BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Aspek Kimia CO2
Karbon dioksida adalah produk akhir oksidasi senyawa organik dan karena
itu dianggap sebagai senyawa yang stabil. Senyawa ini dapat diproses secara kimiawi untuk menghasilkan senyawa-senyawa organik yang lebih berguna. Salah satu ilustrasi yang berlangsung secara alamiah adalah proses foto-sintesis yang
merupakan dasar kehidupan di bumi ini. Dalam reaksi ini CO2 ditangkap oleh
tumbuh-tumbuhan hijau dan mikroorganisme kemudian dengan bantuan energi matahari diubah menjadi karbohidrat. Sampai saat ini proses foto-sintesis tersebut masih merupakan inspirasi para ahli kimia untuk menirunya dalam tabung reaksi. Walaupun masih terbatas, CO2 sudah dipakai sebagai bahan baku untuk membuat berbagai senyawa/bahan. Pemakaian CO2 terbesar dalam industri saat ini adalah mereaksikan CO2 dengan amonia untuk sintesa urea. Pemakaian lain di industri adalah untuk sintesis asam salisilat, karbonat organik dan gas CO. Usaha lebih lanjut untuk mencari kemungkinan pemanfaatan CO2 secara kimiawi terus dilakukan. Beberapa kemungkinan pemanfaatan lain sudah terlihat walaupun masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Beberapa sintesis dalam tahap laboratorium dengan memakai CO2 sudah banyak dilaporkan seperti diilustrasikan dalam gambar 2.1. Dalam gambar skema ini terlihat bahwa pemanfaatan kembali CO2 sebagai sumber karbon memerlukan masukan energi dalam bentuk panas, elektron, foton, hidrogen, dan lain-lain, karena CO2 secara termodinamis merupakan hasil akhir dari berbagai proses kimia. Apabila tersedia CO2 dalam jumlah yang cukup besar, maka dapat langsung digunakan sebagai sumber karbon (C1) untuk menghasilkan produkproduk petrokimia yang bernilai tinggi asalkan tersedia energi yang cukup untuk mengubah CO2 tersebut.
5
6
Bab II Tinjauan Pustaka
Hidrogen, Toluena
Hidrogen
Hidrogen
Xilena Gas Metana Parafin, Olefin
Hidrogen
Metanol
Hidrogen
Alkohol Tinggi
CO2
Hidrogen, Alkohol, Amina Hidrogen/Amonia Listrik, Air
Listrik Olefin Asetilena Diolefin
Format Amina Garam Asam atau Garam Formiat
Oksalat Karbonat Lakten Lakten
Gambar 2.1 Transformasi CO2 yang potensial untuk dikembangkan (H.Yoneyama,1997 dalam Andarwari, 2002)
2.2
Metana (CH4)
Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan rumus kimia CH4. Metana murni tidak berbau, tapi jika digunakan untuk keperluan komersial, biasanya ditambahkan sedikit bau belerang untuk mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi. Sebagai komponen utama gas alam, metana adalah sumber bahan bakar utama. Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu molekul CO2 (karbondioksida) dan dua molekul H2O (air): Konversi Fotokatalitik CO2 Menjadi CH4 dengan Katalis CuO/TiO2 Menggunakan Sinar Ultraviolet
7
Bab II Tinjauan Pustaka
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O
Penelitian-penelitian yang dilakukan telah dapat menyimpulkan bahwa gas
hidrat metana ini bisa dieksplorasi untuk diolah menjadi sumber energi baru masa
depan , menggantikan sumber energi minyak (BBM).
Gas metana relatif mudah digunakan dalam industri otomotif, selain tanpa
banyak modifikasi pada mesin. Dengan keunggulan yang dimiliki, gas metana, justru memberikan harapan yang lebih baik terhadap performa mesin,
memperpanjang waktu penggunaan, dan kemudahan perawatan. Kecenderungan
untuk beralih kepada gas-based economy juga dilakukan pemerintah Indonesia.
