BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka Perpustakaan sebagai salah satu pusat informasi, bertugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna secara efektif dan efisien.Agar bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, perlu suatu penanganan agar bahan pustaka terhindar dari kerusakan, atau setidaknya diperlambat kerusakannya, dan mempertahankan kandungan informasi disebut sebagai pelestarian bahan pustaka. Tujuan Pelestarian bahan pustaka adalah melestarikan kandungan informasi yang direkam dalam bentuk fisiknya, atau dialihkan pada media lain, agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan. Pendapat (Dureau dan Clement, 1990 : 1), yang telah disebutkan sebelumnya mengandung pengertian bahwa preservasi bahan pustaka ini menyangkut usaha yang bersifat preventif, kuratif dan juga mempermasalahkan faktor-faktor yang mempengaruhi pelestarian bahan pustaka tersebut. Unsur pengelolaan dan keuangan meliputi kegiatan bagaimana mengelola bahan pustaka agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna dengan baik tanpa mengabaikan pelestarian bahan pustaka tersebut.Sedangkan dalam hal keuangan dibahas mengenai seberapa besar anggaran tang dibutuhkan untuk kegiatan pelestarian bahan pustaka, sehingga jelas dalam mengalokasikan biaya untuk kegiatan tersebut. Kebutuhan untuk keperluan pelestarian harus direncanakan dengan matang, sehingga dana yang terserap dapat dipertanggungjawabkan.
Unsur cara penyimpanan meliputi kegiatan bagaimana memperlakukan bahanbahan pustaka dalam pengaturan di tempat penyimpanan. Hal ini penting dan perlu diperhatikan agar bahan pustaka yang dimiliki tidak cepat rusak, sebab sering kita jumpai jilidan buku rusak sebelum buku itu digunakan. Lalu harus diperhatikan di mana bahan pustaka itu harus disimpan dan dipertimbangkan, oleh siapa yang menyimpan, alat-alat bantu apa yang dibutuhkan untuk penyimpanan dan untuk kegiatan pelestarian pada umumnya. Alat-alat tersebut misalnya alat-alat untuk keperluan penjilidan, alat angkut berupa kereta dorong dan lain-lain. Tarap tenaga kerja yang diperlukan dalam rangka kegiatan pelestarian bahan pustaka ini menyangkut kuantitas dan kualitas, maksudnya berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dan dengan kualifikasi bidang apa serta tingkat kemampuannya. Oleh karena kegiatan preservasi bahan pustaka ini bersifat preventif disamping juga kuratif, diperlukan kesadaran dan pemahaman dari berbagai pihak, baik oleh pustakawan, tenaga administrasi, dan pengguna perpustakaan. Setiap perpustakaan perlu menyusun kebijakan pemeliharaan bahan pustaka, karena kebijakan ini berkaitan dengan perencanaan keuangan perpustakaan. Dalam hal ini perlu
dicermati,
apabila
Perpustakaan
Khusus
PPKS
telah
menetapkan
untuk
mempertahankan koleksi buku langka, maka perlu ditetapkan pula kebijakan pelestarian jangka panjang karena hal tersebut memerlukan biaya besar, tempat penyimpanan dan pada akhirnya biaya pemeliharaan dan perbaikan. Dengan adanya kebijakan pelestarian ini, semua hal yang disebutkan tadi dapat diatasi dengan baik dan benar.
2.2. Pelestarian Koleksi Buku Langka
Buku adalah salah satu bahan pustaka yang merupakan sumber ilmu pengetahuan dan sumber informasi.Buku yang sudah tua umurnya, langka dan jarang ditemukan di pasaran disebut buku langka seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Buku langka ini salah satunya terdapat di Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).Seiring dengan berjalannya waktu buku-buku tersebut banyak yang mengalami kerusakan, sehingga buku tersebut tidak layak untuk digunakan.Bahan pustaka tersebut perlu dilestarikan keberadaannya.Pelestarian bahan pustaka pada dasarnya meliputi pelestarian bentuk fisik aslinya dan kandungan informasi di dalamnya. Kegiatan pelestarian bahan pustaka dalam bentuk fisik aslinya yaitu kegiatan pelestarian kondisi fisik koleksi buku langka.Kegiatan ini dilakukan dengan kegiatan pencegahan (preventif) dan kegiatan perbaikan (kuratif).Kegiatan tersebut bertujuan untuk mempertahankan dan memperbaiki fisik bahan pustaka sehingga dapat digunakan sesuai bentuk aslinya. Hal ini sesuai dengan pribahasa mencegah lebih baik dari pada mengobati, maka kegiatan preventif harus mendapatkan perhatian yang lebih serius karena dilihat dari sumber daya dan dana. Kegiatan ini akan lebih efektif dan efisien daripada mencoba melestarikan bahan pustaka yang terlanjur rusak. Pelestarian
bahan
pustaka
jenis
lainnya
adalah
pelestarian
kandungan
