BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Ibu dalam pemberian Makanan pendamping ASI 1. Definisi Motivasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Motiv adalah sebab – sebab yang menjadi dorongan, atau tindakan seseorang, atau pendapat sesuatu yang menjadi pokok (Suharso, Retnoningsih 2005). Motiv merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak bentuk lain yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu (Walgito,2002). Motivasi adalah suatu perangsangan keinginan dan daya tertentu yang ingin dicapai (Hasibun, 2005). Motivasi adalah kenginanan di dalam diri dan untuk bertindak (Moekijat,2002). Motivasi merupakan kekuatan yang ada dalam individu yang menjadi penggerak dan pengaruh tingkah laku seseorang (Koesworo, 1995).
2. Konsep Motivasi Menurut Notoatmodjo (2007), para ahli merumuskan konsep atau teori tentang motivasi, diantaranya yaitu: a. Teori Mc Clelland Teori ini menjelaskan bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi, yakni motif primer atau motif yang yang tidak dipelajari, dan motif skunder atau motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi dengan orang
lain. Motif ini sering disebut dengan motif sosial. Motif primer atau motif yang tidak dipelajari ini secara alamiah timbul pada setiap manusia secara biologis, sehingga mendorong seseorang untuk terpenuhinya kebutuhan biologis seperti makan, minum, seksualitas dan kebutuhan-kebutuhan biologis yang lain. Motif skunder adalah motif yang ditimbulkan karena dorongan dari luar akibat interaksi sosial. Motif sosial ini dapat dibedakan menjadi 3 motif yaitu: 1) Motif berprestasi Berprestasi adalah suatu dorongan yang ada pada setiap manusia untuk mencapai hasil kegiatannya atau hasil kerjanya secara maksimal. Dalam memperoleh hasil yang lebih baik realitanya tidak mudah dan banyak kendala, oleh sebab itu perlu dorongan untuk berusaha mengatasi kendala tersebut dengan memelihara semangat belajar yang tinggi, sehingga motif berprestasi adalah dorongan untuk sukses dalam situasi kompetisi yang didasarkan kepada ukuran keunggulan dibanding dengan standar ataupun orang lain. 2) Motif berafiliasi Motif berafiliasi adalah kebuthan atau dorongan manusia untuk menjadi bermakna interaksinya dengan manusia yang lain (sosial). Agar kebutuhan berafiliasi ini terpenuhi, maka harus menjaga hubungan baik dengan orang lain.
3) Motif Berkuasa Motif berkuasa adalah dorongan manusia untuk berusaha mengarahkan perilaku seseorang atau manusia lain untuk mencapai kepuasan melalui tujuan tertentu, seperti kekuasaan dengan cara mengontrol atau mengawasi orang lain. b. Teori Mc Gregor Dalam penelitiannya, Mc Gregor menyimpulkan teori motivasi itu dalam teori X dan Y. Teori ini didasarkan pada pandangan konvensional atu klasik (teori X) dan pandangan baru atau modern (teori Y). teori X yang bertolak dari pandangan klasik ini bertolak dari angapan bahwa : 1) Pada umumnya manusia itu tidak senang bekerja. 2) Pada umumnya manusia cenderung sesedikit mungkin melakukan aktivitas atau bekerja. 3) Pada umumnya manusia bersifat egois dan kurang acuh terhadap organisasi. Oleh sebab itu, dalam melakukan pekerjaan harus diawasi denga ketat. Teori Y yang bertumpu pada pandangan atau pendekatan abru ini beranggapan bahwa: 1) Pada dasarnya manusia itu tidak pasif, tetapi aktif. 2) Pada dasarnya manusia itu tidak malas kerja, tapi suka bekerja.
