7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Menurut Gibson (1990), status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan juga perwujudan manfaatnya. Hadi (2005), status gizi adalah merupakan suatu ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture yang dibutuhkan individu dalam suatu variable. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu (Supariasa, dkk. 2002). Menurut Supariasa dkk (2002), menyatakan gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan (FKM UI, 2007). Kelompok bayi dan anak balita adalah salah satu kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi, oleh sebab itu indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah dengan melalui pengukuran status gizi balita (Supariasa,2004) dalam (Purwanti, 2009).
7
8
Bayi umur 0 – 4 bulan yang cukup mengkonsumsi hanya Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi berumur 0 – 4 bulan, ASI merupakan satusatunya makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat (Dinkes, 2002) Sejak dari masa janin, bayi, balita, remaja, dewasa dan lansia (lanjut usia), manusia membutuhkan zat-zat yang berguna untuk membantu fungsi semua organ agar dapat berjalan dengan baik, apakah zat itu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, garam mineral dan air. Karbohidrat, protein, dan lemak dibutuhkan sebagai sumber tenaga atau energi untuk bekerja. Kalori yang dihasilkan untuk setiap 1 gram karbohidrat adalah sebesar 4 gramkalori, sedang 1 gram protein menghasilkan 4 gramkalori dan untuk setiap 1 gram lemak dapat menghasilkan kalori sebesar 9 gram kalori. Vitamin dan mineral dibutuhkan sebagai pengatur tubuh dengan jalan memperlancar proses oksidasi, memelihara fungsi normal otot dan syaraf, vitalitas jaringan dan menunjang fungsi-fungsi tertentu. Selain itu, di dalam proses-proses tersebut juga dibutuhkan air dan oksigen dari udara. Peranan air sangat penting sebagai medium atau pelarut dari getahgetah tubuh, peredaran darah dan proses proses dalam tubuh lainnya (Linda, 2003). Terjadinya gizi buruk pada anak bukan saja disebabkan oleh rendahnya intake makanan terhadap kebutuhan makanan anak, tetapi kebanyakan orangtua tidak tahu melakukan penilaian status gizi pada anaknya, sepertinya masyarakat atau keluarga hanya tahu bahwa anak harus diberikan makan seperti halnya orang dewasa harus makan tiap harinya (Ali, 2006).
9
2. Penilaian Status Gizi a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu, antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik (Supariasa dkk, 2002). 1) Antropometri Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengnukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, dkk. 2002). 2) Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi (Supariasa, dkk. 2002). 3) Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yag digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, dkk. 2002). 4) Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan (Supariasa, dkk. 2002). b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga penilaian yaitu, survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa dkk, 2002:20).
10
1) Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa dkk, 2002:20).
2) Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Supariasa, dkk. 2002). 3) Faktor Ekologi Bengoa
mengungkapkan
bahwa
malnutrisi
merupakan
masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain (Supariasa dkk, 2002:21).
3. Klasifikasi Status Gizi Untuk mengetahui klasifikasi status gizi diperlukan ada batasanbatasan yang disebut dengan ambang batas. Batasan setiap negara relatif berbeda, hal ini tergantung dari kesepakatan para ahli gizi di negara tersebut, berdasarkan hasil penelitian empiris dan keadaan klinis. a. Klasifikasi Gomez (1956) Baku yang digunakan oleh Gomez adalah baku rujukan Harvard. Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U). Sebagai baku patokan digunakan persentil 50 (Supariasa, dkk. 2002).
11
Tabel 2.1 Klasifikasi KEP Menurut Gomez Kategori (Derajat KEP)
BB/U ( % )
0 = Normal
Lebih dari 90 %
1 = Ringan
89 – 75 %
2 = Sedang
74 – 60 %
3 = Berat
< 60 %
b. Klasifikasi Jelliffe Indeks yang digunakan oleh Jellife adalah berat badan menurut umur (Supariasa, dkk. 2002). Tabel 2.2 Klasifikasi KEP Menurut Jelliffe Kategori
BB/U ( % Baku )
KEP I
90 – 80
KEP II
80 – 70
KEP III
70 – 60
KEP IV
< 60
c. Klasifikasi Menurut Depkes RI (1999) Buku petunjuk teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) anak balita tahun 1999 klasifikasi status gizi dibagi menjadi 5 yaitu, Gizi lebih, gizi baik, gizi sedang, gizi kurang, dan gizi buruk. Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U) (Supariasa, dkk. 2002). Tabel 2.3 Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Depkes RI Kategori
Cut of point (Laki-laki dan perempuan sama)
Gizi Lebih
>120 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Baik
80 % - 120 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Sedang
70 % - 79,9 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Kurang
60 % - 69,9 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Buruk
< 60 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
12
d. Klasifikasi Cara WHO Indeks yang digunakan adalah BB/TB, BB/U, dan TB/U. Standard yang digunakan adalah NCHS (National Centre For Health Statistics, USA) (Supariasa, dkk. 2002). Tabel 2.4 Klasifikasi Menurut Cara WHO BB/TB
BB/U
TB/U
Status Gizi
Normal
Rendah
Rendah
Baik, Pernah Kurang gizi
Normal
Normal
Normal
Baik
Normal
Tinggi
Tinggi
Jangkung, Masih Baik
Rendah
Rendah
Tinggi
Buruk
Rendah
Rendah
Normal
Buruk, Kurang
Rendah
Normal
Tinggi
Kurang
Tinggi
Tinggi
Rendah
Lebih, Obesitas
Tinggi
Tinggi
Normal
Lebih, Tidak Obesitas
Tinggi
Normal
Rendah
Lebih Pernah Kurang
4. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita terbagi menjadi dua yaitu meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, yang meliputi status gizi kesehatan, umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh. Status kesehatn berkaitan dengan adanya hambatan reaksi imunologis dan berhubungan dengan terjadinya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi, seperti kwarshiokor atau marasmus sering didapatkan pada taraf yang sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare. Faktor umur sangat penting dalam
penentuan
status
gizi.
