BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi. 2.1.1. Pengertian Komunikasi. Kata komunikasi atau “communication” dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Sehingga apabila terdapat dua orang yang sedang terlibat dalam komunikasi, contohnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi apabila kedua orang tersebut memiliki kesamaan makna. Menurut William Albig dalam bukunya Public Opinion bahwa yang diamaksud dengan komunikasi adalah : “ Proses pengoperan lambang-lambang yang berarti diantara individu-individu”. 10 Sedangkan menurut Harold Laswell bahwa yang dimaksud dengan komunikasi adalah: Proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu”11. Menurut Hovland bahwa yang dimaksud dengan komunikasi adalah: “Proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify that behavior of other individuals)”12. Sedangkan menurut Harlod Laswell bahwa
10
11
12
Oemi Abdurarahman. Dasar-dasar Public Realations. PT. Cipta Aditya Bakti. Bandung. 2001., hal. 29-30. Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2006., hal. 10 Ibid, hal.10
8
9
yang dimaksud dengan komunikasi adalah: “Proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu”13. Menurut Berelson dan Steiner (1964), bahwa yang dimaksud dengan komunikasi adalah: “Proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambargambar, angka-angka dan lain-lain”14. Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect atau siapa mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?.15 Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini :
Who
Says What
In Which Channel
To Whom
Which What Effect
Komunikator
Isi Pesan
Medium
Komunikan
Efekt
Gambar II.1 Model Komunikasi Harold D Laswell (Sumber : Zainal Abidin Partao. Teknik Lobi dan Diplomasi., hal. 10)
Berdasarkan definisi Lasswell sendiri dapat diturunkan menjadi 5 (lima) unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu :
13 14
15
Ibid Zainal Abidin Partao. Teknik Lobi Dan Diplomasi Untuk Insan Public Relaiions. PT. Indeks kelompok Gramedia. Jakarta. 2006., hal.20 Ibid, hal.10
10
1. Sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encorder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber menyampaikan informasi yang ada dalam hatinya (perasaan) atau dalam kepalanya (pikiran), dan dirubah dalam seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang idealnya dipahami oleh penerima pesan. 2. Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Simbol terpenting adalah Kata-kata (bahasa), yang dapat mempresentasikan objek (benda), gagasan dan perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah) ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi, pamlet). Kata-kata memungkinkan kita berbagi pikiran dengan orang lain. Pesan juga dapat dirumuskan secara non verbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapan mata, dan sebagainya), juga melalui musik, lukisan, patung, tarian dan sebagainya. 3. Saluran dan media yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh juga merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada peneima, apakah saluran verbal atau saluran non verbal. Pada dasarnya komunikasi manusia menggunakan kelima indra kita untuk menerima pesan dari orang lain. 4. Penerima (receiver), sering juga disebut sasaran atau tujuan(destination), komunikate
(communicatee),
penyandi-balik
(decoder)
atau
khalayak
11
(audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. 5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarkan menjadi bersedia membelinya, atau dari tidak bersedia memilih partai politik tertentu menjadi bersedia memilihnya dalam pemilu) dan sebagainya. Kelima unsur diatas sebenarnya belum lengkap, bila kita bandingkan dengan unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam model-model lebih baru, seperti: umpan balik (feedback), gangguan atau kendala komunikasi (noise atau barriers) dan konteks atau situasi komunikasi. Sebenarnya dalam peristiwa komunikasi begitu banyak unsur yang terlibat. Kesemua unsur itu saling bergantung dan atau tumpang tindih, namun diasumsikan terdapat unsur-unsur utama yang dapat diidentifikasikan dan dimasukkan ke dalam suatu model.
2.1.2. Proses Komunikasi. Menurut Cutlip dan Center bahwa komunikasi yang efektif harus dilaksanakan dengan melalui empat tahap, yakni 16: a. Fact Finding. Yaitu mencari atau mengumpulkan fakta-fakta atau data sebelum melakukan suatu kegiatan atau tindakan.
16
Oemi Abdurrahman. Op.Cit,. hal. 31-33
12
b. Planning. Yaitu membuat rencana tentang apa yang akan atau harus dilakukan dalam menghadapi masalah-masalah dalam proses pengumpulan fakta-fakta. c. Communicating. Setelah rencana disusun dengan sebaik-baiknya sebagai hasil pemikiran yang matang, berdasarkan fakta-fakta tersebut dan data yang telah dikumpulkan, Public Relations Officer kemudian melakukan kegiatannya. d. Evaluation. Mengadakan evaluasi terhadap suatu kegiatan perlu dilakukan untuk menilai apakah tujuan itu sudah tercapai, apakah perlu diadakan lagi, atau menggunakan cara-cara lain untuk mendapatkan hasil yang lebik baik. Menurut Onong Uchjana Effendy bahwa proses komunikasi itu sendiri terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder, adapun penjelasannya sebagai berikut 17 : a. Proses komunikasi secara primer. Proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menterjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. b. Proses komuniikasi secara sekunder.
17
Onong Uchjana Effendy. Op.Cit Hal. 11 dan 16
13
Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak seperti surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.
