BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor Gas LPG HS 133 2.1.1 Gambaran Umum Sensor HS 133 merupakan sensor umum yang digunakan untuk mendeteksi
adanya
kebocoran gas. Sensor gas LPG merupakan sensor yang dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan gas LPG, melalui keberadaan senyawa propane dan butane yang terdapat dalam gas LPG. Memiliki sensivitas yang tinggi dan waktu respon yang cepat dalam mendeteksi gas LPG. Sensor HS 133 yang sangat peka terhadap gas LPG dibandingkan dengan gas-gas lainnya seperti CO, alcohol, metana, dan asap rokok. Sensor HS 133 mempunyai 6 pin, 4 diantaranya digunakan untuk menangkap sinyal, dan 2 yang lain untuk aliran pemanas. Pencium utama untuk rangkaian pendeteksi gas ini adalah sebuah sensor HS 133 yang didalamnya terdapat kawat pemanas (heater) dari bahan nichrome yang berbentuk maniatur dengan nilai resistansi nominal 33 ohm. Sensor terdiri dari tabung keramik mikro berbahan AL2O3, Lapisan sensitive SnO2(Tin Dioxide), elektroda pengukur dan kawat pemanas yang dibungkus dalam besi dan plastic. 2.1.2 Spesifikasi Sensor HS 133 Sensor Hs 133 merupakan sensor untuk mengetahui kadar gas di udara.Biasanya sensor ini digunakan untuk mendeteksi kebocoran gas LPG.
Gambar 2.1 Struktur dan Dimensi HS 133
Gambar 2.2. Bentuk fisik sensor HS 133 Jika molekul gas menyentuh permukaan lapisan sensitive SnO2, maka satuan resistansi dari kawat pemanas (heater) akan mengecil sesuai dengan konsentrasi gas. Sebaliknya, jika konsentrasi gas menurun akan menyebabkan semakin tingginya resistansi kawat pemanas (heater) sehinnga tegangan keluarannya akan menurun. Dengan demikian perubahan konsentrasi gas dapat mengubah nilai nilai resistansi sensor dan juga akan mempengaruhi tegangan keluarannya juga, perbedaan inilah yang dijadikan acuan bagi pendeteksi berbahaya ini.
2.2 Mikrokontroler AT89S51 2.2.1 Gambaran Umum Mikrokontroler 89S51 merupakan mikrokontroler buatan ATMEL yang kompatibel dengan keluarga MCS51 dari INTEL. Mikrokontroler ini menggunakan perangkat instruksi yang sama dengan mikrokontroler keluarga MCS51. Mikrokontroler AT89S51 adalah mikrokomputer CMOS 8 bit yang memiliki 4 KB Programmable and Erasable Read Only Memory (PEROM). Mikrokontroler berteknologi memori non-volatile (tidak kehilangan data bila kehilangan daya listrik). Set instruksi dan kaki keluaran AT89S51 sesuai dengan standar industri 80C51 dan 80C52. Atmel AT89S51 adalah mikrokontroler yang sangat bagus dan fleksibel dengan harga yang rendah untuk banyak aplikasi sistem kendali. berkerapatan tinggi dari Atmel ini sangat kompatibel dengan mikrokontroler MCS-51 misalnya mikrokontroler 8031 yang terkenal dan banyak digunakan dan telah menjadi standar industri baik dalam jumlah pin IC maupun set instruksinya. Tabel 2.1 Kapasitas Memory Mikrokontroller Seri AT89X Type
RAM
Flash Memory
EEPROM
8 X 128 byte
4 Kbyte
Tidak
AT89S52
8 X 256 byte
8 Kbyte
Tidak
AT89C55
8 X 256 byte
20 Kbyte
Tidak
AT89S53
8 X 256 byte
12 Kbyte
Tidak
AT89S8252
8 X 256 byte
8 Kbyte
2 Kbyte
AT89C51/ AT89S51 AT89C52/
Mikrokontroler AT89S51 memiliki fasilitas-fasilitas pendukung yang membuatnya menjadi mikrokontroler yang sangat banyak digunakan dalam berbagai aplikasi. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh mikrokontroler AT89S51 adalah : a)
Sesuai dengan produk-produk MCS-51.
b)
Terdapat memori flash yang terintegrasi dalam sistem. Dapat ditulis ulang hingga 1000
kali.
c)
Beroperasi pada frekuensi 0 sampai 24MHz.
d)
Tiga tingkat kunci memori program.
e)
Memiliki 256 x 8 bit RAM internal.
f)
Terdapat 32 jalur masukan/keluaran terprogram.
g)
Tiga pewaktu/pencacah 6-bit (untuk AT89S51) & dua pewaktu/pencacah 16-bit (untuk AT89S51)
h)
Memiliki 8 sumber interupsi(untuk AT89S51) & 6 untuk AT89S51
i)
Kanal serial terprogram.
j)
Mode daya rendah dan mode daya mati.