3) Pada umumnya manusia itu dapat berprestasi dalam menjalankan pekerjannya. 4) Pada umumnya manusia selalu berusaha mencapai sasaran atau tujuan organisasi. 5) Pada umumnya manusia selalu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan atau sasaran. c. Teori Herzberg Teori motivasi ini dikenal dengan teori motivasi ‘dua faktor’ (Herzberg’s two factors motivation theory). Jadi menurut teori ini, ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam tugas atau pekerjaannnya, antara lain: 1) Faktor-faktor
penyebab
kepuasaan
(Satisfierr)
atau
faktor
motivasional. Faktor ini menyangkut kebutuhan psikologis seseorang seperti serangkaian kondisi intrinsik. Apabila kepuasaan belajar tercapai, maka akan menggerakkan tingkat motivasi atau kepuasan ini antara lain; prestasi (achievement), penghargaan (recognition), tanggung jawab (responsibility), kesempatan untuk maju (possibility of growth), dan pekerjaan itu sendiri (work). 2) Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (dissastifaction) atau hygiene factor. Faktor ini menyangkut kebutuhan akan pemeliharaan atau maintenance factor yang merupakan hakikat manusia yang ingin memperoleh kesehatan badaniyah. Hilangnya faktor-faktor ini akan
menimbulkan ketidakpuasan bekerja (dissatisfaction). Faktor higienes ini meliputi kondisi fisik lingkungan (physical environment), hubungan interpersonal (interpersonal relationship) kebijakan dan administrasi
(policy
and
administration),
dan
pengawasan
(supervision), reward, dan keamanan. d. Teori Maslow Teori motivasi ini merupakan lanjutan atau pengembangan dari teori Eltom Mayo (1880-1949) dengan mendasarkan pada kebutuhan manusia yang dibedakan antara kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis, atau disebut kebutuhan materi (biologis) dan kebutuhan non materi (psikologis). Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya laten pada diri manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis (sandang pangan), kebutuhan rasa aman (bebas cahaya), kebutuhan kasih sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri. Teori ini dikenal sebagai teori kebutuhan (needs) yang digambarkan seperti berikut
Penghargaan/penghormatan Aktualisasi Diri Rasa memiliki dan cinta/sayang Perasaan aman dan nyaman Kebutuhan Fisiologis Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan Maslow (Sumber: Stephen P. Robbin, 1996:214 dikutip oleh Uno 2008)
Teori ini mempunyai makna serta peranan kognisi dalam kaitannya dengan perilaku seseorang yang menjelaskan adanya peristiwa internal yang terbentuk sebagai perantara dari stimulus tugas dan tingkah laku berikutnya (Uno, 2008).
3. Tujuan Motivasi Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuan motivasi, maka setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi (Purwanto, 2007).
4. Unsur – unsur motivasi Menurut Purwanto(1998) unsur motivasi terdiri dari a. Motiv merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya memerlukan rangsangan dari dalam maupun dari luar. b. Motiv seringkali ditandai dengan perilaku yang penuh dengan emosi . c. Motivasi merupakan suatu reaksi pilihan dari beberapa pencapaian tujuan. d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri manusia
5 Jenis – jenis motivasi Menurut Abraham C. dan Shanley F. (1999) dalam bukunya Sunaryo (2004), jenis motivator secara umum adalah uang, penghormatan, tantangan, pujian, kepercayaan atasan, lingkungan kerja yang menarik, jam kerja yang fleksibel, promosi, persahabatan, pengakuan, ucapan terimakasih, dan keyakinan dalam bekerja.
