BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Kepariwisataan Pariwisata merupakan kegiatan industri yang dilakukan oleh banyak pihak.
Pihak-pihak tersebut adalah para pelaku industri pariwisata dan juga wisatawan sebagai konsumen. Menurut Ismayanti (2010) setiap wisatawan yang melakukan perjalanan wisata mempunyai alasan dan tujuan yang berbeda untuk mencapai kepuasan dalam melakukan perjalanan tersebut. Berikut akan dijelaskan mengenai
gambaran umum dalam kepariwisataan.
2.1.1
Pengertian Pariwisata Pariwisata memiliki pengertian yang cukup luas. Pariwisata merupakan
suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh seseorang untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Menurut Marpaung (2002, hal.13) pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan definisi pariwisata menurut WTO (dalam Ismayanti, 2010, hal.4)“Tourism is the activities of persons travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one concecutive year for leisure, business, and other purposes”. Pengertian tersebut dapat diartikan pariwisata merupakan aktifitas yang dilakukan oleh orang-orang yang melakukan kegiatan wisata untuk mengunjungi dan menetap di luar lingkungan asal orang tersebut untuk sementara waktu dan untuk kebutuhan kesenangan, bisnis, dan kebutuhan lain. Berdasarkan beberapa pengertian pariwisata yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari daerah asal menuju daerah tujuan yang baru dan bersifat sementara.
7
2.1.2 Pengertian Wisatawan
Menurut Komisi Liga Bangsa-Bangsa (dalam Muljadi, 2009) Wisatawan
adalah mereka yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan keluarga, kesehatan, pertemuan dan tugas tertentu (tugas pemerintah diplomasi, agama, olahraga, ataupun usaha. Selain itu, mereka yang datang dalam rangka
perjalanan dengan kapal laut walaupun berada di suatu Negara kurang dari 24 jam dapat dikategorikan sebagai wisatawan.
Sedangkan menurut Marpaung (2002, hal.36) wisatawan adalah setiap orang
yang
bertempat
tinggal
di
suatu
negara
tanpa
memandang
kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu tempat pada negara yang sama untuk
jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan dengan tujuan memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi,liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan, dan olahraga, ataupun untuk keperluan bisnis dan mengunjungi keluarga. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan wisatawan adalah orang yang mengunjungi tempat lain dan meninggalkan tempat asalnya untuk tujuan tertentu. 2.1.3
Jenis-Jenis Wisatawan Wisatawan merupakan pelaku dari suatu kegiatan wisata. Wisatawan yang
melakukan kegiatan wisata berasal dari berbagai negara yang terdapat di seluruh penjuru dunia. Menurut Sihite (dalam Marpaung, 2002) jenis wisatawan terdapat dalam dua kelompok, yaitu: a. Wisatawan domestik, yaitu para pengunjung yang melakukan perjalanan ke suatu tempat, di luar tempat tinggalnya tetapi masih dalam negara yang di tempatinya, dengan berbagai tujuan dengan waktu minimal 24 jam. b. Wisatawan mancanegara, yaitu para pengunjung yang datang ke suatu negara di luar negara nya sendiri dengan berbagai tujuan dengan waktu minimal 24 jam. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa wisatawan mempunyai tujuan yang sama yaitu berwisata ke suatu tempat, namun yang membedakan adalah daerah asal wisatawan tersebut. Untuk wisatawan domestik
8
yaitu berwisata di suatu negara yang merupakan negara asalnya, sedangkan
wisatawan mancanegara berwisata ke suatu negara yang bukan merupakan negara
asalnya.
2.1.4 Motivasi Wisatawan
Menurut Maslow (dalam Muljadi, 2009) wisatawan selalu terdorong untuk melakukan kegiatan wisata untuk memenuhi kebutuhan yang kuat sesuai waktu, keadaan dan pengalaman yang bersangkutan dengan mengikuti suatu hierarki, hal ini kebutuhan pertama yang harus dipenuhi terlebih dahulu adalah dalam
kebutuhan fisiologis, misalnya istirahat. Setelah kebutuhan pertama dipuaskan,
kebutuhan yang kedua akan menjadi kebutuhan utama, yaitu kebutuhan akan keamanan dan rasa aman. Kebutuhan ketiga akan muncul setelah kebutuhan kedua terpuaskan. Proses ini berjalan terus samapai terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri. Menurut Muljadi (2009, hal.6) setiap wisatawan terdorong untuk melakukan wisata karena kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut: 1. Kebutuhan dagang atau ekonomi 2. Kebutuhan kepentingan politik 3. Kebutuhan keamanan 4. Kebutuhan kesehatan 5. Kebutuhan pemukiman 6. Kebutuhan kepentingan agama 7. Kebutuhan kepentingan pendidikan 8. Kebutuhan minat kebudayaan 9. Kebutuhan hubungan keluarga 10. Kebutuhan untuk rekreasi 11. Kebutuhan untuk konferensi Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam berwisata. Motivasi wisata itu dapat berupa motivasi untuk politik, kebutuhan kesehatan, mencari informasi mengenai kebudayaan, berekreasi, maupun untuk melepas kejenuhan dan tujuan kesehatan
9
sehingga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut suatu destinasi wisata
harus lah memiliki daya tarik dan keunikan.