informasinya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara mengalihmediakannya ke dalam format lain yang lebih durable. Bentuk alih media yang dapat dilakukan meliputi fotokopi, pembuatan mikrofilm, digitalisasi data (magnetic disk seperti disket, optical disk seperti CD-ROM, dll. (Dureau dan Clement, 1990 : 4). Alasan untuk melakukan pelestarian kandungan informasi ini adalah karena kondisi fisik bahan pustaka yang bersangkutan sudah
tidak dapat dipertahankan lagi, sedangkan informasinya yang dikandungnya masih dibutuhkan oleh para pengguna, dan bahan pustaka tersebut tidak tersedia lagi di pasaran.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Bahan Pustaka Langka Untuk dapat memberikan perlakukan terhadap bahan pusta yang tepat, agar terhindar dari kerusakan, perlu memahami faktor-faktor penyebab kerusakan tersebut. Adapun faktor penyebab kerusakan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Faktor internal Faktor internal yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor buku itu sendiri, yaitu bahan kertas, tinta cetak, perekat dan lain-lain. Kertas tersusun dari senyawa-senyawa kimia, yang lambat laun akan terurai. Penguraian tersebut dapat disebabkan oleh tinggi rendahnya suhu dan kuat lemahnya cahaya. Kandungan asam pada kertas akan mempercepat kerapuhannya. Ada dua penyebab utama kerusakan kimiawi pada kertas yaitu terjadinya oksidasi dan hidrolisis selulosa (Dureau dan Clement, 1990 : 26). Terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis ini menyebabkan susunan kertas yang terdiri atas senyawa kimia ini akan terurai. Oksidasi pada kertas terjadi karena adanya oksigen dari udara menyebabkan jumlah gugusan karbonil dan karboksil bertambah dan diikuti dengan memudarnya warnah kertas. Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air (H2O). Reaksi Hidrolisis pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat (Martaatmodjo, 1993 : 46). Kandungan asam di dalam kertas mempercepat reaksi hidrolisis, sehingga mempercepat kerusakan kertas.Oleh karena itu, kandungan asam merupakan zat yang
berbahaya bagi kertas yang harus dihilangkan. Asam yang terbentuk di dalam kertas dapat terjadi dari bermacam-macam sumber dan cara, baik dari dalam kertas maupun dari udara sekitar tempat penyimpanan, serta tinta. Disamping itu sifat asam yang lebih mudah berpindah tempat, menyebabkan keasaman kertas dapat diperoleh dari kotak karton dan kertas sampul atau pembungkus yang mengandung asam, apabila terjadi kontak langsung di antara bahan-bahan tersebut (Razak, 1992 : 17) Harvey (1993 : 60) juga menjelaskan bahwa keasaman pada kertas akan meningkat dengan ditambahnya bahan pemutih pada kertas, penggunaan tinta tertentu, polusi udara dan perpindahan asam. Penggunaan bahan tersebut dapat ditemukan pada buku yang diterbitkan saat ini. Buku tersebut telah mengalami penurunan mutu kertas karena meningkatnya penggunaan alum-rosing sizing dan penggunaan pembuatan pulp secara mekanik yang akan menghasilkan tingkat keasaman
yang tinggi pada kertas.
Bahan-bahan tersebut akan meninggalkan residu yang bersifat asam, yang akan mengakibatkan kertas menjadi rapuh. Untuk menetralkan asam pada bahan pustaka menurut Boone harus menggunakan larutan alkali dalam pelarut organik (non aqueous solution) dan tidak direkomendasikan menggunakan larutan alkali dalam air karena dapat menyebabkan (melunturkan) tinta ke seluruh permukaan. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor luar dari buku, dapat dibagi dalam faktor lingkungan, faktor manusia dan bencana alam. 1) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan adalah faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan koleksi yang disebabkan oleh pengaruh dari lingkungan disekitarnya, antara lain :
a. Suhu dan Kelembaban Udara Faktor iklim seperti suhu dan kelembaban merupakan penyebab kerusakan bahan pustaka.Tingkat suhu dan kelembaban nisbi selama penyimpanan jangka panjang bahan pustaka diketahui berdampak nyata pada pelestarian. Oleh karena itu, kedua variabel tadi
harus berada pada suatu tingkat yang harus tetap di
pertahankan di ruang penyimpanan dan ruang baca. Semakin rendah suhu penyimpanan
dan
kelembaban
udara,
makin
lama
bahan
kertas
dapat