6. Faktor yang mempengaruhi motivasi Faktor eksternal menurut Atkinson (2007) dan Handoko (1998) adalah: a. Sosial budaya Dalam arti sempit budaya diartikan sebagai pikiran, akal budi, adat istiadat, atau peradaban manusia (Suharso,Retnoningsih, 2005). Sosial adalah cara melakukan proses penyesuian perilaku yang sesui dengan norma yang berlaku di masyarakat, berkumpul dalam kegiatan bermasyarakat (Hidayat, 2007). Sosial budaya adalah cara untuk mengadakan perubahan peradaban dengan melakukan proses penyesuian perilaku yang sesui dengan adat istiadat yang berlaku di masyarakat, kebiasan sehari hari yang sering dilakukan masyarakat (Mulyono, 2004) Kebudayaan yang sudah turun – temurun dan mendarah daging dalam kehidupan seseorang maka sangat berpengaruh terhadap kebiasaan di masyarakat, sehingga budaya yang kuat maka akan sulit untuk menerima perubahan yang datang dari luar (DEPKES RI, 1999).
b. Pelayanan kesehatan Pelayan adalah orang yang bekerja melayani (Suharso, Retnoningsih, 2005). Pelayanan kesehatan adalah orang yang bertugas memberikan palayanan kesehatan yang disuatu pihak menimbulkan kepuasan pada setiap klien sesui dengan tingkat kepuasan masyarakat, serta pada pihak lain serta tatacara penyelenggara sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesional yang ditetapkan (DEPKES RI, 1998). c. Petugas Kesehatan Petugas adalah pengelola, atau pengurus kesehatan (Suharso, Retnoningsih 2005). Petugas merupakan sebagai kekuatan yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman dan memberikan motivasi kepada klien. Peranan petugas sangatlah besar dalam hal memberikan informasi dan pendidikan kesehatan dalam pemberian makanan pendamping kepada bayi (Friedmen, 1998). d. Sumber informasi / media masa Media masa adalah suatu tehnik atau tempat untuk mengumpulkan, menyampaikan informasi dan menyimpan, memanipulasi, menganalisa dan menyebarkan
informasi
dengan
tujuan
tertentu
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan. 27 Mei 2009). e. Dukungan suami Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dukungan dari kata dukung – an adalah menyokong, dorongan (Suharso, Retnoningsih, 2005). Dukungan
suami adalah dorongan, motivasi terhadap istri secara moral dan material (Bobak, 2000). Menurut House (1981) yang dikutip Bobak (2000) wujud dari dukungan suami antara lain : 1) Dukungan emosional/Psikologis Dukungan yang berupa perhatian, mendampingi atau menemani istri di rumah dalam pemberian makanan pendamping ASI kepada anaknya. 2) Dukungan informasi Dukungan informasi suami adalah informasi tentang bagaimana tentang cara pemberian makanan dan macam – macam makanan yang cocok diberikan kepada bayi.
3) Dukungan penilaian Dukungan penilaian yang positif terhadap suami bahwa pemberian makanan tambahan kepada bayi bahwa sangat baik diberikan kepada bayi. 4) Dukungan finansial Pemberian berupa dana atau biaya kepada suami untuk keperluan keluarga guna untuk membeli makanan tambahan kepada bayi 5) Lingkungan Kemiskinan selalu diidentikkan dengan tingkat sosial ekonomi yang masih relatif rendah, dan ini sering dikaitkan dengan kepadatan lingkungan kehidupan yang tingi. Suatu dampak yang negatif dalam kehidupan lingkungan kepadatan tinggi mungkin timbul dari perasaan
yang tidak berdaya, yaitu perasaan seseorang bahwa ia tidak berdaya atas interaksi sosial dan tidak dapat mengatur gangguan orang lain pada tempat dan sifanya pribadi (Atkinson, 2007). Sedangkan Faktor internal menurut Kariyoso (1994) adalah : a) Fisik Fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi fisik. Selain itu juga kondisi fisik seseorang dipengaruhi beberapa faktor di antaranya status gizi, kesehatan (Bobak, 2004).
