BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Program Keluarga Berencana (KB 2.1.1 Sasaran Keluaraga Berencana Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program KB adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) pada masyarakat Indonesia. Sasaran yang mesti digarap untuk mencapai target tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung dari program KB adalah pasangan usia subur (PUS) yakni pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49 tahun karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. Sasaran tidak langsung dari program KB adalah kelompok remaja usia 15-19 tahun, organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah maupun swasta serta tokoh masyarakat (Suratun dkk, 2008). 2.1.2 Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan suami-istri, sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi yang semula menjadi program pemerintah dengan orientasi pemenuhan target melalui subsidi penuh dari pemerintah. Peran pelayanan Keluarga Berencana diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan lebih menjamin keselamtan ibu dan bayi yang dikandungnya. Pelayanan KB bertujuan menunda, menjarangkan, atau membatasi kehamilan bila jumlah anak sudah cukup. Dengan demikian
5
pelayanan KB sangat berguna dalam mengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan tau tidak tepat waktu. Ada lima hal penting dalam pelayanan Keluarga Berencana yang perlu diperhatikan: a. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada Pasangan Usia Subur yang isterinya mempunyai keadaan 4 terlalu yaitu terlalu muda (usia kurang dari 20 tahun), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlalu dekat jarak kehamilan (kurang dari 2 tahun), dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun). b. Menekankan bahwa KB merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan isteri. Suami juga perlu berpartisipasi aktif dalam ber KB dengan menggunakan alat/metode kontrasepsi untuk pria. c. Memberi informasi lengkap dan adil tentang keuntungan dan kelemahan masingmasing metode kontrasepsi. Setiap klien berhak untuk mendapat informasi mengenai hal ini, sehingga dapat mempertimbangkan metode yang paling cocok bagi dirinya. d. Memberi nasehat tentang metoda yang paling cocok sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien, untuk memudahkan klien menentukan pilihan. e. Memberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai metode kontrasepsi. Pelaksanaan pelayanan KB perlu melakukan skrining atau penyaringan melalui pemeriksaa fisik terhadap klien untuk memastikan bahwa tidak terdapat kontraindikasi bagi pemakaian metoda kontrasepsi yang akan dipilih. (Depkes, 2002).
2.2 Intra Uterine Devices (IUD)/ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 2.2.1 Definisi AKDR AKDR merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik yang halus berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/ paramedik lain yang sudah dilatih (Irianto, 2007). 2.2.2 Jenis AKDR Adapun jenis-jenis dari AKDR yaitu: 1. Cooper-T Berbentuk T terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. AKDR ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal 5 tahun. 2. Cooper-7 Berbentuk angkat 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. 3. Multi Load Terbuat dari plastik atau polyethelene dengan dua tangan, kiri dan kanan terbentuk sayap yang fleksibel. 4. Lippes Loop Terbuat dari polyethelene, berbentuk spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan control, dipasang benang pada ekornya. 2.2.3 Keunggulan AKDR a. Kepatuhan dan kelanjutan
AKDR merupakan metode kontrasepsi yang sama sekali tidak barkaitan dengan koitus, sehingga alat ini menarik bagi banyak pemakai. b. Reverbilitas AKDR umumnya sangat mudah di keluarkan dan pemulihan kesuburan cepat berlangsung cepat. c. Keganasan. Berbeda dengan metode hormone, pada AKDR tidak terdapat kekhawatiran mengenai peningkatan risiko penyakit keganasan. 2.2.4 Kekurangan AKDR a. Pola Perdarahan menstruasi Efek samping sering terjadi pada para pemakain AKDR tembaga adalah menstruasi lebiH banyak dan lebih lama. Lebih dari 10% pemakaian IUD melaporkan gangguan menstruasi. b. Infeksi Angka PRP keselurahan pada pemakaian AKDR adalah sekitar 1,4 sampai 1,6 kasus per seribu wanita selama tahun pemakaian, yaitu dua kali lipat dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi. Hal ini berkaitan dengan masuknya organisme infektif ke dalam rongga rahim saat pemasangan tidak sesuai dengan prosedur asepik yang benar. c. Ekspluasi AKDR dapat berpindah atau keluar dari rongga rahim secara spontan. 2.2.5 Indikasi AKDR Prinsip pemasangan AKDR adalah menempatkan AKDR setinggi mungkin dalam rongga Rahim. Saat pemasangan yang paling baik adalah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan Rahim dalam keadaan lunak. Misalnya 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Yang