2.1.3. Tujuan Komunikasi. Menurut Robert
F. Harlow yang dikutip dari bukunya A Working
Definition membagi fungsi Public Relations menjadi dua bagian untuk menjelaskan “apa itu PR, mengapa diadakan dan bagaimana melakukannya yaitu sebagai method of communication and state of being”18 sebagai method of communication, Public Relations merupakan rangkaian atau system kegiatan komunikasi yang dilakukan perusahaan, baik pimpinan, karyawan atau juga staff. Sedangkan sebagai state of being, yaitu Public Relations perwujudan suatu kegiatan komunikasi yang dilembagakan ke dalam bentuk biro, bagian divisi, atau seksi dalam system manajemen kehumasaan yang mempunyai pemimpin. Kegiatan komunikasi yang berjalan sesuai dengan fungsinya merupakan salah satu bentuk dalam pencapaian tujuan. Tujuan kegiatan komunikasi merujuk pada kepentingan perusahaan yang diwakili oleh Public Relations. Menurut
18
Rosady Ruslan. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2001., hal.34
14
Hovland bahwa tujuan komunikasi itu sendiri adalah: “Untuk membangung atau menciptakan pemikiran atau pengertian bersama”. 19 Sedangkan menurut Zainal Abidin Partao, bahwa tujuan komunikasi itu sendiri adalah untuk :20 1. Mempengaruhi. 2. Menarik perhatian. 3. Menarik simpati. 4. Menyampaikan informasi. Menurut R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya Techniques for Effective Communication, menyatakan bahwa tujuan sentral dari kegiatan komunikasi terdiri atas :21 1. To secure understanding. Untuk memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang akan diterimanya. 2. To establish acceptance. Untuk memastikan apabila komunikan sudah mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus dibina. 3. To motivate action. Untuk memastikan apabila penerima dibina dengan terus-menerus pada akhirnya kegiatan komunikasi tersebut akan dapat memotivasi komunikan itu sendiri.
19 20 21
Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Graha Ilmu. Jakarta. 2009., hal.29 Zainal Abidin Partao. Op.cit., hal. 20-21 Onong Uchajana Effendy. Op.cit., hal. 32
15
Kemudian menurut Onong Uchjana Effendy yang dikutip dari bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, bahwa unsur-unsur dalam proses komunikasi adalah22: a. Sender. Yaitu komunikator menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. b. Encoding Yaitu penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambing.. c. Message. Yaitu seperangkat lambing bermakna yang di sampaikan oleh komunikator. d. Media. Yaitu saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikasn. e. Decoding. Yaitu pengawasandian, proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. f. Receiver. Yaitu komunikan yang menerima pesan dari komunikator. g. Response. Yaitu tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan. h. Feedback.
22
Ibid, hal. 18-19
16
Yaitu, tanggapan komunikasi apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. i.
Noise. Yaitu gangguan tak terencana yang terjadi dalam proes komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
2.1.4. Hambatan Komunikasi. Hambatan-hambatan yang muncul dalam proses komunikasi dapat dibedakan menjadi empat bagian, seperti yang di jelaskan oleh Onong Uchjana Effendy, yaitu :23 1. Hambatan dari Proses Komunikasi, seperti : a. Hambatan dari komunikator, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya sendiri. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional. b. Hambatan media, yaitu hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi misalnya gangguan suara, cuaca, dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan dengan jelas. c. Hambatan dalam penyandian atau symbol, yaitu hal ini dapat terjadi bahasa yang digunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang digunakan antara komunikator dan komunikasn tidak sama atau bahasa yang digunakan terlalu sulit. 23
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya. Bandung. 2006., hal.62
17
d. Hambatan dalam bahasa sandi, yaitu hambatan yang terjadi dalam menafsirkan sandi dalam komunikasi. e. Hambatan dari komunikan, yaitu misalnya kurangnya perhatian pada saat meminta atau mendengarkan pesan, sikap prasangka, tanggapan yang keliru serta tidak mencari informasi lebih lanjut. f. Hambatan dalam memberikan feedback, yaitu feedback yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya, akan tetapi memberikan interpretative, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya. 2. Hambatan Fisik. Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif seperti cuaca, gangguan alat komunikasi, gangguan kesehatan, dan sebagainya. 3. Hambatan Semantik. Kata-kata yang digunakan dalam berkomunikasi terkadang mempunyai arti mendua dan berbeda. Ketidak jelasan atau terbelit-belit antara komunikator dan komunikan dengan kata lain bahasa yang digunakan berbeda. 4. Hambatan Psikologis. Hambatan psikologis dan social bisa juga mengganggu proses komunikasi, misalnya perbedaan nilai-nilai serta ketepatan yang berbeda antara komunikator dan komunikasn.
18
2.2. Komunikasi Organisasi. 2.2.1. Pengertian Komunikasi Organisasi. Menurut Sasa Djuarsa Senjaya bahwa komunikasi organisasi adalah:24 ”Komunikasi antar manusia (human communcation), yang terjadi dalam konteks organisasi, atau dengan kata lain arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain”. Menurut Zainal Abidin Partao, bahwa yang dimaksud komunikasi organisasi adalah25: ”Sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama yang mana kegiatan komunikasinya bersifat formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas. Maksudnya formal disini menurut struktur organisasi yaitu komunikasi ke atas dan atau ke bawah (vertikal), dan komunikasi ke samping (horizontal)”. Selain itu juga menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules bahwa yang dimaksud dengan komunikasi organisasi adalah26: ”Pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi dimana suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam suatu interaksi hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan”. Menurut Goldhaber bahwa yang dimaksud dengan: komunikasi organisasi adalah: “Proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan
24 25 26
Sasa Djuarsa Senjaya. Op.cit., hal. 4.5 Zainal Abidin Partao. Op.cit, hal.15 R. Wayne Pace dan Don. F Faules. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2006., hal. 31
19
hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah”.27 Menurut George Terry, bentuk komunikasi didalam organisasi ada 5 (lima) macam, yaitu : 1. Komunikasi formal, yaitu komunikasi yang terjadi di dalam jalur organisasi yang formal, memiliki wewenang dan tanggung jawab yaitu melelui instruksiinstruksi bentuk lisan dan tertulis sesuai dengan bentuk prosedur secara fungsional yang berlaku. 2. Komunikasi Non-Formal, yaitu kegiatan komunikasi yang terjadi secara spontan dari suatu kondisi yang tidak diharapkan tetapi masih membicarakan pekerjaan, misalnya sumbang saran yang berkaitan dengan tugas, kewajiban dan produksi. 3. Komunikasi informal, yaitu hampir sama dengan komunikasi non-fromal, tetapi lebih menyentuh aspek human relations-nya. 4. Komunikasi teknis, yaitu hubungan komunikasi yang lebih besifat teknis yang hanya dipahamin oleh bagian yang berkaitan saja, misalnya rancang bangun atau program komputerisasi dan lain sebagainya. 5. Komunikasi prosedural, yaitu kegiatan komunikasi yang biasanya berkaitan dengan komunikasi formal , misalnya pedoman teknis pekerjaan, peraturan perusahaan atau petunjuk pelaksanaan.