b) Kepribadian Kepribadian adalah corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam diri yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuikan diri terhadap rangsangan dari dalam diri maupun lingkungan, sehingga corak dan cara kebiasaannya itu merupakan kesatuan fungsional yang khas pada manusia (Kariyoso, 1994). c) Intelegensia Intelegensia adalah seluruh kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara efektif, sehingga orang mempunyai intelegensia tinggi akan lebih muda menyerap informasi dan nasehat ( Kariyoso, 1994). d) Umur Umur
adalah
seseorang
sejak
dilahirkan
sampai
saat
berulangtahun kembali. Tingkat kemempuan seseorang dalam berfikir
dapat dilihat dari segi umur seseorang, dimana seorang yang cukup umur maka kematamngan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam, 2001). e) Tingkat pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun atau segala sesuatu yang diketahui orang dari pengalaman yang didapat (Patmonodewo, 2000). Suatu pengetahuan yang dibentuk oleh sebuah sikap akan meimbulkan perilaku dalam kehidupan sehari – hari akan lebi baik dari pada tanpa didasari apapun (Notoatmodjo, 1997). f) Sikap dan perilaku Sikap adalah suatu respon yang muncul sehingga dapat diterima atau ditolak (Wudiarto, 1992). Perilaku adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh organisme tersebut baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 2007). Perilaku merupakan segala bentuk tanggapan dari ligkungan yang ada dan merupakan suatu proses (Budioro, 2007). g) Tingkat pendidikan Pendidikan adalah segala sesuatu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga merka melakukan apa yang diharapkan oleh perilaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pendidikan ibu sangat
menentukan sikap dan tingkah laku dalam menghadapi beberapa masalah dalam keluarga dan meningkatkan daya tangkap informasi dan cepat mengambil keputusan ( Satoto, 1992 ). 7. Pemberian MP – ASI a. Definisi MP – ASI Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi guna memenuhi kebutuhan bayi atau anak dalam melengkapi ASI
dan
biasanya diberikan pada bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan guna pemenuhan energi dan nutrisi yang tidak tercukupi oleh ASI karena pada masa itu produksi ASI mulai menurun (Kumpulan Makalah Bidang Gizi, (2000) dan Azwar (2000).
b. Syarat – Syarat makanan pendamping ASI Menurut Ali komson (2006) Dalam pemberiamn makanan pendamping pada anak harus memenuhi beberapa syarat yang harus diperhatikan pada ibu, diantaranya adalah: 1) Makanan yang di sajikan harus padat gizi dan seimbang, kaya energi, cukup protein, dengan mutu yang tinggi dengan perbandingan lemak yang berimbang diantara lemak jenuh dan tak jenuh dan nantinya akan mudah di cerna oleh organ pencernaan tubuh bayi. 2) Makanan yang di sajikan dapat di terima dengan baik oleh organ pencernaan si bayi yaitu di lambung, dan di sukai, dibutuhkan terjangkau,
mengandung nilai nilai sosial ekonomi budaya dan agama serta tradisi yang baik. 3) Makanan yang disajikan aman dikonsumsi oleh bayi yaitu makanan yang disajikan bebas dari gangguan dari patogen dan organik lainnya bebas dari racun dan bahan – bahan yang berbahaya lainnya. Di tambahkan lagi menurut WHO (2003) tentang makan tambahan yang baik untuk bayi adalah: 1) Makanan yang dimakan kaya energi protein dan mikronutrien terutama zat – zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin B, C, D, dan K. 2) .Bersih dan Aman a) Tidak ada pathogen misalnya tidak ada baktrei penyebab penyakit, atau organisme penyebab penyakit. b) Tidak ada bahan kimia lainnya yang berbahaya atau toksik. c) Makanan yang disajikan tidak terlalu panas. d) Makanan yang disajikan tidak terlalu pedas. e) Makan mudah dicerna oleh organ pencernaan. f) Makanan disukai oleh anak. g) Makanan tersedia dan mudah dijangkau.