2.2.2 Fungsi Pin-Pin Pada mikrokontroler AT89S51 AT89S51 memiliki 40 buah kaki (pin) yang terintegrasi dalam 1 chip. Adapun fungsi dari pin-pin tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Pin 1 sampai pin 8 Pin 1 – 8 adalah port 1 yang merupakan saluran atau bus I/O 8 bit dua arah dengan internal
pull-up
yang
dapat
digunakan
untuk
berbagai
keperluan
seperti
mengendalikan empat input TTL. Port ini juga digunakan sebagai saluran alamat saat pemrograman dan verifikasi. 2.
Pin 9 Merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan mereset mikrokontroler ini.
3.
Pin 10 sampai pin 17 Pin 10 – pin 17 merupakan saluran atau bus I/O 8 bit dua arah dengan internal pullups yang memiliki fungsi pengganti. Bila fungsi pengganti tidak dipakai maka dapat digunakan sebagai port paralel 8 bit serbaguna. Selain itu, sebagian port 3 dapat berfungsi sebagai sinyal kontrol saat proses pemrograman dan verifikasi.
4.
Pin 18 dan pin 19 Pin-pin ini merupakan jalur masukan ke penguat osilator berpenguat tinggi. Mikrokontroler ini memiliki seluruh rangkaian osilator yang diperlukan pada chip, kecuali rangkaian kristal yang mengendalikan frekuensi osilator. Oleh karena itu, pin 18 dan 19 ini sangat diperlukan untuk dihubungkan dengan kristal. Selain itu XTAL 1 juga dapat digunakan sebagai input untuk inverting osilator amplifier dan input rangkaian internal clock, sedangkan XTAL 2 merupakan output dari inverting oscillator amplifier.
5.
Pin 20 Pin 20 merupakan ground sumber tegangan dan diberi simbol gnd.
6.
Pin 21 sampai pin 28 Pin-pin ini adalah port 2 yang merupakan saluran atau bus I/O 8 bit dua arah dengan internal pull-ups. Saat pengambilan data dari program memori eksternal atau selama
pengaksesan
data
memori
eksternal
yang
menggunakan
alamat
16
bit
(MOVX@DPTR), port 2 berfungsi sebagai saluran /bus alamat tinggi (A8-A15). Akan tetapi, saat mengakses data memori eksternal yang menggunakan alamat 8 bit (MOVX@DPTR), port 2 mengeluarkan isi P2 pada special function register. 7.
Pin 29 Pin 29 merupakan program Store Enable (PSEN) merupakan sinyal pengontrol untuk mengakses program memori eksternal agar masuk ke dalam bus selama proses pemberian/pengambilan instruksi (fetching).
8.
Pin 30 Pin 30 sebagai Adress Lacth Enable (ALE)/PROG merupakan penahan alamat memori eksternal (pada port 1) selama mengakses ke memori. Pin ini juga berfungsi sebagai pulsa/sinyal input pemograman (PROG) selama proses pemograman.
9.
Pin 31 Pin 31 adalah External Access Enable (EA) merupakan sinyal kontrol untuk pembacaan memori program. Apabila diset rendah (L) maka mikrokontroler akan melaksanakan seluruh instruksi dari memori program eksternal, sedangkan jika diset tinggi (H) maka mikrokontroler akan melaksanakan seluruh instruksi dari memori program internal ketika isi program counter kurang dari 4096. Port ini juga berfungsi sebagai tegangan pemograman (Vpp=+12V) selama proses pemograman.
10.
Pin 32 sampai pin 39 Pin 32-pin 39 adalah port 0 yang merupakan saluran bus I/O 8 bit open collector, dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Saat proses pemograman dan verifikasi, port 0 digunakan sebagai saluran/bus data. Pull-up eksternal diperlukan selama proses verifikasi.
11.
Pin 40 Pin 40 merupakan sumber tegangan positif yang diberi simbol Vcc.