27
Ami Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 202, hal. 67.
20
2.2.2. Dimensi Komunikasi Dalam Organisasi. Menurut Onong Uchjana Effendy, bahwa dimensi komunikasi dalam organisasi dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Komunikasi Internal 2. Komunikasi Eksternal. Berkaitan dengan skripsi ini dimensi komunikasi yang akan peneliti dibahas hanya dimensi komunikasi internal saja, adapun penjelasan mengenai dimensi komunikasi internal menurut Onong Uchjana Effendy, yang dikutip dari buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek28, adalah sebagai berikut : a. Komunikasi Vertikal. Yaitu komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), dimana komunikasi yang terjadi yaitu dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal balik (two way communication). Dalam komunikasi vertikal pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi dan lain-lain kepada bawahannya. Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut bagi organisasi sangat penting sekali karena jika hanya satu arah saja dari pimpinan kepada bawahan roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik. b. Komunikasi Horizontal. Yaitu komunikasi secara mendatar, antara anggota staff dengan anggota staff, antara karyawan dengan sesama karyawan, dan sebagainya. Komunikasi
28
Onong Uchjana Effendy. Op.cit., hal.122-123
21
horizontal sering kali berlangsung tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu mereka sedang bekerja, melainkan pada istirahat, sedang rekreasi, atau waktu pulang kantor. Sehingga dalam situasi komunikasi seperti ini desas-desus cepat sekali menyebar dan menjalar. Dan
yang
didesas-desuskan sering kali mengenai hal-hal yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang merugikan mereka.
2.3. Public Relations. 2.3.1. Pengertian Public Relations. Menurut Frank Jefkins Public Relatons adalah: “Bentuk komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian” 29. Kemudian menurut J.C. Seidel, Public Relations Director, Division of Housing, State of New York adalah: “Proses yang kontiyu dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill dan pengertian dari para customer, karyawan, dan publik pada umumnya dengan mengadakan analisa dan perbaikanperbaikan terhadap diri sendiri dengan mengadakan pernyataan-pernyataan”.30 Menurut Glenn dan Denny Griswold dikutip dari bukunya “Your Public Relations” bahwa Public Relations adalah: “Fungsi manajemen yang menilai sikap publik, menunjukkan kebijaksanaan dan prosedur dari individu atau
29
30
Frank Jefkins. Public Relations Edisi Ke-2 direvisi oleh Daniel Yadin. Erlangga. Jakarta. 2004., hal.11 Oemi Abdurrachman. Op.cit., hal. 25
22
organisasi atas dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan dari publik”31. Adapun pengertian humas yang resmi dipakai oleh pakar humas dunia yang berdasarkan IPRA (International of Public Relations Ascosiation) adalah32: Public Relations merupakan fungsi manajemen yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerjasama, melibatkan manajemen dalam permasalahan dan persoalan, membantu manajemen memberikan penerangan dan tanggapan dalam hubungan dengan opini publik, menetapkan dan menekan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum. Serta menopang manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan yang dini dalam membantu mendahului kecenderungan, dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama. Berkaitan dengan teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama, maka adanya hubungan dalam peranan seorang Public Relations sebagai communication technican role, untuk itulah adapun peranan seorang Public Relations sebagai berikut :
2.3.2. Peranan Public Relations. Menurut Frida Kusumastuti bahwa peranan Public Relations dapat dibedakan menjadi dua, yakni peranan manajerial (communication manager role) dan peranan teknis (communication tehnican role). Peranan manajerial dikenal dengan peranan di tingkat messo (manajemen) yang mana dapat diuraikan menjadi tiga peranan, yakni expert preciber communication, problem solving
31 32
Ibid Maria Assumpta Rumanti. Op. Cit, hal.12
23
process facilitator, dan communication facilitator, sehingga bisa dijelaskan lebih jauh terdapat empat peranan Public Relations yang meliputi sebagai berikut 33 : 1. Expert Preciber Communication. Public Relations dianggap sebagai orang yang ahli. Dia menasehati pimpinan perusahaan atau organisasi. Hubungan mereka diibaratkan seperti hubungan dokter dan pasien. 2. Problem Solving Process Facilitator. Yakni peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah. Pada peranan ini Public Relations melibatkan diri atau dilibatkan dalam setiap manajemen (krisis). Dia menjadi anggota tim, bahkan bila memungkinkan menjadi leader dalam penanganan krisis manajemen. 3. Communication Facilitator. Peranan Public Relations sebagai fasilitator komunikasi antara perusahaan atau organisasi dengan publik. Baik dengan publik eksternal maupun internal. Istilah yang paling umum adalah sebagai jembatan komunikasi antara publik dengan perusahaan. Dalam arti lain yaitu sebagai media atau penengah bila terjadi miscommunication. 4. Technician Communication. Dalam hal ini disini Public Relations sebagai pelaksana teknis komunikasi. Dimana dia menyediakan layanan di bidang teknis. Sementara kebijakan dan keputusan teknik komunikasi mana yang akan digunakan bukan merupakan keputusan Public Relations yang melaksanakannya.