c. Tahapan pemberian makanan pendamping ASI menurut kelompok umur 1) Umur 0 – 6 bulan Bayi hanya diberi ASI saja, lebih sering lebih baik karena ASI banyak mengandung zat - zat antibodi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, serta sangat baik untuk pertumbuhan otak bayi. 2) Umur 6 – 9 bulan Bayi yang diberi ASI dan makanan pendamping karena pada usia umur 6 bulan lebih ASI mulai menurun, dan alat cerna sudah berfungsi dengan baik, makan yang cocok diberikan diantaranya bubur, tepung beras, bubur encer, pisang lumat dan pepaya lumat. 3) Umur 9 – 12 bulan Bayi diberi ASI dan diberi makanan pendamping seperti makanan bubur, nasi, dan mulai menginjak umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan makanan keluarga. 4) Umur 12 – 24 bulan Bayi tetap terus diberi ASI dan makan lengkap sekurang kurangnya diberikan 3x sehari dengan porsi separoh makan tetapi diberi makanan selingan 2-3x se hari.
d. Kerugian dalam pemberian MP – ASI terlalu dini 1). Gangguan menyusui Dari bayi – bayi yang masih umur 0 – 6 bulan makanan yang paling cocok adalah ASI eksklusif tetapi dalam hal ini bayi sudah diperkenelkan makanan selain ASI sehingga dalam kelangsungan laktasi akan mengalami gagguan dan bayi sulit untuk menyusu. 2). Beban ginjal yang meningkat Sistem organ terutama organ ginjal, yang mempunyai fungsi sebagai reabsobsi. Apa bila makanan yang dimakan pada bayi terlalu banyak mengandung natrium akan meningkatkan beban kerja ginjal 2x lipat, dan kemungkinan akan terjadi hiperosmolaritas sehingga bayi cepat lapar, haus. 3). Alergi terhadap makanan Pemberian makanan pendamping ASI akan memberikan dampak pada bayi mudah alergi terhadap makanan yang dia makan diantaranya diare, gatal gatal, Di samping itu juga bayi alergi terhadap sayuran, ikan, telor. 4). Perubahan selera makan Pada bayi biasanya makan makanan yang sering disukai bayi. Kebisaan makanan yang manis dan banyak mengandung gula kurang baik untuk bayi dan biasanya akan menyebabkan kerusakan pada gigi dan akan membiasakan bayi untuk makan yang manis dan susah menerima jens makanan yang lain.
B. Karakteristik ibu Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Karakter adalah sifat kejiwaan, ahlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lainnya, atau ciri – ciri kusus yang mempunyai sifat khas yang sesuai dengan perwatakan tertentu (Suharso, Retnoningsih, 2005). Menurut Notoatmoodjo (2003) bahwa karakteritik merupakan salah satu faktor pendukung yang meliputi antara lain umur, jeniskelamin, status perkawinan, etnik, budaya, pendidikan formal, sosial dan lain – lain. Karakteristik ibu diantaranya dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Umur ibu Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulangtahun. Tingkat kemampuan atau kematangan individu dalam berfikir hal ini ibu bisa dilihat dari segi umur seseorang dimana semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseoramg akan leih matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam, 2001). Pandangan yang lain pada umur 20 – 35 tahun, menurut Hurlock (1997) disebutkan bahwa sebagai masa dewasa dan masa reproduksi, dimana pada masa ini diharapkan seseorang telah mampu dalam memecahkan sebuah permasalahan – permasalahan yang sedang dihadapi dengan tenang dan secara emosional. Dalam hal ini perkembangan usia ibu sangat menentukan didalam pengambilan sebuah keputusan kepada keluarga dalam pemberian makanan pendamping kepada bayi supaya nantinya tidak terjadi sesuatu hal yang tidak
diinginkan kepada bayinya.. Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa semakin meningkatnya umur, maka persentase pengetahuan semakin baik, karena disebabkan oleh akses informasi wawasan dan mobilitas yang tinggi (Kusmayanti, 2005). Di dalam diri seseorang diharapkan bahwa semakin meningkatnya umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfiir dan bekerja akan lebih matang dan siap untuk menghadapi tantangan di dalam rumah tangga (Hurlock, 2002).