IC AT89S51 mempunyai pin sebanyak 40 buah yang sesuai dengan mikrokontroler 8031 dan memiliki susunan pin seperti gambar di berikut ini ini :
Gambar 2.3 Konfigurasi pin (kaki) pada mikrokontroler AT89S5
2.2.3 Menggunakan Operasi Port Serial mikrokontroller 89C51 mempunyai On Chip Serial Port yang dapat digunakan untuk komunikasi data serial secara Full Duplex sehingga Port Serial ini masih dapat menerima data pada saat proses pengiriman data terjadi. Untuk menampung data yang diterima atau data yang akan dikirimkan, 89C51 mempunyai sebuah register yaitu SBUF yang terletak pada alamat 99H di mana register ini berfungsi sebagai buffer sehingga pada saat mikrokontroler ini membaca data yang pertama dan data kedua belum diterima secara penuh, maka data ini tidak akan hilang. Pada kenyataannya register SBUF terdiri dari dua buah register yang memang
Gambar 2.4. Diagram blok port serial menempati alamat yang sama yaitu 99H. Register tersebut adalah Transmit Buffer Register yang bersifat write only (hanya dapat ditulis) dan Receive Buffer Register yang bersifat read only (hanya dapat dibaca). Pada proses penerimaan data dari Port Serial, data yang masuk ke dalam Port Serial akan ditampung pada Receive Buffer Register terlebih dahulu dan diteruskan ke jalur bus internal pada saat pembacaan register SBUF sedangkan pada proses pengiriman data ke Port Serial, data yang dituliskan dari bus internal akan ditampung pada Transmit Buffer Register terlebih dahulu sebelum dikirim ke Port Serial Port Serial 89C51 dapat digunakan untuk komunikasi data secara sinkron maupun asinkron Komunikasi data serial secara sinkron adalah merupakan bentuk komunikasi data serial yang memerlukan sinyal clock untuk sinkronisasi di mana sinyal clock tersebut akan tersulut pada setiap bit pengiriman data sedangkan komunikasi asinkron tidak memerlukan sinyal clock sebagai sinkronisasi. Pengiriman data pada komunikasi serial 89C51 dilakukan mulai dari bit yang paling rendah (LSB) hingga bit yang paling tinggi (MSB).
Gambar 2.5. Komunikasi Sinkron dan Komunikasi Asinkron 2.2.4. Baud Rate Serial Baud rate clok berkaitan erat dengan frekuensi kristal yang digunakan dan pada mode 1,2 dan 3 juga di tentukan oleh bit SMOD pada PCON register. Baud rate clok tiap mode ditentukan sebagia berikut •
Mode 0 adalah 1/12 frekuensi kristal
•
Mode 2, untuk SMOD = 0 adalah 1/64 frekuensi kristal
•
Mode 2, untuk SMOD =1 adalah 1/32 frekuensi kristal
•
Mode 1 dan 3 untuk SMOD = 0 adalah 1/32 dari timer overflow
•
Mode 1 dan 3 untuk SMOD = 1 adalah 1/16 dari timer overflow
PCON tidak dapat di akses secara bit, sehingga pengaturan bit SMOD dapat dilakukan dengan perintah dibawah ini, dalam hal ini SMOD di clearkan MOV A, PCON ; ambil nilai PCON CLR Acc.7
; clear bit 7
MOV PCON,A ; kembali ke PCON Baud rate dari Port Serial 89C51 dapat diatur pada Mode 1 dan Mode 3, namun pada Mode 0 dan Mode 2, baud rate tersebut mempunyai kecepatan yang permanen yaitu untuk Mode 0 adalah 1/12 frekwensi osilator dan Mode 2 adalah 1/64 frekwensi osilator. Dengan mengubah bit SMOD yang terletak pada Register PCON menjadi set (kondisi awal pada saat sistem reset adalah clear) maka baud rate pada Mode 1, 2 dan 3 akan berubah menjadi dua kali lipat. Pada Mode 1 dan 3 baud rate dapat diatur dengan menggunakan Timer1. Cara yang bisa digunakan adalah timer mode 2 (8 bit auto reload) yanggunakan register TH1 saja. Pengiriman setiap bit data terjadi setiap timer 1 overlow sebanyak 32 kali yang dapat disimpulkan bahwa:
Lama pengiriman setiap bit data = Timer 1 Overflow X 32 ........... Baud rate (jumlah bit data yang terkirim tiap detik) = Apabila diinginkan baud rate 9600 bps maka timer 1 harus diatur agar overflow setiap