33
Frida Kusumastuti. Op.cit., hal.24-25
24
Berkaitan dengan peranan Public Eelations sebagai pelaksana teknis komunikasi, maka dalam teknik komunikasi kegiatan Public Relations. Kebijakan dan keputusan yang digunakan sangat berhubungan dengan tugas seorang Public Relations. Adapun tugas-tugas Public Relations sebagai berikut :
2.3.3. Tugas Public Relations. Menurut Maria Assumpta Rumanti bahwa 5 (lima) tugas pokok Public Relations, yaitu34 : 1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara lisan, tertulis, melalui gambar (visual) kepada publik. Supaya publik mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan, tujuan, serta kegiatan yang dilakukan. 2. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat. Disamping itu juga, menjalankan dan bertanggung jawab terhadap kehidupan kita bersama dengan lingkungan. 3. Memperbaiki citra organisasi. Bagi Public Relations, menyadari citra yang baik tidak hanya terletak pada bentuk gedung, publikasi, dan seterusnya. Tetapi terletak bagaimana organisasi bisa mencerminkan organisasi yang dipercayai,
memiliki
kekuatan,
mengadakan
perkembangan
secara
berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol dan dievaluasi. 4. Tanggung jawab sosial. Public Relations merupakan instrumen untuk bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak
34
Maria Assumpta Rumanti. Op. cit., hal. 39-42
25
5. Komunikasi. Public Relations mempunyai bentuk komunikasi yang khusus, komunikasi timbal balik, maka pengetahuan komunikasi menjadi modalnya. Dalam fungsinya, komunikasi itu sentral, perlu juga untuk dimiliki adalah pengetahuan manajemen dan kepemimpinan, struktur organisasi. Dalam proses komunikasi timbal balik itu sendiri, komunikasi yang dilakukan oleh seorang Public Relations berkaitan dengan fungsinya sebagai seorang komunikator, adapun fungsi Public Relations itu sendiri :
2.3.4. Fungsi Public Relations. Menurut Rosady Ruslan bahwa Public Relations memiliki tiga fungsi utama, yaitu35 : 1. Sebagai komunikator dalam kegiatan komunikasi pada organisasi perusahaan, prosesnya berlangsung dalam dua arah timbal balik (two way traffic reciprocal communication). Dalam hal ini, di satu pihak melakukan fungsi komunikasi yang merupakan bentuk penyebaran informasi, dilain pihak komunikasi berlangsung dalam bentuk penyampaian pesan dan menciptakan opini publik (public opinion). 2. Membangun atau membina hubungan (relationship) yang positif dan baik dengan pihak publik sebagai target sasaran, yaitu publik internal dan eksternal. Khususnya dalam menciptakan saling mempercayai (mutually understanding), dan saling memperoleh manfaat bersama (mutually symbiosis) antara lembaga atau organisasi perusahaan dan publiknya. 35
Rosady Ruslan. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2005., hal.10-11
26
3. Peranan back up management dan sebelumnya dijelaskan bahwa fungsi Public Relations melekat pada fungsi manajemen, berarti ia tidak dapat dipisahkan oleh manajemen. Sementara menurut Cutlip and Center bahwa fungsi Public Relations meliputi hal-hal seperti :36 1. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi. 2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini publik perusahaan. 3. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum. 4. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik, baik internal maupun eksternal. Dalam melaksankan fungsinya, Public Relations dituntuk untuk dapat membina hubungan secara harmonis antara organisasi, dan publik, baik publik internal maupun eksternal. Adapun penjelasan mengenai publik itu sendiri sebagai berikut :
2.4. Publik. 2.4.1. Pengertian Publik. Menurut Oemi Abdurachman publik adalah: ”Sekelompok orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat yang sama, dan
36
Frida Kusumastuti. Op. cit., hal.23-24.
27
kepentingan yang sama”.37 Publik dapat merupakan group kecil, terdiri atas orang-orang dengan jumlah sedikit, juga dapat merupakan kelompok besar biasanya individu-individu termasuk dalam kelompok yang mempunyai solidaritas terhadap kelompoknya.
2.4.2. Publik Eksternal dan Publik Internal Publik Eksternal : Menurut Maria Assumpta Rumanti, bahwa yang dimaksud dengan publik eksternal adalah: ”Orang-orang diluar organisasi yang terkait dan yang diharapkan akan ada hubungannya”.38 Sedangkan menurut Rosady Ruslan bahwa yang dimaksud dengan publik eksternal adalah: ”Publik umum yang mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran yang positif publik terhadap lembaga yang diwakilinya”. 39 Publik Internal : Menurut Maria Assumpta Rumanti, bahwa yang dimaksud dengan publik internal adalah: ”Orang-orang yang berada atau tercakup dalam organisasi, seluruh karyawan dari top manajement sampai seluruh jajaran terbawah”.40 Sedangkan menurut Rosady Ruslan bahwa yang dimaksud dengan publik internal adalah: ”Bagian dari unit, badan, perusahaan atau organisasi itu sendiri dan mampu mengindentifikasi atau mengenai hal-hal yang menimbulkan gambaran
37 38 39
40
Oemi Abdurrachman. Op.Cit., hal.28 Maria Assumpta Rumanti. Op. Cit, hal. 27. Rosady Ruslan. Manajemen PR dan Manajemen Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2002., hal.23 Maria Assumpta Rumanti. Op. Cit., hal. 27
28
negatif dalam masyarakat sebelum kebijakan tersebut dilaksanakan oleh organisasi atau perusahaan”.41 Public Relations pada dasarnya berfungsi untuk menghubungan antara publik-publik atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Melakukan kegiatan tersebut disini Public Relations memiliki ciri khas two way communications. Berarti disini Public Relations melakukan proses komunikasi.:
2.5 Kepemimpinan. 2.5.1. Pengertian Kepemimpinan. Menurut T. Hani Handoko yang dikutip dari buku Manajemen Edisi 2, bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah42: “Bagian penting manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen, kepemimpinan merupakan kemampuna yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran”. Menurut Veithzal Rivai yang dikutip dari buku Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Edisi 2, bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah43:
“Proses
mempengaruhi
dalam
menentukan
tujuan
organisasi,
memotivasi perilaku pengikutnya untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayannya serta interpretasi mengenai peristiwaperistiwa para pengikutnya, pengorganisasian, dan aktivitas-aktivitas untuk
41 42 43
Rosady Ruslan. Op. cit., hal.23 Hani T. Handoko. Op.cit, Hal. 294 Veithzal Rivai. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. PT. Gramedia. Jakarta. 2008., hal.2
29
mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang diluar kelompok atau organisasi”. Menurut Sr Maria Assumpta Rumanti OSF yang dikutip dari buku DasarDasar Public Relations Teori dan Praktik, bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah44: “Suatu konsep menajemen dalam kehidupan organisasi, mempunyai kedudukan strategis dan merupakan gejala sosial yang selalu diperlukan dalam kehidupan strategis dimana memiliki peran sentral dalam menentukan dinamika sumber-sumber yang ada. Menurut Robert Dubin kepemimpinan diartikan “Sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan” 45. Sedangkan menurut George R Terry kepemimpinan adalah: ”Aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.” 46. Kepemimpinan yang handal di dalam sebuah organisasi akan membawa organisasi tersebut mencapai suatu tujuan yang diiginkan bersama , yaitu kejayaan. Uraian mengenai pengertian tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Sumber dari pengaruh ini bisa formal, seperti misalnya yang disajikan oleh pemilikan peringkat manjerial dalam suatu organisasi. Karena posisi manajemen muncul bersama suatu tingkat wewenang yang dirancang secara formal, seorang dapat menjalankan suatu peran kepemimpinan semata-mata karena kedudukannya 44 45
46
Maria Assumpta Rumanti. Op.cit., hal. 245 Robert Dubin. Human Relation in Administration, the sociology of organization, with reading and cases, New York, Prentice Hall-Book Company, 1951, seperti dikutip oleh Fred E. Fiedler. A. Theory of Leadership Effective-ness, New York, McGraww-Hill Book Company, 2000, hal.7. George R Terry. Principle of Management, 3 rd edt. Homewood, Illinois, Record D. Irwin, Inc, 2000, hal. 493.
30
dalam organisasi itu. Tetapi tidak semua pemimpim itu manajer; dan sebaliknya, tidak semua manajer itu pemimpin. Hanya karena suatu organisasi memberikan manajernya hak formal tertentu tidak merupakan jaminan bahwa mereka akan mampu untuk memimpin secara efektif. Unsur lain dalam definisi tersebut berfokus pada pencapaian tujuan. Pemimpin yang efektif harus berurusan dengan tujuan individu, kelompok, dan organisasi. Keefektifan pemimpin khususnya dipandang dengan ukuran tingkat pencapaian satu atau kombinasi tujuan tersebut. Dalam hal ini penerimaan perintah atau permintaan seorang pemimpin sebagian besar terletak pada harapan para pengikut di mana tanggapan yang menyenangkan akan menimbulkan hasil yang menarik.
2.5.2. Fungsi Kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah karena merupakan suatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.
Menurut T Hani Handoko dalam bukunya
Manajemen Edisi 2, bahwa fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut 47 : 1. Fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related).atau pemecahan masalah. Fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat. 2. Fungsi pemeliharan kelompok (group maintenance) atau sosial.
47
Hani T. Handoko. Op.cit, Hal. 299
31
Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar persetujuan dengan kelompok lain, dan penengahan perbedaan pendapat. Menurut Veithzal Rivai yang dikutip dari buku Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, bahwa fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi seperti : a. Dimensi yang bekenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpim. b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang
yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok
kelompok/organisasi. Sedangkan secara operasional kepemimpinan dapat dibedakan dalam 5 (lima) fungsi pokok kepemimpinan, yaitu 48: 1. Fungsi Instruksi. Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksankan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah. 2. Fungsi Konsultasi. Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya
48
Veithzal Rivai. Op.cit. Hal.53-54
32
yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back) untuk memperbaiki dan menyempurnakan
keputusan-keputusan
yang
telah
ditetapkan
dan
dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif. 3. Fungsi Partisipasi. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaannya pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana. 4. Fungsi Delegasi. Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orangorang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi. 5. Fungsi Pengendalian.
33
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Fungsi
pengendalian dapat
diwujudkan
melalui
kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dari penjelasan diatas fungsi kepemimpinan itu pada pokoknya adalah menjalankan wewenang kepemimpinan, yaitu menyediakan suatu sistem komunikasi, memelihara kesediaan bekerjasama dan menjamin kelancaran serta keutuhan organisasi atau perusahaan.
2.5.3. Tugas dan Peran Kepemimpinan. Menurut Sr Maria Assumpta Rumanti OSF, yang dikutip dari buku DasarDasar Public Relations Teori dan Praktik, bahwa tugas-tugas kepemimpinan adalah sebagai berikut 49 : 1. Fungsi mendorong diri sendiri dan orang lain untuk mencapai tujugan. 2. Peka dalam menanggapi kebutuhan internal atau eksternal. 3. Memotivasi karyawan dalam melaksanakan kegiatan terarah kepada tujuan. 4. Mempengaruhi perilaku untuk memenuhi kebutuhan dan harapan. 5. Memotivasi para karyawan. 6. Mengawasi atau pengendalian.
