ﻓﻘﺎﻝ " :ﻳﺎ ﻣﻌﺎﺫ! ﺗﺪﺭﻱ ﻣﺎ ﺣﻖ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ ﻭﻣﺎ ﺣﻖ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ؟" ﻗﺎﻝ ﻗﻠﺖ :ﺍﷲ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﻋﻠﻢ .ﻗﺎﻝ" :ﻓﺈﻥ ﺣﻖ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ ﺃﻥ ﻳﻌﺒﺪﻭﺍ ﺍﷲ ﻭﻻ ﻳﺸﺮﻛﻮﺍﺑﻪ ﺷﻴﺌﺎ .ﻭﺣﻖ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ ﻋﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﺃﻥ ﻳﻌﺬﺏ ﻣﻦ ﻻ ﻳﺸﺮﻙ ﺑﻪ ﺷﻴﺌﺎ" ﻗﺎﻝ ﻗﻠﺖ :ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ! ﺃﻓﻼ ﺃﺑﺸﺮ ﺍﻟﻨﺎﺱ؟ ﻗﺎﻝ "ﻻ ﺗﺒﺸﺮﻫﻢ. ﻓﻴﺘﻜﻠﻤﻮﺍ". ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺍﳌﺜﲎ ﻭﺍﺑﻦ ﺑﺸﺎﺭ .ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺍﳌﺜﲎ :ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺟﻌﻔﺮ .ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺷﻌﺒﺔ ,ﻋﻦ ﺃﰊ ﺣﺼﲔ ﻭﺍﻷﺷﻌﺚ ﺍﺑﻦ ﺳﻠﻴﻚ ,ﺃﻤﺎ ﲰﻌﺎ ﺍﻷﺳﻮﺩ ﺑﻦ ﻫﻼﻝ ﳛﺪﺙ ﻋﻦ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ ,ﻗﺎﻝ :ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ" ﻳﺎ ﻣﻌﺎﺫ! ﺃﺗﺪﺭﻱ ﻣﺎ ﺣﻖ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ؟" ﻗﺎﻝ:ﺍﷲ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﻋﻠﻢ )ﻗﺎﻝ؟؟("ﺃﻥ ﺗﻌﺒﺪ ﺍﷲ ﻭﻻ ﻳﺸﺮﻙ ﺑﻪ ﺷﺊ. ﻗﺎﻝ":ﺃﺗﺪﺭﻱ ﻣﺎ ﺣﻘﻬﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﺇﺫﺍ ﻓﻌﻠﻮﺍ ﺫﻟﻚ؟" ﻓﻘﺎﻝ :ﺍﷲ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﻋﻠﻢ .ﻗﺎﻝ" :ﺃﻥ ﻻ ﻳﻌﺬﻢ". ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﻟﻘﺎﺳﻢ ﺑﻦ ﺯﻛﺮﻳﺎﺀ .ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﺴﲔ ,ﻋﻦ ﺯﺍﺋﺪﺓ ,ﻋﻦ ﺃﰊ ﺣﺼﲔ ,ﻋﻦ ﺍﻷﺳﻮﺩ ﺑﻦ ﻫﻼﻝ ,ﻗﺎﻝ :ﲰﻌﺖ ﻣﻌﺎﺫ ﻳﻘﻮﻝ :ﺩﻋﺎﱐ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﺄﺟﺒﺘﻪ .ﻓﻘﺎﻝ "ﻫﻞ ﺗﺪﺭﻱ ﻣﺎ ﺣﻖ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺎﺱ" ﳓﻮ ﺣﺪﻳﺜﻬﻢ. Dari segi matannya tidak jauh berbeda dengan matan yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari namun di sini ada tambahan lafal yang lebih merincikan hadis tersebut bahwa hadis ini dituturkan dalam perjalanan. 192
Tarmizi: Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Tauhid
Bahwa hadis ini juga berita gembira bagi hamba-hamba Allah SWT. namun Rasulullah SAW. melarang untuk menyebarkan pernyataannya ditakutkan umat Islam malas dalam beramal. Hadis Ketiga Perintah Untuk Mengajarkan Tauhid Diriwayatkan dalam sahih muslim dengan nomor hadis 29 bab ad-Dua’Ila Syahadatain wa syara’I al-islam sebagaimana berikut ini:
ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ. ﲨﻴﻌﺎ ﻋﻦ ﻭﻛﻴﻊ,ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺍﰊ ﺷﻴﺒﺔ ﻭ ﺍﺑﻮ ﻛﺮﻳﺐ ﻭﺇﺳﺤﺎﻕ ﺑﻦ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺣﺪﺛﲏ ﳛﲕ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﺻﻴﻔﻲ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ: ﻗﺎﻝ. ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻭﻛﻴﻊ ﻋﻦ ﺯﻛﺮﻳﺎﺀ ﺑﻦ ﺇﺳﺤﺎﻕ:ﺑﻜﺮ ﺃﻥ, ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ: ﺭﲟﺎ ﻗﺎﻝ ﻭﻛﻴﻊ: ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ. ﻋﻦ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ, ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ,ﻣﻌﺒﺪ . ﺇﻧﻚ ﺗﺄﰐ ﻗﻮﻣﺎ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ: ﻗﺎﻝ. ﺑﻌﺜﲏ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ:ﻣﻌﺎﺫﺍ ﻗﺎﻝ ﻓﺄﻋﻠﻤﻨﻬﻢ ﺃﻥ. ﻓﺈﻥ ﻫﻢ ﺃﻃﺎﻋﻮﺍ ﻟﺬﻟﻚ.ﻓﺎﺩﻋﻬﻢ ﺇﱃ ﺷﻬﺎﺩﺓ ﺍﻥ ﻻﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﷲ ﻭ ﺃﱐ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﻓﺄﻋﻠﻤﻬﻢ ﺍﻥ ﺍﷲ. ﻓﺈﻥ ﻫﻢ ﺃﻃﺎﻋﻮﺍ ﻟﺬﻟﻚ.ﺍﷲ ﺍﻓﺘﺮﺽ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﲬﺲ ﺻﻠﻮﺍﺕ ﰲ ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﻭﻟﻴﻠﺔ ﻓﺈﻳﺎﻙ. ﻓﺈﻥ ﻫﻢ ﺃﻃﺎﻋﻮﺍ ﻟﺬﻟﻚ.ﺍﻓﺘﺮﺽ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺻﺪﻗﺔ ﺗﺆﺧﺬ ﻣﻦ ﺃﻏﻨﻴﺎﺋﻬﻢ ﻓﺘﺮﺩ ﰲ ﻓﻘﺮﺍﺋﻬﻢ . ﻭﺍﺗﻖ ﺩﻋﻮﺓ ﺍﳌﻈﻠﻮﻡ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﺑﻴﻨﻬﺎ ﻭ ﺑﲔ ﺍﷲ ﺣﺠﺎﺏ.ﻭﻛﺮﺍﺋﻢ ﺃﻣﻮﺍﳍﻢ Artinya: ”Abu Bakar bin Abi Syaibah, Abu Karib, Ishaq bin Ibrahim semuanya menuturkan kepada kami dari Waki’. Berkata Abu Bakar bahwasannya Waki’ meriwayatkan dari Zakaria bin Ishaq. Ia juga menuturkan bahwa Yahya bin Abdillah bin Shaifi menuturkan kepada saya yang ia riwayatkan dari Ibnu Ma’bad dari Ibnu Abbas dari Mu’az bin Jabal. Abu Bakar berkata mungkin Waki’ berkat: hadis ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa Mu’az berkata bahwasannya Rasulullah SAW. mengutusku dan bersabda kepadaku: sesungguhnya kamu akan mendatangi kaum ahli kitab maka ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasannya saya adalah Rasulullah. Jika mereka menta’atimu dalam hal tersebut maka beritahukanlah mereka bahwa Allah SWT. mewajibkan atas mereka untuk mendirikan shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka menta’atimu dalam hal tersebut maka beritahulah mereka bahwa Allah SWT. telah mewajibkan bagi mereka zakat harta yang diambil dari orang kaya mereka kemudian dibagikan kepada orang yang fakir. Janganlah kamu mengambil harta mereka dan takutlah doa orang yang terzalimi karena tidak ada antaranya dengan Allah tabir. ” (Muslim: 1929: 78). a. Kritik Sanad Adapun kritik terhadap sanad ini sebagaimana yang dituturkan oleh ulama hadis sebagaimana berikut ini: 1. Abu Bakar bin Abi Syaibah, menurut al-Ijili ia berasal dari Kufah dan seorang hafizh serta tsiqah. Begitu jua Darulquthni menyebutkannya dalam Kitab ’ilal sebagai seorang hafiz.
193
٢٠١٤ ،
–د
،٢ د
ا
ا ا
ا:
ءا
إ
2. Abu Kurib nama lengkapnya adalah Muhammad bin al-’Ula bin Kurib alHamdani dia berasal dari Kufah. Darulquthni menyebutkan bahwa hafalan Abu Kurib kuat dari Thalaq bin Ghanam. 3. Ishaq bin Ibrahim, Darulquthni menilainya sebagai perawai yang tsiqah ma’mun. 4. Waki’ menurut al-Ijili berasal dari Kufah, tsiqah, seorang abid, shaleh dan ahli sastra dan tergolong Hafizh. 5. Zakaria bin Ishaq menurut Ya’qub bin Sufyan tertuduh berbicara mengenai qadar. 6. Yahya bin Abdillah bin Shaifi ia adalah perawi yang dha’if menurut anNasai. 7. Ibnu Ma’bad perawi yang majhul. 8. Ibnu Abbas nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abbas bin Abdil Muthallib al-Hasyimi seorang sahabat nabi ahli dalam bidang tafsir pernah didoakan oleh Rasulullah SAW. agar ahli dalam bidang ini. Menurut al’Ijili ia mengalami kebutaan mata. Abu Zar’ah ad-Dimasyqi menjelaskan bahwa ia adalah tergolong ulama di antara kalangan sahabat Rasulullah SAW. 9. Mu’az bin Jabal Al-Anshari al-Khazraji Abu Adirrahman al-Madani, seorang sahabat Rasulullah yang alim pernah menjadi qadhi di negeri Yaman diutus oleh Rasulullah SAW. Menurut para ahli hadis seluruh sahabat adalah adil apalagi Mu’az bin Jabal yang dipercaya oleh Rasulullah SAW. menjadi qadhi di negeri Yaman. Dari segi sanad di sini ada perawi yang majhul ada pula yang dituduh banyak membahas taqdir ada juga yang lemah. Namun hadis ini akan dikuatkan dengan periwayatan yang lainnya sebagaimana yang termuat di dalam sunan al-Baihaqqi dan Musnad Ahmad bin Hanbal sehingga statusnya menjadi hasan. b. Penjelasan hadis Di jelaskan dalam kitab Fathul Mun’im karya Musa Syahin bahwa Mu’az merelakan hutangnya dalam jumlah besar tidak dibayar oleh orang yang berhutang darinya pada tahun 10 Hijriyah. Maka Rasulullah SAW. melihat kebaikannya mengutusnya ke negri Yaman untuk menjadi wali atau qadhi mengumpulkan zakat dan mengurus baitul mal. Penunjukannya sebagai wali bukan hanya karena membalas kebaikannya namun jua karena memang dia layak menerimanya. Karena ia memiliki ilmu, amal dan wara’. Ia juga termasuk ikut serta dalam perang Badar ketika usianya 21 tahun. (Syahin: 2002: 69). Rasulullah SAW. juga telah membekalinya dengan berbagai wasiat sebagai perencanaan dan strategi untuk menjalani tugasnya yang berat. Dimana ia akan menghadapi penduduk Yaman yang kebanyakan penduduknya adalah ahli kitab yang ahli dalam berdebat oleh sebab itu Rasulullah
194
Tarmizi: Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Tauhid
SAW. berwasiat kepadanya untuk mengajak mereka dengan cara bijaksana dan mendebat mereka dengan cara yang baik. Di sini Rasulullah SAW. mengajarkan pertama sekali untuk mengajak kepada tauhid karena inilah pondasi dasar yang terpenting dari ajaran Islam. Setelah mereka mengakuinya dan memahaminya barulah diajarkan beberapa hukum syariat dengan cara bertahap pertama dimulai dari shalat kemudian setelah mereka mau mendirikannya barulah diajarkan untuk berzakat. Untuk menghilangkan kesenjangan sosial dan memupuk solidaritas persaudaraan umat Islam. Setelah itu berlaku adil dalam menghakimi menghindari tindakan kealiman. Karena doa orang yang terzalimi tidak tertabir sehingga ia harus benar-benar berlaku adil. Mu’az terus melaksanakan pesan dan wasiat Rasulullah SAW. menjadi qadhi di Yaman hingga sampai masa Abu Bakar asShiddiq ra iapun pergi ke Syam dan wafat di sana terkena wabah penyakit ada tahun 17 Hijriah tutup usia 34 tahun. Ibnu Shalah menjelaskan bahwa di dalam hadis ini tidak ada ajakan untuk melaksanakan puasa dan haji ini merupakan kelalaian dari perawi. Namun al-Kirmani menjawab boleh jadi perawi hanya mencukupkan tiga rukun karena inilah yang paling terpenting dalam pandangannya. Hadis ini juga menjelaskan rusaknya i’tiqad ahli kitab mengenai Allah SWT. sehingga mereka belum mengenal Allah SWT. sesuai dengan kebesaran dan keagunganNya. Dari hadis ini juga dapat disimpulkan bahwa pertama sekali yang perlu diajarkan oleh peserta didik adalah pengenalan yang benar mengenai Allah SWT. tidak menjasadkan, tidak menempatkanNya pada suatu tempat, tidak menyamakanNya dengan yang baru mensucikanNya dari segala sifat yang tidak layak bagiNya. c. Kritik matan dan takhrij Hadis ini jua diriwayatkan di dalam Sunan al-Baihaqqi jilid 7 hadis nomor 2017 sebagaimana berikut:
ﹺﻞ ﺃﹶﻫﻦ ﻣﻢﲑﹺﻫﻐ ﻟﻬﹺﻢﺍﻟﻮﻲ ﺃﹶﻣ ﻓﲔﻤﻠﺴ ﺍﻟﹾﻤﻳﻨﹺﻪﻞﹺ ﺩﻠﹶﻰ ﺃﹶﻫﺎﻟﹶﻰ ﻋﻌﺗ ﻭﻙﺎ ﺭﺒ ﺍﷲُ ﺗﺽﺎ ﻓﹶﺮﺑﺎﺏ ﻣ ﻘﹾﺮﹺﺉ ﺍﻟﹾﻤﻲﻠﻦﹺ ﻋ ﺑﺪﻤﺤ ﻣﻦ ﺑﻲﻠ ﻋ: ﻦﹺﺴﻮﺍﻟﹾﺤﺎ ﺃﹶﺑﻧﺮﺒ ﺃﹶﺧ. ﺇﹺﻟﹶﻴﻪﺎﺟﹺﲔﺘﺤ ﺍﻟﹾﻤﲔﻤﻠﺴ ﺍﻟﹾﻤﻳﻨﹺﻪﺩ ﺎﺛﹶﻨﺪ ﺣﻘﹸﻮﺏﻳﻌ ﻦ ﺑﻒﻮﺳﺎ ﻳﺛﹶﻨﺪ ﺣﻴﻨﹺﻲﺍﺋﻔﹶﺮ ﺍﻹِﺳﺎﻕﺤﻦﹺ ﺇﹺﺳ ﺑﺪﻤﺤ ﻣﻦ ﺑﻦﺴﺎﺍﻟﹾﺤﻧﺮﺒﺃﹶﺧ ﺪﺒﻦﹺ ﻋﻰ ﺑﻴﻳﺤ ﺔﹸ ﻋﻦﻴ ﺃﹸﻣﻦﻴﻞﹸ ﺑﺎﻋﻤﺎ ﺇﺳﺛﹶﻨﺪﻼﹶﺀِ ﺣ ﺍﻟﹾﻌﻦﻞﹸ ﺑﺎ ﺍﻟﹾﻔﹶﻀﺛﹶﻨﺪﻜﹾﺮﹴ ﺣ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﺑﻦ ﺑّﺪﻤﺤﻣ ﺎﻤﻬﻨ ﺍﷲُ ﻋﻲﺿﺎﺱﹴ ﺭﺒ ﻋﻦ ﺍﺑﺖﻌﻤﻳﻘﹸﻮﻝﹸ ﺳ ﺪﺒﻌﺎﻣ ﺃﹶﺑﻊﻤ ﺳﻪ ﺃﹶﻧﻲﻴﻔﻦﹺ ﺻ ﺑﺪﻤﺤﻦﹺ ﻣﺍﷲِ ﺑ ﻠﹶﻰ ﻗﹶﻮﻡﹴ ﻋﻡﻘﹾﺪ ﺗﻚ ﺇﻧ:ﻦﹺ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶﻤ ﺍﻟﹾﻴﻮﺤﻞﹴ ﻧﺒ ﺟﻦﻌﺎﺫﹶ ﺑﻮﻝﹸ ﺍﷲِ ﺻﻠﻌﻢ ﻣﺳﺚﹶ ﺭﻌﺎ ﺑ ﻟﹶﻤ:ﻳﻘﹸﻮﻝﹸ ﻚﻓﹸﻮﺍ ﺫﹶﻟﺮﻞﱠ ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ ﻋﺟّ ﻭﺰﻭﺍ ﺍﷲَ ﻋﺪﺣﻳﻮ ﺃﹶﻥﹾﻢﻮﻫﻋﺪﺎ ﺗﻝﹶ ﻣ ﺃﹶﻭﻜﹸﻦﺎﺏﹺ ﻓﹶﻠﹾﻴﺘﻞﹺ ﺍﻟﹾﻜ ﺃﹶﻫﻦﻣ ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍﻬﹺﻢﻟﹶﻴﻠﹶﺘ ﻭﻬﹺﻢﻮﻣﻲ ﻳ ﻓﺍﺕﻠﹶﻮ ﺻﺲﻤ ﺧﻠﹶﻴﻬﹺﻢ ﻋﺽﺮﺍﻓﹾﺘﻞﱠ ﻗﹶﺪﺟ ﻭﺰ ﺃﹶﻥﱠ ﺍﷲَ ﻋﻢﻫﺒﹺﺮﻓﹶﺄﹶﺧ 195
إ
ءا
:ا
ا ا
ا
د ،٢
–د
٢٠١٤ ،
ﺻﻠﱡﻮﺍ ﻓﹶﺄﹶﺧﺒﹺﺮﻫﻢ ﺃﹶﻥﱠ ﺍﷲَ ﻋﺰ ﻭﺟﻞﱠ ﻗﹶﺪﺍﻓﹾﺘﺮﺽ ﻋﻠﹶﻴﻬﹺﻢ ﺯﻛﹶﺎﺓﹰ ﻓﻲ ﺃﹶﻣﻮﺍﻟﻬﹺﻢ ﺗﺆﺧﺬﹸ ﻣﻦ ﻏﹶﻨﹺﻴﻬﹺﻢ ﻓﹶﺘﺮﺩ ﻋﻠﹶﻰ ﻓﹶﻘﲑﹺﻫﻢ ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ ﺃﹶﻗﹶﺮﻭﺍ ﺑﹺﺬﹶﻟﻚ ﻓﹶﺨﺬﹾ ﻣﻨﻬﻢ ﻭﺗﻮﻕ ﻛﹶﺮﺍﺋﻢ ﺃﹶﻣﻮﺍﻟﻬﹺﻢ. Juga disebutkan pula dalam musnad Ahmad bin Hanbal dalam bab musnad Abdullah bin Abbas bin Abdil Muthallib hadis ini tidak bernomor dipaparkan sebagaimana berikut ini:
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺣﺪﺛﲏ ﺃﰊ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻭﻛﻴﻊ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺯﻛﺮﻳﺎ ﺑﻦ ﺍﺳﺤﺎﻕ ﺍﳌﻜﻲ ﻋﻦ ﳛﲕ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﺻﻴﻔﻲ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻣﻌﺒﺪ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺃﻥ :ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﳌﺎ ﺑﻌﺚ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ ﺇﱃ ﺍﻟﻴﻤﻦ ﻗﺎﻝ :ﺇﻧﻚ ﺗﺄﰐ ﻗﻮﻣﺎ ﺃﻫﻞ ﻛﺘﺎﺏ ﻓﺎﺩﻋﻬﻢ ﺇﱃ ﺷﻬﺎﺩﺓ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﷲ ﻭ ﺃﱐ ﺭﺳﻮ ﻝ ﺍﷲ ﻓﺈﻥ ﻫﻢ ﺃﻃﺎﻋﻮﻙ ﻟﺬﻟﻚ ﻓﺄﻋﻠﻤﻬﻢ ﺃﻥ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﺍﻓﺘﺮﺽ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﲬﺲ ﺻﻠﻮﺍﺕ ﰲ ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﻭﻟﻴﻠﺔ ﻓﺈﻥ ﺍﻃﺎﻋﻮﻙ ﻟﺬﻟﻚ ﻓﺄﻋﻠﻤﻬﻢ ﺃﻥ ﺍﷲ ﺍﻓﺘﺮﺍﺽ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺻﺪﻗﺔ ﰲ ﺃﻣﻮﺍﳍﻢ ﺗﺆﺧﺬ ﻣﻦ ﺃﻏﻨﻴﺎﺋﻬﻢ ﻭﺗﺮﺩ ﰲ ﻓﻘﺮﺍﺋﻬﻢ ﻓﺈﻥ ﻫﻢ ﺃﻃﺎﻋﻮﻙ ﻟﺬﻟﻚ ﻓﺈﻳﺎﻙ ﻭﻛﺮﺍﺋﻢ ﺃﻣﻮﺍﳍﻢ ﻭﺍﺗﻖ ﺩﻋﻮﺓ ﺍﳌﻈﻠﻮﻡ ﻓﺈﺎ ﻟﻴﺲ ﺑﻴﻨﻬﺎ ﻭ ﺑﲔ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﺣﺠﺎﺏ. Juga diriwayatkan oleh Bukhari di dalam sahihnya pada kitab tauhid nomor hadis 6937 sebagaimana berikut ini:
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﻋﺎﺻﻢ :ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺯﻛﺮﻳﺎﺀ ﺑﻦ ﺇﺳﺤﺎﻕ ,ﻋﻦ ﳛﲕ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﺻﻴﻔﻲ ,ﻋﻦ ﺃﰊ ﻣﻌﺒﺪ ,ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ :ﺃﻥ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﻌﺚ ﻣﻌﺎﺫﹰﺍ ﺇﱃ ﺍﻟﻴﻤﻦ .ﻭﺣﺪﺛﲏ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺍﻻﺳﻮﺩ :ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﻟﻔﻀﻞ ﺑﻦ ﺍﻟﻌﻼﺀ :ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺇﲰﺎﻋﻴﻞ ﺑﻦ ﺃﻣﻴﺔ ,ﻋﻦ ﳛﲕ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺻﻴﻔﻲ :ﺃﻧﻪ ﲰﻊ ﺃﺑﺎ ﻣﻌﺒﺪ ,ﻣﻮﱃ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ,ﻳﻘﻮﻝ: ﲰﻌﺖ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻳﻘﻮﻝ :ﳌﺎ ﺑﻌﺚ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ ﺇﱃ ﳓﻮ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻴﻤﻦ ,ﻗﺎﻝ ﻟﻪ) :ﺇﻧﻚ ﺗﻘﺪﻡ ﻋﻠﻰ ﻗﻮﻡ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ,ﻓﻠﻴﻜﻦ ﺃﻭﻝ ﻣﺎ ﺗﺪﻋﻮﻫﻢ ﺇﱃ ﺃﻥ ﻳﻮﺣﺪﻭﺍ ﺍﷲ ﺗﻌﺎﱃ ,ﻓﺈﺫﺍ ﻋﺮﻓﻮﺍ ﺫﻟﻚ ,ﻓﺄﺧﱪﻫﻢ ﺃﻥ ﺍﷲ ﻓﺮﺽ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﲬﺲ ﺻﻠﻮﺍﺕ ﰲ ﻳﻮﻣﻬﻢ ﻭﻟﻴﻠﺘﻬﻢ ,ﻓﺈﺫﺍ ﺻﻠﻮﺍ ,ﻓﺄﺧﱪﻫﻢ ﺃﻥ ﺍﷲ ﺍﻓﺘﺮﺽ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺯﻛﺎﺓ ﰲ ﺃﻣﻮﺍﳍﻢ ,ﺗﺆﺧﺬ ﻣﻦ ﻏﻨﻴﻬﻢ ﻓﺘﺮﺩ ﻋﻠﻰ ﻓﻘﲑﻫﻢ ,ﻓﺈﺫﺍ ﺃﻗﺮﻭﺍ ﺑﺬﻟﻚ ﻓﺨﺬ ﻣﻨﻬﻢ ,ﻭﺗﻮﻕ ﻛﺮﺍﺋﻢ ﺃﻣﻮﺍﻝ ﺍﻟﻨﺎﺱ( Dari segi matan keempat hadis ini tidak jauh berbeda sehingga dapat dipastikan diriwayatkan dengan lafalnya. Hanya ada kekurangan redaksi pada hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqqi.
196
Tarmizi: Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Tauhid
Hadis Keempat Perintah Untuk Mendahulukan Pengajaran Tauhid Kepada Anak Hadis keempat disebutkan oleh al-Baihaqqi dalam kitab Syu’ab al-Iman juz 6 hal 398 nomor hadis 8649.