Timer 1 overflow setiap kali TH1 mencapai nilai limpahan (overflow) dengan frekwensi sebesar fosc/12 atau periode 12/fosc. Dari sini akan ditemukan formula
sebagai berikut:
Dengan frekwensi osilator sebesar 11,0592 MHz maka TH1 adalah 253 atau 0FDH. Selain variabel-variabel di atas, masih terdapat sebuah variabel lagi yang menjadi pengatur baud rate serial yaitu Bit SMOD pada Register PCON. Apabila bit ini set maka faktor pengali 32 pada formula 3.1 akan berubah menjadi 16. Oleh karena itu dapat disimpulkan formula untuk baud rate serial untuk Mode 1 dan Mode 3 adalah:
Table 2.2. Mode Serial vs baud rate Mode
Baud rate
0
1/12 fosc
1
SMOD = 0
SMOD = 1
2
1/32 fosc
1/32 fosc
3
Tabel 2.4. memberikan bermacam nilai pada TH 1 pada pembangkit baud reat komunikasi data serial melalui port serial pada metode 1 dan 3, penggunaan kristal 12 MHz
hanya di perbolehkan hingga kecepatan 4800 bps saja. Penggunaan kecepatan 4800 untuk komunikasi dengan computer, baik suntuk programming atau untuk emulator. Table.2.3. penentuan nilai TH1 pada pembangkit Baud rate: Kristal
SMOD
TH1 reload
REAL BPS
ERROR
4800
12
1
-13(F3h)
4807
0.16%
2400
12
0
-13(F3h)
2404
0.16%
2400
12
1
-26(E6h)
2404
0.16%
1200
12
1
-26(E6h)
1202
0.16%
1200
12
1
-56(CCh)
1202
0.16%
19200
11.059
1
-3(FDh)
19200
0%
9600
11.059
0
-3(FDh)
9600
0%
BPS
Kristal
SMOD
TH1 reload
REAL BPS
ERROR
9600
11.059
1
-6(Fah)
9600
0%
4800
11.059
0
-6(Fah)
4800
0%
4800
11.059
1
-12(F4h)
4800
0%
2400
11.059
0
-12(F4h)
2400
0%
2400
11.059
1
-24(E8h)
2400
0%
1200
11.059
0
-24(E8h)
1200
0%
1200
11.059
1
-48(D0h)
1200
0%
BPS
2.2.5 Cara Kerja Mikrokontroller Prinsip kerja mikrokontroler adalah sebagai berikut:Berdasarkan nilai yang berada pada register program counter, mikrokontroler mengambil data pada ROM dengan addres sebagai nilai yang tertera pada program counter. Selanjutnya program counter ditambah nilainya dengan 1 (increment) secara otomatis. Data yang diambil tersebut adalah urutan instruksi program pengendali 1.
Instruksi tersebut diolah dan dijalankan. Proses pengerjaan bergantung pada jenis instruksi bisa memebaca, mengubah nilai-nilai pada register, Ram, isi port, atau melakukan pembacaan dan dilanjutkan dengan pegubahan data.
2.
Program counter telah merubah nilainya (baik karena penambahan otomatis sebagaimana pada langkah I diatas karena pengubahan pada langkah 2). Selanjutnya
yang dilakukan mikrokontroler adalah mengulang kembali siklus ini pada langkah I. Demekian seterusnya hinnga power dimatikan. Dari pengertian dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya cara kerja mikrokontroler bergantung pada urutan instruksi yang dijalankannya, yaitu program yang ditulis di ROM. Dengan membuat program yang bermacam-macam, maka tentunya mikrokontroler dapat mengerjakan proses yang bermacam-macam pula. Fasilitas-fasilitas yang ada misalnya timer/counter, port I/O, serial port, Analog to Digital Converter (ADC) dapat dimanfaatkan oleh program untuk menghasilkan proses yang diinginkan. Penulisan mikrokontroler pada umumnya adalah menggunakan bahasa asembly untuk mikrokontroler yang bersangkutan (setiap mikrokontroler memiliki instruksi bahasa asembly yang berlainan). Kemudian dengan sebuah bantuan komputer, bahasa asembly tersebut diubah menjadi bahasa mesin mikrokontroler, dan disalin kedalam ROM mikrokontroler. 2.3 ADC 0804 (Analog To Digital Converter) 2.3.1 Gambaran Umum Untuk mengubah data dari analog ke digital, maka dibutuhkan suatu peraltan tambahan yang disebut Analog To Digital Converter (ADC) yang terkemas dalam bentuk chip IC. ADC berfungsi untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital. Umumnya digunakan ADC 0804 8 bit untuk mengubah rentang sinyal analog 0-5V menjadi level digital 0-255.