Kesalahan
penentuan
umur
akan
menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak
13
itu sendiri, yang meliputi pengetahuan ibu dan faktor ekonomi (Santoso, 2004). Departemen Kesehatan RI, pada tahun 2007 ada 18,4 Persen anak balita yang kekurangan gizi, terdiri dari gizi kurang 13,0 persen dan gizi buruk 5,4 persen. Fenomena kurang gizi sendiri disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, mulai dari kemiskinan, kondisi lingkungan, buruknya layanan kesehatan, dan kurangnya pemahaman mengenai gizi. Diusia sekolah, anak-anak bergizi buruk dan gizi kurang tidak akan dapat berfikir cerdas karena sel-sel otaknya tidak tumbuh maksimal. Permasalahan gizi menurut Supariasa (2002) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi permasalahan gizi, yaitu : a. Faktor penyebab langsung dari masalah gizi 1) Asupan makan Apabila ketidak cukupan zat besi terlalu lama maka persediaan atau jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidak cukupan itu. Apabila jika ini berlangsung lama maka terjadi penurunan berat badan. Terjadinya perubahan yang dapat di deteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Terjadinya perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda yang khas, terjadi perubahan anatomi yang bisa dilihat dari munculnya tanda yang klasik (Supariyasa, 2002) 2) Penyakit infeksi/status kesehatan Proses riwayat alamiyah oleh karena penyakit yang diterapkan pada masalah gizi melalui berbagai tahap yaitu diawali dengan terjadinya
interaksi
antara
penjamu,
sumber
penyakit
dan
lingkungan. Ketidak seimbangan faktorini, misalnya ketidak cukupan zat gizi maka, simpanan zat gizi akan berkurang dan lama kelamaan simpanan akan menjadi habis. Apabila keadaan ini dibiarkan maka akan terjadi perubahan faali dan metabolis dan akhirnya akan memasuki ambang klinis. Proses itu menyebabkan terjadinya penyakit. Tingkat kesakitannya dimulai dari sakit ringan
14
sampai dengan sakit tingkat berat. Dari kondisi ini akhirnya ada 4 kemungkinan yaitu, mati, sakit kronis, cacat dan sembuh apabila ditanggulangi intensif.(Suparyasa, 2002)
b.
Faktor tidak langsung penyebab masalah gizi 1) Pengetahuan gizi Pengetahuan
gizi
memegang
peranan
penting
dalam
penyediaan pangan yang baik untuk mencapai keadaan gizi yang baik pula. Pengetahuan gizi didukung oleh pendidikan gizi yang cukup. Pentingnya pengethuan gizi didasarkan pada kenyataan yaitu : 1. Tingkat pengetahuan gizi sangat penting peranannya dalam usaha peningkatan status gizi. 2.
Setiap orang akan cukup gizi jika makanan yang dimakan cukup untuk pertumbuhan pemeliharaan dan energi tubuh.
3.
Ilmu gizi yang dipelajari dapat meningkatkan pengetahuan gizi seseorang dimana ilmu gizi tersebut dapat memberikan faktafakta yang perlu sehingga dapat menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
Kurang pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan dalah umum dijumpai disetiap negara didunia. Penyebab penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kemampuan untuk menerapkan informasi-informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Depkes, 2004). Pengetahuan serta kesukaan ibu terhadap jenis makanan tertentu sanagat berpengaruh terhadap hidangan yang disajikan, pada kenyataan seharihari sering dijumpai anak yang kurang mempunyai selera makan (Suharjo, 1989).
15
2). Pendidikan gizi Pendidkan adalah suatu alat yang dapat dipakai untuk memperbaiki dirinya dalm melangsungkan kehidupan masyarakat. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi pula tingkat poengetahuan akan kesehatan dan gizi keluarganya sehingga mempengaruhi kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota keluarganya. 3). Pekerjaan Status pekerjaan ibu digunakan untuk mengetahui penggunaan waktu sehari-hari ibu balita, karena mengetahui status pekerjaan (ibu bekerja atau tidak) akan dapat dijadiakan sebagai latar belakang penelitian perilaku dan sikap ibu tersebut(Suharjo, 1989) 4). Ketersediaan pangan Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Keterbatasan apapun yang diakibatkan kemiskinan dan kekurangan pangan kecuali dlam keadaan tertentu, penggunaan yang lebih baik dari pangan yang tersedia dapat dilakukan penduduk
yang memehami penggunaanya
untuk membantu peningkatan status gizi, sehingga membantu penduduk untuk balajar cara menanam, menyimpan dan menggunakan pangan untuk memperbaiki konsumsi makanan (Suharjo,1999). 5) Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehtan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan pelayanan kesehatan adalah akses atau keterjangkauan anak dan keluarga tahap upaya pencegahan penyakit
dan
pemeliharaan
kesehatan
seperti
:
pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, imunisasi penyuluhan kesehatan, serta sarana kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas, bidan, dan dokter rumah sakit serta air bersih ( Depkes RI, 2000).