2. Pendidikan ibu Pendidikan
adalah
segala
upaya
yang
direncanakan
untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka
melakukan
apa
yang
diharapkan
oleh
pelaku
pendidikan
(Notoatmodjo 2003). Sementara itu A Joint Comunitee on Terminologi in Health Education United States (1973) yang dikutip Notoatmodjo (2003) menambahkan tentang pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang mencakup dimensi dan kegiatan – kegiatan dari internal, psikologi dan sosial yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam mengambil keputusan secara sadar dan mempunyai kesejahteraan diri, keluarga, dan masyarakat. Tingkatan pendidikan ibu sangat banyak menentukan sikap dan tingkah laku ibu dalam hal untuk menghadapi beberapa masalah yang nantinya suatu saat akan muncul dalam keluarga.(Satoto,1992)
Fatimah Muiz (1994) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pada kelompok ibu yang berpendidikan rendah dalam pemberian makanan tambahan kepada bayinya pada usia 1 -2 minggu setelah lahir, sedangkan pada kelompok ibu yang berpendidikan cukup dalam pemberian makanan tambahan bayinya setelah berusia lebih dari 1 bulan. Jadi dalam hal ini tingkat pendidikan ibu dengan berpendidikan yang cukup dan berpendidikan formal merupakan salah satu faktor pendukung dalam kemampuan menyerap informasi tentang gizi. Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi dapat meningkatkan daya tangkap ibu dengan masalah gizi dan dalam keluarga mampu mengambil tindakan secara cepat dalam masalah kesehatan (Fatimah dan Hernanto,1992). Di tambahkan pula dalam factor pendidikan dalam pemberian makanan pendamping ASI adalah dalam pendidikan yaitu tentang penerimaan informasi tentang makanan tambahan dari suatu provaider atau dari informan. Sebuah informasi yang disampaikan dengan cepat dengan mudah diterima oleh seseorang lebih cepat dan dipahami oleh seseorang yang berpendidikan lebih tinggi bila dibanding oleh seseorang yang berpendidikan rendah (Saefudin, 1996).
3. Pekerjaan Kerja merupakan melakukan kegiatan atau aktifitas dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan
selama paling sedikit satu jam dalam seminggu. Waktu tersebut berurutan dan tidak terpitus (Barthos, 2001). Pekerjaan adalah kedudukan seseorang didalam melakukan pekerjaan, yaitu apakah orang tersebut berkedudukan sebagai buruh atau karyawan, berusaha dengan dibantu pekerja keluarga atau buruh tidak tetap, buruh yang dibantu atau karyawan tetap pekerja keluarga tanpa upah atau segi pekerja sosial (Hasibuan, 2003). Jadi kegiatan yang dimaksud adalah aktivitas guna mendapatkan uang atau penghasilan guna menambah kebutuhan ekonomi kelaurga.
4. Pendapatan Pendapataan merupakan berupa pendapatan atau uang yang mempunyai daya
beli.
Seseorang
mampu
untuk
membeli
sesuatu
kebanyakan
menggunakan mata uang. Pendapatan merupakan salah satu faktor pendukung untuk menentukan derajat sosial seseorang. Kwalitas makanan seseorang berhubungan dengan pendapatan dalam pemberian makanan pendamping ASI karena apabila seseorang memiliki pendapatan cukup akan mudah membelanjakan uang untuk pemenuhan kebutuhan bayi.
C. Tingkat Pengetahuan 1. Pengertian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tahu adalah mengerti, sudah melihat, Mendapatkan afiks pe – an. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang
sudah diketahui (Suharso, Retnoningsih, 2005). Pengetahuan adalah informasi, maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseoang. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melelui pengamatan indrawi dan
secara
observasi
yang
dilakukan
secara
impiris
dan
rasional.