mempertahankan kekuatan fisiknya (Dureau dan Clement, 1990 : 8). Sebaliknya apabila suhu udara tinggi dapat mengakibatkan kertas menjadi rapuh, warnah kertas menjadi kuning.Apabila kelembaban nisbi juga tinggi, maka dapat mengakibatkan buku menjadi lembab. Hal ini dapat menyebabkan buku mudah diserang jamur, rayap, kecoa, kutu buku dan ikan perak sehingga mengakibatkan buku menjadi rapuh dan mudah robek (Martoatmodjo, 1993 : 44). Jadi suhu dan kelembaban merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap bahan pustaka.Hal ini juga dikatakan oleh Ross Harvey (1993:42), bahwa suhu dan kelembaban dapat meningkatkan reaksi kimia dan secara langsung berdampak pada struktur fisik koleksi perpustakaan. b. Serangga dan Binatang Pengerat Beberapa jenis serangga yang dapat merusak bahan pustaka, seperti kecoa, rayap, kutu buku dan lain-lain.Tikus merupakan binatang pengerat yang suka merusak buku, terutama buku-buku yang tertumpuk, apalagi di tempat gelap. 1. Kecoa
Kecoa seringkali ditemui di salah satu sudut di dalam maupun di luar rumah atau perpustakaan.Sudut ini merupakan tujuan utama mereka, karena biasanaya di tempat ini banyak terdapat makanan yang dapat dinikmati sekaligus dapat dijadikan tempat bersarang yang baru. Kecoa kebanyakan hidup di daerah tropis yang kemudian menyebar ke daerah subtropis, bahkan sampai ke daerah dingin. Serangga yang hidupnya mengalami metamorposis tidak sempurna ini memang sangat menyukai tempattempat yang kotor dan bau.Bergelut dengan kotoran dan bau tidak menjadikan kecoa rentan terhadap penyakit.Sebaliknya, serangga ini justru termasuk serangga yang mampu bertahan hidup dalam kondisi ekstrim.Kemampuan beradaptasi tidak perlu diragukan lagi. Buku merupakan salah satu bahan yang menjadi makanan kecoa. Bagian buku yang menjadi makanan utama kecoa adalah kanji dan perekat sampul buku yang dimakannya sampai habis, serta kain-kain pada punggung buku, tetapi jarang menembus ke dalam buku. Ciri-ciri buku yang terserang kecoa dapat dilihat dari noda hitam yang berasal dari cairan pekat berwarna hitam, yang dikeluarkan oleh kecoa dan noda tersebut sulit untuk dihilangkan (Razak, 1992 : 21). 2. Rayap Rayap merupakan jenis serangga yang tidak asing lagi, yang selalu dikaitkan dengan "si perusak" .Keberadaannya sangat menyeramkan dan dengan gerakan komunitinya dapat meruntuhkan bagian rumah atau gedung.Serangga ini berukuran kecil yang hidupnya berkelompok dengan sistem kasta yang
berkembang sempurna. Pada dasarnya rayap merupakan bagian dari komponen lingkungan biotik yang memainkan peranan penting, seperti dapat membantu manusia menjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu untuk mengembalikannya sebagai unsur hara dalam tanah. Namun karena perubahan kondisi habitat akibat aktivitas manusia, sangat potensial mengubah status rayap menjadi serangga hama yang merugikan. Serangga ini memang tidak mengenal kompromi dan melihat kepentingan manusia, dengan merusak mebel, buku-buku, kabel-kabel listrik, telepon, serta barang-barang yang disimpan.Di Perpustakaan rayap masuk ke dalam rak-rak kayu, memakannya samapai habis dan masuk ke dalam buku-bukunya. Kehadiran pada buku rayap dapat terlihat dari bekas tanah yang tertinggal di kertas hingga jilidannya (Razak, 1992 : 23). Hal ini disebababkan karena semua rayap makan kayu dan bahan berselulosa (salah satunya buku) dan itu adalah menu utamanya.Untuk mencapai sasarannya, rayap tanah dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa sentimeter Dalam usus bagian belakang dari berbagai jenis rayap terdapat protozoa flagellata, yang ternyata berperan sebagai simbion untuk melumatkan selulosa sehingga rayap mampu mencernakan dan menyerap selulosa. 3. Kutu Buku Kutu buku disebut juga psocids, panjangnya sekitar 1-2 mm dan tidak berwarna sehingga tidak kelihatan.Hama ini sangat kecil sehingga terkadang disebut juga kutu debu (dust lice), kebanyakan tidak bersayap.Kepalanya cukup
besar dan memiliki rahang bawah yang cukup kuat.Kutu buku betina dapat bertelur 20 sampai 100 butir terletak secara tersebar atau secara berkelompok. Serangga ini sering menyerang buku terutama bagian punggung buku dan pinggirnya, serta mengikis permukaan kertas sehingga huruf-hurufnya dapat hilang (Martoatmodjo, 1993 : 38). Makanan utama yang paling disukai oleh kutu buku adalah perekat, glue, dan kertas-kertas yang ditumbuhi jamur. Biasanya kehadiran kutu buku dapat diketahui dari telur yang ditinggalkan atau sisa bangkai yang menempel di dekat jilidan atau bagian pada kertas (Razak, 1992 : 23).
4. Tikus Hewan jenis ini banyak terdapat di Indonesia.Hewan yang terkenal sangat rakus ini tidak hanya berbahaya bagi para petani di ladang dan sawah, tetapi juga bagi penghuni rumah dan juga perpustakaan.Ada berbagai jenis tikus, tetapi tidak semua jenis tikus dikenal sebagai perusak buku. Binatang ini biasanya memakan buku-buku yang disimpan dalam gudang dan kadang-kadang kertas disobek-sobek dan dikumpulkan untuk dijadikan sarang (Razak, 1992: 24).
