BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 RESIN KOMPOSIT Istilah bahan komposit dapat didefenisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri. Perkembangan komposit sebagai bahan restorasi dimulai dari akhir tahun 1950-an dan awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya pengerasan
dan
kecenderungan
berubah
warna,
mendorong
Bowen
mengkombinasikan keunggulan epoksi dan akrilat. Percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul bis-GMA yang memenuhi persyaratan matriks resin komposit gigi.1 Resin komposit digunakan dalam bidang konservatif kedokteran gigi untuk mengurangi kelemahan dari resin akrilik yang telah digunakan untuk menggantikan tempat semen silikat pada tahun 1940. Pada tahun 1955, orthophosphoric acid telah digunakan untuk memperbaiki perlekatan resin akrilik terhadap permukaan enamel. Pada tahun 1962, bis-GMA monomer digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat fisik dari resin akrilik.7 Keadaan komposit yang polimerisasi secara kimia, memerlukan adonan kasar (base paste) dicampur dengan katalis telah menimbulkan beberapa kelemahan dari segi perbandingan bahan, proses pencampuran dan stabilitas warna. Pada tahun
1970, bahan-bahan
komposit
di polimerisasi dengan
radiasi
elektromagnetik. Pada umumnya, suatu sumber cahaya ultraviolet (365 nm) telah digunakan sebagai tenaga cahaya, tetapi terdapat beberapa kelemahan dari segi polimerisasinya, cahayanya telah digantikan dengan cahaya visual (427-491 nm) yang digunakan hingga sekarang.8 Resin komposit dapat ditentukan menurut konsistensinya yaitu komposit hybrid yang flowable dan packable. Komposit hybrid yang flowable mempunyai kandungan filler yang rendah, ukuran partikel yang kecil dan kepekatan yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
Pabrik menganjurkan beberapa indikasi dalam penggunaannya yaitu sebagai pit dan fissure sealent, memperbaiki kerusakan marginal dan restorasi Klas V.9 Komposit hybrid yang packable juga disebut sebagai high-density composite, mempunyai kandungan filler yang tinggi. Menurut pabrik, perbaikan terhadap komposisinya seperti mengurangi kelekatan dan meningkatkan kepekatan dapat tercapai dengan bertambahnya filler atau dengan modifikasi resin. Komposit packable yang mempunyai kepadatan yang tinggi serta kurang daya lekat dapat digunakan untuk mendapatkan kontak interproximal yang tepat.9 Menurut Schneider Komposit resin diklasifikasikan seperti yang terlihat pada tabel 1: Tabel 1 : Klasifikasi komposit resin.9 Ukuran Partikel Filler
Kategori Komposit
10-20 µm
Tradisional
0,01-0,05 µm
Microfilled
10-15 µm
Hybrid
1-0,6 nm
Nanomer
Komposit resin telah diklasifikasikan dalam beberapa cara, tergantung pada komposisinya. Menurut Lutz dan Phillips, komposit resin di bagi berdasarkan ukuran partikelnya, yaitu makro filler komposit (partikel-partikel dari 0,1 hingga 100 u), micro filler komposit (0,04 u partikel) dan hybrid komposit (filler daripada ukuran yang berbeda-beda). William mengklasifikasikan resin komposit berdasarkan jumlah parameter yaitu persentase (dengan volume) dari inorganik filler, ukuran dari partikel utama, kekasaran permukaan dan tekanan kompresif.8,9 Seperti yang terlihat pada tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2 : Klasifikasi Komposit menurut William.9 Composite Type
Filler
Densified composite
Midway-filled
< 60% by volume
Ultrafine
Particles < 3 um
Fine
Particles > 3 um
Compact-filled > 60% by volume
> 60% by volume
Ultrafine
Particles < 3 um
Fine
Particles > 3 um
Microfine composite
Homogeneous
Heterogeneous
Miscellaneous composite
Average particle size = 0,04 um Blends of densified and microfine composite
Traditional composite
Equivalent to what are termed marofill composite in other classifications
Fiber-reinforced composite
Industrial-use composites