2.1.5
Jenis-Jenis Daya Tarik Wisata Menurut Darsoprajitno (2002) menyebutkan jenis-jenis daya tarik wisata
terbagi menjadi empat bagian, sebagai berikut: a. Daya tarik wisata alam, terdiri dari alam hayati dan nonhayati, yang satu
dengan yang lainnya terjalin dalam satu ekosistem hingga membentuk daya dukung lingkungan yang menarik.
b. Daya tarik wisata masyarakat, atraksi utamanya adalah masyarakat yang
ditemukan, unsure sosial, ekonomi, dan budaya. c. Daya tarik wisata binaan, bangunan atau hasil binaan manusia untuk kepentingan pariwisata, dan kini menjadi atraksi yang unik karena latar belakang, sejarah, ataupun fungsinya yang jauh berbeda dengan manusia masa kini. d. Daya tarik wisata minat khusus, terdiri dari teoritisi ataupun praktisi maupun seseorang yang ingin mencari hiburan dengan menikmati tata alam yang berbeda. Sedangkan menurut Ismayanti (2010) macam-macam daya tarik wisata dibagi menjadi: 1.
Daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa Yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna. Daya tarik alam merupakan daya tarik alami yang telah ada dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia.
2.
Daya tarik wisata hasil karya manusia Berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, dan tempat hiburan. Daya tarik buatan manusia bias juga merupakan perpaduan buatan manusia dan keadaan alami, seperti wisata agro, wisata buru.
10
Berdasarkan jenis-jenis daya tarik wisata di atas, dapat disimpulkan bahwa
wisatawan
melakukan
kegiatan
wisata
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
keinginannya. Dengan demikian suatu industri pariwisata harus mengetahui daya tarik wisata seperti apa yang wisatawan banyak inginkan, dengan demikian kegiatan wisata akan menguntungkan berbagai pihak. Selain keinginan dan
kebutuhan wisatawan dapat terpuaskan, industri pariwisata pun akan mendapatkan keuntungan yang besar dari kepuasan wisatawan tersebut.
2.1.6
Destinasi Pariwisata Menurut Pitana dan Diarta (2009) destinasi merupakan tempat yang
dikunjungi dengan waktu yang signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat lain yang dilalui selama perjalanan misalnya daerah transit. Sedangkan menurut Sugiama (2010) Destinasi Wisata (DW) adalah Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang merupakan campuran dari beberapa komponen kepariwisataan yang dikunjungi wisatawan dengan waktu kunjungan minimal 24 jam. Secara struktural Destinasi Wisata (DW) di dalamnya meliputi beberapa Satuan Kawasan Wisata (SKW). Sedangkan dalam setiap SKW itu mencakup kumpulan dari sejumlah Kawasan Wisata (KW). Adapun sebuah KW di dalamnya meliputi beragam Atraksi Wisata (AW) yang juga disebut Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW). 2.2
Komponen Pariwisata Komponen
pariwisata
merupakan
hal
penting
dalam
kegiatan
kepariwisataan. Komponen pariwisata juga merupakan suatu dasar untuk terbentuknya suatu destinasi wisata. Menurut Hainim (2006), terdapat tiga komponen pariwisata, sebagai berikut: 1. Atraksi Wisata Memiliki kekuatan tersendiri sebagai komponen wisata, karena dapat memberikan suatu rangsangan bagi terselenggaranya suatu perjalanan, hal ini biasanya terjadi pada daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan atraksi yang sangat tinggi.
11
2. Faslitas dan Pelayanan Wisata Biasanya terdiri dari unsure alat transportasi, fasilitas akomodasi,
fasilitas makanan dan minuman, dan fasilitas penunjang lainnya, yang
bersifat spesifik disesuaikan dengan kebutuhan bentuk perjalanannya.
