5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Self Care 2.1.1. Definisi Self Care Self care (perawatan diri) merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu yang
dilaksanakan
oleh
individu
itu
sendiri
untuk
memenuhi
serta
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejateraannya. Jika dilakukan secara efektif, upaya self care (perawatan diri) dapat memberi kontribusi bagi integritas struktural fungsi dan perkembangan manusia. Normalnya, orang dewasa akan peduli dan mau merawat dirinya sendiri dengan sukarela, sedangkan bayi, lansia dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self carenya (Orem, 1995).
2.1.2. Faktor- faktor Kondisi Dasar yang Mempengaruhi Self Care Ada beberapa faktor kondisi dasar yang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan dan kemampuan seseorang untuk melakukan perawatan diri. Faktor kondisi dasar ini adalah faktoryang mempengaruhisemua orang. Faktor-faktor dasar tersebut adalah sebagai berikut: a. Usia b. Jenis kelamin
5
Universitas Sumatera Utara
6
c. Kondisiperkembangan Kondisi perkembangan yang dimaksud mencakup kondisi seseorangbaik secara fisik,fungsional, kognitifmaupun kondisi tingkatpsikososialnya. d. Kondisi kesehatan Hal ini mencakup kondisikesehatanseseorang pada saat ini danmasa laluserta persepsi mereka tentangkesehatan nya secara pribadi. e. Orientasisosial budaya Hal ini meliputi sistemyang saling terkaitdarilingkungan sosialseseorang, keyakinanspiritual, hubungansosial danfungsikesatuan keluarga. f. Sistemperawatan kesehatan Hal ini mencakup sumber dayadi manaperawatan kesehatandapat diaksesdan
tersedia
untukseseorangsebagaimodalitasdiagnostik
danpengobatan. g. Faktorsistemkeluarga Hal
ini
mencakup
peranataupun
hubunganantaranggota keluarga
danorang lainyang cukup berpengaruh, dan peranmasing-masing orangdalam keluarganya. h. Polahidup Hal ini mencakup kegiatan yang biasa dilakukanseseorang dalam kehidupannya sehari-hari.
i. Faktor lingkungan
Universitas Sumatera Utara
7
Hal
ini
meliputi
pengaturantempatseseorangbiasanyamelakukanperawatan
diri,
dan
lingkungan rumah yang ditempatinya. j. Sumber daya yang tersedia Hal yang dimaksud mencakup termasukkondisi ekonomi, tenaga, badan ataulembagaserta waktu yang tersedia (Orem, 1995). 2.1.3. Kebutuhan Self Care Orem mengklasifikasikan pemenuhan kebutuhan self care dalam 3 bagian kebutuhan, yaitu: 1. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal) yaitu kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus kehidupannya seperti kebutuhan fisiologis dan psikososial termasuk pemenuhan kebutuhan udara, air, makanan, proses eliminasi normal, keseimbangan antara waktu sendiri dan interaksi sosial, keseimbangan antara pelaksanaan aktivitas dan istirahat, pencegahan bahaya bagi kehidupan, fungsi dan kesejahteraan manusia, serta upaya meningkatkan fungsi dan perkembangan individu dan kelompok sosial sesuai dengan potensi, keterbatasan, dan keinginan untuk normal (Orem, 1995). Kebutuhan akan perawatan diri ini sifatnya umum bagi setiap manusia. Hal ini dibutuhkan manusia untuk perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian terhadap lingkungan dan hal lainnya yang berguna bagi kelangsungan hidupnya (Asmadi, 2008). 2. Development
self
care
requisites
(kebutuhan
perawatan
diri
pengembangan) yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia
Universitas Sumatera Utara
8
dan proses perkembangannya, kondisi, peristiwa yang terjadi selama variasi tahap dalam siklus kehidupan misalnya pada bayi prematur dan pada masa kehamilan serta kejadian-kejadian yang dapat berpengaruh buruk terhadap perkembangan seseorang. Kebutuhan perawatan diri pengembangan berguna untuk meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup (Orem, 1995). 3. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri akibat penyimpangan kesehatan), yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan genetik atau keturunan, kerusakan struktur manusia, kerusakan atau penyimpangan cara, struktur norma, penyimpangan fungsi atau peran dengan pengaruhnya, diagnosa medis dan penatalaksanaan terukur beserta pengaruhnya, dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan self care (Orem, 1995).
2.1.4 Universal Self Care Requisites (Kebutuhan Perawatan Diri Universal) Menurut Orem ada delapan kebutuhan self care secara umum yang dianjurkan pada laki-laki, wanita, dan anak-anak: 1. Pemeliharaan dalam kecukupan udara 2. Pemeliharaan dalam kecukupan air 3. Pemeliharaan dalam kecukupan makanan 4. Perlengkapan dalam perawatan yang berhubungan dengan proses eliminasi 5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat 6. Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial
Universitas Sumatera Utara
9
7. Pencegahan adanya resiko ataupun bahaya terhadap kehidupan, fungsi, dan kebahagiaan. 8. Peningkatan fungsi manusia dan perkembangan dalam kelompok masyarakat
berdasarkan
kemampuan
manusia,
keterbatasan
keterampilan dan keinginan manusia pada umumnya (Orem, 1995). Kedelapan syarat ini mewakili tindakan yang akan menuntun kondisi internal dan eksternal individuuntuk mempertahankan struktur dan fungsi tubuh dan mendukung pengembangan dan pematangan individu. Ketika perawatan diri ini dipenuhi secara efektif maka akan memberikan kesejahteraan yang maksimal bagi individu tersebut (Orem, 1995). Pemeliharaan terhadap kecukupan udara, air, dan makanan dengan memberikan individu sesuai dengan bahan yang dibutuhkan untuk metabolisme dan menghasilkan energi. Penyediaan perawatan yang efektif terkait dengan proses eliminasi dan pengaturan serta kontrol yang efektif terhadap proses pembuangan sisa tubuh atau kotoran sperti urin atau feses (Orem, 1995). Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat mengontrol pengeluaran energi, mengatur rangsangan lingkungan, dan menyediakan berbagai tindakan untuk pemenuhan minat dan bakat, sehingga dapatmerasakan kesejahteraan dari aktivitas dan istirahat tersebut (Orem, 1995). Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial memberikan kondisi yang penting untuk meningkatkan pengetahuan individu dari lingkungan sosial, nilai-nilai, dan menimbulkan harapan hidup dan pencapaian rasa aman. Kesendirian akan mengurangi jumlah tekanan dari lingkungan sosial
Universitas Sumatera Utara
10
dan tuntutan untuk berinteraksi secara sosial dan akan memberikan kondisi yang kondusif bagi individu untuk bersantai atau melakukan rekreasi secara pribadi. Berinteraksi dengan sosial akan memberikan kesempatan bagi individu untuk bertukar ide atau pemikiran dengan individu lain dan terlibat dalam kegiatankegiatan sosial juga sangat penting untukpencapaian kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan bagi individu (Orem, 1995). Pencegahan terhadap bahaya kehidupan, fungsi, dan kesejahteraan juga memberi kontribusi yang cukup baik untuk memelihara integritas manusia dan meningkatkan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Meningkatkan fungsi dan perkembangan serta mencegah kondisi yang merupakan bahaya internal yang dapat menghalangi perkembangan kehidupan individu. Hal ini juga akan meningkatkan kondisi yang mengarahkan individu untuk merasakan dan mengetahui keutuhannya sebagai individu, kebebasan dan tanggung jawabnya sebagai manusia (Orem, 1995). Orem pada tahun 1995, mengatakan bahwa pengaturan umum tindakan untuk memenuhi delapan syarat perawatan diri universal ini antara lain: 1. Pemeliharaan kecukupan air, udara, dan makanan a. Mengambil dalam jumlah yang diperlukan untuk fungsi normal disesuaikan
dengan
faktor
internal
dan
eksternal
yang
dapat
mempengaruhi kebutuhan untuk mempertahakan integritas dan fungsi tubuh. b. Menjaga keutuhan struktur anatomi terkait dan proses fisiologis.
Universitas Sumatera Utara
11
c. Menikmati dan merasakan pengalaman yang menyenangkan ketika bernapas, minum dan makan tanpa adanya gangguan.
2. Penyediaan pelayanan terkait dengan proses eliminasi a. Mewujudkan dan memelihara kondisi internal dan eksternal yang diperlukan untuk pengaturan proses pembuangan sisa yang tidak diperlukan tubuh. b. Mengelola proses eliminasi termasuk perlindungan organ dan proses yang terlibat dalam pembuangan kotoran, misalnya menjaga dan memelihara keutuhan kandung kemih dan usus besar dalam proses eliminasi secara normal. c. Memberikan perawatan yang bersihpada bagian tubuh setelah melakukan eliminasi. d. Merawat lingkungan yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi sanitasi yang baik. 3. Pemeliharaan keseimbangan aktivitas dan kegiatan lainnya a. Memilih aktivitas yang dapat merangsang dan menjaga keseimbangan gerakan fisik, respon afektif, upaya intelektual, dan interaksi sosial . b. Mengenali dan memperhatikan kesempatan dan waktu yang tepat untuk istirahat dan melakukan aktivitas. c. Menggunakan kemampuan pribadi, kepentingan, dan nilai-nilai serta norma-norma
budaya
yang
dianjurkan
sebagai
dasar
untuk
pengembangan pola istirahat dan aktivitas.
Universitas Sumatera Utara
12
4. Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial a. Menjaga kualitas dan keseimbangan diperlukan dalam pengembangan hak pribadi dan hubungan sosial yang mendorong efektivitas fungsi individu secara utuh. b. Membina ikatan sikap, cinta, dan persahabatan kepada orang lain, efektif mengelola rangsangandalam memberdayakan orang lain untuk tujuan pribadi, mengabaikan individualitas integritas dan haknya. c. Menyediakan kondisi sosial yang hangat dan kedekatan yang penting untuk melanjutkan pengembangan dan penyesuaian diri individu terhadap orang lain. d . Meningkatkan aspekhak secara individu maupun keanggotaan kelompok atau komunitas. 5. Pencegahan terhadap ha-hal yang dapat membahayakanhidup, fungsi, dan kesejahteraan hidup. a. Waspada terhadap jenis bahaya yang mungkin terjadi terhadap diri sendiri. b. Mengambil tindakan untuk mencegah kejadian yang dapat menyebabkan perkembangan situasi yang berbahaya bagi diri individu yang bersangkutan. c. Melindungi diri dari situasi berbahaya ketika bahaya tersebut tidak bisa dihilangkan. d. Mengontrol situasi berbahaya untuk menghilangkan bahaya bagi kehidupan atau kesejahteraan pribadinya.
Universitas Sumatera Utara
13
6. Promosi atau peningkatan konsep diri yang normal a. Mengembangkan dan mempertahankan konsep diri yang realistis. b. Mengambil tindakan untuk mendorong perkembangan manusia pada tahap-tahap tertentu. c. Mengambil tindakan untuk mempertahankan dan mempromosikan integritas struktur dan fungsi manusia sebagai individu. d. Mengidentifikasi dan mengetahui penyimpangan dari struktur manusia secara utuh dan norma-norma fungsional. Secara aplikatif hal yang dapat dilakukan dalam memenuhi kedelapan kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut: pemenuhan kebutuhan akan udara dapat dilakukan dengan baik misalnya bernapastanpapenggunaanperalatanoksigen pada12-18kalipermenit(dewasa). Pemenuhan kebutuhan akan air dan makanan misalnya dengan minumenam sampai delapangelasair setiap haridengan menggunakankelompok makananyang telah disarankan(dewasa). Pemenuhan kebutuhan akan eliminasi, misalnya mandisetiap hari. Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat yaitu dengan melakukan latihanselama minimal 30menit setiap harinya,setidaknya 5 kalidalam minggu, dan tidur8jam setiap malam. Pemenuhan kebutuhan untuk waktu menyendiri maupun interaksisosial yaitu dengan berinteraksi terhadap anggota keluarga danteman-temansetiap harinya, serta meluangkanwaktu untuk menyendiriselama satu jamsetiap harinya. Pemenuhan
akan
kebutuhan
peningkatankesejahteraandapat tinggi
lemakdan
gula,
pencegahan
dilakukan
berhenti
terhadapbahaya
denganmenghindari
merokok,
serta
maupun
makananyang
menggunakansabuk
Universitas Sumatera Utara
14
pengamansetiap kali berada dalamkendaraan yang bergerak. Secara normalnya jugadapatsecara
verbalmenjelaskanpersepsi
mengenaidiri
sendiridan
tingkatkompetensi yang dimiliki(Dennis, 1997).
2.2.
Diabetes Melitus
2.2.1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2001). Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price & Wilson, 2005). Menurut Kumar, Abbas, Fausto, Robbins, dan Cotran (1999), diabetes melitus bukanlah suatu penyakit tunggal tetapi merupakan sekelompok gangguan metabolisme yang secara umum didasari oleh hiperglikemia. Hiperglikemia ini merupakan akibat dari kerusakan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI (2007) menyatakan bahwa penyakit diabetes melitus atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan oleh jumlah hormon insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang lebih , tetapi kurang efektif atau resistensi insulin. Riyadi dan Sukarmin (2008) juga menambahkan bahwa diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang melibatkan kelainan metabolisme
Universitas Sumatera Utara
15
karbohidrat, protein, dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan neurologis.
2.2.2. Klasifikasi Diabetes Melitus Klasifikasi diabetes melitus yang utama adalah: a. Tipe I: Diabetes melitus tergantung insulin (insulin dependent diabetes mellitus) Kurang lebih 5-10% penderita mengalami diabetes tipe ini, yaitu yang tergantung pada insulin. Pada tipe ini sel-sel beta pankreas yang dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses otoimun. Sehingga penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Biasanya terjadi pada usia muda (<30 tahun). Cenderung mengalami ketosis jika tidak memiliki insulin. Biasanya penderita bertubuh kurus pada saat didiagnosis, dengan penurunan yagn baru saja terjadi (Smeltzer, 2001). b. Tipe II: Diabetes melitus tidak tergantung insulin (non insulin dependent diabetes mellitus) Kurang lebih 90-95% penderita mengalami diabetes tipe II, yaitu diabetes tidak tergantung insulin. Diabetes tipe ini terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Tipe ini bisa terjadi pada semua usia, biasanya diatas 30 tahun dan obesitas. Mayoritas penderita mengendalikan kadar glukosa darahnya melalui penurunan berat badan.
Universitas Sumatera Utara
16
Penderita juga kemungkinan memerlukan insulin dalam waktu yang pendek atau panjang untuk mencegah hiperglikemia. Ketosis jarang terjadi, kecuali bila dalam keadaan stres atau menderita infeksi (Smeltzer, 2001). c. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya Diabetes tipe ini berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu, hiperglikemik terjadi karena penyakit lain seperti penyakit pankreas, hormonal, obat atu bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor insulin, sindroma genetik tertentu (Smeltzer, 2001). d. Diabetes melitus gestasional (gestational diabetes mellitus) Tipe ini merupakan intoleransi glukosa yang terjdi selama kehamilan, biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga. Hali ini disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta dan menghambat kerja insulin. Risikonya terjadi komplikasi perinatal di atas normal, khususnya bayi yang secara abnormal berukuran besar (Smeltzer, 2001). e.
Tipe gangguan intoleransi glukosa (impaired glukosa tolerance), yaitu tipe yang tidak dapat memenuhi kriteria diabetes melitus yang telah dijelaskan sebelumnya, tetapi tes toleransi glukosanya memerlihatkan kelainan.
Penderitanya
tidak
menunjukkan
tanda
atau
gejala
(asimtomatis). Penderitanya tidak dapat digolongkan sebagai penderita diabetes, namun tetap dianggap berisiko lebih tinggi terhadap diabetes. Kebanyakan penderita mengalaminya selama bertahun-tahun, namun
Universitas Sumatera Utara
17
ada juga yang spontan kembali dalam kedaan normal, tetapi setiap tahunnya 1-5% dari penderita dengan gangguan intoleransi glukosa dapat berlanjut menjadi diabetes (Price & Wilson, 2005).
2.2.3. Komplikasi Diabetes Melitus Kompikasi diabetes melitus dibagi menjadi dua kategori yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis ( Price & Wilson, 2005). 1. Komplikasi Akut a. Koma hipoglikemia Koma hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat-obatan diabetik yang melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel. a. Ketoasidosis diabetik (KDA) Kadar insulin yang menurun menyebabkan hiperglikemia dan glukosa berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis, peningkatan oksidasi asam lemak bebas, disertai pembentukan benda keton. Peningkatan benda keton dalam darah menyebabkan ketosis. Peningkatan produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga dapat menyebabkan diuresis osmotik yang berakibat pada dhidrasi dan kehilangan elektrolit. Hai ini dapat menyebabkan penderita mengalami
hipotensi dan mengalami
syok.
Akhirnya penurunan
Universitas Sumatera Utara
18
penggunaan oksigen otak menyebakan pasien koma bahkan sampai meninggal. b. Koma hiperosmolar nonketotik Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan sketrasel yang banyak diekskresi lewat urin. 2. Komplikasi Kronik Komplikasi vaskular jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluhpembuluh kecil, sedang, dan besar. a. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik, dan nefropati diabetik. Perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar. Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal. Retinopati terjadi karena adanya perubahan protein dalam retina yang mengakibatkan gangguan penglihatan. b.
Makroangiopati mengenai pembuluha darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak. Perubahan pembuluh darah besar dapat menyebabkan aterosklerosis. Jika mengenai arteri perifer maka dapat megakibatkan insufisiensi vaskular perifer dan gangren pada ekstremitas serta insufisiensi serebral dan stroke. Jika yang terkena adalah arteri koronaria dan aorta, maka dapat mengakibatkan angina dan infark miokardium.
c. Neuropati diabetik
Universitas Sumatera Utara
19
Akumulasi orbital di dalam jaringan dan perubahan metabolik mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun. Kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri. d. Kaki diabetik Perubahan
makroangiopati,
mikroangiopati,
dan
neuropati
menyebabkan perubahan pada ekstremitas bawah. Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangren, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan gangren.
2.2.4. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan kembali aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas penderita (Smeltzer, 2001). Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes yaitu diet, latihan, pemantauan, terapi farmakologis ( jika diperlukan), dan pendidikan.
2.3.Self Care pada Pasien Diabetes Melitus Selamiharja dalam Sihombing (2008) mengatakan bahwa setiap orang bisa terkena penyakit diabetes melitus baik pada usia tua maupun pada usia muda. Diabetes melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun
Universitas Sumatera Utara
20
dengan pemeliharaan dan perawatan yang baik, setiap penderita dapat menjalani kehidupan secara normal. Diabetes melitus harus dikelola dengan baik dan pihak yang terkait di dalam pelaksanaannya tidak hanya dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain, tetapi juga melibatkan peran pasien dan keluarga sangat penting (PERKENI, 2011). Pasien diabetes melitus harus bertanggung jawab dalam pelaksanaan terapi setiap harinya (Smeltzer, 2001). Self care (perawatan diri) adalah pelaksanan aktivitas individu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Jika perawatan diri dapat dilakukan dengan efektif, maka dapat membantu individu dalam mengembangkan potensi dirinya (Orem, 1995). Dalam melakukan perawatan diri yang baik ada yang dinamakan self care demand yaitu adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat (Hidayat, 2008). Djaja dalam Sihombing (2008) mengatakan bahwa perawatan diabetes secara mandiri berarti berusaha untuk hidup dalam hidup senormal mungkin seperti pada orang nondiabetes, sehingga penderitanya perlu menjaga kadar glukosa dalam darah utnuk mencegah komplikasi panjang.Hal ini juga yang menjadi tuntutan bagi penderita diabetes yang harus dilakukannya dalam melakukan perawatan diri sehingga dengan pemenuhan kebutuhan tersebut dapat mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraannya.
Universitas Sumatera Utara