16
5. Gizi Balita a. Pengertian Zat gizi (nutriens) adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membagun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2001). Berbagai fungsi dari zat gizi antara lain sebagai sumber energi atau tenaga, untuk menyokong pertumbuhan badan yaitu penambahan sel baru pada sel yang sudah ada, memelihara jaringan tubuh, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan dalam cairan tubuh dan berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh sebagai anti oksidan dan anti bodi (Sediaoetama,1999). b. Zat Gizi 1) Karbohidrat Karbohidrat memegang peran penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan organik yang mempunyai
molekul
yang
berbeda-beda.
Meski
terdapat
persamaan-persamaan dari sudut kimia dan fungsinya. Karbohidrat yang penting bagi gizi adalah polisakarida (tepung), disakarida sukrosa dan laktosa, dan monosakarida glukosa dan fruktosa. Serat dalam makanan (dietary fiber) terdiri dari karbohidrat yang tidak dapat diserap. Serealia, sayur mayur, buah-buahan dan kacang-kacangan
merupakan sumber utama
serat. Pencernaan karbohidrat polisakarida sudah mulai dalam mulut oleh aktifitas amilase air liur, hingga berubah menjadi dekstrin. Empat puluh sampai lima puluh persen dari seluruh energi yang terdapat pada formula balita merupakan bagian dari karbohidrat, dimana dalam formula adaptasi laktosa merupakan karbohidrat tunggal dan menyediakan 42% dari jumlah seluruh energi formula tersebut. Untuk meenentukan nilai gizi, faktor
17
karbohidrat pada berbagai bahan makanan haruslah menunjukan angka kalori pergramnya sebagai berikut : a) Jagung 4,03 Kal/g b) Gandum 4,12 Kal/g c) Beras giling 4,16 Kal/g d) Kentang/ akar berumbi 4,03 Kal/g 2) Protein Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separonya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan ran tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan rambut dan kuku, sebagai sumber energi dan untuk zat kekebalan tubuh (Sediaoetama, 2002). Sumber bahan makanan protein adalah kacang-kacangan, biji-bijian ikan, ikan, daging, telur, susu dan hasil olahanya. Kadar protein beberapa bahan makanan meliputi :
Sumber protein hewani : 1. Daging 18,8 g% 2. Hati 19,17 g% 3. Ikan Segar 16,0 g% 4. Udang Segar 21,0 g% 5. Ayam 18,2 g% 6. Telur 12,0 g%
Sumber protein nabati : 1. Kacang Kedelai 34,9 g% 2. Kacang Ijo 22,2 g% 3. Kacang Tanah 25,3 g% 4. Beras 7,6 g% 5. Jagung 9,2 g% 6. Singkong, tapioka 1,2 g%
3) Lemak Lemak sebagai bahan atau sumber pembentuk energi di dalam tubuh, yang dalam hal ini bobot energi yang dihasilkan dari tiap gram adalah lebih besar dari yang dihasilkan tiap gram karbohidrat dan protein, tiap gram lemak menghasilkan 9 kalori. Fungsi utama dari lemak adalah sebagai penghasil energi, sebagai pembangun/ pembentuk susunan tubuh, pelindung kehilangan panas tubuh dan pengatur temperatur tubuh, sebagai penghasil asam lemak esensial karena tidak dapat di bentuk dalam tubuh
18
melainkan harus tersedia dari luar, untuk pertumbuhan dan pencegahan terjadinya peradangan kulit serta sebagai pelarut vitamin tertentu ( A, D, E, K) Sehingga dapat digunakan tubuh (Sediaoetama, 2002). Klasifikasi lemak antara lain : a) Lemak sederhana, yaitu ester dari asam lemak dengan bermacam-macam alkohol contoh : minyak. b) Lemak komplek, adalah fosfolipid, glikolipid terutama terdapat dalam jaringan saraf termasuk otak, dan membran sel. c) Prekurso dan turunan lemak, adalah asam lemak, gliserol steroid (contoh : kolestrol, yang berhubungan dengan atherosclerosis, asam empedu, hormon-hormon adrenokortikal dan sex, vitamin D, dan lain-lain), dan benda keton. 4) Vitamin Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umunya tidak dapat dibentuk oleh tubuh.
Oleh karenanya, harus didatangkan dari makanan.
Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan, disamping itu karena vitamin adalah zat organik mata vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2001) Zat tersebut biasanya dibagi dalam dua kelas berdasarkan sifat kelarutanya. Vitamin larut air adalah yang larut dalam air dan pada umumnya berfungsi sebagai koenzim (C dan B). Vitamin larut lemak, biasanya tidak larut air, tetapi larut dalam fungsi Vitamin antara lain : a) Vitamin A : berfungsi sebagai pertumbuhan sel-sel epitel, untuk proses oksidasi tubuh dan mengatur rangsang sinar pada saraf mata. Terdapat pada sayuran hijau dan kuning, mentega,hati, minyak ikan, telur dan susu.
19
b) Vitamin D : berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor dalam darah dan memperbesar penyerapan kapur dan fosfor. Terdapat pada minyak ikan, mentega, susu, kuning telur, dan buah pisang. c) Vitamin E: diperlukan pada saat sel sedang membelah, berfungsi sebagai antioksidan alamiah dan metabolisme. Terdapat pada kuning telur , susu, lemak, daging, hati, dan kecambah. d) Vitamin K : sebagai pembentukan protombin untuk proses koagulasi (pembekuan) darah. Terdapat pada sayur hijau, kuning telur, minyak kedelai, dan hati. e) Vitamin C : yaitu asam askorbat, berfungsi pembentukan trombosit dan mekanisme imunitas daya tahan tubuh. Terdapat pada hati, sayuran dan buah-buahan segar terutama jeruk. f) Vitamin B1 : yaitu Thiamin atau anti beri-beri berfungsi sebagai metabolisme karbohidrat, untuk keseimbangan air di tubuh dan mempengaruhi penyerapan zat lemak dalam usus. Terdapat pada golongan padi-padian dan daging. g) Vitamin B2 : yaitu riboflavin berguna sebagai enzim dalam proses oksidasi sel-sel. Terdapat pada hati, susu, wortel, dan kuning telur. 5) Mineral Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Kalsium,fosfor, dan magnesium adalah bagian dari tulang, besi dari homoglobin dalam sel darah merah, dan imodium dari hormon tiroksin. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktifitas enzimenzim.
20
Mineral digolongkan menjadi dua kelompok berdasarkan besarnya kebutuhan manusia. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan minimal mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Jumlah minimal mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg. Hingga saat ini dikenal sebanyak 24 mineral yang dianggap esensial. c. Cara Pengolahan Gizi Seimbang untuk balita Pemberian makanan pada balita harus dapat memenuhi kebutuhan balita yang meliputi kebutuhan kalori serta kebutuhan zat gizi utama. Cara-cara menyiapkan harus memperhatikan kebersihan memakai bahan baku yang segar dan dengan metode memasak yang baik antara lain pengukusan lebih baik dari pada perebusan dan penyaringan lebih baik dari penggorengan (Krisnatuti, 2003). Ibu juga dapat memberikan Pola menu 4 sehat 5 sempurna untuk keseimbangan gizi balita (Almatsier, 2001)
6. Indikator Status Gizi Balita Salah satu indikator kesehatan pada anak usia dibawah lima tahun (balita) bisa dilihat dari status gizinya, dan untuk mengetahui bagaimana status gizi balita diperlukan sensus pengukuran gizi dalam bentuk penimbangan balita, dengan penimbangan balita dapat diintervensi secara dini apabila ada balita gizi kurang, gizi buruk atau gizi lebih sehingga dapat ditanggulangi dengan cepat. Bulan penimbangan balita adalah bagian dari sensus pengukuran gizi balita, sehingga akan diketahui prevalensi balita gizi buruk, masalah gizi akut atau kronis (Erlan, 2001). Semua kejadian yang berhubungan dengan kesehatan anak sejak lahir sampai berumur lima tahun, perlu dicatat dalam KMS. KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan
21
kesehatan termasuk bidan dan dokter. Selain itu KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat
sesuai
dengan
kondisi
kesehatan
dan
gizi
anak
untuk
mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan-nya (www. creasoft.wordpress.com).
7.
Penggunaan indeks antropometri Indeks antropometri yang umum di gunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Dari berbagai indeks tersebut, untuk menginterprestasikan di butuhkan ambang batas. Ambang batas menurut kesepakatan para ahli gizi adalah: 1) Persen terhadap median Median adalah nilai tengah populasi, dalam antropometri gizi median sama dengan persentil 50 dan nilainya di nyatakan sama dengan 100%. Kemudian di hitung presentase terhadap nilai median untruk mendapatkan batas.
Tabel 2.1 Status Gizi Berdasarkan Indikator Antropometri Indeks
Status Gizi
BB / U
TB / U
BB / TB
Gizi Baik
> 80%
> 90%
> 90%
Gizi Sedang
71 - 80%
81 % - 90%
81% - 90%
Gizi Kurang
61% - 70%
71% - 80%
71% - 80%
Gizi Buruk
< 60%
< 70%
< 70%
Sumber : Supariasa, 2002
22
2) Persentil Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya. 3) Standar Deviasi (SD) Standar Deviasi disebut juga dengan Z-score. WHO menyarankan untuk menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan. Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi dinyatakan dalam positif dan negatif 2 SD unit (Z-score) dari median. Dibawah nilai median – 2SD unit dinyatakan gizi kurang.
Rumus perhitungan Z-scoore adalah : Z-scoore
= Nilai Individu Subjek - Nilai Median Baku Rujukan Nilai Simpang Baku Rujukan
23
Tabel 2.2 Penilain Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U,BB/TB Standart Baku Antropometri WHO – NCHS No
1.