Hal ini juga tidak terlepas dari komponen prasarana atau infrastruktur. 3. Aksesibilitas
Suatu bentuk kemudahan-kemudahan yang tersedia menyangkut
ketersediaan prasarana dan jaringan transportasi yang menghubungkan antara satu daerah tujuan wisata dengan dengan daerah asal wisatawan.
Menurut Sugiama (2011) bahwa ada empat komponen pariwisata. Empat komponen ini biasa disebut dengan 4A, adapun empat komponen tersebut meliputi: 1. Atraksi (Attraction) Objek yang mempunyai daya tarik yang membuat seseorang tertarik untuk datang dan menikmati objek tersebut. Daya tarik yang dimiliki dapat berupa atraksi alam, atraksi budaya, dan atraksi minat khusus. 2. Aksesibilitas (Accessibility) Tingkat intensitas sebuah destinasi untuk dapat dijangkau oleh wisatawan. Berbagai
prasarana dan
sarana dibutuhkan untuk
memenuhi syarat aksesibilitas, yaitu melalui darat, laut, maupun udara. 3. Ameniti (Amenities) Layanan ataupun fasilitas yang ditujukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan akomodasi seperti makanan, minuman, penginapan, dan kebutuhan pendukung lainnya yang memungkinkan wisatawan untuk tinggal sementara minimal 24 jam. 4. Ansilari (Ancillary) Lembaga ataupun organisasi kepariwisataan yang aktif dan turut serta mendukung dalam pengelolaan suatu destinasi atau kawasan wisata, dapat berupa perusahaan berbadan hukum atau bentuk usaha lainnya.
12
2.3
Kerangka Kerja Pariwisata
Pariwisata merupakan industri yang terdiri dari berbagai jenis usaha.
Pengembangan pariwisata di setiap daerah tujuan wisata ataupun destinasi wisata memerlukan kerangka kerja atau biasa disebut framework. Mathieson dan Wall (dalam Sugiama, 2011, hal.18) membagi tiga elemen sebagaimana digambarkan
dalam gambar 2.1, elemen tersebut meliputi: 1. Elemen Dinamis (Dynamic Element)
Elemen ini mencerminkan tingkat permintaan layanan kepariwisataan.
Tinggi rendahnya permintaan senantiasa berubah dari waktu ke waktu.
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap naik turunnya permintaan tersebut, diantaranya faktor harga layanan wisata, kualitas layanan, daya beli masyarakat, dan lain sebagainya. Setiap destinasi pariwisata perlu mengembangkan bentuk layanan sesuai dengan permintaan pasar. Hal ini merupakan dasar utama untuk mengembangkan kepariwisataan yang berbasis kepada customer satisfaction and driven, yang berarti layanan wisata yang berorientasi pada kepuasan wisatawan dan hanya selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan pasar. 2. Elemen Statis (Static Element) Elemen ini merupakan elemen yang mencakup dua sisi berbeda yaitu sisi karakteristik wisatawan dan karakteristik destinasi wisata. Pasar pariwisata yaitu wisatawan memiliki karakteristik yang bermacammacam dalam permintaannya. Wisatawan tersebut berbeda dalam hal lama tinggal (duration of stay) di destinasi wisata yang mereka kunjunginya. Type of tourist activity atau tipe kegiatan wisatawan juga beragam, ada yang berekreasi dengan aktifitas rendah seperti berjalanjalan di pantai, ada juga aktifitas menengah seperti bersepeda dipinggir pantai, dan beraktifitas tinggi misalnya berselancar di tepi laut atau menyelam di kedalaman laut (diving). Berdasarkan level of usage wisatawan terhadap fasilitas layanan juga beragam. Wisatawan tentu memanfaatkan sangat rendah pelayanan yang disediakan, dan wisatawan lainnya memanfaatkan fasilitas yang disediakan dengan sangat tinggi.
13
Demand
TOURIST:
tourism CHARACTERISTICS OF
DESTINATION
THE TOURIST
CHARACTERISTICS
Duration of
Environmental
Tourist
stay
forms of
process
destination
Type of tourist
Economic structure
activity
Pressure
Level of Usage
Political
generation
Levels of tourist
organization Levels of tourist
Carrying
satisfaction
development
capacity
Socio-economic
Social structure
characteristics
and organization
IMPACT OF TOURISM
Economic
Physical
Social
Impact Control
Finance
Management
Information
Engineering
strategies
carrying
controls
policy
capacity guidelines
Gambar 2.1 Framework of Tourism Sumber : Mathieson dan Wall (dalam Sugiama, 2011)
Wisatawan yang berkunjung hanya sehari jauh lebih rendah pemanfaatan fasilitas wisata dibandingkan dengan wisatawan yang menginap berharihari di suatu destinasi wisata. Karakteristik destinasi mencerminkan ciriciri tempat tujuan wisatawan yang di dalamnya mencakup kondisi 14
lingkungan, struktur ekonomi, organisasi politik, tingkat pengembangan kepariwisataan, dan struktur sosial serta keorganisasian di destinasi wisata yang bersangkutan.