ﺃﺧﱪﻧﺎ ﺃﺑﻮ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﺮﻭﺫﺑﺎﺭﻱ ﻭﺃﺑﻮ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺍﳊﺎﻓﻆ ﻗﺎﻻ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻨﻀﺮ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻳﻮﺳﻒ ﺍﻟﻔﻘﻴﻪ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﺴﻠﻢ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﰊ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﻟﻨﻀﺮ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ ﺍﻟﺒﻴﺴﻜﻲ ﻋﻦ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﻋﻦ ﻣﻨﺼﻮﺭ ﻋﻦ ﺃﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺑﻦ ﻣﻬﺎﺟﺮ ﻋﻦ ﻋﻜﺮﻣﺔ ﻋﻦ ﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﺍﻓﺘﺤﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺻﺒﻴﺎﻧﻜﻢ ﺃﻭﻝ ﻛﻠﻤﺔ ﺑﻼ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﷲ ﻭﻟﻘﻨﻮﻫﻢ ﻋﻨﺪ ﺍﳌﻮﺕ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﷲ ﻓﺈﻧﻪ ﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﺃﻭﻝ ﻛﻼﻣﻪ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﷲ ﻭ ﺃﺧﺮ ﻛﻼﻣﻪ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﷲ ﺬﺍ ﺍﻹﺳﻨﺎﺩ ﰒ ﻋﺎﺵ ﺍﻟﻒ ﺳﻨﺔ ﻣﺎ ﺳﺌﻞ ﻋﻦ ﺫﻧﺐ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﱳ ﻏﺮﻳﺐ ﱂ ﻳﻜﺘﺒﻪ ﺇﻻ Artinya: ”Abu Ali ar-Ruzbadi dan Abu Abdillah Al-Hafiz memberitakan kepada kami bahwa Abu an-nadhar Muhammad bin Muhammad bin Yusuf al-Faqih berkata menuturkan kepada kami Abu Abdillah Muhammad bin Mahmuih bin Muslim dari ayahnya dari an-Nadhar bin Muhammad al-Biski dari Sufyan atTsauri dari Manshur dari Ibrahim bin Muhajir dari Ikrimah dari Ibnu Abbas dari Rasulullah SAW. bahwasanya beliau bersabda: awalilah mengajari anak-anakmu dengan kalimat tiada tuhan selain Allah dan talqinkan kepada mereka kalimat tiada tuhan selain Allah ketika sakratul maut karena sesungguhnya barang siapa awal perkataannya tiada tuhan selain Allah dan akhirnya juga tiada tuhan selain Allah kemudian dia hidup selaama 1000 tahun ia tidak akan ditanya mengenai satu dosapun juga. Matan hadis ini gharib tidak tertulis seperti ini melainkan melalui jalur sanad ini saja.” a. Kritik sanad
1. Abu ’Ali ar-Ruzbadi perawi yang majhul. 2. Abu Abdillah Al-Hafiz adalah perawi yang tsiqah menurut al-Ijili. 3. Abu an-nadhar Muhammad bin Muhammad bin Yusuf al-Faqih adalah perawi yang majhul. 4. Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Muslim menurut Darulquthni adalah perawi yang tsiqah. 5. Mahmud bin Muslim juga perawi yang tsiqah. 6. An-Nadhar bin Muhammad al-Biski juga perawi yang majhul. 7. Sufyan at-Tsauri nama lengkapnya Sufyan bin Sa’id bin Masruq Abu Abdillah at-Tsauri al-Kufi. Menurut Ibnu Mubarak tidak ada yang lebih mengetahui hadis daripada Sufyan. Syu’bah berkata bahwa Sufyan atTsauri adalah amirulmu’minin dalam bidang hadis. Menurut al-’Ijili Sufyan adalah seorang tsiqah, saleh, zahid, dan ’abid berasal dari Kufah dan penghafal hadis.