49
Maria Assumpta Rumanti. Op.cit, Hal. 258
34
Peran Kepemimpinan Menurut Covey yang dikutip dari buku Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, bahwa peran kepemimpinan dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu 50 : 1. Pathfinding, (pencarian alur), peran untuk menentukan visi dan misi yang pasti. 2. Aligning, (penyelaras), peran untuk memastikan bahwa struktur, sistem, dan proses operasional organisasi memberikan dukungan pada pencapian visi dan misi. 3. Empowering, (pemberdaya), peran untuk menggerakkan semangat dalam diri orang-orang dalam mengungkapkan bakat, kecerdikan, dan kreativitas laten untuk mampu mengerjakan apa pun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang disepakati.
2.5.4. Tujuan Kepemimpinan dan Ciri-Ciri Pemimpin Berprinsip Menurut Sr Maria Assumpta Rumanti OSF, yang dikutip dari buku DasarDasar Public Relations Teori dan Praktek, bahwa tujuan kepemimpinan adalah 51: ”Pengaturan interaksi kelompok dan penyelesaian berbagai permasalahan dan persoalan yang berkaitan dengan pencapaian tujuan kelompok atau organisasi yang bersangkutan”. Menurut Covey (1997) yang dikutip dari buku Dasar-Dasar Public Relations Teori dan Praktik, bahwa ciri-ciri peimimpin yang berprinsip adalah52 : 1. Pribadi yang terus belajar. 50 51 52
Veithzal Rivai. Op.cit Hal. 149 Maria Assumpta Rumanti. Op.cit. Hal.253 Ibid, hal.250-252
35
2. Pribadi yang berorientasi pada pelayanan. 3. Pribadi yang memancarkan energi positif. 4. Pribadi berjiwa positif mempu mempercayai orang lain.
2.5.5. Tipe Kepemimpinan. Tipe gaya kepemimpinan merupakan ciri seorang pemimpin dalam melakukan kegiatannya untuk membimbing, mengarahkan, mempengaruhi, dan menggerakkan perilaku para pengikut atau bawahannya kepada suatu tujuan tertentu. Pilihan gaya kepemimpinan seseorang harus memperhitungkan kekuatan situasi, seperti gaya yang lebih disukai organisasi atau kelompok kerja tertentu, sifat dari tugas atau kerja kelompok, tekanan waktu, dan bahkan faktor-faktor lingkungan yang dapat memengaruhi sikap anggota organisasi terhadap wewenang. Menurut Veithzal Rivai, yang dikutip dari buku Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, bahwa ada 3 (tiga) tipe pokok tipe gaya kepemimpinan yaitu53 : 1. Tipe Kepemimpinan Otoriter. Tipe ini menekankan kekuasaan ditangan satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. 2. Tipe Kepemimpinan Kendali Bebas.
53
Veithzal Rivai. Op.cit, Hal. 56-57
36
Tipe ini merupakan kebalikkan dari tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebesan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing. Baik secara perorangan maupun kelompok-kelompok kecil. 3. Tipe Kepemimpinan Demokratis. Tipe ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga, kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, kreativitas, inisiatif yang berbeda-beda dan dihargai disalurkan secara wajar. Sedangkan menurut Robert House dalam Theory path-goal ada empat tipe utama kepemimpinan, yaitu sebagai berikut54 : 1. Kepemimpinan direktif. Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang otokratis. Bawahan tahu dengan pasti apa yang diharapkan darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin. Dalam tipe ini tidak ada partisipasi dari bawahan. 2. Kepemimpinan yang mendukung (Supportive leadership). Kepemimpinan model ini mempunyai kesediaan untuk mejelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya. 54
Robert J. House, dan Terence R. Mitchel, “Path-Goal Theory of Leadership” Journal of Contemporary Business, Autumn 2000, hal. 81-97
37
3. Kepemimpinan Partisipatif. Pada tipe gaya kepemimpinan ini, pemimpin berusaha meminta dan menggunakan saran-saran dari para bawahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berada padanya. 4. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi. Gaya kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahannya untuk berpartisipasi. Pemimpin juga memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka mampu melaksanakan tugas pekerjaan mencapai tujuan secara baik. Kemudian menurut Miftah Thoha ada dua kategori tipe kepemimpinan yang ekstrem yaitu :55 tipe kepemimpinan otokrasi, dan tipe kepemimpinan demokratis.
Kepemimpinan
otokrasi
dipandang
sebagai
model
gaya
kepemimpinan yang didasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas. Sementara itu model gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Tannenbaum dan Schmidt dalam artikel mereka yang dimuat dalam majalah Harvard Business Review: How to Choose a Leadership Pattern,56 beragumentasi bahwa model gaya kepemimpinan otokrasi dan demokratis merupakan gaya kepemimpinan, oleh karenanya dapat didudukkan dalam suatu kontinum dari perilaku pemimpin yang sangat otokrasi pada suatu ujung, sampai kepada perilaku pemimpin yang sangat demokratis pada ujung yang lain. Dalam gaya kontinum ini menjelaskan ada dua bidang pengaruh yang ekstrem. Pertama, bidang pengaruh pimpinan dan kedua, bidang pengaruh 55 56
Miftah Thoha, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta 2009, hal. 9. Rober Tannenbaum dan Warren H. Schmidt “How to Choose a Leadership Pattern”. Harvard Business Review, Maret-April, 1958, hal. 96
38
kebebasan bawahan. Pada bidang pertama pemimpin menggunakan otoritasnya dalam gaya kepemimpinannya, sedangkan pada bidang kedua pemimpin menunjukkan gaya yang demokratis. Kedua bidang pengaruh ini dipengaruhi dalam hubungannya kalau pemimpin melakukan aktivitas pembuatan keputusan.