(.http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan. 27 Mei 2009). Di tambahkan pula Patmonodewo (2000) pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun atau segala sesuatu yang diketahui orang dari pengalaman yang didapat. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 1997). Suatu pengetahuan dapat dibentuk oleh sebuah sikap dan akan menimbulkan perilaku didalam kehidupan sehari – hari (Notoatmaodjo, 2002). Dari sebuah informasi yang logis dan lengkap dan dapat diterima oleh seseorang dan mudah dipahami akan mempermudah membantu seorang ibu dalam mengambil keputusan dalam hal ini memberikan makanan pendamping ASI ke pada seorang bayi karena dengan alasan – alasan tertentu kepada anaknya dan mempunyai keinginan yang akan dicapai (Hartono, 2004). Notoatmodjo (2003) dalam bukunya membagi pengetahuan dalam beberapa tingkatan yang diantaanya adalah: a. Tahu Yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Mengingat yang biasa disebut dengan recel yaitu secara spesifik
dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang telah diterinma dengan cara menyebutkan, mengurutkan dan mendefinisikan. b. Memahami Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan kembali tentang materi yang telah disampaikan. c. Aplikasi Yang dapat diartikan bahwa mampu menggunakan hukum
dan mampu
merumuskan tentang metode dan prinsip yang sesui dan berlaku dilingkungan tersebut. d. Analisis Suatu kemempuan untuk menjabarkan kembali kedalam komponen – komponen tetapi masih dalam suatu sturuktur dan masih ada dalam kaitannya satu dengan yang lain yang ditunjukkan dengan mampu menggambarkan, membedakan, dan lain sebagainya. e. Sintesis Suatu kemempuan untuk meletakkan dan mengembangkan bagian- bagian dalam
bentuk
keseluruhan
yang
baru
dengan
ditunjukkan
dengan
mengumpulkan informasi dari informasi yang lama. f. Evaluasi Kemampuan untuk memulai suatu materi atas kriteria yang ditentukan sendiri dan dibandingkan dengan yang lainnnya dan memberikan respon kembali.
Menurut Sukmadinata (2003) Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: 1) Pendidikan : Seseorang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai cara pandang dan berfikir dalam pengabilan keputusan. 2) Paparan media massa: Pengaruh dari informasi yang sekarang ini yang sangat pesat maka mempengaruhi perkembangaan dan membawa perubahan tentang pengetahuan dalam hal bersikap dan bertindak. 3) Ekonomi: Pada kelurga yang status ekonomi rendah akan mempengaruhi pendapatan. Disamping itu juga kemempuan untuk membelanjakan uang. dibandingkan dengan yang status ekonomi yang tinggi. 4) Sosial: kegiatan interaksi komunikasi antar manusia ini akan terjadi sebuah yang namanya transfer informasi antara satu dengan yang lain yang nantinya akan mempenngaruhi pada diri seseorang dan pada dasarnya membawa sebuah perubahan. 5) Pengalaman: Pengalamaan seseorang yang pernah dilakukan serta kejadian – kejadian akan memberikan pengalaman yang pada masa yang akan mendatang. 6) Mitos: Merupakan kepercayaan yang dipunyai oleh seseorang dan biasanya terjadi pada daerah tertentu dan dijadikan kebiasaan (Rochmah, 2005). 7) Nilai agama: Keyakinan dalam mentransformasikan dan mengekpresikan keabstrakan tuhan. Berkembangnya kesadaran atau keyakinan bergama semakin menambah keberagaman polapikir pada masyarakat.
2. Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan kuesioner atau angket untuk mengukur kemempuan menjawab isi materi yang akan dijawab oleh responden. Pengetahuan yang ingin diketahui oleh peneliti dapat disesuiakan dengan tingkat responden yang ada (Notoatmodjo, 2003).