197
٢٠١٤ ،
–د
،٢ د
ا
ا ا
ا:
ءا
إ
8. Manshur berasal dari Kufah menurut al-Bazar bahwa Manshur adalah perawi yang La ba’sa bihi (tidak mengapa meriwayatkan darinya). 9. Ibrahim bin Muhajir menurut al-’Ijili Jaizul Hadis (boleh meriwayatkan darinya). Menurut Nasai dan Tarmizi dia adalah perawi yang tidak qawwi (kuat). 10. Ikrimah dialah Maula dari Ibnu Abbas berasal dari Barbar. Menurut Bukhari dialah orang yang paling alim. Al-’Ijili berkata dia seorang tabi’in dan tsiqah. 11. Ibnu Abbas nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abbas bin Abdil Muthallib al-Hasyimi seorang sahabat nabi ahli dalam bidang tafsir pernah didoakan oleh Rasulullah SAW. agar ahli dalam bidang ini. Menurut al’Ijili ia mengalami kebutaan mata. Abu Zar’ah ad-Dimasyqi menjelaskan bahwa ia adalah tergolong ulama di antara kalangan sahabat Rasulullah SAW. b. Penjelasan Hadis Hadis ini menegaskan betapa pentingnya tauhid sebagai poros dari segala ajaran Islam dan diterimanya amal-amal. Karena begitu pentingnya tauhid ini maka ialah yang pertama sekali ditanamkan kepada anak-anak didik. Karena ia juga sangat menentukan dalam akhir hayat seseorang. Jika ia terbiasa dari kecilnya bertauhid maka diharapkan pada akhir hayatnya juga meninggal dalam keadaan bertauhid. Bahkan orang yang mengalami sekarat juga harus diingatkan untuk tetap bertauhid. Agar ia mati dalam keadaan Islam dan menjamin keselamatannya kelak di akhirat. Oleh sebab itu kurikulum pendidikan Islam yang paling utama adalah ilmu tauhid. Hadis ini juga menegaskan bahwa berartinya hidup seorang walaupun ia hidup 1000 tahun lamanya itu tidak berarti kecuali ia bertauhid. Sehingga dosa-dosanya meskipun banyak dapat diampuni Allah SWT. Namun jika orang tdak bertauhid meskipun ia hidup dengan kebaikan kepada sesama semuanya tidak berarti baginya di akhirat dan tidak dapat menyelamatkannya dari siksa Allah SWT. Ia hanya mendapatkan manfaat kebaikannya di dunia saja. c. Kritik Matan dan Takhrij Hadis ini hanya diriwayatkan oleh dua perawi yang pertama seperti disebutkan sebelumnya sedangkan yang kedua diriwayatkan dalam matan yang sama oleh Hakim di dalam Tarikhnya dalam sanad yang sama seperti yang dikemukakan Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitabnya Jami’ alAhadis dengan nomor hadis 3597.
C. Kesimpulan Dari beberapa hadis yang dibahas di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan keimanan adalah hal yang paling utama dan pertama dilakukan bagi setiap anak didik. Karena setiap anak memiliki potensi bertauhid yang tidak boleh diselewengkan kepada hal yang menyesatkan. Di samping itu tauhid merupakan 198
Tarmizi: Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Tauhid
hak Allah SWT. yang harus dipenuhi. Oleh sebab itu pendidikan tauhid harus ditanamkan sejak dini baik bagi anak kecil maupun orang dewasa yang ingin memeluk agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA Al-Walidi, Abduh Abbas, (1991), az-Zubdah Fi Mushtalah al-Hadis,Jeddah: Maktabah as-Sahabah. An-Nuri, Abu Ma’atha wa ashabuhu, (1992), Al-Jami’ Fil Jarhi Wat Ta’dil, Beirut: ‘Alam al-Kutub, vol.1. Asmuni, M. Yusran dari Tim penyusun kamu, (1993), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen P & K, Jakarta, 1989. dalam bukunya ”Ilmu Tauhid”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Asmuni, Yusron, (1993), Ilmu Tauhid, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Bastian, Aulia Reza, (2002), Reformasi Pendidikan, Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama. Dinas P& K, (2003), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Ilyas, Yunahar, (2004), Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta: LPPI. Jubaran Mas’ud, (1967), Raid Ath-Thullab, Beirut: Dar Al-ilmi Lilmalayyini. Muhammad bin Isa bin Surah at-Tarmizi, (1998), Sunan Tarmizi, Riyadh: Maktabah al-Ma’arif. Muhammad, Badaruddin Abu, (2001),‘Umdatul Qari Fi Syarhi Sahih al-Bukhari, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah vol.8. Muslim, (1929), Sahih Muslim, Cairo: Matba’ahm al-Mishriyah, juz.1. Syahin, Musa, (2002), Fathul Mun’im Fi Syarhi Sahih Muslim, Cairo: Dar asSyuruq.
199