boleh menggunakan AKDR adalah : Usia reproduktif, keadaan nulipara, menginginkan kontrasepsi jangka panjang , menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi, setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya, risiko rendah dari IMS, setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi, tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari, gemuk ataupun kurus. 2.2.6 Kontraindikasi AKDR Wanita yang tidak boleh menggunakan AKDR adalah kemungkinan hamil atau sedang hamil, perdarahan per vagina yang belum tau penyebabnya, infeksi genital, kelaianan bawaan anatomi uterus, penyakit trofoblas ganas, dan ukuran rongga uterus kurang dari 5 cm. 2.2.7 Waktu Penggunaan AKDR Waktu yang tepat untuk menggunakan AKDR adalah dilakakuan pada saat Hari pertama sampai ke-7 siklus haid, setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil, segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amonorea laktasi (MAL), setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi, selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi (Bari, 2006) 2.2.8 Efektivitas AKDR Penggunaan AKDR ini sangat efektif dan tidak perlu di ingat setiap hari seperti pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun. Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan pr 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti), sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat, idak mempengaruhi hubungan seksual dan meningkatkan
kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil, , Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, Kesuburan segera kembali setelah AKDR diangkat, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir), dan tidak ada interaksi dengan obat-obat. 2.2.9 Efek Samping AKDR 1. Perdarahan Perdarahan sedikit – sedikit ini akan cepat berhenti. Jika pemasangan AKDR dilakukan sewaktu menstruasi , maka perdarahan yang sedikit – sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran kecil. 2. Rasa nyeri dan kejang di perut Rasa nyeri dan kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan AKDR . Biasanya rasa nyeri ini berangsur – angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian analgetik. Jika keluhan terus berlangsung, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran yang lebih kecil. 3. Gangguan pada suami Kadang – kadang suami dapat merasakan adanya benang AKDR sewaktu bersenggama. Disebabkan oleh benang AKDR yang keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang. Untuk menghilangkan keluhan tersebut, sebaiknya benang AKDR yang terlalu panjang dipotong sampai kira – kira 2 - 3 cm dari posio uteri, sedangkan jika benang AKDR terlalu pendek, sebaiknya AKDR-nya diganti. Biasanya dengan cara tersebut, keluhan suami akan hilang. 4. Ekspulsi
Ekspulsi AKDR dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. Ekspulsi biasanya terjadi sewaktu menstruasi dan dipengaruhi oleh : a. Umur dan Paritas Pada wanita muda, ekspulsi lebih sering terjadi daripada wanita yang lebih tua begitu juga dengan paritas yang terlalu rendah, 1 atau 2, kemungkinan ekspulsi dua kali lebih besar daripada paritas 5 atau lebih. b. Lama Pemakaian Terjadi paling sering pada tiga bulan pertama setelah pemasangan. c. Ekspulsi Sebelumnya Pada wanita yang pernah mengalami ekspulsi, maka pada pemasangan kedua kalinya terjadi ekspulsi kira – kira 50%. Jika terjadi ekspulsi, pasangkanlah AKDR dari jenis yang sama , tetapi dengan ukuran yang lebih besar dari sebelumnya atau juga dapat diganti dengan AKDR jenis lain atau dipasang dua AKDR. d. Jenis dan Ukuran Jenis dan ukuran AKDR sangat mempengaruhi ekspulsi. Pada Lippes Loop, makin besar ukuran AKDR maka makin kecil kemungkinan terjadinya ekspulsi. e. Faktor Psikis Oleh karena motilitas uterus dapat dipengaruhi oleh faktor psikis, maka frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada wanita – wanita yang emosional dan ketakutan. Maka kepada wanita – wanita seperti ini penting diberikan penerangan yang cukup sebelum dilakukan pemasangan AKDR (Sarwono, 2009).
2.2.10 Pemasangan AKDR AKDR dapat dengan aman disisipkan kapan pun setelah persalinan, abortus, atau saat siklus haid. Dalam keadaan sewaktu haid sedang berlangsung pemasanan AKDR ini dapat dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid. Sedangkan waktu postpartum pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan secara dini, secara langsung, dan tidak langsung. Untuk postbortum sebaiknya dipasang segera setlah abortus oleh karena dilihat dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu yang paling ideal, dan beberapa hari setelah haid terakhir ibu yang bersangkutan dilarang untuk bersangama sebelum AKDR dipasang. 2.2.11 Petugas Pemasang AKDR dan Cara Pengontrolan AKDR Pasangan yang memutusakn untuk memilih AKDR sebagai metode ber-KB sebaiknya dibantu oleh dokter, bidan dan tenaga medis yang sudah dilatih. Sedangkan untuk Pemeriksaan ulang oleh dokter atau bidan dilakukan 1 minggu, 3 bulan, 6 bulan, dan sesudahnya 1 tahun sekalisetelah AKDR dipasang. 2.3 Pengetahuan 2.3.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). 2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: a.Pendidikan
pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatau hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidkanya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan. b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. c. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologi. e.Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.. f. Kebudayaan Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menajaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan g. Informasi Kemudahan memperoleh informasi dan membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
2.4 Sikap 2.4.1 Definisi Sikap Adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010) 2.4.2 Tingkat sikap menurut intensitasnya a. Menerima Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek b. Merespon Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. c. Menghargai Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung Jawab Bertanggung jawab atas semua jawaban yang dipilihnya dengan segala resiko (Notoadmodjo, 2003).