Dengan demikian, pada saat teknologi eksploitasi gas hidrat juga telah kita kuasai, akan semakin mudah untuk melakukan proses peralihan ke penggunaan gas metana ini. 2.3
Metode Preparasi Katalis Metode pembuatan katalis sangat penting karena katalis dengan komposisi
yang sama tetapi dibuat dengan metode yang berbeda, menghasilkan sifat katalis yang berbeda pula (Amenomiya dalam Andawari,2002). Ada beberapa metode yang biasa dipakai dalam pembuatan katalis, yaitu: a) impregnasi; b) presipitasi; dan c) pertukaran ion. Dalam penelitian ini metode pembuatan katalis yang digunakan adalah metode impregnasi, karena metode ini mudah dilaksanakan dan paling banyak digunakan dalam industri pembuatan katalis. Kelebihan dari metode impregnasi dibandingkan dengan metode presipitasi adalah: a) sedikit peralatan dan komponen karena tidak ada langkah pencucian, penyaringan; dan b) sangat cocok untuk katalis dengan % berat prekursor kecil, misalnya Cu yang diinginkan terdistribusi sempurna sehingga diperoleh luas permukaan komponen aktif yang besar.
Konversi Fotokatalitik CO2 Menjadi CH4 dengan Katalis CuO/TiO2 Menggunakan Sinar Ultraviolet
Bab II Tinjauan Pustaka
8
Menurut (Most,1976 dalam Andawari,2002), impregnasi dibagi menjadi dua, yaitu:
a) impregnasi basah; dan
b) impregnasi kering.
Pada impregnasi basah katalis direndam atau dicelupkan dalam larutan
impregnan yang berlebih. Kelemahan metode ini adalah konsentrasi logam yang terdispersi pada katalis jauh lebih kecil dari konsentrasi larutan impregnan dan
terbentuknya lumpur (mude) sehingga sulit dalam pemanfaatan kembali larutan
impregnan.
Sedangkan pada impregnasi kering, katalis dikontakkan dengan larutan impregnan dalam volume yang sama dengan volume pori katalis. Keuntungan dari metode ini adalah akurat dalam mengontrol komponen aktif yang akan digabungkan dalam katalis. Kelemahannya sulit melakukan pembuatan dengan persen berat prekursor yang besar. 2.4
Impregnasi Menurut (Most,1976 dalam Andawari,2002), impregnasi adalah metode
pembuatan katalis dengan cara pengisisan pori-pori, diikuti penguapan pelarut (biasanya air), dilanjutkan dengan dekomposisi atau reduksi dari garam logam. (Becker dalam Andawari,2002) menyimpulkan bahwa impregnasi adalah preparasi katalis yang diawali dengan pembasahan katalis dengan larutan impregnan yang mengandung garam logam, diikuti pengeringan. Dalam metode impregnasi menurut (Most,1976 dalam Andawari,2002) tersebut, katalis dalam berat tertentu, dibasahi secara menyeluruh dengan larutan yang mengandung prekursor dalam jumlah yang telah disesuaikan yang akan memberikan kandungan prekursor yang diinginkan. Hal ini dengan alasan kandungan logam dari prekursor dapat diatur/direncanakan dengan pengaturan konsentrasi larutan impregnan. Impregnasi tidak sesederhana namanya. Keseluruhan proses merupakan kombinasi dari proses adsorpsi, dalam hal ini adsorpsi dari larutan ke dalam
Konversi Fotokatalitik CO2 Menjadi CH4 dengan Katalis CuO/TiO2 Menggunakan Sinar Ultraviolet
Bab II Tinjauan Pustaka
9
permukaan katalis, bersama-sama dengan pengendapan zat terlarut dalam poripori katalis pada saat pelarut diuapkan.
2.5
Perlakuan Panas
Setelah proses pengisian pori-pori katalis dengan larutan prekursor, diikuti
dengan penguapan pelarut, dilanjutkan dekomposisi atau reduksi dari garam
logam. Faktor pengeringan akan menentukan distribusi prekursor pada permukaan katalis.