2.
3.
Indeks yang dipakai
BB/U
TB/U
BB/TB
Batas pengelompokan
Sebutan Status Gizi
< - 3SD
Gizi Buruk
- 3 s/d < - 2SD
Gizi Kurang
-2 s/d + 2 SD
Gizi Baik
> + 2SD
Gizi Lebih
< - 3SD
Sangat Pendek
- 3 s/d < - 2SD
Pendek
-2 s/d + 2 SD
Normal
> + 2SD
Tinggi
< - 3SD
Sangat Kurus
- 3 s/d < - 2SD
Kurus
-2 s/d + 2 SD
Normal
> + 2SD
Gemuk
Sumber : Depkes RI 2004.
Contoh perhitungan Z-scoore sebagai berikut : Seorang anak laki-laki umur 36 bulan dengan tinggi badan 96 cm dan berat badan 15,2 kg, dan seorang anak laki-laki umur 10 bulan dengan panjang badan 75 cm dan berat badan 5,8 kg. Distribusi simpang baku ketiga indeks untuk kedua anak tersebut masing-masing sebagai berikut :
24
Tabel 2.3 Berat (kg) menurut umur anak No
Umur
1
Standard Deviasi
Th
Bln
-3sd
-2sd
-1sd
Median
+1sd
+2sd
+3sd
3
0
9,8
11,4
13,0
14,6
16,4
19,3
20,1
10
6,6
7,6
8,6
9,5
10,6
11,7
12,7
2
Sumber : Supariasa,2001
Tabel Tinggi (cm) menurut umur anak No
Tinggi
Standard Deviasi
CM
1
96
2
75
0
-3sd
-2sd
-1sd
Median
+1sd
+2sd
+3sd
83,5
87,3
91,1
94,9
98,7
102,5
106,3
65,7
68,3
71,0
73,6
76,3
78,9
81,6
Sumber: Supariasa,2001 Tabel 2.5 Berat (kg) menurut tinggi badan anak No
Tinggi
Standard Deviasi
Cm
-3sd
-2sd
-1sd
Median
+1sd
+2sd
+3sd
1
96
11,3
12,3
13,3
14,4
15,5
16,6
17,7
2
75
7,4
8,2
9,0
9,8
10,7
11,6
12,5
Sumber : Supariasa, 2001
25
Jadi untuk indeks BB/U adalah a. Anak Pertama = (15,2-14,6) / (14,6-13,0) = 0,6 / 1,6 = + 0,4 SD Z-scoore = Status Gizi Baik b. Anak Kedua = ( 5,8 – 9,5 ) / ( 9,5 – 8,6 ) = -3,7 / 0,9 = -4,4 SD Z-scoore = Status gizi Buruk
Untuk indeks TB/U adalah a. Anak Pertama = ( 96 – 94,9) / ( 94,9 -91,1) = 1,1 / 3,8 = + 0,3 SD Z-scoore = Status Gizi Normal b. Anak kedua = (75 – 73,6) / (73,6-71,0) = 1,4 /2,6 = + 0,5 SD Z-scoore = Status Gizi Normal
Untuk Indeks BB / TB adalah a. Anak Pertama = ( 15,2 – 14,4 ) / ( 14,4 – 13,3 ) = 0,8 / 1,1 = + 0,7 SD Z-scoore = Status Gizi Normal b. Anak Kedua = ( 5,8 – 9,8) / ( 9,8 – 9,0 ) = -4 / 0,8 = -5 SD Z-scoore = Status Gizi Sangat Kurus
26
8.Cara Mengukur Status Gizi Balita Untuk mengukur Status Gizi seorang balita dapat dilakukan dengan melakukan perbandingan 3 aspek penting yang ada dalam diri seorang balita, yaitu umur balita, tinggi badan balita, dan berat badan balita. (DepKes RI 2002). Dari ketiga aspek tersebut akan didapatkan tiga perbadingan untuk mengukur apakah status gizi seorang balita termasuk kedalam golongan gizi baik atau tidak. Ketiga perbandingan tersebut adalah Berat Badan menurut Umur, Tinggi Badan menurut Umur, dan yang terakhir adalah Berat Badan menurut Tinggi Badan. (DepKes RI 2002). Sedangkan alat yang digunakan untuk mengetahui status gizi balita antara lain adalah akta atau tanda kenal lahir sebagai penunjuk umur, timbangan badan untuk mengetahui berat badan, dan alat ukur untuk mengetahui tinggi badan yang memiliki satuan centimeter (meteran). Pengukuran status gizi didasarkan pada nilai Z Skor untuk nilai BB / TB yang dilakukan dengan menggunakan program Nutrizof untuk pengukuran antopometri.
27
B. Pengetahuan Ibu 1. Pengertian Pengetahuan ibu merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku atau tindakan kesehatan. Berawal dari pengetahuan tersebut seorang ibu diharapkan mampu memelihara kesehatan anak balitanya. Pengetahuan merupakan suatu usaha yang mendasari seseorang berpikir secara ilmiah, sedang tingkatannya tergantung pada ilmu pengetahuan atau dasar pendidikan orang tersebut (Nursalam dan Pariani, 2001 dalam Husada, 2009). Sedangkan Ali, 2003 menyatakan pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi / lain sebab yang penting dari gangguan gizi adalah kekurangan pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 1996) dalam (Kusumaswati, Mutalazimah, 2004). Dengan pengetahuan gizi yang buruk diharapkan seseorang dapat mengubah perilaku yang kurang benar sehingga dapat memilih bahan makanan bergizi serta menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan dan selera serta akan mengetahui akibat adanya kurang gizi. Pemberian pengetahuan gizi yang baik diharapkan dapat mengubah kebiasaan makan yang semula buruk menjadi lebih baik (Depkes RI, 2000).
28
2. Tingkat Pengetahuan Ibu Tingkat pengetahuan ibu merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku atau tindakan kesehatan. Berawal dari pengetahuan
tentang
cara-cara
mencapai
kesehatan
balita,
cara
menghindari penyakit akan meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya status gizi balita hal itu akan menimbulkan suatau kesadaran ibu dan akhirnya akan menyebabkan ibu berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki, sehingga akan muncul perilaku dalam bentuk kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan seperti posyandu (Notoatmodjo, 2010). Dengan memberikan informasi tentang posyandu dan sasaran posyandu akan meningkatkan pengetahuan ibu tentang hal tersebut. Pengetahuan yang baik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan kunjungan ibu ke posyandu meningkat. Posyandu yaitu wahana kegiatan keterpaduan KB-Kesehatan ditingkat kelurahan atau desa yang melakukan kegiatan lima program prioritas yaitu KB, gizi, KIA, imunisasi dan penanggulangan diare (Zulkifli, 2003). Kurangnya tingkat pengetahuan ibu yang tinggi tentang status gizi balitanya akan mempengaruhi tingkat kunjungan ibu ke pusat pelayanan kesehatan dalam hal ini Posyandu. Fakta menunjukkan bahwa keaktifan masyarakat dalam melakukan monitoring pertumbuhan terhadap anaknya di Posyandu semakin hari semakin menurun. Salah satu faktor yang mendorong terjadinya hal tersebut adalah ketidaktahuan ibu tentang manfaat status gizi anaknya di Posyandu, sehingga dirasakan perlu adanya suatu upaya untuk menyadarkan agar tahu manfaat dari Status gizi balitanya di Posyandu (Djaiman, 2008). Hubungan antara pengetahuan ibu tentang Status gizi balita dengan keteraturan datang di posyandu tentu akan saling mempengaruhi. Tingkat pengetahuan ibu tentang Status gizi balita yang tinggi akan mendominasi tingkat keteraturan menimbang di posyandu, karena akan sangat
29
mempengaruhi asumsi orangtua khususnya ibu terhadap tindakan-tindakan yang patut dilakukan kepada balitanya termasuk didalamnya keteraturan menimbang di posyandu. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status gizi Anak balita akan saling mempengaruhi keteraturan menimbang di posyandu. 3. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo, 2005 dalam Husada, 2009, pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk didalamnya adalah meningat kembali (recall) terhadap suatu yang bersifat spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima oleh karena itu, “Tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tau tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Ibu dalam tahap tahu ini dapat mengingat Posyandu baik jadwal dilaksanakan, tujuan posyandu, manfaat posyandu, fungsi posyandu, sasaran posyandu serta penyelengaraan dari posyandu. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar. Orang telah paham terhadap suatu obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, meyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang telah dipelajari. Dalam tahap ini ibu dapat menyimpulkan pentingnya posyandu bagi kebaikan ibu dan balita.
30
c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumusan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Dalam tahap ini ibu sudah dapat mengikuti kegiatan posyandu, tingkat aplikasi ini sudah dalam tataran tindakan yang sudah dapat dilihat dan diukur berapa jauh ibu memahami pentingnya posyandu. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Tahap analisis ini, ibu sudah dapat menilai bahwa kegiatan posyandu yang dilaksanakan baik atau tidak, bermanfaat atau tidak. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis
menunjukkan
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Tahap sintesis, ibu sudah berada dalam tatanan meletakan posyandu sebagai pelayanan kesehatan ibu dan balita yang penting dari pada kegiatan yang lain seperti bersantai, bahkan lebih utama kesehatan dari pada bekerja. f. Evaluasi (Evalution) Evalusi ini biasanya dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penelitianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
31
mengunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Evaluasi Meliputi kata kerja membandingkan menangapi penafsiran Tahap evaluasi, ibu sudah dapat menilai kegiatan posyandu yang diselenggarakan sudah sesuai dengan tujuan, sasaran, manfaat, penyelenggaraan dari posyandu. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian maupun responden. Tingkat pengetahuan setiap orang berbeda-beda tergantung dari tingkat pendidikan dan kemampuan seseorang dalam menerima suatu hal yang ada disekitarnya yang dapat diperoleh dari berbagai sumber dan berbagai cara. Sumber pengetahuan dapat diperoleh dari media massa maupun elektronik yang semakin cangih. Sehingga dalam hal ini ibu dapat menambah pengetahuan mengenai satus gizi balita dan manfaat posyandu. 4. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo,
2010 (dalam Husada, 2009) untuk
memperoleh pengetahuan ada berbagai cara yaitu : a. Cara tradisional atau non ilmiah yang terdiri dari : 1) Cara coba-salah (Trial and Error). Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba. Bila percobaan pertama gagal, dilakukan percobaan yang kedua dan seterusnya sampai masalah tersebut terpecahkan. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun. Kebisaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran mutlak. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli
32
agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Para pemegang otoritas pada prinsipnya adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan perasaannya sendiri. 3) Berdasarkan pengalamannya sendiri Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah. Pepatah
ini
mengandung maksud
bahwa
pengalaman
itu
merupakan sumber pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali
pengalaman
yang
diperoleh
dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Pada masa lain apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. 4) Melalui Jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara manusia berpikir ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan
induksi,
sedangkan
deduksi
adalah
pembuatan
kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. b. Cara Modern Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Husada, 2009 faktor utama yang mempengaruhi pengetahuan, diantaranya adalah :
33
a. Faktor Intrinsik 1) Sifat kepribadian Tingkah laku individu bersifat unit sesuai kepribadian yang dimiliki karena dapat dipengaruhi oleh aspek kepribadian seperti pengalaman hidup, perubahan usia, watak, temperamen sistem nilai serta kepercayaan. 2) Bakat pembawaan Bakat sangat berpengaruh dalam tingkah laku karena merupakan interaksi dari faktor keturunan dan lingkungan. 3) Intelegensi Seseorang
yang
mempunyai
intelegensi
rendah
akan
kecenderungan
atau
bertingkah laku lambat dalam pengambilan keputusan. 4) Motivasi Motivasi
dapat
diartikan
sebagai
keinginan yang tinggi terhadap sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997). Motivasi merupakan kekuatan dari dalam dan dampak dari luar sebagai gerak-gerik dalam menjalankan fungsinya. Motivasi berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan (Saifudin, 2008). 5) Pengalaman Ibu yang memiliki pengalaman yang luas tentang kesehatan akan selalu ingin mencari hal yang terbaik dari apa yang telah didapatkan sekarang. Seseorang yang memiliki pengalaman yang luas
akan
berpengaruh
terhadap
tingkat
pengetahuannya
(Notoatmodjo, 2003). Pengalaman ibu tentang kebaikan, keuntungan-keutungan dari posyandu sangat mempengaruhi kunjungan ibu membawa balitanya ke posyandu. 6) Pendidikan Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga ke liang lahat, berupa interaksi
34
individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal. Bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka tinggi pula pengetahuan yang didapat oleh orang tersebut, yang artinya dapat mempengaruhi terhadap pola pikir dan daya nalar seseorang (Sunaryo, 2002). Bahwa terbentuknya pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi yaitu pendidikan. Pendidikan akan merubah pola pikir dan akan menambah pengalaman–pengalaman baru di institusi terkait sehingga pengetahuan ibu tentang suatu hal dalam hal ini tentang status gizi balita akan bertambah 7) Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, adanya
pekerjaan
memerlukan
waktu
dan
tenaga
untuk
menyelesaikan berbagai jenis pekerjaan masing-masing dianggap penting dan memerlukan perhatian, masyarakat yang sibuk hanya memiliki sedikit waktu untuk memperoleh informasi (Notoatmodjo, 2003). Pekerjaan yang membutuhkan waktu yang penuh tentu akan mengesampingkan hal yang lain seperti kesehatan anak. Ibu dengan pekerjaan yang menyita waktu yang banyak akan mempengaruhi perhatian ibu terhadap kesehatan balitanya terlebih balitanya yang sudah berusia diatas 3 tahun, dimana balita diatas 3 tahun sudah tampak aktif dengan aktifitasnya sehingga perhatian ibu lebih berfokus pada pekerjaannya. 8) Informasi Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu keseluruhan makna yang menunjang amanat. Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri, misalnya membaca surat kabar, mendengarkan radio, melihat film atau sebagainya (Fajri dan Senja, 2005).
televisi dan
35
b. Faktor Ekstrinsik 1) Lingkungan Lingkungan, baik lingkungan alam seperti air, hewan, laut, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya maupun lingkungan asal seperti keluarga, teman, guru dan masayarakat yang mempengaruhi kita semua secara langsung masupun tidak langsung seperti informasi dari radio, televisi, surat kabar, majalah dan sebagainya. 2) Agama Agama menjadikan orang bertambah pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan spiritual. 3) Kebudayaan Kebudayaan yang berlaku di suatu wilayah secara tidak langsung akan memberikan pengaruh yang besar kepada seseorang dalam memperoleh pengetahuan. Masyarakat yang memegang teguh adat dan budayanya cenderung lebih susah untuk memperoleh pengetahuan dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai kultur budaya terbuka (Arimurti, 2002). 6. Cara Mengukur Pengetahuan Menurut Nursalam (2003), untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dibagi menjadi 2 tingkatan, yaitu : a. Pengetahuan baik : jika skor jawaban responden > 80 %. b. Pengetahuan buruk : jika skor jawaban responden < 80 %. Tingkat
pengetahuan
dapat
diperoleh
melalui
pengukuran
pengetahuan yang dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoadmojo, 2003).