2.5.6. Gaya Kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan
sangat
mempengaruhi
keberhasilan
seorang
pemimpin dalam mempengaruhi perilaku-perilaku pengikutnya. Menurut Thoha Miftah dalam bukunya kepemimpinan dalam manajeman, bahwa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan adalah 57 ”Norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat”. Dalam hal ini usaha menyelaraskan persepsi di antara orang yang memengaruhi perilaku dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya. Menurut Sr Maria Assumpta Rumanti OSF yang dikutip dari buku DasarDasar Public Relations Teori dan Praktik, bahwa gaya kepemimpinan itu sendiri ada 4 macam, yaitu58 : A. Kekompakan tinggi, kerja rendah. 1. Menjaga hubungan baik, keakraban, kekompakan. 2. Kurang memperhatikan unsur tercapainya tujuan. 3. Cocok untuk perkumpulan, kelompok rekreasi, paguyuban, keakraban, relaksasi. 57 58
Thoha Miftah. Op.cit., hal 49. Maria Assumpta Rumanti. Op.cit. Hal. 260-262
39
B. Kerja tinggi, kekompakan rendah. 1. Menemukan penyelesaian tugas. 2. Tercapainya tujuan. 3. Baik untuk kelompok yang baru dibentuk. 4. Tujuan jelas. 5. Tepat untuk dipergunakan dalam usaha yang penuh persaingan, situasi gawat. 6. gaya diktaroial, bukan sebagai pelayan, bisa merusak dan kehilangan minat. 7. Jarang dapat berhasil. 8. Tidak bisa bertahan lama.
C. Kerja tinggi, kekompakan tinggi. 1. Kekompakan baru, membutuhkan kejelasan tujuan dan sasaran, struktur kerja untuk mencapai tujuan dan sasaran. 2. Membina hubungan antar anggota. 3. Perlu diberi contoh, pemimpin menjadi model. 4. Menunjukkan perilaku yang membuat kelompok efektif dan puas. 5. Dalam proses penyelesaian tugas, pemimpin mendukungnya. 6. Pengembangan kelompok menjadi matang. D. Kekompakan rendah, kerja rendah. 1. Kurang menekankan penyelesaian tugas. 2. Cocok untuk kelompok yang sudah jelas tujuan dan sasarannya.
40
3. Menggairahkan untuk kelompok yang sudah jadi. 4. Penggunaan gaya ini bergantung pada kelompok yang ada. 5. Apakah menggunakan kelompok struktur dan cara kerja yang sehat. 6. Apakah kelompok peka terhadap kebutuhan kelompok. Sedangkan menurut T Hani Handoko yang dikutip dari bukunya Manajemen Edisi 2, bahwa gaya kepemimpinan itu sendiri ada 2 macam, yaitu 59 : 1. Gaya dengan orientasi tugas (task oriented). Pemimpin yang berorientasi tugas mengarahakan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai dengan yang di
inginkannya.
memperhatikan
Pemimpin pelaksanaan
dengan
gaya
pekerjaan
kepemimpinan
daripada
ini
pengembangan
lebih dan
pertumbuhan karyawan. 2. Gaya dengan orientasi karyawan (employee oriented). Pemimpin yang berorientasi pada karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Pemimpin mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan kepada
bawahan
menciptakan
untuk
suasana
berpartisipasi
persahabatan
dalam
serta
pembuatan
keputusan,
hubungan-hubungan
saling
mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok. Selain itu juga menurut Veithzal Rivai yang dikutip dari bukunya Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, bahawa gaya kepemimpinan memiliki 3 (tiga), pola dasar, yaitu 60 :
59
Hani T. Handoko. Op.cit, Hal. 299
41
1. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas. 2. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama. 3. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai. Dalam hal ini berarti macam-macam gaya kepemimpinan dapat terjadi dan digunakan oleh pemimpin yang sama dalam situasi yang berbeda 61. Dengan menggunakan salah satu dari empat gaya diatas, maka pemimpin berusaha mempengaruhi persepsi bawahannya dan memotivasikannya, dengan cara mengarahkan mereka pada kejelasan tugas-tugasnya, pencapaian tujuan, kepuasan kerja, dan pelaksanaan kerja yang efektif. Adapun menurut Thoha Mitfah usahusaha yag lebih spesifik yang dapat dicapai oleh pemimpin antara lain 62 : 1. Mengetahui dan/atau menumbuhkan kebutuhan-kebutuhan para bawahan untuk menghasilakan sesuatu yang bisa dikontrol pimpinan. 2. Memeberikan insentif kepada bawahan yang mampu mencapai hasil dalam bekerja. 3. Membuat suatu jalan yang mudah dilewati oleh bawahan untuk menaikkan prestasinya dengan cara latihan, dan pengarahan. 4. Membantu para bawahan dengan menjelaskan apa yang bisa diterapkan darinya. 5. Mengurangi halangan-halangan yang bisa membuat frustasi.
60 61 62
Rivai, Veithzal Rivai. Op.cit, Hal.56 Ibid Thoha Miftah. Op.cit., hal. 43.
42
2.5.7. Model Kepemimpinan. Menurut Veithzal Rivai yang dikutip dari bukunya Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (2008:19-25), ada beberapa model kepemimpinan situasional, adapun penjelasannya sebagai berikut 63 : A. Model Kepeimpinan Kontingensi. Model ini dikembangankan oleh Fiedler, dimana prestasi kelompok tergantung pada interaksi antara gaya kepemimpinan dan situasi yang mendukung. Kepemimpinan dilihat sebagai suatu hubungan yang didasari oleh kekuatan dan pengaruh. B. Model Partisipasi Pemimpin oleh Vroom dan Yetton. Model ini menjelaskan bahwa kepemimpinan memberikan seperangkat aturan untuk menentukan ragam dan banyaknya pengambilan keputusan pertisipatif dalam situasi yang berlainan. Selain itu juga pemimpin haru lebih luwes untuk mengubah gaya kepemimpinan agar sesuai dengan situasi. C. Model Jalur Tujuan (Path Goal Model). Model ini meramalkan efektivitas kepemimpinan dalam berbagai situasi. Dimana pemimpin menjadi efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positif, kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Model ini disebut jalur tujuan karena memfokuskan pada bagaimana peimpin mempengaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalan untuk mencapai tujuan. D. Teori Kepemimpinan Situasional Hersey Blanchard.