c. Cahaya Sumber cahaya digunakan untuk penerangan ruang perpustakaan ada dua, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik.Cahaya dapat berakibat buruk pada buku jika tidak sesuai dengan standar.Gelombang cahaya mendorong dekomposisi
kimiawi bahan-bahan organik, terutama cahaya ultraviolet (UV) dengan gelombang yang lebih tinggi yang bersifat sangat merusak.Dalam ruang baca bahan langka tingkat cahaya yang menyinari bahan pustaka harus rendah tetapi masih tetap nyaman untuk kegiatan membaca.Selain itu cahaya matahari langsung juga harus dihindarkan. Cahaya ini biasanya masuk lewat jendela atau celah-celah kecil yang dapat dilalui sinar matahari (Dureau dan Clement, 1990 : 10). Sinar matahari yang terdiri dari sinar ultraviolet, mempunyai panjang gelombang yang kecil, sehingga dapat berbahaya bagi buku. Kertas yang terkena panas akan mengalami kerusakan dan warnanya berubah menjadi kuning dan rapuh. Jenis-jenis kerusakan lain yang diakibatkan karena pengaruh sinar ultraviolet adalah memudarnya tulisan, sampul buku, dan bahan cetak (Martoatmodjo, 1993 : 45). d. Debu Debu merupakan salah satu partikel-partikel kecil yang terdapat dalam udara.Partikel-partikel debu yang ada di udara ini dapat menyebabkan polusi udara dan juga membahayakan kehidupan manusia.Selain dampak tersebut debu juga berdampak negatif terhadap buku.Debu-debu tersebut dapat masuk ke ruang perpustakaan melalui jendela, pintu, lubang angin perpustakaan maupun celah-celah kecil. Debu yang masuk ke perpustakaan dapat mengakibatkan kerusakan fisik, juga mengandung pencemaaran udara bentuk gas yang menimbulkan keasaman pada kertas (Dureau dan Clement, 1990 : 8). Apabila debu melekat pada kertas, maka akan terjadi reaksi kimia yang meningkatkan tingkat keasaman pada kertas. Akibatnya kertas menjadi rapuh dan cepat rusak. Disamping itu apabila keadaan ruang perpustakaan lembab, debu yang
tercampur dengan air lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku dan merupakan makanan bagi serangga-serangga (Martoatmodjo, 1993 : 44) e. Jamur Kehadiran jamur pada buku dapat terjadi bila keadaan buku berdebu, kotor dan lembab.Jamur dikenal sebagai tumbuhan saprofit atau parasit. Jamur berkembang biak dengan spora, biasanya spora ini dapat menyebar di udara dan apabila menemukan lingkungan yang cocok, maka spora tersebut akan berkembang biak. Oleh karena itu, pada tempat-tempat yang terdapat banyak makanan, jamur akan berkembang biak dengan sangat subur apalagi bila cuaca pada tempat itu lembab. Pada buku, bagian yang cepat terserang jamur adalah pinggir atas buku, kemudian kulit dan punggung buku. Bagian ini merupakan yang biasa menyarangkan debu dan mudah lembab (Martoatmodjo, 1993 : 45). Secara umum dalam pertumbuhannya jamur membutuhkan suhu yang hangat yaitu berkisar antara 25 C atau lebih, kelembaban berkisar antara 70 % RH atau lebih, dan penerangan yang kurang serta sirkulasi udara yang buruk (Harvey, 1993 : 45) 2) Faktor Manusia Dalam hal-hal tertentu, manusia dapat juga digolongkan sebagai musuh buku.Sadar atau tidak sadar, sengaja tidak sengaja, kenyataan telah membuktikan bahwa telah banyak terjadi kerusakan buku karena perbuatan manusia. Perilaku perusakan buku baik disengaja maupun tidak disengaja disebut vandalisme (Harvey, 1993 : 47) Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh manusia ini disebabkan oleh pemakai perpustakaan maupun petugas perpustakaan itu sendiri. Pemakai perpustakaan kadang-kadang secara sengaja merobek atau mengambil bab tertentu dari buku, dan secara
tidak sengaja mereka membuat lipatan tanda batas baca, atau membaca dengan melipat buku ke belakang yang mengakibatkan perekat buku dapat terlepas, sehingga lembaranlembaran buku mudah lepas dari jilidannya. Kerusakan bahan pustaka dalam ruangan baca disebabkan oleh para pemakai ceroboh dan oleh perlengkapan yang rusak (Dureau dan Clement, 1990 : 20). Di lain pihak petugas perpustakaan sendiri secara tidak sadar dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan, misalnya penempatan buku yang terlalu padat di dalam rak menyebabkan punggung buku dan kulit buku mudah rusak, buku-buku berukuran besar yang dipaksakan masuk dalam rak yang bukan ukurannya membuat buku cepat koyak pada tepi atas atau bawahnya. Petugas perpustakaan yang tidak memiliki rasa sayang kepada buku, dan tidak pernah belajar bagaimana cara memelihara dan merawat buku dapat membuat kesalahan fatal, sehingga menimbulkan kerusakan pada buku (Martoatmodjo, 1993 : 46). 3. Faktor Bencana Alam a. Api Api bagi manusia mempunyai dua sifat yaitu menguntungkan dan merugikan. Misalnya dalam kegiatan sehari-hari ibu rumah tangga api sangat berguna untuk aktifitas memasak. Api juga dapat merugikan manusia hal ini terjadi bila adanya kelalaian dalam penggunaannya, salah satu akibatnya adalah dapat menimbulkan terjadinya kebakaran. Dalam dunia perpustakaan, api juga merupakan bahaya utama. Banyak koleksi bahan pustaka berharga yang mengalami kerusakan berat bahkan dapat musnah. Perlindungan terhadap bahaya ini dapat dimulai dengan desain arsitek dan memperbaiki bangunan perpustakaan. Segi-segi desain seperti ruangan terbuka yang luas, tangga yang
dapat menjadi cerobong penyebaran api perlu dihindari (Dureau dan Clement, 1990 : 14). b. Air Bahaya yang disebabkan oleh air bukanlah merupakan satu hal yang baru. Selain menimbulkan kerusakan secara langsung pada buku, air juga dapat meningkatkan prosentase kelembaban di dalam ruangan perpustakaan, sehingga buku dan bahan pustaka lainnya dapat menjadi lembab dan mudah terserang jamur atau hama lainnya. Air dapat ditimbulkan dari berbagai faktor seperti air laut pasang, sungai meluap atau banjir dan hujan terus menerus, kerusakan saluran persediaan air minum, air buangan pipa pemasan Sentral, alat pendingin udara rembesan dinding, jendela terbuka dan sebagainya. Usaha melawan api dengan air seringkali justru memberi dampak lebih besar dan luas dari pada apinya itu sendiri. Perawatan dan pemeliharaan gedung secara teratur dan penyusunan arsitektur yang memadai merupakan hal-hal yang dapat menghindarkan koleksi dari air (Razak, 1992 : 29).