36
C. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemkes RI, 2011). Posyandu adalah kegiatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat (Ismawati, 2010). Posyandu yaitu wahana kegiatan keterpaduan KB-Kesehatan ditingkat kelurahan atau desa yang melakukan kegiatan lima program prioritas yaitu KB, gizi, KIA, imunisasi dan penanggulangan diare (Zulkifli, 2003). 2. Program Posyandu dalam pengembangannya Menurut Depkes RI, 2005 Posyandu memiliki 5 kegiatan program yaitu: a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Program kesehatan ibu dan anak melayanani kesehatan ibu dan anak agar bisa meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. b. Keluarga Berencana Upaya
meningkatkan
kesejahteraan
keluarga
dengan
menggunakan alat KB / kontrasepsi seperti pil, suntik, susuk, kondom, Intra Uterine Devices (IUD), medis operatif pria (MOP), medis operatif wanita (MOW) sedangkan yang bisa dilayani di posyandu adalah pil, suntik, dan kondom saja, sedang yang lain dilayanani sim puskesmas, Bidan Praktek Swasta (BPS), Dokter dan rumah sakit.
37
c. Imunisasi Memberikan pelayanan kesehatan dengan imunisasi kepada bayi, balita, ibu hamil dan PUS bila perlu. d. Gizi Suatu upaya untuk meningkatkan status gizi masyarakat dengan cara penyeluhan gizi dan memberi contoh makanan tambahan dalam kegiatan Posyandu. e. Pencegahan dan Penanggulangan diare Pencegahan
diare
di
Posyandu
dilakukan
dengan
cara
penyeluhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Penanggulangan diare dilakukan dengan cara penyeluhan dan ditambah dengan pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian oralit yang telah disediakan oleh petugas kesehatan.
3. Sistem lima kegiatan (5 meja) Dalam Posyandu ada 5 kegiatan (lima meja) antara lain: a. Meja I: Pendaftaran semua yang datang di Posyandu. Kader melakukan pendaftaran para ibu (Bumil, Bufas, dan Buteki) dan balita yang datang ke posyandu. b. Meja II: Penimbangan bayi, balita dan bumil. Kenyaman balita saat penimbangan di Posyandu membantu mengurangi antrian. Pemilihan tempat untuk memasang alat tambahan hendaknya memperhatikan: 1) Kayu menopang harus kuat dan kokoh. 2) Jauh dari barang-barang yang membahayakan. 3) Ruang gerak luas dan terbuka. 4) Terlindung dari cahaya matahari langsung. c. Meja III: Pencatatan dari semua kegiatan Posyandu. Kader melakukan pencatatan pada buku KMS setelah ibu dan balita mendaftar dan ditimbang. Pencatatan dengan mengisikan berat badan balita ke dalam skala yang disesuaikan dengan umur balita, di
38
atas meja terdapat tulisan yang menunjukkan pelayanan yang diberikan. d. Meja IV: Penyuluhan kesehatan Memberikan layanan penyuluhan bagi ibu dan balita yang datang ke Posyandu. Penyuluhan pemberian ASI eksklusif, kebiasaan hidup bersih, makanan bergizi dan masalah kesehatan umum yang dialami bayi maupun balita pada saat itu. Penyuluhan diberikan pada semua ibu dan balita yang datang ke Posyandu. e. Meja V: Pelayanan, antara lain: KB, Imunisasi, Pengobatan sederhana. Kegiatan ini dipimpin dan dilaksanakan oleh petugas dari Puskesmas (Ismawati, 2010). 4. Indikator Posyandu a. Frekuensi penimbangan bertahan Seharusnya kegiatan dilakukan tiap bulan (12x/tahun). Tapi kenyataannya tidak semua Posyandu berfungsi setiap bulan, maka diambil batasan 8x/tahun. Rawan apabila frekuensi penimbangan <8x/tahun, sedangkan cakupan mapan apabila frekuensi penimbangan 8 x / tahun. b. Rata – rata jumlah kader tugas pada hari “H” Posyandu Baik, bila jumlah kader 5 orang, sedangakan kurang bila jumlah kader <5 orang. c. Cakupan D/S (Jumlah balita yang ada / jumlah balita yang hadir) Baik jika D/S mencapai 50% sedangkan kurang jika D/S mencapai <50% (Kemkes RI, 2011).
39
C. Kerangka Teori Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita
Konsumsi makanan Pendapatan, pengetahuan pendidikan, kemampuan sosial
Kemampuan keluarga menggunakan makanan Status gizi
Tersedianya bahan makanan, dan dapat diperolehnya bahan makanan
Pelayanan kesehatan
Infeksi
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian Sumber: Supariasa (2002)
40
D. Kerangka Konsp Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah
Variabel Independen Pengetahuan Ibu
Variabel Dependen Status Gizi Balita
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
E. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen (bebas) Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu. 2. Variabel Dependen (terikat) Variabel dependen yang digunakan adalah status gizi pada anak balita.
F. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini antara lain: H0 = Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak balita di Posyandu Nusa Indah 9 Kelurahan Rowosari Semarang. Ha = Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak balita di Posyandu Nusa Indah 9 Kelurahan Rowosari Semarang.
Skema 2.2 litian