Proses pengeringan adalah proses pengambilan pelarut. Proses ini
dilakukan dengan cara penguapan larutan prekursor, bersamaan dengan
dimulainya pengkristalan garam logam. Proses penguapan tidak seketika itu juga tetapi dimulai dari permukaan luar partikel katalis yang dilanjutkan pada daerah pori-pori yang lebar yang menghubungkan permukaan luar katalis dengan volume katalis. Daerah dengan diameter pori yang lebih besar lebih disukai karena pada daerah tersebut tekanan uapnya lebih besar. Cairan yang terdapat dalam pori-pori yang kecil diuapkan dengan aksi kapilaritas. Bersamaan dengan itu, terjadi proses pengkayaan zat terlarut dalam pori-pori katalis. Perlakuan panas setelah pengeringan adalah kalsinasi. Fungsi utama kalsinasi adalah dekomposisi ke garam awal. Adapun fungsi lain dari kalsinasi adalah: a) menghilangkan bahan tambahan yang keberadaannya tidak diinginkan; dan b) kalau prekursor yang diiinginkan dalam bentuk oksida, kenaikan suhu pemanasan sangat diperlukan untuk membentuk komponen atau fasa kristal yang diinginkan. Untuk menyempurnakan langkah kalsinasi, disamping pemanasan, sering dilakukan dengan alian gas H2, aliran gas H2 yang terlarut dalam N2, aliran oksigen atau aliran udara. 2.6
Fotokatalis Fotokatalis adalah suatu proses reaksi yang dibantu oleh adanya cahaya
dan material katalis. Fotokatalisis merupakan suatu kombinasi proses antara Konversi Fotokatalitik CO2 Menjadi CH4 dengan Katalis CuO/TiO2 Menggunakan Sinar Ultraviolet
Bab II Tinjauan Pustaka
10
proses fotokimia dan katalisis. Yang dimaksud dengan fotokimia adalah suatu proses sintesis atau transformasi secara kimiawi dengan melibatkan cahaya
sebagai pemicunya. Sedangkan katalis adalah substansi yang dapat mempercepat
laju reaksi tanpa ikut bereaksi secara keseluruhan. Artinya, pada awal dan akhir
reaksi, jumlah katalis adalah sama. Hal ini disebabkan katalis memiliki
kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan minimal satu molekul reaktan untuk menghasilkan senyawa antara yang lebih reaktif. Katalis dalam proses ini
disebut sebagai fotokatalis karena memiliki kemampuan dalam menyerap energi
foton.
Suatu bahan dapat dijadikan fotokatalis jika memiliki daerah energi kosong yang disebut celah pita energi (energy band gap). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa fotokatalitik adalah suatu proses transformasi kimia yang melibatkan unsur cahaya dan katalis sekaligus dalam melangsungkan dan mempercepat proses transformasi yang terjadi. Reaksi fotokatalitik dalam tahapan mekanismenya sama dengan reaksi katalitik konvensional. Hanya saja dalam reaksi fotokatalitik, aktivasi katalis berupa aktivasi oleh foton, berbeda dengan reaksi katalitik jenis konvensional dengan aktivasi katalis dilakukan secara termal. Proses fotokatalitik heterogen pada bahan semikonduktor diawali dengan fotoeksitasi sebagai akibat cahaya yang mengenai bahan semikonduktor. Cahaya yang mengenai bahan semikonduktor ini memiliki energi yang lebih besar daripada energi celah pita semikonduktor, sehingga akan mentransfer elektron dari pita valensi ke pita konduksi dan menghasilkan hole (h+) pada pita valensi. Jadi pada proses fotoeksitasi dihasilkan elektron pada pita konduksi dan hole pada pita valensi. Berdasarkan jenis katalis yang digunakan, proses fotokatalitik terdiri dari fotokatalitik homogen dan fotokatalitik heterogen. Fotokatalitik homogen adalah proses fotokatalitik yang berlangsung pada suatu sistem dalam satu fasa, dan biasanya dengan bantuan zat pengoksidasi seperti ozon dan hidrogen peroksida, sedangkan fotokatalitik heterogen adalah proses fotokatalitik yang memanfaatkan bahan semikonduktor dalam bentuk serbuk/partikel dan penggunaannya sebagai Konversi Fotokatalitik CO2 Menjadi CH4 dengan Katalis CuO/TiO2 Menggunakan Sinar Ultraviolet
Bab II Tinjauan Pustaka
11
fotokatalis yang dilakukan dalam suspensi. Proses fotokatalitik yang kita gunakan dan akan lebih lanjut dibahas ialah proses fotokatalitik heterogen.