3. Elemen Konsekuensi (Consequential Element)
Elemen ini mencerminkan dampak pengembangan kepariwisataan
(impact of tourist). Dampak positif dan negatif yang ditimbulkannya
terutama bagi perekonomian, fisik, dan dampak sosial. Dampak
perekonomian dapat berupa meningkatkan pendapatan masyarakat
setempat, menghasilkan devisa negara dan membuka lapangan pekerjaan. Sedangkan
dampak
untuk
lingkungan
fisik
berperan
dalam
mengkonservasi alam, dan sebaliknya yaitu merusak lingkungan alam. Kemudian masyarakat setempat juga akan mendapatkan dampak positif maupun negatif, misalnya tingkat kehidupan sosial masyarakat setempat dapat meningkat, namun negatifnya kondisi sosial dapat menurun karena terkontaminasi dari luar misalnya kekerasan, gaya hidup, dan lain-lain. Agar dampak tersebut dapat terkendali, maka diperlukan kebijakan impact control meliputi finansial, kebijakan manajemen strategi, panduan informasi keterlibatan kapasitas berbgai pihak, dan juga pengendalian kerekayasaan di destinasi yang bersangkutan. 2.4
Pemasaran Pariwisata Pemasaran Pariwisata (tourism marketing) sangat kompleks sifatnya,
dibandingkan dengan pemasaran barang-barang yang dihasilkan perusahaan manufaktur yang biasa kita kenal. Produk yang ingin dipasarkan sangat terikat dengan suplier yang menghasilkannya, instansi, organisasi atau lembaga pariwisata yang mengelolanya. Untuk memasarkan produk industri pariwisata bukan saja diperlukan koordinasi, tetapi diperlukan kerjasama yang baik antara organisasi yang bertanggung jawab dalam pengembangan pariwisata dengan semua pihak yang terlibat dan berkaitan dengan kegiatan pariwisata.
15
Dapat dikatakan, keberhasilan suatu program pemasaran dalam bidang
kepariwisataan sangat ditentukan oleh faktor kesamaan pandangan terhadap
peranan pariwisata bagi pembangunan daerah, karena itu sebelum program pemasaran dilaksanakan harus ada komitmen dari semua unsur terkait bahwa pariwisata merupakan sektor ekonomi yang bersifat quick yielding dan merupakan
agent of development bagi daerah itu. Menurut Krippendorf (dalam Yoeti, 2005), “ Marketing in tourism to be understood as the systematic and coordinated execution of business policy by undertaking whether private or state owned at local, regional, national or tourist
international level to achieve the optimal of satisfaction of the needs of
identifiable consumers group and in doing so to achieve and approriate return “. Ini berarti yang dimaksudkan dengan pemasaran pariwisata adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan sebagai kebijaksanaan bagi perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata, baik milik swasta atau pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional atau internasional untuk mencapai kepuasan wisatawan dengan memperoleh keuntungan yang wajar. Menurut Wahab dkk (dalam Yoeti, 2005) merumuskan pengertian pemasaran pariwisata yaitu “The management process through which the National Tourist Organization (NTO) or tourist enterprises identify their selected tourists, actual and potential, communicate with them to ascertain and influence their wishes, needs, motivations, like or dislikes, on local, regional, national, and international levels, and formulate and adapt their tourist products accordingly in view of achieving optimal tourist satisfaction thereby fulfilling their objectives”. Tidak banyak berbeda dengan Krippendorf, Wahab dan kawan kawan mengatakan yang dimaksud dengan pemasaran pariwisata adalah suatu proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional atau perusahaanperusahaan termasuk dalam kelompok industri pariwisata untuk melakukan identifikasi terhadap wisatawan yang sudah punya keinginan untuk melakukan perjalanan wisata dan wisatawan yang punya potensi akan melakukan perjalanan wisata dengan jalan melakukan komunikasi dengan mereka, mempengaruhi keinginan, kebutuhan, memotivasinya, terhadap apa yang disukai dan yang tidak disukainya, pada tingkat daerah-daerah lokal, regional, nasional ataupun
16
international dengan menyediakan obyek dan atraksi wisata agar wisatawan
memperoleh kepuasan optimal.