2.1.1 Komposisi Resin Komposit Komposisi dari resin komposit adalah matriks resin atau pengikat yaitu BISGMA atau Urethane Dimethacrylate, bahan pengisi atau filler seperti quartz, colloidal silica atau heavy metal glasses dan coupling agent yaitu organo silanes.1 Terdapat pula bahan aktivator-inisiator untuk polimerisasi resin, bahan tambahan lain untuk meningkatkan stabilitas warna dan bahan inhibitor seperti hydroquinon untuk mencegah polimerisasi dini serta pigmen untuk memperoleh warna yang cocok dengan struktur gigi.1
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.1Matriks Resin Bis-GMA, urethane dimetacrylate (UEDMA), dan triethylene glycol dimetacrylate (TEGDMA) adalah golongan dimetakrilat yang umumnya digunakan. Bis-GMA
merupakan
derivat
hasil
reaksi
antara
bisphenol-A
dan
glycidylmethacrylate. Bis-GMA dan urethane dimetacrylate merupakan jenis monomer berviskositas tinggi karena memiliki berat molekul yang besar yang berfungsi untuk mengurangi pengerutan saat berpolimerasasi. Selain itu terdapat juga monomer berviskositas rendah yang berfungsi sebagai pengontrol viskositas untuk mengatasi kekakuan bahan komposit seperti methyl methacrylate (MMA), ethylene glycol dimethacrylate (EDMA) dan triethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA).10
Gambar 1. Struktur kimia Bis-GMA, UEDMA, dan TEGDMA.1
2.1.1.2 Partikel Bahan Pengisi Partikel bahan pengisi umumnya berupa quartz atau kaca dengan ukuran partikel berkisar antara 0,1-100 µm ataupun silika dengan ukuran ± 0,04 µm. Jumlah
Universitas Sumatera Utara
bahan pengisi yang dapat dimasukkan ke dalam matriks resin umumnya dipengaruhi oleh luas daerah permukaan bahan pengisi.1 Keuntungan dimasukkannya bahan pengisi ke dalam matriks resin antara lain mengurangi pengerutan dan koefisien termal ekspansi, meningkatkan sifat mekanis dari resin itu sendiri, dan itu dapat pula dimasukkan logam berat seperti Batrium dan Strontium yang akan memberikan radiopasitas pada komposit.10 2.1.1.3 Bahan Coupling Berikatannya partikel bahan pengisi dengan matriks resin memungkinkan matriks polimer lebih fleksibel dalam meneruskan tekanan ke partikel pengisi. Ikatan antara keduanya diperoleh dengan bahan coupling. Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan hidrolitik dengan mencegah air menembus sepanjang pertemuan bahan pengisi dan resin.1
Gambar 2. Struktur kimia bahan coupling ɤ-methacryloxypropyltriethoxysilane.9 Bahan coupling merupakan salah satu bahan yang paling sering digunakan dan salah satunya adalah ɤ-methacryloxypropyltrethoxysilane atau disingkat dengan ɤ-MPTS. Ikatan yang kuat dan tahan lama antara bahan pengisi dan resin sangat penting agar didapatkan penyaluran tekanan antara bahan pengisi dan resin yang efisien sehingga kemungkinan fraktur dan keausan restorasi dapat dihindari, serta mencegah terbentuknya titik awal retakan karena resin komposit memiliki resistensi yang rendah terhadap fraktur.1
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Jenis-jenis Resin Komposit Resin komposit umumnya dibagi menjadi tiga tipe berdasarkan ukuran, jumlah, dan komposisi bahan pengisi anorganik yaitu komposisi konvesional, komposit mikrolifer, dan komposit hybrid. Selain itu resin komposit juga dibagi berdasarkan mekanisme pengerasannya yaitu resin komposit diaktivasi kimia dan resin komposit diaktivasi sinar.11 2.1.2.1 Berdasarkan Ukuran Partikel Bahan Pengisi Berdasarkan ukuran partikel bahan pengisi resin komposit dibagi menjadi resin komposit tradisional (macrofiller), resin komposit microfiller, dan resin komposit hybrid.11 2.1.2.1.1 Resin Komposit Konvesional Resin komposit conventional umumnya berisi 75 – 80 %berat bahan pengisi anorganik dari beratnya. Ukuran partikel ini biasanya berkisar 5 – 25 µm dengan ratarata biasanya berkisar 8 µm. Jadi ukuran partikel berhubungan dengan jenis komposisi bahan pengisi. Karena ukuran yang agak besar dan partikel bahan pengisi yang relatif keras akan menunjukkan tekstur permukaan yang kasar.11 2.1.2.1.2 Resin Komposit Microfilled Bahan pengisi yang digunakan adalah partikel silika yang berukuran rata-rata 0,04 µm. Dari segi estetis resin komposit ini lebih unggul, tetapi sangat mudah aus karena partikel silika koloidal cenderung menggumpal. Kekuatan kompresif dan tensilnya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan resin komposit konvensional. Kelemahan dari komposit ini adalah lemahnya ikatan antara partikel komposit dan matriks sehingga mempermudah pecahnya suatu restorasi.11 2.1.2.1.3 Resin Komposit Hybrid Sesuai namanya ada dua macam partikel bahan pengisi pada komposit jenis ini yaitu partikel silika kolodial sebesar 10-20 %berat dan partikel kaca berukuran
Universitas Sumatera Utara
0,6-1,0 µm sebesar 75-80 %berat. Sifat fisik dan mekanis komposit ini terletak di antara komposit konvensional dan komposit mikrofiller. Karena permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit ini banyak digunakan untuk tambahan gigi anterior.11 2.1.2.2 Berdasarkan Mekanisme Pengerasan Berdasarkan mekanisme pengerasannya resin komposit terbagi menjadi resin komposit diaktivasi kimia dan resin komposit diaktivasi sinar.12 2.1.2.2.1 Resin Komposit Diaktivasi Kimia Bahan yang diaktivasi secara kimia umumnya terdapat di pasaran dalam bentuk dua tube, salah satunya berisi inisiator benzoyl peroxide dan yang lainnya adalah aktivator tertiary amine. Bila kedua bahan ini dicampurkan, amine akan bereaksi dengan benzoyl peroxide membentuk radikal bebas dan pengerasan akan terjadi. Kelemahan dari resin komposit jenis ini adalah waktu kerjanya yang relatif singkat, resin akan mengeras dalam beberapa menit sehingga diperlukan keterampilan operator saat pengadukan.12,13 2.1.2.2.2 Resin Komposit Diaktivasi Sinar Pada awal tahun 1970-an dikembangkan jenis komposit yang akan mengeras jika terpapar oleh sinar ultraviolet. Keuntungan dari jenis komposit ini adalah waktu kerja yang panjang sehingga operator tidak terburu-buru ketika menempatkan material karena komposit tidak akan mengeras jika tidak terpapar oleh lampu sinar ultraviolet. Namun kekurangannya adalah resiko terhadap kesehatan akibat terpapar radiasi sinar ultraviolet dengan intensitas yang tinggi serta terbatasnya daya penetrasi pada restorasi yang dalam sehingga komposit tidak terpolimerisasi sempurna.7 Kemudian dikembangkanlah sistem aktivasi sinar biru untuk menggantikan sinar ultraviolet. Walaupun sistem aktivasi sinar tampak ini mempunyai daya penetrasi yang lebih besar namun dasar restorasi tetap tidak terpapar oleh sinar
Universitas Sumatera Utara
dengan intensitas yang cukup untuk dapat mengeras dengan sempurna. Oleh karena itu restorasi sebaiknya dibuat dengan membentuk beberapa lapisan tipis untuk memastikan terjadi pengerasan yag adekuat. Walaupun sinar yang digunakan jenis sinar tampak namun tetap ada kemungkinan terjadi kerusakan retina jika dilihat secara langsung dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu disarankan menggunakan kaca khusus berwarna oranye dan filter selama penyinaran.14 Bahan restorasi resin komposit yang diaktivasi sinar umumnya terdapat di pasaran berbentuk pasta dan tube mengandung foto-insisiator dan aktivator amine. Kedua bahan ini akan bereaksi membentuk radikal bebas jika disinari dengan panjang gelombang yang tepat yaitu 468 nm. Waktu optimal untuk penyinaran adalah 60 detik.14 Foto-inisiator yang umum digunakan adalah camphoroquinone, yang memiliki penyerapan berkisar 400 dan 500 nm yang berada pada region biru dari spektrum sinar tampak. Inisiator ini sebesar 0,2 %berat atau kurang. Terdapat juga akselerator
anime
yang
cocok
bereaksi
dengan
camphoroquinone
seperti
dimethylaminoethyl methacrylate sebesar 0,15 %berat.15 2.1.3 Sifat – sifat Resin Komposit Sifat mekanis resin komposit dipengaruhi oleh jumlah partikel bahan pengisi, jenis partikel bahan pengisi, efisiensi proses berikatannya partikel bahan pengisi dengan matriks resin, dan tingkat porositas dari material itu sendiri, sedangkan sifat fisiknya antara lain kekasaran permukaan, penyerapan air dan kelarutan.16 2.1.3.1 Kekasaran Permukaan Kekasaran adalah ukuran ketidakaturan dari permukaan yang telah diproses akhir dan diukur dengan satuan mikrometer (µm). Quryen, dkk (1997) dan Bollen, dkk (1990) menyatakan bahwa kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal adalah mendekati 0,2 µm atau kurang. Kekasaran merupakan faktor yang penting terhadap pelaksanaan komponen mekanis, karena ketidakaturan pada permukaan dapat menjadi daerah inti retakan dan korosi.17
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Heintze, dkk (2009) menyatakan kehalusan resin komposit tergantung terhadap tekanan saat aplikasi bahan abrasif. Tekanan bahan abrasif sangat tergantung pada tipe bahan abrasif yang digunakan. Penggunaan bahan abrasif pada resin komposit dengan tekanan yang besar, akan menghasilkan permukaan resin komposit yang kurang halus karena terjadinya peningkatan kekasaran resin komposit akibat semakin dalam dan besarnya permukaan goresan yang terbentuk.18 2.1.3.2 Kekerasan Permukaan Kekerasan permukaan dapat didefenisikan sebagai ketahanan suatu bahan terhadap deformasi dari tekanan yang diberikan padanya. Kekerasan resin komposit hybrid adalah sekitar 90 VHN.19 2.1.3.3 Kekuatan Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan tekanan yang diberikan kepadanya tanpa terjadi kerusakan. Kekuatan masing-masing jenis komposit dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 11 Tabel 3 : Sifat Bahan Resin Komposit. 11 Sifat
Kekuatan Kompresi
Bahan Komposit Komposit
Komposit
Komposit
Tradisional
Microfiller
Hybrid
250 – 300 Mpa
250 – 350 Mpa
300 – 350 Mpa
50 – 65 Mpa
30 – 50 Mpa
70 – 90 Mpa
8 – 15 Gpa
3 – 6 Gpa
7 - 12 Gpa
( compressive strength ) Kekuatan Tarik ( tensile strength ) Kekuatan Elastik ( flexural strength )
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.4 Kepadatan Kepadatan permukaan bahan resin komposit bergantung pada jenis resin komposit berdasarkan bahan pengisinya. Kepadatan partikel bahan pengisi ini menentukan ketahanan komposit terhadap fraktur. Semakin banyak jumlah partikel bahan pengisi maka komposit tersebut semakin tahan terhadap fraktur.20 2.1.3.5 Penyerapan Air Penyerapan air diukur dengan membandingkan antara berat air yang diserap oleh suatu material dengan berat material dalam keadaan kering. Penyerapan air oleh resin komposit dapat didefenisikan sebagai jumlah air yang diserap oleh suatu material komposit ketika direndam dalam air selama jangka waktu tertentu. Jumlah air yang dapat diserap bergantung kepada jumlah matriks resin yang terdapat pada komposit dan kualitas ikatan antara matriks resin dengan bahan pengisi. Jumlah air yang dapat diserap oleh resin komposit adalah sekitar 40-45 µm/mm.21,22 2.2 Pasta Gigi Pasta gigi didefenisikan suatu bahan semi-aqueos yang banyak digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan gigi, dan pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi dan memberikan rasa segar pada mulut.4 2.2.1 Kandungan Utama Pasta Gigi Kandungan utama yang terdapat dalam pasta gigi yaitu : a. Bahan abrasif ( 20-50% ) Bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi umumnya berbentuk bubuk pembersih yang dapat memoles dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk dan jumlahnya dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif antara lain hydrocated silica, sodium bikarbonat, aluminium oxide, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat.4
Universitas Sumatera Utara
Pasta gigi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasta gigi yang mengandung perlite dan tanpa perlite, dimana perlite merupakan produk alamiah dari dalam bumi. Warna asli umumnya abu-abu, meski bisa juga berwarna hijau, coklat, biru atau merah. Setelah dipanaskan, warnanya berubah menjadi abu-abu atau putih. Perlite merupakan batuan silika yang mengandung persentase silika (Si) yang tinggi. Batuan ini 2-5% mengandung air, sehingga bila terkena pemanasan (871oC) akan membuat air yang menyelusup di antara batuan menjadi menguap sehingga batuan menjadi porus (berlubang-lubang), mirip seperti popcorn karena ukuran batuan bisa mencapai 20 kali besar ukuran aslinya.13 Fungsi utama bahan ini kurang lebih sama dengan pumice yang lebih dikenal dalam dunia kedokteran gigi sebagai bahan abrasif. Selain berfungsi untuk menghilangkan noda tertinggal akibat makanan dan minuman berwarna, pumice ini dimaksudkan pula sebagai bahan poleshing, yakni untuk menggosok permukaan gigi sehingga menjadi bersih dan bersinar. Namun tidak ada standar khusus, seberapa banyak bahan abrasif diperbolehkan ada dalam pasta gigi. Penelitian menunjukkan, pemakaian pasta gigi dengan bahan abrasif yang kurang tepat, justru membuat permukaan gigi menjadi kasar. Oleh karena itu pemilihan pasta gigi harus didasarkan pada kebutuhan.13 Bahan abrasif tersebut bisa mengurangi pewarnaan gigi akibat minuman misalnya pada orang yang terbiasa meminum kopi, teh atau merokok dan juga dapat mengurangi jumlah tar rokok yang melekat pada gigi. Namun bagi orang yang tidak biasa minum kopi, teh atau merokok dan lebih sering minum putih, pemakaian pasta gigi dengan bahan abrasif tidak terlalu perlu. Karena kebutuhan seseorang terhadap bahan abrasif dalam pasta gigi tidak diketahui secara pasti, alangkah baiknya untuk melakukan uji coba pasta gigi sesuai dengan pola makan dan minum sehari-hari sehingga bisa menemukan pasta gigi yang tepat.13 Perlite memiliki kelebihan antara lain, dapat mengurangi pewarnaan gigi karena makan dan minum, kekurangannya bisa membuat permukaan gigi menjadi lebih kasar. Untuk bahan asli dari perlite, tidak dianjurkan pemakaian bahan asli tersebut. Sebab pemakaian yang tidak tepat justru akan membuat gigi rusak.13
Universitas Sumatera Utara
b. Air ( 20-40% ) Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut.4 c. Humectants atau bahan pelembab ( 20-35% ) Humectan adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga kelembaban.4 2.2.2 Kandungan Tambahan Pasta Gigi Kandungan tambahan yang terdapat dalam pasta gigi yaitu : a. Bahan perekat ( 1-2% ) Bahan perekat ini dapat mengontrol kekentalan dan memberi bentuk krim dengan cara mencegah terjadinya pemisahan dalam solid dan liquid pada suatu pasta gigi. Contohnya antara lain glycerol, sarbitol, polyethylene glycol (PEG)dan cellulose gum.4 b. Surfactan atau detergent ( 1-3% ) Bahan detergen yang banyak terdapat pada pasta gigi di pasaran adalah sodium laurul sulphate ( SLS ) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan, melarutkan lemak, dan memberikan busa sehingga pembuangan plak, debris, material alba dan sisa makanan menjadi lebih mudah.4 c. Bahan penambah rasa ( 0-2% ) Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk memberikan cita rasa yang beranekaragam. Misalnya rasa mint, stroberi, kayu manis bahkan rasa permen karet untuk anak-anak.4 d. Bahan terapeutik ( 0-2% ) Bahan terapeutik yang biasanya ditambahkan dalam pasta gigi adalah flouride, bahan desentisasi, bahan anti tar-tar, bahan antimikroba, bahan pemutih dan bahan pengawet.4 Manfaat masing-masing bahan terapeutik yaitu : 1. Fluoride Penambahan Fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel dengan cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri untuk memproduksi
Universitas Sumatera Utara
asam.
Jenis Fluoride yang terdapat dalam pasta gigi adalah stannous fluoride,
sodium fluoride dan sodium monoflourofosfat. Stannious fluoride merupakan flour yang pertama ditambahkan dalam pasta gigi yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasive. Flour ini bersifat antibacterial namun kelemahannya dapat membuat stein abu-abu pada gigi. Sodium fluoride atau NaF merupakan flour yang paling sering ditambahkan dalam pasta gigi, tapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan abrasif.4 2. Bahan desentisasi Jenis bahan desentisisasi adalah bahan yang digunakan untuk perawatan hipersensivitas dentin. Bahan ini yang paling sering digunakan dalam pasta gigi adalah pottasium citrate yang dapat memblok tranmisi nyeri diantara sel saraf dan stronsium chloride yang dapat menhambat tubulus dentin.4 3. Bahan anti tar-tar Bahan ini digunakan untuk mengurangi kalsium daan magnesium dalam saliva sehingga keduanya tidak dapat berdeposit pada permukaan gigi, misalnya tetrasodium pyrophosphate.4 4. Bahan anti mikroba Bahan ini digunakan untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, misalnya, zinc citrate, zinc phosphate.4 5. Bahan pemutih Antara lain sodium carbonat, hydrogen peroksida, citroxine dan sodium hexametaphospat.4 Material pemutih dapat berperan sebagai oksidator atau reduktor. Kebanyakan adalah oksidator, reaksinya adalah reaksi oksidasi. Diduga bahan yang diputihkan akan melepaskan elektron kebahan pemutih gigi, atau bahan yang berwarna diubah menjadi bahan yang tidak berwarna. Bahan yang paling umum dipakai adalah cairan hidrogen peroksida dengan berbagai kekuatan. Hydrogen peroksida merupakan oksidator kuat dan tersedia dalam berbagai konsentrasi, tetapi konsentrasi 30 % sampai 35 % (superoxol, perhydrol) merupakan bahan yang paling umum.22
Universitas Sumatera Utara
6. Bahan pengawet Bahan ini berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dalam pasta gigi. Contohnya, sodium benzoate, methylparaben dan etihylparaben.4 2.3 Kekasaran Permukaan Kekasaran permukaan adalah ukuran yang tidak teratur dari suatu permukaan yang telah diproses akhir dan diukur dengan satuan mikrometer (µm). Kekasaran permukaan dihitung sebagai deviasi rata-rata aritmatika dari dasar permukaan ke puncak permukaan tertentu. Permukaan yang halus sangat penting tidak hanya untuk pasien melainkan juga untuk jangka panjang suatu restorasi, estetik yang baik, oral hygiene dan perlekatan plak.1 Profilometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekasaran permukaan suatu bahan. Pengukurannya dengan cara ujung jarum diletakkan pada setiap spesimen yang akan diukur dan spesimen yang akan diukur diletakkan di atas meja yang datar dan kemudian ujung dari profilometer digerakkan di atas permukaan dan nilai kekasaran dapat diperoleh.4 Prinsip sentuhan dengan profilometer seperti yang terlihat pada gambar 3.
Gambar 3. Prinsip sentuhan stylus dengan alat profilometer.6 1.
Cantilever
2.
Ujung kecil stylus
3.
Arah horizontal
4.
Arah vertikal
5.
Permukaan objek
6.
Profil yang diukur
Universitas Sumatera Utara
2.4 KERANGKA KONSEP
Pasta Gigi
Jenis
Pasta Gigi tanpa Perlite
Komposisi Bahan
Pasta Gigi Mengandung Perlite
Abrasive
Durasi Penyikatan Tekanan Penyikatan Cara Penyikatan
Kekasaran Permukaan Resin Komposit
Universitas Sumatera Utara