2.4 Cara-cara Pelestarian dan Penanganan Koleksi Buku Langka Pelestarian adalah kegiatan untuk merawat, menjaga dan melestarikan bahan pustaka baik kondisi fisiknya maupun informasi yang dikandungnya agar terjaga dalam keadaan baik.Kegiatan pelestarian buku langka adalah kegiatan yang meliputi usaha-usaha mencegah dan memperbaiki koleksi buku langka yang mengalami kerusakan. Koleksi ini sering mengalami kerusakan dengan sendirinya karena bahan pembuat kertas buku langka itu sendiri bersifat asam yang merupakan bahan organik yang mudah bereaksi dan mudah mengurai. Di samping itu ada beberapa faktor lain seperti yang telah
disebutkan di atas, antara lain kelembaban karena pengaruh uap air, atau kekeringan karena pengaruh panas terhadap ruangan koleksi, polusi udara, manusia, serangga, binatang pengerat dan lain-lain. Koleksi buku langka yang belum rusak agar tidak terkontaminasi perusak koleksi tersebut dapat dicegah dengan melakukan kegiatan-kegiatan pencegahan. Sedangkan untuk bahan pustaka yang sudah mengalami kerusakan perlu dilakukan perbaikan agar kerusakan tidak menjadi lebih parah, sehingga proses kerusakan terhenti. Kegiatan-kegiatan ini sangat penting untuk dilakukan mengingat pentinya koleksi ini bagi perpustakaan dalam pemenuhan kebutuhan informasi pengguna.Jadi ketersediaan koleksi buku langka harus dalam keadaan yang memenuhi, baik kondisi fisiknya maupun kandungan informasinya. Dalam bukunya Karmidi Martoatmodjo (1997 : 68) menyebutkan bahwa kegiatan pencegahan kerusakan bahan pustaka terutama bertujuan untuk : 1. Menghindarkan dan menyelamatkan koleksi agar tidak dimakan oleh serangga atau dirusak binatang pengerat. 2. Memperbaikikerusakan dan mengobati koleksi yang terkena penyakit, misalnya terkena jamur. 3. Menghindarkan koleksi dari penyakit maupun kerusakan lainnya. 4. Menjaga kelestarian fisik bahan pustaka 5. Menjaga kelestarian informasi yang terkandung dalam bahan pustaka 6. Menyadarkan pustakawan atau pegawai yang bekerja di perpustakaan bahwa bahan pustaka bersifat rawan kerusakan 7. Mendidik para pemakai untuk berhati-hati dalam menggunakan buku, serta ikut menjaga keselamatannya
8. Menghimbau semua pihak baik petugas perpustakaan maupun pemakai perpustakaan untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan Usaha-usaha melakukan pencegahan kerusakan koleksi buku langka harus dilakukan sejak dini, kegiatan ini merupakan tindakan yang lebih baik dan lebih tepat dari pada melakukan perbaikan koleksi buku langka yang sudah para keadaannya.Dengan melakukan kegiatan pencegahan kerusakan koleksi buku langka sejak dini, biaya pelestarian koleksi buku langka dapat lebih ditekan. 2.5Proses Alih Media Digital Salah satu kegiatan melestarikan khasanah budaya bangsa dengan mengalih bentuk dari bentuk asli ke bentuk media digital. Alih media merupakan proses digitasi yaitu proses alih media dari media cetak seperti buku, majalah, koran, foto dan gambar ke dalam bentuk data digital yang dapat direkam, disimpan dan diakses melalui komputer atau media digital lainnya. Beberapa hal yang melatar belakangi perlunya dilakukan kegiatan alih media yaitu : 1. Mengatasi kendala kekurangan ruangan Setiap
perpustakaan
menambahkelengkapan
tentu koleksi
melakukan yang
kegiatan
pengadaan
dimilikinya.Biasanya
koleksi
pertumbuhan
untuk dan
perkembangan koleksiini tidak diimbangi oleh perluasan ruangan perpustakaan.Akibatnya rak-rak yang tersediauntuk menampung koleksi tahun demi tahun semakin penuh sesak, sehingga membuatruangan perpustakaan tidak nyaman lagi.Salah satu upaya mengatasi masalah ini adalahdengan melakukan kegiatan alih media dari bentuk asli ke bentuk digital (CD). 2. Mencegah kerusakan fisik bahan pustaka
Kebanyakan bahan pustaka yang dikoleksi perpustakaan adalah bahan pustaka dalambentuk tercetak yang terbuat dari kertas seperti buku, majalah, jurnal, surat kabar, skripsi,tesis, desertasi, arsip-arsip penting dan dokumen-dokumen lainnya yang bernilai historis.Tentunya bahan pustaka tersebut tidaklah dapat bertahan terlalu lama, seiring denganbertambahnya usia fisik dokumen tersebut ada banyak hal yang menyebabkan kerusakandari segi fisiknya, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Dalam upayamenyelamatkan informasi yang terdapat dalam bahan pustaka tersebut maka perludilakukan kegiatan alih media. 3. Kelangkaan Salah satu fungsi perpustakaan adalah mengumpulkan dan melestarikan khazanah karyamanusia terutama yang menjadi ruang lingkup koleksi dari jenis perpustakaan tersebut.Dari sekian banyak bahan pustaka yang di koleksi perpustakaan tentu terdapat jugakoleksi-koleksi yang bernilai historis dan langka.Koleksi yang bernilai historis danlangka