63
Ibid, Hal. 19-25
43
Model ini disebut teori kepemimpinan situasional karena menekankan pada pengikut-pengikut dan tingkat kematangan mereka. Para peimpin harus menilai secara benar atau
secara inttutif mengetahui tingkat kematangan
pengikut-pengikutnya dan kemudian menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tingkatan tersebut.
2.6. Produktivitas Kerja. Sumber daya manusia modal dan teknologi menempati posisi yang amat strategis dalam mewujudkan tesedianya barang dan jasa. Penggunaan sumber daya manusia, modal dan teknologi secara ekstensif telah banyak ditinggalkan orang. Sebaliknya, pola itu bergeser menuju penggunaan secara lebih intensif dari semua sumber-sumber ekonomi. Sumber-sumber ekonomi yang digerakkan secara efektif memerlukan ketrampilan organisatoris dan teknis sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi. Artinya, hasil yang diperoleh seimbang dengan masukan yang diolah. Melalui berbagai perbaikan cara kerja, pemborosan waktu, tenaga dan berbagai input lainnya akan bisa dikuranagi sejauh mungkin. Hasilnya tentu akan lebih baik dan banyak hal yang bisa di hemat. Yang jelas, waktu tidak terbuang sia-sia, tenaga dikerahkan secara efektif dan efisien. Menururt Muchdarsyah produktivits diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupuin fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Misalnya saja, ”Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masuk output: input. Masukan sering
44
dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai. 64 Dalam hal ini produktivitas bukanlah suatu perhitungan kuantitas, tetapi suatu ratio, suatu perbandingan dan merupakan suatu pengukuran matematis dari suatu tingkat efisiensi. Jadi merupakan perbandingan antara output (hasil) dan imput (masukan). Untuk peningkatkan produktivitas pada hakekatnya merupakan upaya mempengaruhi kekuatan dan kelemahan yang melekat pada diri manusia serta faktor besar daripada sumber kerja yang dipergunakan. Menurut Muchdarsyah65 peningkatkan produktivitas harus sesuai dengan tujuan perusahaan. Meskipun terdapat perbedaan pada tujuan dan pendekatan perusahaan, untuk menetapkan program peningkatkan produktivitas beliau memberikan saran sebagai berikut : 1. Dalam menentukan perlunya program dan sekaligus memprakarsainya. Direktur memiliki peran yang menentukan. Manajemen tertinggi harus disertakan dalam pengembangan dan penetapan kebijakan peningkatan produktivitas. 2. Membentuk satu tim yang terdiri dari Direksi dan wakil-wakil pegawai atau pekerja dan mungkin juga konsultan diluar perusahaan. 3. Dengan mendasarkan pada ukuran perusahaan, maka untuk melaksanakan program produktivitas perlu dibentuk unit tersendiri. Dapat pula diikutkan 64
Muchdarsyah Sinungan. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. PT. Bina Ilmu. Jakarta. 2008., hal. 12.
65
Muchdarsyah Sinungan, Op.cit.. hl.79.
45
koordinator khusus bidang permesinan industri, akunting, organisasi dan metode maupun dari staf pimpinan. Pada perusahaan kecil program itu dapat dilaksanakan dengan hanya menerapkan manajemen lini. 4. Mendidik pimpinan menengah dan pengawasan itu merupakan suatu hal yang penting. Orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program akan memerlukan latihan yang berkenaan dengan konsep produktivitas, cara mengukurnya serta memerlukan sarana dan teknik pengembangannya. 5. Pegawai di semua tingkat harus dilibatkan melalui pertemuan-pertemuan perusahaan, di tingakat pabrik, departemental ataupun tingkat kantor. Begitu juga kita dapat mengadakan diskusi informal maupun pertemuan. Panitia bersama antar pimpinan dan pekerja/Serikat buruh harus dibentuk komunikasi terus menerus melalui jalur infromasi yang ada merupakan hal yang esential. 6. Programnya harsu mengetenaghkan laporan dan evaluasi hasil-hasil berkala yang memerlukan penyusunan ukuran dan tujuan. Daptlah dikemukakan tujuan jangka pendek seperti meningkatkan kualitas, mengurangi hambatan, mengumpulkan energi, meningkatkan output, meningkatkan keselamatan dan mengurangi kelambatan seperti: serah terima, ketidakhadiran dan pemberian hadih/penghargaan. 7. Jika produktivitas harus diukur dalam setiap unit organisasi perusahaan, maka pengukuran dan tujuan-tujuannya harus ditetapkan dan juga harus dibuat laporan berkala untuk menetapkan standar bahwa dari penampilan unit-unit tersebut yang memerlukan campur tangan manajemen dan standar penampilan
46
tinggi sebagai dasar untuk hasil tertinggi yang perlu mendapatkan penghargaan. 8. Bagian dari usaha menyeluruh adalah menaikkan tingkatan kewaspadaan organisasi di semua faktor yang akan menambah produktivitas serta sistem untuk meningkatkan produktivitas. Dari uraian tersebut dapat diartikan bahwa semakin besar hasil yang dicapai seseorang dibandingkan dengan hasil kerja orang lain yang menggunakan tenaga, biaya, dan waktu yang sama dapat dikatakan bahwa orang tersebut mempunyai produktivitas
lebih tinggi.
Selain
itu
seseorang
dikatakan
mempunyai
produktivitas tinggi apabila ia dapat menghasilkan produk yang lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja lain dalam satuan waktu yang sama. Faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada dasarnya meliputi antara lain kemauan, ketrampilan dan kesediaan untuk melakukan pekerjaan banyak yang ditentukan oleh motivasi dari setiap pegawai.