Di bawah ini ini diberikan suatu kerangka yang sengaja dirancang untuk
tujuan perencanaan strategis pemasaran pariwisata. ANALISIS
SITUASI
ANALISIS
LINGKUNGAN
ANALISIS SUMBER-
PERUMUSAN
SUMBER
SASARAN REGIONAL Misi Daerah Visi Daerah Sasaan Daerah Tujuan Daerah REGIONAL PERUMUSAN STRATEGI Analisis Perusahaan Industri Pariwisata Daerah Analisis Portofolio Daerah Strategi Produk Pasar Ekspansi STRATEGI TARGET PEMASARAN STRATEGI POSITIONING DAERAH STRATEGI BAURAN PEMASARAN DAERAH Strategi Produk Strategi Harga Strategi Distribusi Distribusi Promosi RANCANGAN ORGANISASI PARIWISATA DAERAH DAN Gambar 2.2 Perencanaan Strategis Pemasaran Pariwisata Daerah MANAJEMEN PENDUKUNG (SumberSISTEM : Yoeti ,2005) PARIWISATA DAERAH
Dalam Gambar 2.2 komponen pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan analisis situasi (situation analysis) yang dalam hal ini dapat dibagi atas dua bagian penting, masing-masing yaitu analisis lingkungan (environment analysis) dan analisis sumber daya (resource analysis).
17
Langkah pertama suatu perencanaan strategis pemasaran pariwisata adalah
melakukan analisis lingkungan di mana suatu daerah tujuan wisata (DTW) itu
berada. Dengan cara ini dapat diketahui kecenderungan yang relevan dan implikasinya terhadap DTW atau perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok industri pariwisata. Kolter (dalam Yoeti, 2005) mengatakan bila suatu
organisasi atau lembaga ingin menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah, maka organisasi atau lembaga itu harus terlebih dulu mengetahui jenis atau macam perubahan yang terjadi. Oleh karena itu Craven dan Woodruff (dalam 2005) dirasa perlu bagi setiap organisasi atau lembaga untuk selalu secara Yoeti,
teratur mengamati dan mencermati segala bentuk perubahan.
Analisis lingkungan biasanya dapat diikuti dengan suatu analisis yang dilakukan terhadap sumber daya organisasi pariwisata yang terdapat pada suatu DTW tertentu. Tujuan analisis ini tidak lain adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi sumber daya utama, terutama mengenai kekuatan (strenght) dan kelemahan (weaknesses) organisasi atau lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengembangan pariwisata di DTW itu. Analisis lingkungan dan analisis sumber daya dapat memberikan informasi tentang latar belakang dan dorongan terhadap organisasi atau lembaga pariwisata yang bertanggung jawab dengan pengembangan pariwisata pada suatu DTW, terutama untuk merumuskan misi (mission), sasaran (goals) dan tujuan (objectives) dasarnya. Perumusan strategi suatu DTW harus mencakup semua strategi, baik untuk DTW itu sendiri maupun untuk perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata yang terdapat dan terlibat dalam kegiatan pariwisata di DTW tersebut. Strategi suatu DTW hendaknya mencakup tentang program dan kegiatan yang kini sedang dilaksanakan dengan memperhatikan, apakah kegiatan dan program itu masih relevan dengan kegiatan baru yang akan segera dilakukan. Strategi menetapkan sasaran pemasaran akan merupakan sesuatu yang amat penting dalam konteks pemasaran regional, hal ini dapat dilakukan dengan dua langkah, sebagai berikut:
18
1. Mendefinisikan dan menganalisis pasar produk Mendefinisikan dan menganalisis pasar produk maksudnya tidak lain adalah mengetahui wisatawan mana saja yang banyak tertarik atau
berminat dengan produk industri pariwisata yang selama ini tersedia
pada suatu DTW. 2. Target pemasaran
Setelah organisasi berhasil mengidentifikasi pasar produk, tugas yang
dianggap paling penting adalah menentukan wisatawan mana yang akan
dijaring untuk setiap pasar produk yang ada.
