BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya Penelitian pertama dilakukan oleh I Putu Sudana dan Ni Luh Ramaswati Purnawan (2012) dengan judul Wisata Edukasi Budaya Bali, karya utama dalam penelitian sebelumnya ini adalah paket wisata yang mampu menyajikan aktivitas wisata yang sekaligus memberikan edukasi bagi wisatawan. Sehingga wisatawan mampu mengetahui lebih mendalam tentang aktivitas budaya yang disuguhkan. Keunggulan dari produk jasa yang dihasilkan dibandingkan dengan usaha jasa sejenis adalah terletak pada keunikan pengemasan paket wisata sehingga sangat menarik wisatawan dan sarat dengan edukasi bagi wisatawan mengenai budaya Bali. Usaha Wisata Edukasi Budaya Bali mendapatkan respon positif dari wisatawan. Jumlah produk paket wisata edukasi yang berhasil terjual adalah mencapai 28 paket, capaian masih dibawah rencana semula yaitu 40 paket. Nilai nominal hasil penjualan paket wisata tersebut sebanyak Rp. 42.896.000 atau ratarata 10,5 juta per bulan. Pengguna jasa Wisata Edukasi Budaya Bali, sebanyak 20% adalah wisatawan Jepang, 50% wisatawan Australia, dan 30% wisatawan Eropa. Arus kas menunjukkan pendapatan sebesar Rp. 130.146.000 dan pengeluaran sebesar Rp. 123.899.500 sehingga dihasilkan kas bersih sebesar 4.997.200 setelah dikurangi kontribusi untuk institusi sebesar 1.249.300 atau 10% dari total keuntungan.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada penelitian sebelumnya membahas tentang pembuatan sebuah paket wisata yang mampu menyajikan aktivitas wisata yang sekaligus memberikan edukasi bagi wisatawan, sedangkan pada penelitian ini membahas tentang faktor-faktor apa yang membuat paket wisata Kintamani – Monkey Forest Tour sangat diminati oleh wisatawan mancanegara. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai sebuah paket wisata. Penelitian kedua dilakukan oleh I Komang Astra Wijaya (2010) dengan judul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Memudarnya Intensitas Pertunjukan Tarian Calon Arang di Daya Tarik Wisata Pura Taman Ayun Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung”. Dalam penelitian ini meneliti tentang faktor – faktor yang membuat intensitas dari pertunjukan Calon Arang di Daya Tarik Wisata Pura Taman Ayun berkurang. Hasil dari penelitian tersebut menemukan ada dua faktor yang menyebabkan intensitas pertunjukan Calon Arang berkurang yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal tersebut terdiri dari ; (1) ketidakseriusan pihak pengelola (Puri Mengwi), (2) motivasi diri yang kurang, (3) perubahan mata pencaharian, (4) tidak adanya kegiatan promosi, sedangkan faktor eksternal terdiri dari ; (1) ketergantungan kepada Travel Agent, (2) terjadinya bom Bali I, (3) berkurangnya minat wisatawan, (4) banyaknya saingan.
Perbedaan penelitian sebelumya dengan penelitian ini, ada pada teknik analisis data yang digunakan, pada penelitian sebelumnya menggunakan teknis analisis deskriptif kualitatif, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis faktor. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini, yaitu dalam teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Penelitian ketiga dilakukan oleh I Made Sujana (2009) dengan judul Persepsi Wisatawan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Daya Tarik Wisata Tanah Lot Tabanan Bali. Dalam penelitian sebelumnya ini membahas tentang bagaimana persepsi wisatawan terhadap daya tarik wisata Tanah Lot dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke daya Tarik wisata Tanah Lot. Hasil penelitian sebelumnya ini menunjukan bahwa persepsi wisatawan terhadap daya tarik wisata Tanah Lot secara keseluruhan adalah baik. Kajian mengenai persepsi wisatawan menemukan adanya perbedaan persepsi antara wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Analisis faktor yang mempengaruhi wisatwan ke daya tarik wisata Tanah Lot menemukan hasil akhir ada 4 faktor yang dominan mempengaruhi kunjungan wisatawan ke daya tarik wisata Tanah Lot yaitu sejarah (story), keunikan Pura, promosi, pemandangan sunset. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada penelitian sebelumnya meneliti mengenai persepsi wisatawan sedangkan dalam penelitian ini terfokus kepada faktor-faktor pemilihan paket wisata Kintamani –
Monkey Forest Tour. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini ada pada teknik analisis data dimana keduanya sama-sama menggunakan analisis faktor. Penelitian keempat dilakukan oleh Kimeli Korir (2013) dengan judul Dimensions of Social Capital in Trifling Event Administration in Kenya, dalam penelitian ini membahas tentang indikator yang mengukur modal sosial dalam memanajemen usaha kecil. Penelitian ini dilakukan di Kenya dengan melibatkan tiga kota yang ada di Kenya diantaranya kota Nairobi, Kisumu, dan Uasin Gishu. Hasil dari penelitian ini menemukan dua indikator yang dapat menjadi modal sosial dalam memanajemen usaha kecil yaitu positif exchange dan sharing. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada penelitian sebelumnya meneliti mengenai modal sosial sedangan dalam penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor pemilihan paket wisata oleh wisatawan. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini ada pada teknik analisis data yang digunakan yaitu menggunakan analisis faktor sebagai teknik analisis data. Penelitian kelima dilakukan oleh Matthew R. Draper (2003) dengan judul Factor analysis and Concurrent Validity of a University Counseling Center Presenting Problems Checklist, dalam penelitian ini membahas tentang faktorfaktor dan validitas dari Problem Checklist yang diberikan oleh University Counseling Center. Hasil penelitian tersebut mengajukan 42 indikator yang merupakan Problem Checklist, dan kemudian dari 42 indikator tersebut menyisihkan enam indikator lain yang validitasnya masih diragukan, 36 indikator sisanya membentuk lima faktor yang terdiri dari : (1) Academic Stress, (2)
Adjustment to College Life, (3) Questioning Values, (4) Emotional Distress, and (5) Body Image. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada penelitian sebelumnya terfokus kepada Problem Checklist yang dimiliki University Counseling Center untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang terdapat di dalam 42 pertanyaan yang ada di dalam Problem Checklist tersebut sedangkan dalam penelitian ini fokus terhadap faktor-faktor pemilihan paket wisata yang di teliti dari faktor internal paket wisata itu sendiri. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu pada teknik analisis data yang sama-sama menggunakan teknik analisis faktor. Penelitian keenam dilakukan oleh Helen C Lingard (2015) dengan judul Sample Size in Factor Analysis, penelitian sebelumnya ini membahas tentang penggunaan analisis faktor sebagai teknik analisis data dalam sebuah penelitian, hasil penelitian ini menemukan bahwa banyak terjadi kesalahan dalam penggunaan teknik analisis faktor terutama pada penentuan jumlah sampel yang terlalu kecil. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada penelitian sebelumnya yang dibahas adalah analisis faktornya terutama dalam penentuan jumlah sampel yang digunakan, sedangkan dalam penelitian ini analisis faktor telah digunakan sebagai teknik analisis data. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah menggunakan sampel dalam jumlah besar menginngat untuk mendapatkan hasil yang baik dari perhitungan analisis faktor disarankan untuk menggunakan sampel dalam jumlah besar.
Penelitian ketujuh dilakukan oleh Parnika Patil dan V. L. Khole (2012) dengan judul Survey of Travel Package Recommendation system, penelitian sebelumnya ini membahas tentang pembuatan sistem recommender pariwisata yang dapat memberikan saran pribadi dan relevan untuk wisatawan setiap kali mereka mengunjungi tempat-tempat yang tidak diketahui. Banyak pendekatan sistem recommender pariwisata telah dianalisis yaitu pendekatan berbasis konten, kolaboratif, hybrid dan berdasarkan typicality. Sebagian besar pendekatan menyarankan tempat menarik di tujuan sesuai dengan preferensi pengguna. Ada berbagai macam teknik Artificial Intelligence yang digunakan untuk sistem recommender paket perjalanan. Teknik optimasi menawarkan solusi biaya-efektif untuk perencanaan dan penjadwalan paket wisata dari sistem. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada penelitian sebelumnya fokus penelitian ada pada membuat sebuah system recommender yang dapat memberikan saran dan relevan bagi wisatawan setiap kali mengunjungi tempat – tempat yang belum diketahui, sedangkan penelitian ini fokus penelitian nya ada pada faktor-faktor yang menyebabkan wisatawan sangat berminat memilih paket wisata Kintamani – Monkey Forest Tour. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang sebuah paket wisata. Penelitian kedelapan dilakukan oleh indriani Paramata, dkk (2013) dengan judul Perencanaan Paket Wisata Kota Manado, penelitian sebelumnya ini membahas tentang sebuah perencanaan paket wisata di Kota Manado dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti sarana dan prasarana penunjang paket
wisata, aksesbilitas, dan daya tarik wisata yang ada di Kota Manado. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada penelitian sebelumnya membahas mengenai perencanaan sebuah paket wisata sedangkan pada penelitian ini yang dibahas adalah mengenai faktor-faktor apa yang membuat paket wisata Kintamani – Monkey Forest Tour sangat diminati oleh wisatawan mancanegara. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai sebuah paket wisata. Penelitian kesembilan dilakukan oleh Aysa Ipek Erdogan (2013) dengan judul Appliying Factor Analysis on the Financial Ratios of Turkeys Top 500 Industrial Enterprises, penelitian sebelumnya ini melakukan analisis faktor pada rasio keuangan dari 500 perusahaan industri di Turki. Tujuan penelitian sebelumnya ini adalah untuk menentukan serangkaian faktor yang dapat menjelaskan rasio dalam jumlah yang lebih kecil. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada penelitian sebelumnya meneliti tetan rasio keuangan dari 500 perusahaan industry di Turki, sedangkan pada penelitian ini meneliti mengenai faktor-faktor apa yang membuat paket wisata Kintamani – Monkey Forest Tour sangat diminati oleh wisatawan mancanegara. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini ada pada teknik analisis data dimana kedua penelitian ini sama-sama menggunakan teknik analisi faktor.
2.2 Tinjauan Konsep 2.2.1
Tinjauan Mengenai Paket Wisata Menurut Yoeti (2001 :112 ) menjelaskan paket wisata merupakan suatu tour
yang direncanakan dan di selenggarakan oleh suatu Travel Agent atau Tour Opertor atas risiko dan tanggung jawab sendiri, yang acara, lamanya waktu tour, tempattempat yang akan dikunjungi, akomodasi, transportasi serta makanan dan minuman telah ditentukan dalam suatu harga yang sudah ditentukan pula jumlahnya. Keputusan
Menteri
Pariwisata,
POS,
dan
Telekomunikasi
Nomor:
KM.96/HK.103/MPPT-87 pasal 1, menjelaskan bahwa paket wisata adalah rangkaian dari perjalanan wisata yang tersusun lengkap disertai harga dan persyaratan tertentu. Menurut Armin D. Lehmann (dalam Yoeti, 2001) memberikan pengertian tentang paket wisata ini dengan batas sebagai any advertised tour or a single destination tour, including transportation, accommodation and other tour elements or an offering (line a cruise) providing a holiday. Selanjutnya Burkart dan Medlik ( dalam Yoeti, 2001 ) menyamakan pengertian paket wisata dengan inclusive tour dengan memberikan batasan sebagai any package of transport and accommodation and perhaps some other services, which is sold as a single holiday for a single allinclusive price. Jadi tour ini merupakan suatu inclusive tour, dan wisatawan atau para pengikut hanya tinggal membeli saja tanpa memikirkan segala sesuatu yang diperlukan selama dalam perjalanan, mulai berangkat sampai kembali ketempat semula. Hal ini bergantung pada syarat yang ditentukan oleh Tour Operator atau
Travel Agent yang bersangkutan. Adakalanya harga tour itu dikatakan price not include meals. Dalam hal ini hanya makan pagi (breakfast) yang termasuk dalam paket tersebut. Tour semacam ini lebih murah dibandingkan dengan tour yang dirancang atas dasar permintaan. Biasanya package tour ini dijual untuk satu jangka waktu tertentu dan disusun berdasarkan confidential tariff yang dikeluarkan oleh perusahan angkutan dan perhotelan, untuk tour ini dibuatkan tour itinerary tersendiri. Menurut M.Kesrul (2004:46 ) menjelaskan bahwa paket wisata terdiri dari beberapa tipe yaitu : 1. Destination Package Paket wisata yang dikemas hanya meliputi kunjungan ke daya tarik wisata dan satu destinasi saja. Sebagai contoh Jakarta City Tour dengan mengunjungi Monas, Museum Gajah, Pelabuhan Sunda Kelapa, Taman Mini Indonesia Indah, Taman Impian Jaya Ancol. 2. Touring Package Paket wisata yang dikemas meliputi kunjungan banyak tujuan wisata dengan waktu yang panjang. Sebagai contoh: Jawa – Bali. Overland 8 hari 6 malam dengan kunjungan objek wisata seperti : Semarang (Sam Po Kong, Gedung Songo), Yogyakarta (Borobudur, Prambanan, Malioboro, Probolinggo (Gunung Bromo), Bali (Tari Barong, Galuh, Celuk, Emas, Tirtha Empul, Kintamani, Alas Kedaton).
3. Modul Package Paket wisata yang dikemas seperti permintaan perjalanan wisata Visiting of Friends and Relatives Travel, namun hanya memerlukan akomodasi saja atau transportasi saja, dan biasanya mereka sendiri yang langsung membeli kepada perusahaan yang bersangkutan.
2.2.2
Tinjauan Mengenai Wisatawan Menurut Yoeti (1999 : 34) mendefinisikan wisatawan sebagai seseorang
yang melakukan perjalanan untuk sementara waktu, tidak kurang selama 24 jam, dan ia semata-mata sebagai konsumen, bukan mencari nafkah atau bekerja tetap ditempat yang ia kunjungi. Dalam The United Nation Conference On Customs Formalities For The Temporary Important Of The Private Road Motor Vehicles And For Tourism, dalam pasal 1 ayat (b) dikatakan sebagai berikut : “Istilah Wisatawan harus diartikan sebagai seorang, tanpa membedakan ras, kelamin, bahasa, dan agama, yang memasuki wilayah suatu Negara yang mengadakan perjanjian yang lain dari pada Negara dimana orang itu biasanya tinggal dan berada di tempat tersebut kurang dari 24 jam dan tidak lebih dari 6 bulan di dalam jangka 12 bulan berturut-turut, untuk tujuan non-imigrasi yang legal, seperti perjalanan wisata, rekreasi, olahraga, kesehatan, alasan keluarga, studi, ibadah keagamaan dan urusan usaha (business)” (dalam Yoeti, 1998). Menurut Gamal Suwantoro (2004 : 4 ) menjelaskan bahwa wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata, jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang
dikunjungi. Apabila mereka tinggal di daerah atau Negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong (excursionist). Menurut Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1969, “Wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ketempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu”. Pada tahun 1937, Komisi Ekonomi Liga Bangsa-Bangsa ( Economis Commission of The League of Nations ) pertama kalinya memberikan batasan pengertian mengenai wisatawan internasional pada forum internasional. Rumusan tersebut adalah sebagai berikut: “The term tourist shall, in principle, be interpreted to mean any person travelling for a period of 24-hours or more in a country other than which he usually resides”. Artinya wisatawan adalah orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan di Negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa. Menurut pengertian tersebut, semua orang yang melakukan kegiatan perjalanan wisata dinamakan wisatawan apapun tujuannya yang penting perjalanan itu bukan untuk menetap dan untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Hal pokok yang penting dari batasan Liga Bangsa-Bangsa tersebut yang perlu dicatat adalah: 1. Perjalanan dari satu negara ke negara lain. 2. Lama perjalanan sekurang-kurangnya 24 jam. Untuk selanjutnya Komisi Liga Bangsa-Bangsa ini, menyempurnakan batasan pengertian tersebut, dengan mengelompokan orang-orang yang dapat disebut sebagai wisatawan dan bukan wisatawan.
-
Yang termasuk wisatawan adalah : 1. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan bersenangsenang, mengunjungi keluarga, dan lain-lain. 2. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuanpertemuan atau karena tugas tertentu, seperti dalam ilmu pengetahuan, tugas negara, diplomasi, agama, olah raga, dan lain-lain. 3. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk tujuan usaha. 4. Mereka yang melakukan kunjungan mengikuti perjalanan kapal laut, walaupun tinggal kurang dari 24 jam.
-
Yang dianggap sebagai bukan wisatawan adalah : 1. Mereka yang berkunjung dengan tujuan untuk mencari pekerjaan atau melakukan kegiatan usaha. 2. Mereka yang berkunjung ke suatu negara dengan tujuan untuk bertempat tinggal tetap. 3. Penduduk di daerah tapal batas negara yang bekerja di negara yang berdekatan. 4. Wisatawan yang hanya melewati suatu negara tanpa tinggal di negara yang di laluinya itu.
2.2.3
Tinjauan Mengenai Biro Perjalanan Wisata Nyoman S. Pendit (dalam Yoeti, 2001) memberikan pengertian bahwa BPW
adalah perusahaan yang memiliki tujuan untuk menyiapkan suatu perjalanan bagi seseorang yang merencanakan untuk mengadakannya. R. S. Damardjati (dalam Yoeti, 2001) menjelaskan bahwa BPW adalah perusahaan yang khusus mengatur dan menyelenggarakan perjalanan dan persinggahan orang – orang termasuk kelengkapan perjalannannya, dari suatu tempat ke tempat lain, baik di dalam negeri, dari dalam negri, ke luar negri atau dalam negri itu sendiri. Menurut Suwantoro (2004 : 11 ) menjelaskan bahwa Biro Perjalanan Wisata adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan, sedangkan Agen Perjalanan Wisata adalah perusahaan yang melakukan kegiatan penjualan tiket (karcis), sarana angkutan , dan lain-lain serta pemesanan sarana wisata. Menurut undang – undang No. 9 Th. 1990 bagian kedua pasal 12, disebutkan bahwa BPW merupakan usaha penyedia jasa perencanaan dan / atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan wisata. Menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata No.Kep.16/U/II/88 Tgl. 25 Februari 1988 tentang pelaksanaan Ketentuan Usaha Perjalanan, pada Bab I Penelitian Umum Pasal 1, memberi pengertian dengan batasan sebagai berikut : a. Usaha perjalanan adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial yang mengatur, menyediakan, dan menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang, sekelompok orang, untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama untuk berwisata.
b. Biro perjalanan wisata adalah badan usaha yang menyelenggarakan kegiatam usaha perjalanan ke dalam negeri dan atau di dalam negeri dan atau ke luar negeri. c. Cabang biro perjalanan umum adalah salah satu unit usaha biro perjalanan umum, yang berkedudukan di wilayah yang sama dengan kantor pusatnya atau di wilayah lain, yang melakukan kegiatan kantor pusatnya. d. Agen perjalanan adalah badan usaha yang menyelenggarakan usaha perjalanan yang bertinda sebagai perantara di dalam menjual dan atau mengurus jasa untuk melakukan perjalanan. e. Perwakilan adalah Biro Perjalanan Umum, Agen Perjalanan, badan usaha lainnya atau perorangan, yang ditunjuk oleh suatu Biro Perjalanan Umum yang berkedudukan di wilayah lain untuk melakukan kegiatan yang diwakilkan, baik secara tetap maupun tidak tetap. Menurut Yoeti (2001 : 28 ) berdasarkan ruang lingkup kerjanya Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan memiliki perbedaan. Ruang lingkup kerja Biro Perjalanan Wisata terdiri dari : 1. Membuat, menjual, dan menyelenggarakan paket wisata. 2. Mengurus dan melayani kebutuhan jasa angkutan bagi perorangan atau kelompok orang yang diurusnya. 3. Melayani pemesanan akomodasi, restoran, dan sarana wisata lainnya. 4. Mengurus dokumen perjalanan. 5. Menyelenggarakan panduan perjalanan wisata. 6. Melayani penyelenggaraan konvensi.
Sedangkan ruang lingkup kerja Agen Perjalanan terdiri dari : 1. Menjadi perantara di dalam pemesanan tiket angkutan uadara, laut dan darat. 2. Mengurus dokumen perjalanan. 3. Menjadi perantara di dalam pemesanan akomodasi, restoran, dan sarana wisata lainnya. 4. Menjual paket-paket wisata yang dibuat oleh Biro Perjalanan Wisata.
2.2.4
Tinjauan Mengenai Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Armstrong (2012), “Consumer buyer behavior refers to
the buying behavior of final consumers – individuals and households that buy goods and services for personal consumption”, pengertian tersebut dapat diartikan bahwa perilaku keputusan pembelian mengacu pada perilaku pembelian akhir dari konsumen, baik individual, maupun rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Menurut Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa, “Keputusan pembelian adalah konsumen membentuk niat untuk membeli merek yang paling disuka”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa keputusan pembelian adalah perilaku konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa yang mereka sukai. Dalam melakukan keputusan pembelian, konsumen banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Keputusan pembelian merupakan suatu bagian pokok dalam perilaku konsumen yang mengarah kepada pembelian produk atau jasa. Dalam membuat sebuah keputusan pembelian, konsumen tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi dan memotivasi konsumen untuk mengadakan pembelian. Dari faktor-faktor inilah, maka konsumen akan melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif pilihan, dan memilih salah satu atau lebih alternatif yang diperlukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
2.2.5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Paket Wisata. Faktor-faktor pemilihan paket wisata dalam penelitian ini melihat faktor-
faktor internal yang dimiliki paket wisata sebagai daya tarik bagi wisatawan dalam memilih paket wisata tersebut. Menurut Edwin Fiatiano (2004) ada beberapa faktor internal yang perlu diperhatikan dalam membuat sebuah paket wisata yaitu kecakapan pramuwisata, penampilan pramuwisata, wawasan pramuwisata, fasilitas kendaraan, tipe kendaraan, tempat makan siang yang menarik, fasilitas restaurant, variasi objek, waktu yang ditawarkan, harga yang ditawarkan, harga termasuk tiket masuk, harga termasuk asuransi, harga termasuk snack, harga termasuk makan siang, dan penjemputan ke hotel. Sebuah paket wisata untuk dapat diminati oleh wisatawan juga sangat penting untuk memperhatikan desain dari brosur tersebut agar terlihat menarik. Menurut Fuad Permana (2009) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesain sebuah brosur paket wisata agar dapat menarik minat wisatawan untuk memilih dan menggunakan paket wisata tersebut, hal-hal tersebut diantaranya
desain brosur, gambar depan brosur, terdapat peta pada brosur, informasi yang lengkap pada brosur, icon paket wisata pada brosur. Menurut Dyah Afriani (2015) dalam membuat sebuah brosur paket wisata menentukan warna dasar dari brosur tersebut juga menajadi hal penting, karena bila tepat dalam menentukan warna maka hal ini akan membuat brosur tersebut terlihat lebih menarik.
2.2.6
Tinjauan Mengenai Analisis Faktor Eksploratori menurut (Wibisono 2007) penggunaan metode analisis faktor dapat
diklarifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu: 1. Penyelidikan untuk penemuan (Eksploratori). Analisis digunakan untuk menyelidiki dan mendeteksi suatu pola dari variabel-variabel yang ada dengan tujuan untuk menemukan suatu konsep baru dan kemungkinan pengurangan data dari data dasar. 2. Penegasan suatu hipotesa (Konfrimatori). Analisis faktor digunakan untuk mengadakan pengujian terhadap suatu hipotesa mengenai struktur dan variabel-variabel baru yang berkaitan dengan sejumlah faktor yang signifikan dan sejumlah faktor loading yang diharapkan. 3. Alat pengukur (Measuring Devices). Analisis faktor digunakan untuk membentuk variabel-variabel untuk digunakan sebagai variabel baru dalam penelitian berikutnya. Analisis faktor eksploratori merupakan suatu teknik untuk menganalisis tentang saling ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel yang diteliti
menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit dari pada variabel yang diteliti. Hal ini berarti, analisis faktor dapat juga menggambarkan tentang struktur data dari suatu penelitian (Suliyanto, 2005).
2.3 Hipotesis Menurut Edwin Fiatiano (2004) ada beberapa faktor internal yang perlu diperhatikan dalam membuat sebuah paket wisata yaitu kecakapan pramuwisata, penampilan pramuwisata, wawasan pramuwisata, fasilitas kendaraan,
tipe
kendaraan, tempat makan siang yang menarik, fasilitas restaurant, variasi objek, waktu yang ditawarkan, harga yang ditawarkan, harga termasuk tiket masuk, harga termasuk asuransi, harga termasuk snack, harga termasuk makan siang, dan penjemputan ke hotel. Sebuah paket wisata untuk dapat diminati oleh wisatawan juga sangat penting untuk memperhatikan desain dari brosur tersebut agar terlihat menarik. Menurut Fuad Permana (2009) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesain sebuah brosur paket wisata agar dapat menarik minat wisatawan untuk memilih dan menggunakan paket wisata tersebut, hal-hal tersebut diantaranya desain brosur, gambar depan brosur, terdapat peta pada brosur, informasi yang lengkap pada brosur, icon paket wisata pada brosur. Menurut Dyah Afriani (2015) dalam membuat sebuah brosur paket wisata menentukan warna dasar dari brosur tersebut juga menajadi hal penting, karena bila tepat dalam menentukan warna maka hal ini akan membuat brosur tersebut terlihat lebih menarik. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya maka telah diperoleh unsurunsur internal sebuah paket wisata yang dapat menarik minat wisatawan untuk memilih sebuah paket wisata, unsur-unsur internal inilah yang diasumsikan sebagai faktor-faktor pemilihan paket wisata Kintamani –Monkey Forset Tour.
Gambar 2. 1 Kerangka Konsep
Kecakapan Pramuwisata (Edwin Fiatiano, 2004) Penampilan Pramuwisata (Edwin Fiatiano, 2004) Wawasan Pramuwisata (Edwin Fiatiano, 2004) Fasilitas Kendaraan (Edwin Fiatiano, 2004) Tipe kendaraan sesuai yang diinginkan (Edwin Fiatiano, 2004) Tempat makan siang yang menarik (Edwin Fiatiano, 2004) Fasilitas Restaurant (Edwin Fiatiano, 2004) Variasi Objek (Edwin Fiatiano, 2004) Waktu yang ditawarkan (Edwin Fiatiano, 2004) Harga yang ditawarkan (Edwin Fiatiano, 2004) Harga termasuk tiket masuk (Edwin Fiatiano, 2004) Harga termasuk asuransi (Edwin Fiatiano, 2004) Harga termasuk snack (Edwin Fiatiano, 2004) Harga termasuk makan siang (Edwin Fiatiano, 2004) Penjemputan ke Hotel (Edwin Fiatiano, 2004) Brosur memiliki warna dasar yang menarik (Dyah Afriani, 2015) Desain Brosur (Fuad Permana, 2009) Gambar depan brosur yang menarik (Fuad Permana, 2009) Terdapat peta pada brosur (Fuad Permana, 2009) Informasi yang lengkap pada brosur (Fuad Permana, 2009) Icon paket berupa gambar Gunung Batur (Fuad Permana, 2009) Sumber : Edwin Fiatiano, 2004, Fuad Permana, 2009, dan Dyah Afriani, 2015
Pemilihan Paket Wisata