harus
dilestarikan
baik
dari
segi
fisiknya
maupun
segi
isi
informasinya.Upayapelestarian koleksi yang bernilai historis dan langka ini salah satunya adalah denganmelakukan kegiatan alih bentuk dari fisik ke bentuk digital atau disk. 4. Perkembangan teknologi informasi Perkembangan
teknologi
lainnyamembawa
informasi
dampak
yang
terutama
komputer
sangat
positif
dan dalam
perangkat
terkait
kegiatan
di
perpustakaan.Kehadiranteknologi informasi harus diterima dan dimanfaatkan di perpustakaan, karena : a. Tuntutan terhadap mutu dan jumlah layanan, b. Tuntutan terhadap penggunaan koleksi bersama,
c. Kebutuhan untuk mengefektifkan SDM, d. Tuntutan terhadap efisiensi waktu, e. Keragaman informasi yang dikelola, f. Kebutuhan akan ketepatan dan kecepatan layanan informasi.
2.6 Teknologi Media 1. Teknologi Menurut Sharon E. Smaldino dan James D. Russel (2008), teknologi berasal dari Yunani, Teckne berarti kerajinan dan logia berarti keterampilan. Teknologi adalah istilah yang berhubungan dengan penggunaan dan pengetahuan tentang alat dan keterampilan (Instructional
Technology
and
Media
for
Learning,
4)
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, definisi Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material, dan proses menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Teknologi
dikenal
sebelum
sains
dan
teknik.
Definisi lainnya, teknologi dilihat dari status pengetahuan kita yang sekarang dalam bagaimana menggabungnya sumberdaya untuk memproduksi produk yang diinginkan. Teknologi berasal dari istilah teckne yang berarti seni (art) atau keterampilan. Menurut Dictionary of Science, teknologi adalah pengetahuan teoritis pada masalah praktis.Jadi pemahaman tentang Teknologi tidak dapat dipisahnya dari Ilmu Pengetahuan Alam dan rekayasa. Ilmu pengetahuan akan memperoleh ilmu rekayasa, sedangkan teknologi adalah hasil dari proses rekayasa.
2. Media
Dalam Buku Instructional Technology and Media for Learning (Sharon E. Smaldino dan James D. Russel, 6) Media merupakan bentuk jamak dari medium yang artinya sarana komunikasi.istilah ini mengacu pada sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima. Enam kategori dasar media adalah teks, audio, visual, video, manipulatif (objek), dan orang-orang (teknisi).Tujuan media adalah untuk memfasilitasi komunikasi dan belajar. Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk kedua dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar.Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan.Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah sarana penyalur pesan agar dapat dirangsang oleh otak, perasaan dan kemauan kita. 3. Alat Teknologi Media Perangkat Keras Untuk melakukan proses pemindaian (Scanning) diperlukan perangkat keras (hardware) komputer dan juga pemindai (Scanner).Sebelum memulai proses pemindaian (Scanning) perlu diketahui terlebih dahulu kebutuhan pemindai (Scanner) yang sesuai. Berikut beberapa rincian perangkat yang diperlukan beserta tips yang berhubungan dengan masing-masing komponen alat yang dimaksud ; a.Komputer Beberapa komponen yang berhubungan dengan perangkat komputer adalah: 1).Sistem Operasi
Saat ini terdapat system opersi yang popular dan banyak digunakan yaitu Microsoft windows dan Macintosh.(Khususnya di Negara Indonesia pemakaian terbanyak menggunakan system operasi Microsoft windows).Walau demikian keputusan untuk menggunakan jenis system operasi tergantung dari program
yang sedang berjalan dan
mendukung kinerja
institusi.Khusus untuk sistem operasi yang berfungsi menjalankan server
dan jaringan
komputer saat ini terdapat pilihan untuk menggunakan sistem LINUX/ Unix.Sistem operasi ini banyak digunakan karena kehendaknya dan tanpa biaya lisensi yang mahal untuk mendapatkannya. 2).Processor Dalam melakukan proses pengolahan gambar dan multimedia diperlukan kualitas processor yang memadai.Saat ini perkembangan Processor sudah berkembang pesat.Istilah Pentium QuadCore yang merupakan istilah tingkatan kelas Processor tertinggi untuk saat ini.Sebelumnya kita telah mengenal istilah Pentium II, III, IV,DualCore.Artinya bila kita menggunakan kelas Processor yang lebih tinggi maka kenyamanan dan kehandalan dalam melakukan tugas alih media digital akan lebih dirasakan. 3).Memori Begitu juga dengan kapasitas memori atau RAM (Random Akses Memori) diperlukan kapasitas yang cukup memadai untuk menampilkan dan menampilkan proses manipulasi gambar dan multimedia.Disarankan kapasitas RAM yang dimiliki sekurang-kurangnya sebesar 500 MB hingga GB atau lebih besar lagi. 4).Kapasitas Hard Disk Diperlukan tidak hanya untuk sekedar menjalankan sistem apliksi,namun berfungsi juga sebagai media penyimpanan file digital dari hasil pekerjan alih media dan pengeditan.Ukuran