Perencanaan strategis pemasaran adalah suatu proses yang berjalan secara terus-menerus dan berkesinambungan dalam hal pelaksanaan rencana kerja, pengawasan hasil pekerjaan yang dilakukan, deviasi yang mungkin terjadi, dan usaha-usaha untuk mengatasi masalah yang terjadi. Oleh karena itu perlu organisasi atau lembaga pariwisata di DTW membentuk suatu sistem pengawasan agar rencana dapat berjalan sesuai dan cocok dengan sasaran yang telah ditetapkan. 2.5
Produk Industri Pariwisata Untuk memasarkan suatu produk, seorang pemasar harus dan mutlak
terlebih dahulu mengetahui secara detail produk yang akan dipasarkannya. Menurut The Association of International Expert and Scientific in Tourism (AIEST) (dalam Yoeti, 2005) produk industri pariwisata adalah “The product covers the complete experiences from the time he (tourist) leaves home to the time he returns to it”. Batasan ini berarti “Produk industri pariwisata merupakan semua bentuk pelayanan yang dinikmati wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat dimana ia biasa tinggal hingga ia kembali pulang”. Namun batasan ini dilengkapi oleh penulis yang menyebutkan bahwa “Produk industri pariwisata adalah semua bentuk pelayanan yang dinikmati wisatawan, semenjak ia meninggalkan tempat dimana ia biasa berdiam, selama berada di daerah tujuan wisata yang dikunjungi, hingga ia kembali pulang ke tempat asal nya”.
19
Menurut Middleton dalam buku Marketing In Travel and Tourism (dalam
Yoeti, 2005) memberi batasan produk industri pariwisata yaitu sebagai berikut:
1. “The product may be defined as a bundle or package of tangible and intangible components, based on activity at a destination”. 2. “There are five main components in the total product which are discussed below: a. Destination Attraction b. Destination Facilities and Services c. Accessibilities of The Destination d. Image of The Destination e. Price to The Consumers
Menurut Yoeti (2005) menyebutkan bahwa pada dasarnya produk industri
pariwisata terdiri dari tiga komponen yang satu dengan yang lain sangat erat hubungannya, yaitu: 1. Accessibilities of the tourist destination Yaitu semua yang dapat memberi kemudahan kepada wisatawan untuk datang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata (DTW), yaitu sebagai berikut : a. Infrastructure: Airport, Seaport, Railways, Highway, Roads, Bridges. b. Transportation: Airline, Cruisership, Hovecraft, Coach Bus, Taxis, and Tourist Buses. c. Government regulation: Transportation Regulation, Routes Operated, and Visa Regulation. d. Operational procedure: Tarif Regulation, Frequencies of Services and Price Changed. 2. Facilities of the tourist destination/ Amenities Fasilitas memiliki fungsi memenuhi kebutuhan wisatawan selama tinggal di suatu DTW yang dikunjungi nya. Dalam hal ini Middleton (dalam Yoeti, 2005) menyebutkan: a. Accommodation units: Hotels, Motels, Appartment, Villas, Campingsites, Caravan Parks, Hostels, and Condominium. b. Restaurants, Bars & Cafe: Ranging from fast food through to luxury restaurants. c. Transportations at the destination: Taxis, Coaches, Car Rental, Cycle Hire, d. Sports and activities: Skiing, Golfing, Sailing, Fishing, Hunting, etc. e. Other facilities: Handicraft, Arts, Souveniers, Guiding Cource. 20
f. Retail Outlets: Local Travel Agent, Film and Camera Supplies, Drug Stores, etc. g. Other services: Hairdressing, Tourist Information Center, Tourist Police, etc.
3. Tourist Attractions
Yaitu semua yang menjadi daya tarik mengapa wisatawan tertarik datang
berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata (DTW). Hal tersebut
dikelompokan sebagai berikut: a. Natural Attractions Lanscape, Seascape, Beaches, Climate, and Others Geographical Features of The Destination. b. Cultural Attractions History and Folklore, Religion, Art, Theatre, Entertainments and Museum, Special Events, Festivals and Pegeants. c. Social Attractions The way of life oh the resident populations, Languages, and Opportunities for Social Encounters. d. Built Attractions Buildings, Historic and Modern Architecture, Monuments, Parks, Gardens, Marinas, Ski Slopes, Industrial Archaelogy, Visitor Attraction, Golf Courses, Special Shops and Themed Retail Areas.
Sedangkan menurut Sugiama (2011) produk wisata yang terdiri dari komponen kepariwisataan meliputi sebagai berikut: 1. Atraksi (Attraction) a. Atraksi wisata alam Dapat berupa panorama alam (pantai, pegunungan, pesawahan, dan lainnya), flora dan fauna (antara lain tanaman, lahan pertanian, dan peternakan), serta iklim. b. Atraksi Wisata Budaya Dapat berupa kultur masyarakat tertentu yang juga disebut manmade attraction seperti kesenian, bangunan bersejarah dan lainnya. c. Atraksi Wisata Minat Khusus Merupakan atraksi yang hanya disukai oleh kelompok tertentu misalnya berselancar di pantai/ surfing, mendaki gunung/ hiking, berburu di hutan, bird watchin, fishing, diving, dan lain-lain.