Pada proses fotokatalitik heterogen heterogen ini, semikonduktor yang digunakan
adalah bahan semikonduktor tipe chalgonide (oksida : TiO2, ZnO, ZrO, CeO2 atau
sulfida: ZnS, CdS). Semikonduktor dapat dimanfaatkan sebagai fotokatalis karena
memiliki daerah energi yang kosong (void energi region) yang disebut celah pita
energi (energy band gap), gap), yang terletak diantara batas pita konduksi dan pita
valensi yang tidak menyediakan tingkat-tingkat energi untuk mempromosikan
rekombinasi elektron dan hole yang diproduksi oleh suatu fotoaktivasi dalam
semikonduktor tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Daerah energi pada semikonduktor ( http://www.chem-is-try.org )
Katalis semikonduktor ini akan berfungsi sebagai katalis jika diiluminasi dengan foton yang memiliki energi yang setara atau lebih dari energi band gap,
EG, (hv≥EG) EG) semikonduktor yang bersangkutan. Induksi oleh sinar tersebut akan menyebabkan terjadinya eksitasi elektron (dari pita valensi ke pita konduksi) dalam bahan semikonduktor (Richardson, 1989). Hal ini dikarenakan, iluminasi foton akan mengakibatkan terbentuknya pasangan elektron (e-) dan hole (h+) yang dipisahkan menjadi fotoelektron bebas pada pita konduksi dan fotohole pada pita
valensi. Energi pita valensi dan pita konduksi semikonduktor akan mengontrol
kemampuan transfer muatan yang diinduksi radiasi pada molekul teradsorbsi pada permukaan semikonduktor. Molekul penerima muatan (akseptor) harus memiliki Konversi Fotokatalitik CO2 Menjadi CH4 dengan Katalis CuO/TiO2 Menggunakan Sinar Ultraviolet
Bab II Tinjauan Pustaka
12
tingkat potensial yang lebih positif (terletak lebih di bawah pada kurva energi potensial) daripada tingkat energi potensial pita konduksi semikonduktor.
Sedangkan untuk molekul donor muatan harus memiliki tingkat potensial yang
lebih negatif (lebih atas pada kurva energi potensial) daripada tingkat potensial
pita valensi semikonduktor tersebut.
2.6.1
Fotokatalis TiO2 Fotokatalis TiO2 merupakan semikonduktor yang memiliki berbagai
terutama untuk aplikasi produksi hidrogen. Keunggulan TiO2 antara keunggulan,
lain, memiliki kestabilan yang tinggi, ketahanan terhadap korosi, ketersediaan yang melimpah di alam, dan harga yang relatif murah. Disamping itu, TiO2 juga memenuhi persyaratan khusus untuk water-splitting, yaitu posisi pita konduksi dan pita valensi tertentu agar dapat terjadi pembentukan hidrogen dan oksigen dari air (Radecka M, 2008 dalam Afrozi.A, 2010). Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas TiO2 sebagai fotokatalis adalah bentuk kristalnya (Tjahjanto, 2001 dalam Afrozi.A, 2010). Katalis TiO2 memiliki 3 jenis struktur kristal yaitu anatase, rutile dan brookite. Struktur kristal brookite sulit untuk dipreparasi sehingga biasanya hanya struktur kristal rutile dan anatase yang umum digunakan pada reaksi fotokatalitik. Secara fotokatalitik, struktur anatase menunjukkan aktivitas yang lebih baik dari segi kereaktifan dibandingkan dengan struktur rutile (Su, 2004 dalam Afrozi.A, 2010). Struktur anatase merupakan bentuk yang paling sering digunakan karena memiliki luas permukaan serbuk yang lebih besar serta ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan struktur rutile dan struktur ini muncul pada rentang suhu pemanasan dekomposisi senyawa titanium (400-650oC). Selain itu energy bandgap anatase lebih besar daripada rutile sehingga memiliki aktivitas fotokatalitik yang tinggi (Licciuli L, 2002 dalam Afrozi.A, 2010). Gambaran struktur anatase dan rutile dapat dilihat pada Gambar 2.3 dan 2.4.