kapasitas hard disk tergantung dari kebutuhan seberapa banyak sumber materi yang dikerjakan. 5).Layar Monitor Memilki peran penting dalam menampilkan gambar dan multimedia secara visual.Terdapat beberapa pilihan jenis dan ukuran layar monitor.Pilihlah layar monitor yang sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan untuk bekerja.Disarankan menggunakan layar monitor minimal ukuran 17inch dengan tampilan 24bit warna (16.8 juta warna),atau bisa memilih hingga ukuran 19inch.Saat ini bentuk layar monitor sudah berbentuk layar datar (flat) dengan tingkat radiasi cahaya yang rendah sehingga aman untuk kesehatan mata.Untuk kelas konsumen kini terdapat pula layar monitor dengan bentuk tipis/LCD.Namun untuk kebutuhan pekerjaan grafis dan multimedia tidak begitu disaran karena terdapat beberapa kekurangan dalam hasil tampilan digital.Kecuali untuk jenis dan merk LCD tertentu seperti produk apple,QUATO,dan vendor lainnya yang khusus untuk kualifikasi pekerjaan digitalisasi dan grafis secara profesional. 6) Media Penyimpanan Data/Back Up Diperlukan untuk menyimpan data master yang dihasilkan dari proses alih media. Biasanya media ini berupa hard disk eksternal
dengan kapasitas beragam, mulai dari 80
GB,120GB,hingga 1 terabyte.Sesuaikan pilihan dengan kebutuhan dan kemampuan biaya yang tersedia. b.Scanner 1).Flatbed Scanner Merupakan perangkat yang popular digunakan untuk proses pengambilan gambar (capture).Secara fisik jenis pemindai (scanner) ini bentuk dan cara kerjanya seperti mesin
fotokopy,yaitu terdapat lampu sensor yang berjalan didaerah permukaan kaca tempat sumber dokumen atau naskah yang akan di alih mediakan tersebut disimpan.Terdapat berbagai kemampuan untuk melakukan alih media dari berbagai bentuk dokumenseperti kerta cetak,transparan .dan film slide 35mm.Untuk ukuran fisik pemindai (scanner) harus disesuaikan juga dengan ukuran dokumen yang akan dialih mediakan,misalnya berukuran A4 atau A3. Beberapa spefikasi yang berhubungan dengan flatbed scanner adalah : a).Nilai Resolusi Minimal 600 dpi hingga 2000-3000dpi.Untuk melakukan proses pemindaian (scanning) dengan sumber dokumen transparasi dan film negative,direkomendasi kan menggunakan resolusi yang cukup tinggi. b).Kedalaman Warna (bit depth) Minimal 36 bits, hingga 48 bits direkomendasikan memiliki nilai yang lebih tinggi atau yang lebih umum tersedia. c).Penghubung USB Untuk menghubungkan computer dan perangkat pemindai (scanner) pada umumnya menggunakan penghubung USB yang saat ini sudah lazim tersedia di setiap komputer. d).Media Transparan (transparan adapter) Bila bermaksud mengalih mediakan dokumen dalam bentuk transparan pemindai (scanner) yang digunakan harus menyediakan fungsi tambahan berupa media transparan (transparent adapter).Pemindai (scanner) biasa secara standar tidak menyediakan fasilitas tersebut,artinya harus dipastikan pada saat membeli alat tersebut. 2).Pemindai (Scanner) film.
Selain flatbed scanner,untuk melakukan proses pengambilan gambar dari media transparan atau film slide dalam kapasitas yang cukup banyak disarankan untuk menggunakan pemindai scanner film secara khusus karena dapat menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik, walaupun dari sisi harga jauh lebih mahal dibandingkan dengan flatbed scanner. Spesifikasi untuk film scanner ini minimal memiliki resolusi 2000 dpi (dot per inch) dengan kedalaman warna (bit depth) minimal 48 bit atau yang lebih besar lagi.Menggunakan penghubung USB atau firewire sehingga dapat dioperasikan oleh komputer.
3)Scanner Ukuran Besar (A0) Untuk melakukan proses alih media dari sumber dokumen yang berukuran besar (A0) seperti gambar peta atau dokumen lainnya, perlu digunakan pemindai (scanner) khusus yang sesuai dengan ukurannya. Karena menghasilkan ukuran gambar yang besar maka resolusi yang dimilikinya cukup tinggi antara 3000-4000 dpi.Dari sisi harga, pemindai (scanner) jenis ini cukup mahal tergantung dari jenis merk dan tipe yang tersedia.Umumnya alat penghubung yang digunakan adalah USB atau firewire.