21
2. Aksesibilitas (Accessibility) Meliputi prasarana dan sarana jalan darat (jalan raya, rel kereta api, jalan
tol, terminal, stasiun kereta api, kendaraan roda empat,dll), melewati laut (pelabuhan dan kapal laut), melalui udara (bandara dan pesawat).
3. Ameniti (Amenities)
Meliputi beragam fasilitas untuk memenuhi kebutuhan akomodasi
(tempat penginapan), penyediaan makanan dan minuman atau food and
beverages outlets, tempat hiburan (entertainment), tempat-tempat
perbelanjaan (retailing) dan layanan lainnya seperti kebutuhan penunjang
untuk kesehatan, perbankan, keamanan, dan layanan asuransi. Produk industri pariwisata terdapat berbagai macam dan sangat beragam.
Wisatawan tentu mencari dan ingin menikmati produk wisata yang terdapat di suatu DTW yang mereka kunjungi. Hal ini menunjukan bahwa suatu produk industri pariwisata merupakan hal penting demi berjalannya kegiatan pariwisata. 2.6
Bauran Produk Menurut Yoeti (2005) bauran produk (product mix) merupakan sejumlah
produk atau kumpulan beberapa produk yang ditawarkan kepada wisatawan yang berbeda-beda. Bauran produk diciptakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan bauran pelanggan (customer mix) yang biasanya terdiri dari beberapa segmen pasar. Wisatawan sebagai konsumen, selama dalam perjalanan wisata yang dilakukannya selalu akan membutuhkan bermacam-macam pelayanan seperti jasa transportasi, akomodasi, restoran, hiburan, tour operator, obyek dan atraksi wisata, toko cenderamata atau shopping center untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan yang bermacam-macam. Sebagai suatu produk industri pariwisata, semua bentuk pelayanan dan fasilitas yang diberikan hendaklah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan. Untuk menciptakan bauran produk perlu ditanyakan lebih dahulu hal-hal sebagai berikut: Pertama
: Who are your target market ?
Kedua
: What are they needs and wants of your target market ?
22
: What kinds of product will satisfy the needs and wants of your
Ketiga
target market ? Dari jawaban ketiga pertanyaan di atas, kita hendaknya dapat memilih
produk yang benar-benar perlu diciptakan sesuai dengan selera dan keinginan pelanggan.
Dengan demikian bauran produk wisata disusun berdasarkan obyek atau atraksi yang akan ditawarkan kepada calon wisatawan untuk dilihat dan disaksikan (something to see) atau yang dapat dilakukan (something to do) atau
sesuatu yang dapat dibeli (something to buy).
2.7
Persepsi Konsumen Persepsi konsumen menjadi hal yang sangat penting bagi setiap pemasar.
Menurut Godin (dalam Suhartanto, 2008) menjelaskan bahwa konsumen cenderung membeli apa yang mereka inginkan, bukan yang mereka butuhkan. Hal ini menunjukan ketika seorang konsumen memutuskan untuk membeli sebuah produk, maka ia merespon tidak hanya terhadap stimuli yang masuk tetapi juga menginterpretasikannya.
Sehingga
sampai
pada
suatu
kesimpulan
yang
menggerakannya untuk membeli. 2.7.1
Pengertian Persepsi Menurut Robin (dalam Suhartanto, 2008) definisi persepsi merupakan
“The process by which individuals organize and interpret their sensory impressions in order to give meaning to their environment”. Definisi lain juga dijelaskan oleh Schiffman dan Kanuk (dalam Suhartanto, 2008) yang menyebutkan “Perception is defined as the process by which an indiviidual selects, organizes, and interprets stimuli into a meaningful and coherent picture of the world”. Berdasarkan dua definisi tersebut, persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang mengelola dan memaknai stimuli yang dia terima. Proses dan pemaknaan stimuli akan menentukan bagaimana seseorang memandang dunia sekitarnya, hal ini bersifat individual maka dapat dikatakan bersifat subjektif. Ini
23
berarti dapat diartikan secara berbeda oleh individu yang berbeda, karena setiap
individu memiliki
perasaan, kepercayaan, dan keinginan yang berbeda, dan
mereka pun memaknai segala sesuatu nya secara berbeda.