Gambar 2.6. Diagram Blok ADC 0804 Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal - sinyal digital. IC ADC 0804 dianggap dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan dibuat. IC jenis ini bekerja secara cermat dengan menambahkan sedikit komponen sesuai dengan spesifikasi yang harus diberikan dan dapat mengkonversikan secara cepat suatu masukan tegangan. Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam penggunaan ADC ini adalah tegangan maksimum yang dapat dikonversikan oleh ADC
dari rangkaian pengkondisi sinyal, resolusi, pewaktu eksternal ADC, tipe keluaran, ketepatan dan waktu konversinya. Spesifikasi •
Mudah di-interface-kan dengan mikroprosesor
•
Input berupa tegangan analog diferensial
•
Input dan output mempunyai level TTl
•
Tegangan referensi 2.5 Volt
•
Generator clock on chip
•
Tegangan input 0-5 volt dengan catudaya tubggal
•
Tidak memerlukan Zero adjust
•
Resolusi 8 bit
•
Error +/-1 LSB
•
Waktu konversi 100 Us
Fungsi kaki pada ADC0804: •
Vin (-) : masukan analog negatif
•
Vin(+) : masukan analog positif
•
A-GND : anaog ground
•
Vref/2 :setengah tegangan referesi untuk sala penuh
•
CLK-R dan CLK-IN : untuk mengatur besarnya eksternal clock
•
WR
•
RD : Sinyal kontrol untuk mengambil data
•
CS
•
INTR : status untuk mengetahui bahwa konversi sudah selesai
•
LSB-MSB: data 8 bit
: sinyal kontrol untuk melalui awal konversi
: Sinyal untuk mengaktifkan komponen
•
VCC : tegangan catu daya
Gambar 2.7. Konfigurasi pin IC ADC0804 Prinsip kerja dari converter A/D adalah semua bit-bit diset kemudian diuji, dan bilamana perlu sesuai dengan kondisi yang telah di tentukan. Dengan rangkaian yang paling cepat, konversi diselesaikan sesudah 8 clock, dan keluaran D/A merupakan nilai analog yang ekivalen dengan nilai register SAR. Apabila konversi telah dilaksanakan, rangkaian kembali mengrim sinyal selesai konversi yang berlogika rendah. Sisi turun sinyal ini akan menghasilkan data digital yang ekivalen kedalam register buffer. Dengan demikian, output digital akan tetap tersimpan sekalipun aka dimulai siklus konversi yang baru. 2.3.2 Karakteristik ADC0804 Adapun karakteristik ADC0804 adalah sebagai berikut: a.
Mempunyai 2 masukan analog, V in (+ ) dan Vin(-), sehinnga dapat menerima input diferensial. Input analog sebenarnya (Vin) sama dengan selisih antara tegangantegangan yang dihubungkan kedua pin input yaitu V in(+ ) -V in (− ) . kalau input analog berupa tegangan tunggal, tegangan ini harus dihubungkan dengan V in(+) sedangkan V in (− ) di groundkan. Untuk operasi normal, ADC 0804 menggunakan V cc = 5 Volt sebagai tegangan referensi. dan masukan analog memiliki jangkauan dari 0 sampai 5 V pada skala penuh.
b.
Mengubah tegangan analog menjadi keluaran digital 8 bit sehingga resolusinya adalah 5V/255 = 19,6mV
c.
Memiliki pembangkit detak (clock) internal yang menghasilkan frekuensi F= 1/(1.1 RC), dengan R dan C komponen eksternal
d.
Memiliki koneksi ground yang berbeda antara tegangan anlog dan digital. Kaki 8 adalah ground analog dan kaki 10 ground digital.
2.4 Relay Relay adalah sebuah magnet, dimana berfungsi untuk memutuskan atau mengubah satu atau lebih kontak. Relay berisi kumparan elektromagnet dengan inti magnet besi lunak. Jika diberi arus akan menghasilkan medan magnet. Besarnya gaya magnet yang ditetapkan oleh medan yang ada pada celah udara dan inti magnet, dan banyak lilitan kumparan, kuat arus yang mengalir atau yang disebut dengan imperial lilitan Relay memiliki tiga jenis kutub yaitu: a.