Konversi Fotokatalitik CO2 Menjadi CH4 dengan Katalis CuO/TiO2 Menggunakan Sinar Ultraviolet
Bab II Tinjauan Pustaka
13
Gambar 2.3 Struktur Kristal Anatase TiO2 (Licciulli L, 2002 dalam Afrozi.A, 2010)
Gambar 2.4 Struktur Kristal Rutile TiO2 (Licciulli L, 2002 dalam Afrozi.A, 2010)
Anatase merupakan tipe yang paling aktif karena memiliki energy band
gap (celah pita energi yang menggambarkan energi cahaya minimum yang dibutuhkan untuk mengeksitasi elektron) sebesar 3,2 eV (lebih dekat ke sinar UV, panjang gelombang maksimum 388 nm), sedangkan rutile 3,0 eV (lebih dekat ke sinar tampak, panjang gelombang maksimum maksimum 413 nm). Semakin kecil band gap, semakin mudah pula fotokatalis menyerap foton dengan tingkat energi lebih kecil namun kemungkinan hole dan elektron untuk berekombinasi juga semakin besar. Oleh karenanya, kedua aspek ini perlu dipertimbangkan dalam pemilihan fasa
semikonduktor TiO2. TiO2 mempunyai energi celah sebesar 3,2 eV, hal ini mengindikasikan bahwa h+ pada permukaan TiO2 merupakan spesi oksidator kuat, karenanya akan mengoksidasi spesi kimia lainnya yang mempunyai potensial redoks lebih kecil, termasuk dalam hal ini molekul air dan/atau gugus hidroksil yang akan menghasilkan radikal hidroksil. hidroksil. Radikal hidroksil ini pada pH=1 mempunyai potensial sebesar 2,8 V, dan kebanyakan zat organik mempunyai potensial redoks yang lebih kecil dari potensial tersebut (Gunlazuardi, 2003).
Konversi Fotokatalitik CO2 Menjadi CH4 dengan Katalis CuO/TiO2 Menggunakan Sinar Ultraviolet
14
Bab II Tinjauan Pustaka
2.6.2
Mekanisme Fotokatalis TiO2 TiO2 mengabsorbs sinar UV dari cahaya matahari atau misalnya sumber
cahaya buatan (lampu ultraviolet), pada proses ini akan dihasilkan sepasang
elektron dan hole. Elektron dari pita valensi titanium dioksida tereksitasi ketika
disinari oleh cahaya. Energi yang dihasilkan dari elektron yang tereksitasi ini
menyebabkan elektron berada pada pita konduksi TiO2 dan menghasilkan pasangan elektron bermuatan negatif (e-) dan hole positif (h+) dan disebut sebagai
semiconductor photo-excitation state. Perbedaan energi antara pita valensi dan
pita konduksi inilah dikenal sebagai band-gap. Panjang gelombang cahaya yang
dibutuhkan untuk photo-excitation adalah : 1240 (Planck's constant, h) / 3.2 ev (band gap energy) = 388 nm. Jika fotokatalis TiO2 teraktivasi oleh cahaya (energi foton) yang besarnya setara dengan energy band gap, maka akan memiliki kemampuan untuk membentuk radikal hidroksil yang dapat mengoksidasi polutan organik.
Gambar 2.5 Mekanisme Fotokatalitik Semikonduktor TiO2 ( Power point oleh Amin Faturrakhman, dkk)
2.7
Penggunaan Dopan Untuk Meningkatkan Aktivitas Fotokatalis Untuk meningkatkan aktivitas fotokatalis TiO2 dalam mendegradasi CO2,
perlu ditambahkan dopan dalam rangka untuk mendapatkan kinerjanya yang optimal. Dopan yang ditambahkan ke dalam sistem katalis, yaitu jenis dopan logam. Penggunaan logam sebagai dopan fotokatalis untuk degradasi CO2 telah banyak dilakukan, baik dopan logam mulia maupun ion logam. Logam mulia Konversi Fotokatalitik CO2 Menjadi CH4 dengan Katalis CuO/TiO2 Menggunakan Sinar Ultraviolet
Bab II Tinjauan Pustaka
15
yang banyak digunakan sebagai dopan fotokatalis diantaranya adalah Pt, Au, Pd, dan Rh. Logam mulia banyak digunakan karena memiliki level energi Fermi yang
lebih rendah dibandingkan dengan TiO2 sehingga elektron tereksitasi dapat
ditransfer dari pita konduksi ke partikel logam yang terdeposit pada permukaan
TiO2, sementara hole di pita valensi tetap bertahan di TiO2. Logam lainnya yang dapat ditambahkan sebagai dopan adalah logam Cu.
Logam Cu ditambahkan sebagai dopan karena lebih murah dan telah terbukti
lebih aktif dari titania untuk mereduksi CO2 menjadi metana (Slamet dkk, 2005).
Aplikasi Cu, baik dalam bentuk logam maupun oksida logam CuOx, telah banyak
digunakan sebagai electron-trapper untuk menghambat rekombinasi elektron-hole dalam berbagai aplikasi. Perannya sebagai electron-trapper ini disebabkan oleh tinggi dan positifnya potensial reduksi dari Cu (0.34 V). Selain sebagai electrontrapper, penambahan dopan CuOx juga dapat meningkatkan absorbansi bagi fotokatalis melalui mekanisme penyempitan band-gap (Slamet, 2005). (Bokhimi,1999 dalam Slamet,2005) mengatakan bahwa penggunaan prekursor CuO yang berbeda memiliki pengaruh signifikan terhadap karakteristik dan aktivitas dari katalis semikonduktor TiO2. Selain penggunaan prekursor, komposisi dari Cu berpengaruh pula terhadap karakteristik dan aktivitas dari katalis semikonduktor TiO2. Hal tersebut telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Slamet,dkk (2005). 2.7.1
Pengaruh Prekursor Terhadap Karakteristik dan Aktivitas Katalis Semikonduktor TiO2 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Slamet, dkk (2005) prekursor
sebagai bahan awal pembuat dopan ternyata juga memiliki pengaruh terhadap aktivitas katalis CuO/TiO2. Berdasarkan pernyataan tersebut, dalam penelitian Slamet, dkk dilakukan uji aktivitas terhadap katalis CuO/TiO2 untuk jenis prekursor Cu-Nitrat, Cu-Asetat, Cu-Klorida dan Cu-Sulfat. Dari hasil penelitian oleh Slamet, dkk diketahui bahwa katalis CuO/TiO2 yang dipreparasi dari prekursor Cu-Asetat dan Cu-Nitrat memiliki aktivitas lebih tinggi dibandingkan katalis CuO/TiO2 yang dipreparasi dari prekursor Cu-Klorida dan Cu-Sulfat. Hal Konversi Fotokatalitik CO2 Menjadi CH4 dengan Katalis CuO/TiO2 Menggunakan Sinar Ultraviolet
16
Bab II Tinjauan Pustaka
ini sesuai dengan data karakterisasi XRD yang menyatakan bahwa pada katalis yang berasal dari prekursor Cu-Asetat dan Cu-Nitrat telah terbentuk kristal CuO,
sementara untuk Cu-Klorida dan Cu-Sulfat tidak.
Apabila dibandingkan antara Cu-Asetat dengan Cu-Nitrat, katalis yang
dipreparasi dari prekursor Cu-Asetat memiliki aktivitas lebih tinggi dibandingkan
dengan Cu-Nitrat. Hal ini disebabkan karena pada katalis yang dipreparasi dengan prekursor Cu-Asetat memiliki ukuran kristal CuO lebih kecil dibandingkan
ukuran kristal CuO yang dipreparasi dengan prekursor Cu-Nitrat, sehingga luas
permukaannya lebih besar dan permukaan TiO2 yang tertutupi tidak banyak. Hal
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Data Karakterisai XRD Pada Katalis CuO/TiO2 (Slamet, dkk, 2005)
2.7.2
Sampel
Ukuran Kristal CuO (nm)
5% CuO/TiO2 (Cu-Nitrat)
18
5% CuO/TiO2 (Cu-Asetat)
10
5% CuO/TiO2 (Cu-Klorida)
0
5% CuO/TiO2 (Cu-Sulfat)
0
Pengaruh Komposisi Cu Selain jenis prekursor, yang berpengaruh terhadap aktivitas katalis
CuO/TiO2 adalah komposisi Cu yang ditambahkan pada katalis tersebut. CuAsetat sebagai prekursor yang optimal selanjutnya diuji dengan variasi komposisi Cu. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa katalis CuO/TiO2 dengan komposisi Cu 0,2% memiliki aktivitas optimal dibandingkan katalis lainnya. Semakin meningkat komposisi Cu pada katalis CuO/TiO2 menyebabkan aktivitasnya semakin menurun. Hal ini disebabkan karena pada katalis CuO/TiO2 dengan Cu di atas 0,2%, permukaan aktif dari TiO2 tertutupi oleh kristal CuO sehingga menurunkan aktivitas katalis. Dengan demikian, penambahan dopan CuO yang semula dapat mencegah terjadinya rekombinasi elektron-hole tidak berperan secara optimal (Slamet, dkk, 2005).
Konversi Fotokatalitik CO2 Menjadi CH4 dengan Katalis CuO/TiO2 Menggunakan Sinar Ultraviolet
17
Bab II Tinjauan Pustaka
2.8
Reaksi Reduksi CO2
Reduksi adalah suatu reaksi yang menyebabkan bilangan oksida dari suatu
senyawa berkurang karena proses perpindahan elektron. Pada reaksi reduksi ini
terjadi proses penangkapan elektron, yaitu menerima elektron atom lain. Karena
adanya usaha penangkapan elektron di satu sisi, maka ada usaha pelepasan
elektron di sisi lain. Oleh karena itu, pada proses reduksi ini selalu dibarengi dengan proses oksidasi. CO2 adalah suatu gas dengan C dalam keadaan
teroksidasi sempurna, sehingga diperlukan energi luar untuk mereduksinya. Salah
satu aplikasi pemanfaatan fotokatalitik TiO2 adalah mereduksi CO2 tersebut.
Reaksi reduksi dapat berlangsung dengan adanya elektron yang dihasilkan dari iluminasi terhadap fotokatalis TiO2. Produk yang dihasilkan dari reaksi CO2 cukup beragam, mulai dari senyawa turunan alkohol, aldehid, karboksilat, keton, sampai hidrokarbon yang berupa gas metana atau etana. Tahapan reaksi pembentukan produk tersebut sebagai berikut: Elektron yang dihasilkan fotokatalis TiO2 bereaksi dengan ion H+ dari air hingga menghasilkan radikal hidrogen. H+
+
e-
H
Selanjutnya radikal hidrogen tersebut akan bereaksi dengan CO2 sehingga menghasilkan berbagai macam produk. CO2
+
2 H
HCOOH
HCOOH
+
2 H
H-CO-H + H2O
H-CO-H
+
H
H-C(OH)-H
H- C(OH)-H +
H
CH3OH
CH3OH
+
H
CH3 + H2O
CH3
+
H
CH4
CH3
+
CH3
C2H6
OH
+
OH
H2O + ½ O2 (Andawari,2001)
Konversi Fotokatalitik CO2 Menjadi CH4 dengan Katalis CuO/TiO2 Menggunakan Sinar Ultraviolet
18
Bab II Tinjauan Pustaka
Beberapa jenis produk yang mungkin terbentuk dari reduksi CO2 secara
fotokatalitik dengan berbagai jenis katalis semikonduktor telah diringkas oleh
H.Yoneyama seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 2.2 Data Jenis Produk yang Terbentuk dari Reduksi CO2 (H.Yoneyama,1997 dalam
Andawari,2002)
No
Katalis
1 2
SiC, GaP, TiO2 SrTiO3, WO3, TiO2 SrTiO3/Oxides of Rh, Pt, Ir BaTiO3, LiNbO3 TiO2/ RuO2 TiO2/Cu TiO2/ RuO2/Ru TiO2/Rh TiO2/Pd TiO2/Pt TiO2, SrTiO3/Pt, Rh, Ru, Ag
HCHO, CH3OH HCHO, CH3OH, CH4 HCOO, HCHO, CH3OH, CH3CHO, C2H5OH CH3CHO, HCOOH, HCHO HCOOH,CH3OH, HCHO CH4, C2H6 CH4 HCOOH, HCHO, CH3OH HCOOH HCHO
12
TiO2/suspended-Cu
HCOOH, CH3OH
13 14 15
CaFe2O4 Cu2OxH2O ZnS
CH3OH, HCHO CH3OH, HCHO HCOOH
16
CdS
Glyoxylic acid, acetic acid, HCOOH, CH3OH, CH3CHO
17
CdS
HCOOH,HCHO
3 4 5 6 7 8 9 10 11
Produk
Sacrificial electron donor
CO,CH4,HCOOH Supercritical CO2
2,5dihydrofran, TEACl EDTA, TEOA
Konversi Fotokatalitik CO2 Menjadi CH4 dengan Katalis CuO/TiO2 Menggunakan Sinar Ultraviolet