2.7.2
Proses Persepsi Pemrosesan dan pemaknaan stimuli merupakan proses yang terjadi dalam
pikiran seseorang. Berikut gambar mengenai proses persepsi.
Cahaya
Mata
Bau
Hidung
Suara
Telinga
Rasa
Mulut
Tekstur
Kulit
Eksposu
Perhatia
Interpreta
r
n
si
Gambar 2.3 Proses Terbentuknya Persepsi Sumber : Solomon, 2004 (dalam Suhartanto, 2008)
Dalam gambar 2.3 sensasi merupakan respon yang sifatnya segera dari panca indera terhadap stimuli dasar seperti cahaya, bau, suara, rasa, dan tekstur. Sensasi yang dirasakan akan membangkitkan perhatian dan pada akhirnya akan di interpretasikan berdasarkan atas pengalaman. Dengan pemberian makna terhadap stimuli tersebut maka terbentuklah persepsi orang terhadap stimuli yang ia terima. Menurut Hawkins, dkk (dalam Suhartanto, 2008) Persepsi yang terbentuk dalam benak seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: 1. Kebutuhan 2. Konteks 3. Efek Urutan 4. Harapan
24
5. Bahasa
Kebutuhan Menurut Solomon (dalam
Suhartanto, 2008) kebutuhan atau need yang
dirasakan seseorang ketika memproses suatu informasi, dapat mempengaruhi
perhatian maupun persepsi nya. Konteks
Menurut Suhartanto (2008) konteks atau situasi sekitar di mana stimuli terjadi, akan menentukan apa yang dirasakan.
Efek Urutan
Menurut Suhartanto (2008) terdapat dua efek urutan, yaitu recency dan primancy. Recency merupakan stimuli yang diterima paling akhir dan diberi bobot yang lebih besar dalam pengintepretasiannya. Sedangkan primacy adalah kesan pertama, diberi bobot yang lebih besar dalam ha perhatian. Primacy mempunyai kekuatan untuk membangkitkan perhatian, sedangkan recency berpotensi mempengaruhi kesimpulan yang dibuat dan cenderung diingat lebih lama. Harapan Menurut Solomon (dalam Suhartanto, 2008) persepsi ditentukan oleh harapan seseorang akan apa yang ingin dilihatnya. Salah satu contoh yaitu label (di mana seseorang mempunyai harapan) sangat kuat untuk mempengaruhi persepsi konsumen terhadap suatu produk. Bahasa Menurut Suhartanto (2008) bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan dan merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi persepsi. 2.8
Kerangka Pemikiran Bauran produk wisata terdiri dari beberapa produk wisata yang beragam,
produk-produk wisata tersebut adalah atraksi yang dapat berbentuk atraksi wisata alam, atraksi wisata budaya, atraksi wisata minat khusus, akomodasi, dan juga aksesibilitas (Sugiama, 2011). Untuk mengetahui bagaimana kualitas suatu produk wisata yang terdapat di Satuan Kawasan Wisata (SKW) dan untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam penelitian, maka perlu diketahui profil
25
wisatawan yang mengunjungi suatu Satuan Kawasan Wisata dengan melakukan
studi profil wisatawan dengan menganalisis data diri wisatawan yang
bersangkutan. Kemudian untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap bauran produk wisata maka perlu melakukan studi mengenai persepsi wisatawan terhadap bauran produk wisata yang telah ada pada suatu satuan kawasan wisata, yang
meliputi atraksi wisata, aksesibilitas untuk menuju satuan kawasan wisata yang bersangkutan, dan ameniti yang terdapat di suatu satuan kawasan wisata. Berdasarkan hal tersebut, dapat diperoleh kerangka pemikiran sebagai berikut:
Studi Profil Wisatawan
Studi Persepsi Wisatawan
Atraksi
Alam
Aksesibilitas
Ameniti
Budaya
Kelemahan pada Wisata yang Ada
Rancangan Bauran Produk Wisata
Gambar 2.4 Alur Kerangka Pemikiran Studi Persepsi Wisatawan Terhadap Bauran Produk Wisata
Berdasarkan gambar 2.8 di atas, setelah melakukan studi persepsi wisatawan terhadap bauran produk wisata yang ada, maka akan dapat diketahui kelemahan-kelemahan apa saja yang terdapat pada suatu satuan kawasan wisata tersebut. Setelah mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada, maka dapat disimpulkan dan dibuat rancangan bauran produk wisata berdasarkan keinginan wisatawan.
26