COMMON : Kutub acuan
b.
NC (Normally close) : kutub yang dalam keadaan awal terhubung dengan COMMON
c.
NO (Normally Open) : Kutub yang pada awalnya terbuka dan terhubung dengan COMMON saat kumparan relay diberi arus listrik.
Berdasarkan jumlah kutub pada relay, maka relay dibedakan menjadi 4 jenis : •
SPST : Single pole single throw
•
SPDT : single pole double throw
•
DPST : double pole single throw
•
DPDT : double pole double throw Prinsip kerja relay yaitu alat yang dioperasikan dengan listrik yang secara makanis
mengontrol hubungan rangkaian listrik. Relay adalah bagian yang penting dari banyak system control yang bermanfaat untuk mengontrol jarak jauh dan pengontrolan alat tegangan dan arus tinggi dengan sinyal control tegangan dan arus searah. Keunggulan relay dibandingkan dengan saklar mekanik biasa adalah: •
Relay dapat digunakan dengan aman untuk mengemudikan peralatan mesin dari jauh.
•
Relay yang bekerja dengan arus dan tegangan kecil dapat digunakan untuk menghidupkan mesin yang memerlukan arus besar
•
Relay juga dapat menggerakkan peralatan yang berbahaya dari jauh
Sifat-sifat relay : a)
Impedensi kumparan, biasanya ditentukan oleh tebal kawat oleh tebal kawat yang di gunakan gunakan serta banyaknya lilitan.
b)
Kuat arus yang di gunakan untuk menggerakkan relay, biasanya arus ini di berikan oleh pabrik. Relay dengan perlawanan kecil memerlukan arus besar, sedangkan relay dengan perlawanan besar memerlukan arus yang kecil.
c)
Tegangan yang di perlukan untuk menggerakkan relay.
d)
Daya yang diperlukan untuk mengoperasikan relay besarnya sama dengan nilai tegangan di kalikan arus.
Banyaknya kontak-kontak jangkar dapat membuka dan menutup lebih dari satu kontak sekaligus, tergantung dari pada kontak dan jenis ralaynya. Jarak antara kontak-kontak menentukan besarnya tegangan maksimum yang di izinkan antara kontak tersebut. 2.5 RS232 2.5.1. Komunikasi Data Serial Metode transmisi serial dapat berupa sinkron dan asinkron. Pada transmisi asinkron, data dikirim dalam blok dengan kecepatan tetap, dimana awal dan akhir dari blok diberi tanda berupa byte atau bit tertentu. Sedangkan pada transmisi asinkron setiap satu byte data terdiri 1 bit yang mengidentifikasikan awal byte data dan 1 atau 2 bit sebagai akhir byte data. Oleh karena setiap byte data diidentifikasikan sendiri-sendiri maka data dapat dikirim pada setiap saat (asinkron). Pada saat data tidak ada dikirim, sinyal akan high atau mark.Awal byte data ditandai sinyal low atau space selama satu waktu bit (bit time) dan bit data kemudian dikirim sesudahnya dimulai dari bit orde terendah (LSB), dimana lebar data dapat 5, 6, 7, atau 8 bit. Setelah data bit adalah parity bit yang dapat berupa parity ganjil atau tanpa sama sekali parity. Fungsi parity bit adalah memeriksa ada tidaknya kesalahan pada data yang diterima. Bit yang terakhir adalah stop bit, dimana jalur sinyal diubah menjadi high atau mark paling sedikit 1 atau 2 bit.
Baud rate adalah kecepatan transfer dari data serial yang didefenisikan sebagi 1/(waktu 1 bit). Jika waktu 1 bit 3,33 ms, maka baud ratenya 1/3,33 ms atau sebesar 300 baud. Baud rate yang sering digunakan adalah 110, 300, 1200, 2400, 4800, 9600, dan 19200 baud. Sebuah penggerak (driver) harus mampu menangani arus tanpa mengalami kerusakan. Standart RS232 menentukan pula jenis-jenis sinyal yang dipakai mengatur pertukaran informasi DTE dan DCE, semuanya terdapat 24 jenis sinyal tapi yang umum dipakai hanya 9 jenis sinyal. Konektor yang dipakai pun ditentukan dalam standard RS232, untuk sinyal lengkap yang dipakai konektor DB25, sedangkan konektor DB9 hanya bisa dipakai untuk sinyal 9 yang umum dipakai.
Gambar 2.8 Konektor DB 9 Tabel 2.4. pin – pin pada DB9 dan DB25
Tabel 2.2 pin – pin pada DB9 dan DB25 (sambungan)
2.5.2 Keuntungan Menggunakan Komunikasi Serial Antar muka komunikasi serial beberapa kelebihan dibandingkan dengan komunikasi parallel, daintaranya: a.
Kabel untuk komunikasi serial bias lebih panjang dibandingkan dengan parallel. Data-data dalam komunikasi serial dikirim untuk logika ‘1’ sebagai tegangan -3 s/d -25 Volt dan untuk logika ‘0’ sebagai tegangan +3 s/d +25 Volt, denagn demikian tegangan dalam komunikasi serial memiliki ayunan tegangan maksimum 50 volt, sedangkan pada komunikasi paralelnya hanya 5 Volt. Hal ini menyebabkan gangguan pada kabel-kabel panjang lebih mudah diatasi disbanding dengan paralalel.
b.
Jumlah kabel serial lebih dikit. Dua perangkat computer yang berjauhan dengan hanya tiga kabel untuk konfigurasi null modem, yakni TxD (saluran kirim), RxD(saluran terima) dan Ground, akan tetapi jika menggunakan komunikasi parallel akan terdapat dua puluh hingga dua puluh lima kabel.
c.
Komunikasi serial dapat menggunakan udara bebas sebagai media transmisi.
Pada komunikasi serial hanya satu bit yang ditransmisikan pada suatu waktu sehingga apabila dtransmisi menggunakan media udara bebas (free space) maka dibagian penerima tidak akan muncul kesulitan untuk menyusun kembali bit-bit yang ditransmisikan. d.
Komunikasi serial dapat diterapkan untuk berkomunikasi dengan mikrokontroler. Hanya dibutuhkan dua pin utama Txd dan Rxd (diluar acuan ground).
2.6 Visual Basic 6.0 2.6.1 Mengenal Microsoft Visual Basic 6.0 Microsoft visual basic adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk pengembangan dengan memanfaatkan keistimewaan konsep-konsep anatar muka grafis dalam Microsoft windows. Aplikasi yang dihasilkan visual basic berkaitan erat dengan windows itu sendiri. Dalam pemrograman visual banyak istilah dan konsep untuk menyebut sesuatu yang membentuk sebuah aplikasi. Istilah-istilah tersebut memiliki arti yang sama dalam lingkungan pemrograman visual lainnya, seperti objek, property dan event. 2.6.2 Pengertian dari objek Defenisi dari sebuah objek adalah sesuatu yang dapat melakukan hal-hal tertentu. Didalam visualbasic contoh dari objek misalnya, commond, Button,label, List, check box, dan lainlain. Objek adalah komponen-komponen yang membuat aplikasi. Pemrograman visual basic merupakan dimensi baru dalam pembuatan aplikasi karena dapat langsung menggambarkan objek-objek kelayar sebelum di eksekusi. Dalam pengembangan visual, sekarang objek yang dibuat dapat langsung ditampilkan pada layar objek yang dibuat tersebut akan sama hasilnya pada program dijalankan, dengan demikian tidak perlu lg mengubah kode program secara manual. Setelah objek diletakkan pada form, maka semua atribut objek tersebut akan disimpan sebagai suatu kode program yang dapat langsung dijalankan. 2.6.3 Property Didalam property antara lain didapatkan informasi mengenai warna, tinggi, lebar dan posis sebuah objek. Nilai pada tiap property dapat mempengaruhi cara objek ditampilkan atau cara objek bekerja. Bagi sebuah objjek property mirip dengan variabel local dalam prosedur.
Property langsung berkaitan dengan objek dan digunakan oleh proses-proses yang ada dalam objek. 2.6.4 Event Semua aplikasi windows memakai metode event driven untuk mengelola interaksi antar program dan pemakainya. Semua event yang muncul ditimbulkan oleh pemakai atau oleh suatu aplikasi dalam system windows sendiri. Kebanyakan kode program yang akan ditulis dalam program visual basic digunakan untuk menangani event dari pemakai atau dari system. Dalam visual basic prosedur untuk menangani evebt disebut sebagai prosedur penanganan evebt (event handle).