3. Cara memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2000) dari berbagai macam cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah yaitu: a. Cara tradisional Untuk memperoleh pengetahuan cara kuno atau tradisional dipakai orang untuk memperoleh kebenaran tentang pengetahuan. Sebelum ditemukannya metode ilmiah untuk penemuan secara logis dan sistematis. b. Cara coba – coba Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan belum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan untuk memecahkan masalah, upaya yang dilakukan dengan cara mencoba. Dimana metode ini telah digunakan orang dalam sudah cukup lama untuk memecahkan masalah, bahkan pada masa sekarang metode ini masih sering digunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masakah. c. Cara kekerasan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari – hari banyak kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui peralatan apa yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan otoritas atau kebiasan. Baik tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemeimpin agama atau otoritas ilmu pengetahuan. d. Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman merupakan guru yang baik, demikian yang diungkapkan kata pepatah dengan maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran didalam pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan, namun perlu diperhatikan bahwa tidak sama pengalaman pribadi dapat menentukan seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar maka diperlukan berpikir secara kritis dan logis. e. Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan lewat manusia, cara berfikir manusia ikut berkembang juga. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran tentang pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik secara induksi maupun deduksi. f. Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan Cara ini sering disebut dengan metode penelitian ilmiah. Penelitian cara ini mula – mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala - gejala alam
atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil sebuah kesimpulan.
D. Hubungan karakteristik dan pengetahuan dengan motivasi ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI Hubungan karakteristik dan pengetahaun pada ibu merupakan salah satu faktor. Sebab akan mempengaruhi perkembengan pada keluarga. Apabila seorang ibu mempunyai pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan
dan
perkembangan
serta
kesehatan
setiap
anggota
keluarga
(Notoatmodjo, 2003). Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dwi Retno Pujiastuti (2007) tentang pemberian makanan pendamping pada usia bayi pertamakali,di Puskesmas Tambak aji Semarang, dengan uji validitas 0,44 dan reliabelitas >0,6 bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan, pendapatan dan pengetahuan dalam pemberian makanan pendamping. Hasil tersebut sesuai dengan dengan pernyataan Satoto (1992) dan Wiryo (2002) bahwa faktor pendidikan, pendapatan, pengetahuan dapat mempercepat pemberian MP – ASI.. Perkembangan teknologi komunikasi dan media masa yang menyebar dan memberikan informasi dan hiburan sehingga dapat mempercepat perkembengan budaya. Derasnya tekanan arus globalisasi dari luar dan tak mungkin dibendung. Menurut para ahli menyakini bahwa dengan pendidikan yang kuat serta pengetahuan yang baik dapat menyelamatkan anak dan keluarga.
E. Kerangaka Teori Faktor motivasi Ekternal - Sosial - Budaya - Paparan media masa - Pelayanan kesehatan - Petugas kesehatan - Dukungan suami - Lingkungan
Motivasi
` Internal - Fisik - Sikap - Kepribadian - Intelegensia - Perilaku - Umur - Tingkat pengetahuan - Tingkat pendidikan
Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2003),Atkinson (2008), Kariyoso (1994) dan Handoko (1998) Gambar 2.1 : Kerangka Teori
F. Kerangka Konsep Variabel dependen
Variabel independen
Karakteristik ibu
Motivasi
Tingkat Pengetahuan Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
G. Varibel Penelitian Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda,manusia dll). (Soeprapto, Taat putra,dan Haryanto, 2000) Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level dari abstrak yang di definisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2003). 1. Variabel independent (bebas) yaitu varibel yang nilainya menentukan variabel lain. Variabel dalam penelitian ini adalah karakteristik (Umur, Pendidikan, Pekerjaan) dan pengetahuan. 2. Variabel dependen (tergantung) yaitu variable yang nilainya di tentukan oleh variable lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah motivasi.
H. Hipotesis Penelitian Ada hubungan antara karakteristik dan tingkat pengetahuan dengan motivasi ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang.