BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas teori dan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan penelitian. Teori-teori serta pendapat pada penelitian ini merupakan hasil dari studi kepustakaan yang mencakup buku-buku, jurnal, dan penelitianpenelitian sebelumnya yang berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya.
2.1 Investasi Menurut Keith C. Brown, dan Frank K. Reilly (2006; P4), Investasi adalah suatu penyimpanan uang dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan future value yang dapat mengkompensasi investor untuk : 1. Jangka waktu uang tersebut disimpan atau diinvestasikan 2. Ekspektasi Tingkat Inflasi 3. Ketidakpastian pada pembayaran masa depan
2.1.1 Tujuan Investasi Tujuan dari investor berinvestasi tidak hanya di ekspresikan melalui tingkat pengembalian atau return yang diperoleh, tetapi juga oleh resiko dari investasi yang dilakukan. Melihat investasi hanya dari sisi return atau nilai pengembalian yang diperoleh dapat menghasilkan suatu instrument investasi yang tidak tepat untuk dimasukkan dalam portfolio.
9
10
Jadi sebelum seseorang melakukan investasi, investor tersebut perlu mengetahui pengembalian atau return yang di peroleh, juga perlu mengetahui secara sepenuhnya resiko yang dapat terjadi jika investor menginvestasikan uangnya pada instrument investasi tersebut. Toleransi terhadap resiko juga dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi psikologi individu termasuk asuransi yang dimiliki serta uang yang disimpan. Toleransi terhadap resiko juga dipengaruhi oleh keadaan keluarga, umur serta pendapatan yang dimiliki. Ekspektasi dari tingkat pengembalian seseorang dapat dilihat dari tujuan yang ingin diperoleh investor terebut. Menurut Keith C. Brown, dan Frank K. Reilly (2006; P39) ada 2 jenis tujuan yang ingin di dapat dari investasi yaitu: 1.
Capital Preservation Investor ingin meminimalkan resiko kerugian dari sebuah investasi, dengan kata lain, tingkat pengembalian yang diperoleh hanya perlu lebih besar daripada nilai inflasi yang ada. Strategi ini sangatlah direkomendasikan untuk investor dengan tipe Risk-Averse yaitu investor yang menghindari terjadinya resiko.
2.
Capital Appreciation Investor ingin portofolio yang dimilikinya berkembang dengan pesat dalam jangka waktu tertentu agar dapat mencukupi suatu
11
kebutuhan di masa mendatang. Dalam strategi ini, pertumbuhan didapatkan daripada capital gain atau perubahan atau penambahan nilai daripada suatu investasi. Ini adalah sebuah strategi yang aggressive untuk investor yang berani untuk mengambil resiko besar agar tujuannya tercapai.
2.1.2 Masalah-Masalah dalam Investasi Dalam rangka mencapai tujuan dari investasi yaitu resiko yang seminimal
mungkin
dengan
tingkat
pengembalian
semaksimal
mungkin, menurut Keith C. Brown, dan Frank K. Reilly (2006;P43) terdapat beberapa masalah lain yang juga mempengaruhi Investment Plan. Masalah yang mempengaruhi Investment Plan tersebut, yaitu : 1. Liquidity Needs Sebuah asset dikatakan liquid bila dapat dikonversi kembali ke dalam bentuk uang dengan cepat dan dengan nilai yang hampir mendekati nilai pasar. 2. Time Horizon Sebuah masalah dari seberapa pendek dan panjangnya jangka waktu dari sebuah investasi untuk mencapai tujuan prioritas utama. 3. Tax Concern Perencanaan Investasi selalu dirumitkan oleh pajak. Pajak daripada dividend, bunga, atau sewa-menyewa merupakan pajak marginal bagi investor. Pajak Marginal merupakan proporsi dari pendapatan
12
yang dimiliki investor yang nantinya akan dibayarkan berupa pajak. 4. Legal and Regulation Factors Proses Investasi dan Financial Markets sangat dipengaruhi oleh regulasi pemerintah dan hukum yang berlaku 5. Unique Needs and Preferences Hal ini merupakan pandangan pribadi dari tiap-tiap investor tentang bagaimana kebutuhan serta kriteria investasi yang diinginkan.
2.2 Hubungan Resiko dengan Tingkat Pengembalian
Gambar 2.1 Relation Between Risk & Return Sumber :https://www6.royalbank.com/educationcentre/english/images/40049-Fig-12-Retur-4D3633.gif
Kurva pada Gambar 2.1 menunjukan hubungan antara resiko dan tingkat pengembalian. Semakin besar tingkat pengembalian yang diinginkan oleh seseorang investor, maka resiko yang ada di dalamnya akan semakin besar.
13
Hal ini berlaku sebaliknya bagi seorang investor dengan tipe investasi riskaverse, yaitu tipe investor yang menghindari resiko, sehingga keuntungan yang didapat investor tipe ini lebih kecil.
2.3 Investasi Saham Saham merupakan suatu instrumen investasi yang diperjualbelikan di pasar modal. Menurut Tendelilin, Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas. Tempat terjadinya transaksi jual-beli sekuritas dinamakan bursa efek. Bursa efek yang berada di Indonsia disebut Bursa Efek Indonesia (BEI) Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendry M. Fakhruddin (2011;P5), saham merupakan salah satu produk yang diperjualbelikan di pasar modal yang dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas yang berwujud berupa selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya. Sistem kepemilikan saham di pasar modal Jakarta saat ini tanpa menggunakan warkat, dimana bentuk kepemilikan tidak lagi berupa lembaran saham yang diberi nama pemiliknya, tapi sudah berupa account atas nama pemilik atau saham tanpa warkat, sehingga penyelesaian transaksi akan semakin cepat dan mudah.
14
2.3.1 Jenis-Jenis Saham Ada beberapa sudut pandang dalam membedakan jenis-jenis saham, yaitu: 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim a. Saham Biasa Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen dan hak atas harta perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b. Saham Preferen Merupakan
saham
yang
memiliki
karakteristik
seperti
gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena dapat menghasilkan pendapatan tetap, tetapi juga bisa mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.
2. Ditinjau dari cara peralihannya a. Saham atas Unjuk (Bearer Stocks) Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagi pemiliknya dan berhak untuk hadir dalap RUPS.
15
b. Saham atas Nama (Registered Stocks) Saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari Kinerja Perdagangan a. Saham Unggulan (Blue-Chips Stocks) Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
b. Saham Pendapatan (Income Stocks) Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten Ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secar teratur membagikan dividen tunai.
c. Saham Pertumbuhan (Growth Stocks – Well known) Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
16
d. Saham Spekulatif (Speculative Stocks) Saham dari perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai
kemungkinan
penghasilan
tinggi
di
masa
mendatang, meskipun hal tersebut belum pasti.
e. Saham Siklikal (Counter Cyclical Stocks) Saham yang tidak bisa terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat terjadi resesi ekonomi, harga saham serta dividen yang diberikan emiten ini tetap tinggi sebagai kemampuan dari emiten ini memperoleh penghasilan yang tinggi walaupun dalam masa resesi. Emiten seperti ini biasa bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok dan barang kebutuhan sehari-hari (customer goods)
2.3.2 Keuntungan Membeli Saham Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendry M. Fakhruddin (2011; P9), ada 2 keuntungan yang diperoleh investor
dengan membeli saham
yaitu: 1. Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan
17
perusahaan. Investor yang berhak menerima dividen adalah investor yang memegang saham hingga batas waktu yang ditentukan perusahaan pada saat pengumuman dividen. Ada 2 (dua) jenis dividen yang diberikan, yaitu: •
Dividen Tunai adalah dividen yang diberikan berupa uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap sahamnya.
•
Dividen Saham adalah kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki investor tersebut akan bertambah
2. Capital Gain Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual saham. Capital gain terbentuk dari aktivitas perdagangan di pasar sakunder. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain.
2.4 Indeks Harga Saham Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendry M. Fakhruddin (2011; P129) indeks harga saham adalah indikator yang menunjukan pergerakan harga saham. Pergerakan indeks menggambarkan bagaimana kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu.
18
2.4.1 Fungsi Indeks Harga Saham Terdapat 5 (lima) fungsi utama dari sebuah indeks di pasar modal yaitu: 1. Sebagai indikator tren pasar 2. Sebagai indikator tingkat keuntungan 3. Sebagai tolak ukur (benchmark) suatu portfolio 4. Memfasilitasi pembentukan portfolio dengan strategi pasif 5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif
2.4.2 Jenis-jenis Indeks Harga Saham 1. Indeks Individual Indeks yang menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya.
2. Indeks Harga Saham Sektoral Indeks yang menggunakan semua saham dalam masing-masing sektor. Di BEI, Indeks sektoral terbagi atas 10 (sepuluh) sektor utama, yaitu: Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri,
Konsumsi,
Properti,
Infrastruktur,
Keuangan,
Perdagangan Jasa, dan Manufaktur.
3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks yang menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
19
4. Indeks LQ-45 Indeks yang terdiri atas 45 saham pilihan dengan mengacu pada 2 kriteria yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar.
5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index) Indeks yang terdiri dari 30 saham yang mengakomodasi syariat investasi dalam islam.
6. Indeks Papan Utama Indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI
7. Indeks Kompas 100 Indeks harga saham BEI yang dikeluarkan oleh BEI bekerja sama dengan harian KOMPAS. Saham-saham dalam Kompas 100 harus memiliki likuiditas yang tinggi, nilai kapitalisasi pasar yang besar seta merupakan saham-saham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik.
8. Indeks Bisnis-27 Indeks harga saham yang diluncurkan BEI bekerja sama dengan Bisnis Indonesia. Indeks ini terdiri dari 27 saham dengan melihat dari kriteria-kriteria fundamental perusahaan tersebut.
20
9. Indeks Perfindo-25 Indeks yang dimaksudkan untuk memberikan tambahan pedoman investasi bagi pemodal dengan membuat benchmark indeks baru yang memuat saham emiten kecil dan menengah melalui kriteria dan metodology yang konsisten.
10. Indeks SRI- KEHATI Indeks harga saham yang merupakan kerja sama BEI dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia.
Penelitian ini menggunakan beberapa indeks sebagai acuan dan analisa data, yaitu: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga Saham Sektoral dan Indeks LQ45.
2.5 Analisa Pasar Menurut sunariya (2003; P152) yang dikutip dalam jurnal manajemen dan bisnis sriwijaya Vol 4, dijelaskan bahwa untuk menghadapi pergerakan harga saham di pasar modal terdapat 2 (dua) pendekatan yang berguna untuk menilai harga suatu saham, antara lain :
2.5.1 Analisa Teknikal Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendry M. Fakhruddin (2011; P160) Analisa teknikal merupakan suatu metode yang digunakan untuk
21
penilaian saham melalui evaluasi saham pada data-data statistik yang dihasilkan dari aktifitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transaksi. Menurut Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 (2008;P17) analisa Teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan menegenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktorfaktor lain yang bersifat teknis. Analis teknis mempelajari sejarah dari harga saham dan sejarah harga dari bursa saham secara keseluruhan dengan mengembangkan berbagai indikator untuk memberikan informasi yang berguna dari sisi volume dan harga. Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan analisis teknikal, antara lain a) Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan. b) Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu yang penekanannya hanya pada perubahan harga dan faktor-faktor internal melalui analisis pergerakan di dalam pasar dan atau suatu saham. c) Para analis teknikal dirancang cenderung lebih berkonsentrasi pada jangka pendek.
22
2.5.1.1 Support dan Resistance Level Menurut
Tjiptono
Darmadji
dan
Hendry
M.
Fakhruddin (2011; P160) support menggambarkan suatu level harga saham yang secara historikal sulit untuk turun lebih
jauh,
karena
ada
tekanan
aksi
beli
yang
menyebabkan harga akan naik, sedangkan resistance menggambarkan suatu level harga saham yang secara historikal sulit untuk naik lebih jauh, karena ada tekanan aksi jual yang menyebabkan harga akan turun kembali.
2.5.1.2 Moving Average Moving average mencerminkan harga rata-rata dari nilai pergerakan suatu komoditas di dalam rentang waktu tertentu secara sederhana. Harga rata-rata yang paling umum digunakan adalah harga penutupan . Rentang waktu yang dimaksud juga dapat ditentukan oleh trader sendiri, namun rentang waktu yang paling umum digunakan adalah 10, 20, 25,30, 50, 100 dan 200 hari. Semakin pendek periode yang digunakan, maka akan menghasilkan sinyal yang lebih sensitif. Rumus perhitungan dari moving average adalah : 1
2
3
4
5
h : Harga saham n : Periode perhitungan saham
23
Manfaat dari penggunaan moving average antara lain: - Menentukan trend, support dan resistance - menandakan sinyal bullish atau bearish - Sebagai filter pada pergerakan harga atau indikator lain
2.5.2 Analisa Fundamental Menurut Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 (2008; P18), analisa fundamental merupakan pendekatan yang didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang (current market price). Analisis fundamental juga mempelajari semua informasi yang berhubungan dengan saham dan pasar yang dituju dengan mencoba melihat bisnis di masa yang akan datang dan perkembangan keuangan / finansial termasuk pergerakan dari harga saham itu sendiri. Informasi fundamental yang dipelajari termasuk laporan keuangan, dan akun-akunnya, data industri seperti trend penjualan dan pemesanan serta melihat lingkungan ekonomi dan keuangan seperti trend dari tingkat suku bunga.
24
2.6 Analisa Sektoral Saham Menurut RBC Direct Investing, sektor merupakan sebuah group dari saham yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki jenis atau lini bisnis atau industri yang sama atau sejenis.
Table 2.1 Sektoral Saham RBC
Sumber : https://www6.royalbank.com/educationcentre/english/equities/stock-selection-strategies.html#top
Di pasar saham Indonesia, terdapat 10 sektoral saham yang merupakan group dari perusahaan yang memiliki bisnis atau industri yang sejenis, yaitu: Agriculture, Property, Mining, Infrastructure, Basic Industry, Finance, Misc.
25
Industry,
Trade
(Perusahaan
Jasa),
Consumer
Goods,
Manufacture
(Perusahaan Dagang)
2.6.1 Sector Rotation Rotasi sektor merupakan sebuah strategi investasi dengan memindahkan suatu jumlah nominal uang dari suatu sektor saham ke sektor saham lain dengan tujuan untuk memenangkan pasar atau mendapatkan profit serta meminimalkan resiko yang dihadapi oleh investor terhadap saham yang telah dipilih. Dalam beberapa tahapantahapan ekonomi, seorang manager investasi seharusnya dapat mengetahui sektor yang seharusnya dipilih berdasarkan siklus bisnis yang terjadi. Siklus bisnis merupakan pola jangka panjang dari kenaikan atau penurunan dari ekonomi suatu negara. Terdapat beberapa klasifikas dari siklus bisnis, yaitu : 1. Early Recession Ekonomi mulai melemah dan ekspektasi konsumen terhadap ekonomi berada di tingkat terburuk. Produksi dalam industri menurun dengan signifikan dan interest rate berada di tingkat paling tinggi. Sektor yang memiliki peluang untuk mendapatkan profit, yaitu: Consumer Staples, Healtcare, Utilities
26
2. Recession Ketika keadaan ekonomi sudah jatuh atau berada di tingkat terendah. Mulai terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan interest rate mulai menurun. Walaupun ekspektasi konsumen terhadap ekonomi masih lemah, tetapi terjadi peningkatan. Sektor yang memiliki peluang untuk mendapatkan profit yaitu: Consumer Discretoianory, Information Technology, Financial 3. Early Recovery Ketika ekonomi mulai mengalami peningkatan dan ekspektasi konsumen mulai mengalami peningkatan, produksi dalam industri meningkat dan interest rate berada di tingkat terendah. Sektor yang memiliki peluang untuk mendapatkan profit, yaitu: Financial, Industrial, Transportation, Energy 4. Late/ Full Recovery Ketika siklus bisnis dalam keadaan ini, interest rate mengalami peningkatan yang sangat signifikan, produksi industri mulai melemah kembali dan ekspektasi konsumen mulai melemah. Sektor yang memiliki peluang untuk mendapatkan profit, yaitu: Energy, Precious Metal, Material
Dibawah ini akan diperlihatkan grafik yang akan digunakan dalam menganilasa sector rotation :
27
Gambar 2.2 Business Cycle Sumber: blogs.stockcharts.com
Garis hijau Æ siklus keadaan ekonomi Garis merah Æ siklus keadaan pasar
Gambar 2.3 menunjukkan siklus keadaan ekonomi dan siklus keadaan pasar yang akan digunakan dalam menganalisa dan memilih sektor bisnis melalui analisa sector rotation, sehingga dapat diketahui sektor-sektor yang sedang berada pada siklus yang menguntungkan pada siklus keadaan pasar dan siklus keadaan ekonomi tertentu.
2.7 Back Testing Menurut Robert P. Baker (2010;P207) Simulasi backtesting merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menentukan bagaimana perdagangan nyata atau potensial saat ini akan ditunjukkan oleh data pasar historis. Simulasi backtesting mengasumsikan bahwa keadaan pada masa yang akan datang akan mirip dengan keadaan pada masa lampau.