BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan peusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain dipenuhi jika terjadi likuiditas. Menurut Husnan (2002: 303), menyebutkan bahwa : Sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Sedangkan, menurut Tandelilin (2001:18) “saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham”. Jadi dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Harga saham adalah harga saham yang terjadi di bursa pada saat
7 Universitas sumatera utara
penutupan (closing price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan saham. Dengan demikian data yang diambil dalam penelitian ini adalah data closing price untuk masing-masing saham sebelum dan sesudah ex-dividend date selama periode penelitian di Bursa Efek Jakarta (R. Andi Sularso, 2003: 85). Penilaian investor atau calon investor terhadap risiko investasi saham akan mempengaruhi harga saham yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena risiko merupakan salah satu unsur dalam penetapan tingkat discount untuk menentukan nilai saham. Jika risiko investasi saham semakin tinggi, semenetara pendapatan saham tetap, maka nilai saham akan semakin rendah sehingga dapat mengakibatkan harga saham turun demikian pula sebaliknya. 2. Jenis-jenis Saham Berdasarkan cara pengalihannya, saham pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. Saham atas unjuk (bearer stock) Di atas sertifikat saham ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan atas saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang. Pemilik saham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan menyimpannya, karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat meminta gantinya. b. Saham atas nama (registered stock) Di atas sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan
8 Universitas sumatera utara
dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dengan buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Jika saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya. Sedangkan, berdasarkan manfaat yang diperoleh oleh pemilik, saham juga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. Saham biasa Saham biasa merupakan sumber keuangan utama yang harus ada pada suatu perusahaan publik dan merupakan surat berharga yang paling umum dan dominan diperdagangkan di Bursa Efek. Bodie et al. (2002:97), menjelaskan pengertian saham biasa adalah “kepemilikan atas hak sekuritas oleh pemilik modal perusahaan akan diumumkan kepada masyarakat.” Pemilik berhak menentukan menerima dividen atau menduduki posisi di dalam perusahaan. b. Saham preferen Saham preferen memiliki hak untuk didahulukan dalam pembagian laba dan sisa aset dalam likuidasi dibandingkan dengan saham biasa. Perbedaannya dengan saham biasa adalah saham preferen yang memiliki dividen yang tetap, namun seperti halnya saham, saham preferen tidak memiliki tanggal jatuh tempo. Menurut Fakhrudin (2001:12) “saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga dan obligasi), tetapi juga bisa mendatangkan hasil yang dikehendaki investor”.
9 Universitas sumatera utara
3. Risiko Kepemilikan Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:13), ada beberapa risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu tidak mendapat dividen dan mengalami capital loss. a. Tidak mendapat dividen Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika mengalami kerugian. Dengan demikian, potensi ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. b. Capital loss Dalam
aktivitas
perdagangan
saham,
investor
tidak
selalu
mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang semakin besar seiring terus menurunnya harga saham, maka seorang investor rela menjual sahamnya dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan istilah penghentian kerugian (cut loss). Disamping risiko di atas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi risiko lainnya, yaitu: a. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika sebuah perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi
10 Universitas sumatera utara
perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang saham obligasi dalam pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham. b. Saham di-delist dari bursa Risko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya adalah karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa. c. Saham dihentikan sementara (suspensi) Disamping dua risiko di atas, risiko lain yang juga “mengganggu” para investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend atau
dihentikan
perdagangannya
oleh
otoritas
Bursa
Efek,
yang
menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai
11 Universitas sumatera utara
kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan perdagangan saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan yang bersangkutan memberikan informasi yang belum jelas tersebut sehingga tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula. 4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan
setiap detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Banyak hal yang mempengaruhi harga saham yang merupakan tolak ukur bagi investor dalam menanamkan modalnya pada suatu perusahaan yang dianggap para investor mempunyai prospek yang baik untuk memperoleh kembalian investasi yang besar. Kinerja keuangan berdasarkan rasio keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat investor untuk menentukan pilihan dalam membeli saham. Bagi perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham yang sudah diperdagangkan di bursa efek (go public) tetap eksis dan tetap diminati investor. Dalam kondisi krisis moneter yang belum pulih, tentu menimbulkan pertanyaan besar, apakah kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang sudah go public masih
dapat
memberikan
kontribusi
yang
cukuup
besar
dalam
mempengaruhi harga sahamnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
12 Universitas sumatera utara
harga saham menurut R. Andi Sularso (2003: 25) yaitu : a. b. c. d. e. f. g. h.
Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date Abnormal Return Return Individual Expected Return (Ex Rit) Return Pasar Risk Free (Rf) Informasi Periode Penelitian
Untuk lebih jelasnya berikut akan dijelaskan secara satu persatu. a.
Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date Harga saham adalah harga saham yang terjadi di bursa pada saat
penutupan (closing price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan saham. Dengan demikian data yang diambil dalam penelitian ini adalah data closing price untuk masing-masing saham sebelum dan sesudah ex-dividend date selama periode penelitian di Bursa Efek Jakarta. b.
Abnormal Return Abnormal Return atau keuntungan diatas normal adalah selisih antara
tingkat keuntungan sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Abnormal return ini bisa bernilai positif ataupun negatif. c.
Return Individual Return individual adalah tingkat keuntungan harian untuk masing-
masing saham. Return individual ini merupakan prosentase dari ln harga saham pada saat ini dibagi harga saham pada saat sebelumnya. d.
Expected Return (Ex Rit) Expected return adalah tingkat keuntungan yang diharapkan untuk
masing-masing saham. Tingkat keuntungan yang diharapkan dapat dihitung
13 Universitas sumatera utara
berdasarkan model-model keseimbangan atau Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang menyatakan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu saham adalah sama dengan tingkat keuntungan bebas risiko ditambah dengan premi risiko. e.
Return Pasar Return pasar adalah tingkat keuntungan seluruh saham yang terdaftar di
Bursa. Return pasar diwakili oleh IHSG. IHSG menunjukkan indeks harga saham dari seluruh saham yang listed di Bursa. f.
Risk Free (Rf) Risk free merupakan tingkat keuntungan bebas risiko yang diperoleh
dengan menggunakan rata-rata tingkat bunga deposito 1 bulanan dari bankbank umum. Untuk mendapatkan Rf harian, dapat dihitung dengan membagi tingkat bunga deposito 1 bulanan dengan 360 hari (1 tahun diasumsikan 360 hari). g.
Informasi Informasi adalah semua bentuk pemberitaan baik di dalam pasar modal
maupun di luar pasar modal (media lain) yang diterima oleh investor dengan harapan dapat digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pengambilan keputusannya. Informasi di pasar modal terdiri atas informasi yang dipublikasikan (public information) dan informasi yang tidak dipublikasikan (private information). Informasi yang dipublikasikan, yaitu informasi yang sudah diketahui oleh masyarakat umum dan memang sengaja untuk diberitahukan. Informasi yang tidak dipublikasikan, yaitu informasi yang
14 Universitas sumatera utara
hanya diketahui oleh kelompok tertentu dan bersifat rahasia. Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu yang selalu dicari oleh pelaku pasar modal untuk keperluan pengambilan keputusan investasi, karena keberadaan informasi baik informasi yang dipublikasikan ataupun yang tidak dipublikasikan sangat berkaitan dengan perubahan harga saham. Untuk itu investor harus memperoleh informasi yang merata dan transparan, sehingga dapat mengambil keputusan kapan saat membeli dan menjual sahamnya dengan harga yang wajar. Penilaian tersebut mengakibatkan harga saham berubah dengan cepat sesuai dengan informasi yang tersedia di pasar. Informasi yang tersedia tersebut telah tercakup dalam harga saham yang lalu. Agar investor dapat memperoleh return maka investor harus mempergunakan berbagai bentuk analisis berdasarkan informasi yang diperoleh. Dalam menganalisis penelitian ini, informasi yang digunakan sebagai event adalah informasi yang dipublikasikan, khususnya informasi mengenai pengumuman dividen karena adanya pengumuman dividen diperkirakan dapat mempengaruhi perubahan harga saham yang pada akhirnya akan mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan. h.
Periode Penelitian Periode pengamatan dibagi menjadi dua periode, yaitu: periode estimasi
dan periode peristiwa. Periode estimasi terdiri dari 90 hari sebelum peristiwa, yaitu t-120 sampai dengan t-16. Periode peristiwa terdiri dari 30 hari, yaitu: 15 hari sebelum (t-15) dan
15 Universitas sumatera utara
15 hari sesudah (t+15) tanggal pengumuman ex-dividend date. Sedangkan event date adalah to, yaitu: pada saat (tanggal) ex-dividend date diumumkan.