4).Microfilm Scanner Untuk proses alih media gambar dari microfilm atau mikrofis terdapat alat pemindai (scanner) khusus untuk melakukannya. Saat ini beberapa perpustakaan yang pada proses awalnya mengalihmediakan sumber bahan perpustakaan dalam bentuk microfilm kini beralih kedalam bentuk digital, mengingat alat untuk membaca microfilm bagi pemustaka kurang praktis dan sudah jarang digunakan. Seperti halnya pemindai(scanner) yang lain, pada pemindai(scanner)
ini memiliki ukuran resolusi yang cukup tinggi minimal 2000 dpi dan menggunakan alat penghubung USB. 5).Scanner Otomatis Cara kerja flatbed scanner biasa dilakukan secara manual dengan menyimpan setiap lembar dokumen satu persatu untuk menghasilkan beberapa file digital. Tentunya hal ini akan cukup melelahkan jika anda melakukan scan judul satu judul buku yang terdiri dari ratusan halaman. Terdapat pemindai (scanner) otomatis untuk memudahkan proses tersebut, salah satunya adalah pemindai (scanner) BooksDrive. Melalui pemindai (scanner) ini cukup disimpan buku yang dimaksud dengan tekan tombol satu kali saja maka proses alih media akan dilakukan secara otomatis. Pemindai (scanner) ini digunakan hanya untuk koleksi buku yang secara fisik masih bagus dan terjilid, bukan untuk lembaran naskah yang kondisinya sudah rusak dan dalam bentuk lembaran saja. 6).Pemnindai (scanner) Pemindai (scanner) ini memiliki multi fungsi, yaitu selain untuk menghasilkan file digital, juga dapat digunakan untuk menghasilkan microfilm sekaligus. Format ukuran dokumen yang dialihmediakan pun bisa diatur, mulai dari ukuran besar seperti surat kabar dan majalah, hingga ukuran tertentu. Alat yang ditawarkan terdiri dari dua tipe, yaitu yang bisa menghasilkanformat file digital berwarna (true-colour) dan hitam putih (black and white). c. Kamera Digital Teknologi kamera digital saat ini sudah menggantikan kamera yang sebelumnya menggunakan film.Hasil pemotretan kamera digital bisa langsung dilihatmelalui layar LCD yang tersedia dan secara tidak langsung dapat mengeliminasi kesalahan pengambilan
gambar.Juga dalam hal media penyimpanan gambar sudah tidak lagi menggunakan rol film namun menggunakan kartu memori dengan kapasitas penyimpanan yang cukupbesar bahkan bisa memuat ratusan gambar foto (tergantung dari ukuran kapasitas kartu memori). Berikut beberapa spesifikasi khusus yang berhubungan dengan kamera digital, di antaranya adalah: 1. Resolusi Untuk menghasilkan file master gambar yang berkualitas diperlukan resolusi kamera yang cukup tinggi. Minimal resolusi yang diperlukan adalah 8 mega pixel atau lebih tinggi lagi. 2. Lensa Mampu menangkap sumber gambar dengan cepat (f/3.5) dengan fungsi lensa zoom untuk pengambilan gambar jarak dekat (makro) dengan ukuran equivalen 35mm hingga 105mm. 3. Kepekaan (sensitivity) Pengaturan ISO pada kamera digital dapat disesuaikan hingga ukuran tingkat kepekaan 50/100/200/400. 4. Mode White Balance Dapat difungsikan secara manual. 5. Layar LCD Berwarna Fasilitas ini disediakan untuk melihat hasil pemotretan gambar yang telah dilakukan. 6. Fasilitas Penghubung USB Diperlukan untuk menghubungkan kamera dengan komputer buntuk memindahkan hasil gambar yang akan diolah atau diedit. 7. Tripod dan Penjepit Kamera
Perangkat ini memiliki kegunaan untuk mengatur penyimpanan kamera pada posisi tertentu pada saat pengambilan gambar. Tripod digunakan pada saat pemotretan dengan posisi berdiri, sedangkan penjepit kamera dipasang pada media datar , misalnya sebuah meja dengan sasaran objek dokumen di bagian bawah. 8.Lampu Untuk menghasilkan gambar yang baik pada saat dilakukan pemotretan diperlukan pencahayaanyang menerangi objek dokumen yang (pencahayaan pada saat pemotretan tidak menggunakan lampu flash).Lampu yang digunakan tidak harus lampu khusus studio yang tentu harganya cukup mahal.Namun anda bisa memanfaatkan lampu meja biasa dengan lampu neon (bukan pijar) yang cukup terang. 9).Ligh Meter Alat ini berguna untuk mengukur keserasian pencahayaan yang berada dilingkungan studio pada saat pemotretan.Alat ini dapat menentukan satuan ukuran yang bisa disesuaikan dengan perangkat kamera digital yang digunakan dengan cukup akurat, sehingga menghasilkan tingkat penerangan cahaya yang memadai. d.Video Handycam Kamera video digital diperlukan untuk melakukan proses alih media bahan perpustakaan dalam bentuk rekaman dokumentasi melalui media video kaset. Untuk media kaset dengan tipe DV/ mini DV diperlukan sebuah handycam digital yang berfungsi untuk memutar dan mentrasfernya kedalam komputer yang selanjutnya dilakukan proses pengeditan dan pengemasan. Terdapat berbagai tipe dan merk handycam yang bisa menjadi pilihan anda sesuai dengan kebutuhan. e.Audio Tape Player