2.1.2. Earning Per Share 1. Pengertian Earning Per Share Ukuran kemampuan peusahaan dalam menghasilkan laba akan membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan, karena hal itu mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memberikan keuntungan kepada pemegang sahamnya yang dapat dilihat dari Earning Per Share (EPS). Earning per share menunjukkan pendapatan untuk tiap lembar saham biasa. Pada saat saham preferen terdapat dalam struktur modal, laba bersih harus dikurangi dengan dividen saham preferen untuk menentukan jumlah yang akan dibagikan kepada pemegang saham biasa. Apabila tidak terdapat dividen saham preferen pada struktur modal perusahaan, maka earning per share dihitung dengan membagi laba bersih setelah dikurangi pajak dengan jumlah saham biasa yang beredar. Earning per share adalah indikator yang baik untuk menilai kinerja operasi perusahaan. Makin tinggi nilai earning per share perusahaan, menunjukkan bahwa saham perusahaan mempunyai keuntungan yang besar untuk tiap lembar sahamnya. EPS (Earning per Share) secara umum merupakan perhitungan laba yang diperoleh perusahaan yang mengarah ke masa depan mencoba memberikan informasi mengenai laba per saham yang mungkin akan diperoleh di masa datang. EPS (Earning per Share) merupakan laba yang
16 Universitas sumatera utara
diperoleh perusahaan per lembar saham. Laba per saham merupakan alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba dari berbagai entitas usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba suatu entitas dari waktu ke waktu jika terjadi perubahan dalam struktur modal. Menurut Lukman Syamsuddin (2007: 66) bahwa : “Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan Earning per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa”. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun.
Perhitungan laba per saham yang mengarah ke masa depan mancoba memberikan informasi mengenai laba per saham yang mungkin akan diperoleh di masa datang Rumus EPS menurut Haryono Jusuf (2006: 247) adalah sebagai berikut: Laba Bersih Laba Per Lembar Saham (EPS) = Jumlah Saham Biasa yang Beredar Pada rumus di atas, dapat dikemukakan bahwa perhitungan menggunakan bagian laba khusus untuk pemegang saham biasa. Apabila tidak terjadi perubahan jumlah saham beredar maka sebagai penyebut dalam persamaan tersebut adalah jumlah lembar saham biasa pada akhir tahun.
17 Universitas sumatera utara
Namun, apabila terdapat penerbitan saham baru, pemecahan saham atau obligasi konvertibel, maka jumlah saham biasa sebagai penyebut adalah ratarata tertimbang jumlah saham beredar. Arti earning per share bagi perusahaan sangat penting bagi perusahaan karena menyangkut laba yang diperoleh oleh tiap pemegang saham dalam perusahaan tersebut. Kebanyakan perusahaan menampilkan earning per share pada halaman depan laporan keuangannya untuk menarik perhatian calon investor dan juga agar investor yang telah terlebih dahulu menanamkan modalnya di perusahaan tersebut tidak berpindah ke perusahaan lain. Disamping kemudahan untuk menghitung dan mengolah data EPS, EPS juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu : a.
EPS sering dikritik karena tidak mencerminkan ukuran profitabilitas
perusahaan karena EPS tidak memperhitungkan asset perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan EPS tersebut. Misalnya, ada dua perusahaan yang mempunyai EPS yang sama, tetapi total assetnya berbeda, profitabilitas antara keduanya akan berbeda. b.
Jumlah lembar saham yang dipakai sebagai pembagi laba operasional.
Jumlah lembar saham bukan merupakan ukuran penggunaan modal yang representative. Misalnya, ada dua perusahaan yang mempunyai total nilai saham yang sama yaitu sama-sama 10 juta, tetapi harga per lembarnya berbeda, 20 perlembar dan 10 per lembar. Maka jumlah saham yang beredar keduanya juga berbeda yaitu 500.000 dan 1.000.000 lembar. Jika keduanya mempunyai laba yang sama dan nilai total saham yang sama, akan tetapi
18 Universitas sumatera utara
keduanya akan menghasilkan EPS yang berlainan karena pembagi keduanya berbeda. Dengan demikian EPS tidak bisa dibandingkan antar perusahaan atau antar industri. c.
EPS dinilai tidak konsisten untuk pengukuran profitabilitas karena
memakai laba perusahaan pada numerator (yang dibagi) tetapi memakai jumlah saham-saham pada pembagi (denominator) yang merupakan hasil keputusan pendanaan. Perusahaan yang mengalami penurunan laba dapat mempertahankan EPS yang tinggi dengan mengurangi jumlah saham yang beredar. 2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Earning Per Share EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata–rata saham biasa yang beredar. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi earning per share menurut Weston dan Eugene (2003: 174) yaitu : a. Kenaikan laba per saham dapat disebabkan karena : 1). Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap. 2). Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun. 3). Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun. 4). Persentase kenaikan laba bersih lebih besar dari pada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar. 5). Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar dari pada persentase penurunan laba bersih. b. Penurunan laba per saham dapat disebabkan karena : 1). Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
19 Universitas sumatera utara
2). Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap. 3). Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik. 4). Persentase penurunan laba bersih lebih besar dari pada persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar. 5). Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar dari pada persentase kenaikan laba bersih.
Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan meningkat apabila persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar dari pada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
2.1.3. Dividend Per Share Menurut Warren (1999:122), “dividend per share merupakan ukuran untuk menunjukkan sejauh mana laba dibagikan kepada pemegang saham.” Sedangkan menurut Riyanto (1995:269), “dividend per share digunakan untuk mengukur berapa jumlah rupiah yang akan diberikan kepada pemilik saham dari keuntungan tiap lembar saham.” Dividend Per Share merupakan bagian dari rasio keuangan yang sering dilihat para calon investor maupun investor untuk menilai keuangan suatu perusahaan. Dividend per share merupakan rasio yang mengukur seberapa besar dividen yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar pada tahun tertentu. Rasio ini memberikan gambaran mengenai seberapa besar laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham untuk tiap lembar saham. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah dividen yang
20 Universitas sumatera utara
dibayarkan dengan jumlah saham yang beredar. Dividend per share (DPS) dapat dirumuskan sebagai berikut: Deviden Dividend per share (DPS)
= Jumlah Saham Biasa yang Beredar
Perusahaan yang dividend per share-nya lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan sejenis akan lebih diminati oleh investor, karena investor akan memperoleh kepastian modal yang ditanamkannya, yakni hasil berupa dividen. Namun perlu diingat bahwa perusahaan juga pelu memperhatikan
kebutuhan
investasinya,
sehingga
perusahaan
perlu
menetapkan kebijakan dividennya yang berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan yang akan diperlukan untuk investasi perusahaan.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan harga saham bukanlah yang pertama kali dilakukan. Berikut penelitian terdahulu yang berkaitan dengan harga saham.
21 Universitas sumatera utara
Nama Nurmala (2006)
Raymond (2007)
Denny (2008)
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Variabel Judul Penelitian Bebas Pengaruh Earning per share Kebijakan dan dividend per Dividen terhadap share. Harga Saham Perusahaanperusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta
Uraian Penelitian dilakukan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama lima tahun berturut-turut (tahun 19962000). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa kebijakan dividen (earning per share dan dividend per share) yang diterapkan oleh ketiga perusahaan otomotif tidak mempengaruhi harga saham perusahaan.
Analisis Pengaruh Dividend per Raymond menganalisis Dividend Per share dan earning pengaruh dividend per share Share dan per share. dan earning per share Eearning Per terhadap harga saham pada Share terhadap PT. Telekomunikasi Harga Saham pada Indonesia Tbk. periode 2002PT. 2006. Berdasarkan analisis Telekomunikasi yang telah dilakukan dengan Indonesia, Tbk. analisis regresi dan korelasi Periode 2002dapat disimpulkan bahwa 2006 kedua variabel independen tersebut mempunyai hubungan yang kuat terhadap harga saham PT. Telekomunikasi Tbk. Pengaruh dividend per share dan return on equity terhadap Harga Saham pada lima perusahaan pertambangan.
Dividend per share dan return on equity
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend per share dan return on equity berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik secara parsial maupun secara simultan
22 Universitas sumatera utara
Sambungan Tabel 2.1 Liestyana (2008)
Silvana (2009)
2.3.
Pengaruh Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham pada Industri Barang Konsumsi
Pengaruh Dividend per share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Go Public
Earning per Hasil penelitian share dan return menunjukkan bahwa return on equity. on equity secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan earning per share secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara simultan kedua variabel tersebut, return on equity dan dividend per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Dividend per Hasil penelitian share. menunjukkan variabel independen yaitu dividend per share mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu harga saham pada perusahaan barang konsumsi yang go public.
Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui
dalam
suatu
masalah
tertentu.
Kerangka
konseptual
akan
menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independen adalah Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS). Sedangkan variabel dependen adalah harga saham. Earning Per Share (EPS) menunjukkan pendapatan untuk tiap lembar
23 Universitas sumatera utara
saham biasa. Earning per share merupakan laba bersih setelah dikurangi pajak (Earning After Tax) dan dikurangi saham preferen dibagi dengan jumlah saham beredar. Earning per share adalah indikator yang baik untuk menilai kinerja operasi perusahaan. Makin tinggi nilai earning per share perusahaan, menunjukkan bahwa saham perusahaan mempunyai keuntungan yang besar untuk tiap lembar sahamnya. Dividen merupakan bagian keuntungan bersih setelah pajak dibagi dengan jumlah saham yang beredar, karena dividen merupakan salah satu keuntungan investasi
melalui
saham,
maka
pihak
manajemen
perusahaan
perlu
memperhatikan kebijakan dividen yang akan ditetapkan dalam rangka meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk kepemilikan saham. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Earning Per Share (EPS) Variabel X1
H1 Harga Saham Variabel Y
Dividend Per Share (DPS) Variabel X2
H2
H3 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4.
Hipotesis Penelitian Menurut Erlina, (2007:41) “hipotesis adalah posisi yang dirumuskan
24 Universitas sumatera utara
dengan maksud untuk diuji secara empiris.” Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Earning per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H2 : Dividend per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3 : Earning per share dan dividend per share berpengaruh secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
25 Universitas sumatera utara