BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Formalin 1. Pengertian Formalin Formalin merupakan bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Formalin merupakan nama dagang dari larutan formaldehida. Sebenarnya formalin adalah desinfektan yang aktif terhadap bakteri, virus dan cendawan, serta berguna untuk mengawetkan jaringan. Di bidang kedokteran, zat kimia ini digunakan untuk mengawetkan spesimen biologi dan mayat. Sedangkan di bidang industri digunakan pada industri mesin, tekstil, pupuk dan kimia.3 Pada setiap kemasan formalin selalu diberi label dengan tanda gambar tengkorak. Kemasan formalin di dasar kotak berwarna jingga yang berarti bahan beracun berbahaya.3 Bahan dasar formalin yang banyak beredar di pasar umumnya mempunyai konsentrasi 37-40%. Formalin sebagai antibacterial agent dapat memperlambat aktivitas bakteri. Dalam makanan yang mengandung banyak protein, maka formalin bereaksi dengan protein dalam makanan tersebut dan membuat makanan awet. Tapi ketika masuk ke dalam tubuh, maka dia bersifat mutagenik dan karsinogenik yang dapat merusak organ tubuh.3 Formalin sangat mudah diserap melalui saluran pernapasan dan pencernaan. Kandungan formalin pada makanan tidak dapat dihilangkan meskipun sudah dilakukan perendaman atau pencucian dengan air panas.3 Formaldehid inilah zat aktif yang membuat formalin berguna sebagai bahan baku pabrik-pabrik mesin plastik, peledak, senyawa busa, disinfektan, dan insektisida.9 Namun formaldehid murni (kadar 100%) sangat langka di pasar. Karena ia berwujud gas tak berwarna dan berbau sangat tajam, dengan titik leleh -21 dan -92 derajat celcius. Formaldehid sangat beracun dan menyebabkan iritasi selaput lendir, pada pernapasan atas, mata, juga kulit. Ia juga dapat mengakibatkan reaksi alergi, kerusakan ginjal, kerusakan gen, dan mutasi yang dapat diwariskan.9
Sifat merusak ini terletak pada gugus Carbon Oksida (CO) atau aldehid. Gugus ini bereaksi dengan gugus amina, pada protein menghasilkan metenamin atau heksametilentetramin.9 Formaldehid akan bereaksi dengan Dioxyribosa Nucleic Acid (DNA) atau Ribonucleic Acid (RNA) sehingga data informasi genetik menjadi kacau. Akibatnya, penyakit-penyakit genetik baru mungkin akan muncul. Bila gen-gen rusak itu diwariskan, maka akan terlahir generasi dengan cacat gen.9 Tambahan lagi, bila sisi aktif dari protein-protein vital dalam tubuh dimatikan oleh formaldehid, maka molekul-molekul itu akan kehilangan fungsi dalam metabolisme. Akibatnya, kegiatan sel akan terhenti. Itu sebabnya, wadah-wadah formaldehid harus diberi label tengkorak. Artinya beracun. Dan, perlu kehati-hatian dalam menanganinya. Tapi formaldehid dalam formalin tidak sereaktif formaldehid murni. Meski larutan yang stabil dengan titik didih 96 0C ini tetap merupakan pereduksi sangat kuat. Ia juga dapat meracuni tubuh, baik menyusup lewat pernapasan, pencernaan, maupun kulit. Konsentrasi terendah formalin yang dapat mematikan manusia lewat pernapasan adalah 17 mg per meter kubik per 30 menit, dan lewat mulut sebesar 108 mg per kilogram berat badan.9 Saat formalin dipakai mengawetkan makanan, gugus aldehid spontan bereaksi dengan protein-protein dalam makanan. Jika semua formaldehid habis bereaksi, sifat racun formalin hilang. Protein makanan yang telah bereaksi dengan formalin tidak beracun dan tidak perlu ditakuti.9 Namun nilai gizi makanan itu menjadi rendah, karena proteinnya berubah. Protein-protein dalam tahu berformalin, misalnya, menjadi sukar dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan (tripsin). Modifikasi struktur rantai samping residu lisin dan arginin akibat reaksi dengan formaldehid membuat pusat aktif tripsin tidak mampu mengenali sisi spesifik pemutusan ikatan peptida pada protein tahu. Ini yang membuat tahu berformalin jauh lebih sulit dicerna ketimbang tahu bebas formalin.9 Makanan berformalin akan beracun hanya jika di dalamnya mengandung sisa formaldehid bebas. Sisa formaldehid bebas (yang tidak bereaksi) hampir selalu ada dan sulit dikendalikan. Itulah sebabnya, formalin untuk pengawet makanan tidak
dianjurkan karena sangat berisiko. Cara sederhana untuk menghilangkan sisa formaldehid bebas dalam formalin adalah penguapan sampai kering (di atas 100 derajat celsius).9 Tidak menggunakan formalin untuk bahan pengawet makanan adalah langkah terbaik. Bahan beracun tak identik dengan bahan tidak bermanfaat. Formalin memang bukan untuk pengawet makanan. Sifat racun formalin cocok untuk antiseptik toilet, disinfektan, senyawa pembalsem, dan pensteril tanah.9
2. Kegunaan Formalin Secara lazim formalin banyak digunakan dalam industri dan juga dalan dunia sanitasi,antara lain digunakan sebagai:10 ¾ Bahan pengawet mayat dan specimen penelitian. ¾ Untuk membuat toksoid dalam imunolok. ¾ Kadar 8% digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran. ¾ Formalin 8% dalam larutan alcohol 70% untuk sterilisasi sputum pasien tuberculosis. ¾ Formalin digunakan sebagai desinfektan alat-alat hemodialisis dan indoskopi karena sifat non korosifnya. ¾ Bahan pengawet dalam pembuatan produk kosmetik termasuk cat kuku. ¾ Bahan pengawet pencuci piring, shampo mobil, lilin, perawat sepatu, serta produk pembersih rumah tangga dalam kosentrasi di bawah 1%. ¾ Pembasmi lalat dan serangga lainnya (insektisida). ¾ Menghilangkan bakteri yang biasa hidup pada sisik ikan. ¾ Bahan pembuat sutera buatan. ¾ Penguat warna cat pada perabotan rumah tangga termasuk peralatan makan yang terbuat dari melamin. ¾ Pembuatan cermin kaca. ¾ Dalam fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas. ¾ Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. ¾ Sebagai campuran bahan peledak. ¾ Bahan pembuatan produk parfum.
¾ Bahan perekat untuk produk kayu lapis(plywood.) ¾ Pencegah korosi pada sumur minyak bumi.
3. Akibat yang ditimbulkan dari pemaparan formalin a. Bahaya jangka pendek paparan formalin murni Formalin dalam keadaan murni sering digunakan pada industri kayu lapis, industri cat, pengawetan mayat, dan lain sebagainya. Untuk itu perlu diwaspadai bahaya formalin yang dapat timbul dalam jangka pendek. Uap formalin rentan untuk terhirup antara lain:
Iritasi, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan.
Batuk-batuk
Gangguan pernafasan
Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti: radang paru, pembengkakan paru
Tanda-tanda umum: bersin, radang tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, jantung berdebar, mual muntah
Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian Formalin murni atau larutan formalin, berupa cairan yang sangat mudah terpercik, misalnya saat menuang formalin jika mengenai kulit, maka pada kulit akan terjadi perubahan warna kulit, kulit terasa terbakar, menjadi merah, mengeras dan mati rasa. Jika larutan formalin mengenai mata maka dapat menimbulkan iritasi mata, mata menjadi merah, sakit, gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Pada konsentrasi tinggi menyebabkan rusaknya lensa mata. Keadaaan yang paling mengkhawatirkan adalah pada saat formalin atau larutannya tertelan. Hal ini akan mengakibatkan:
Mulut, tenggorokan, perut terasa terbakar
Sakit jika menelan
Mual, muntah, diare
Sakit perut yang hebat
Sakit kepala yang hebat
Tekanan darah turun
Dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, ginjal dan susunan syaraf pusat
Kejang, tidak sadar hingga koma.
b. Bahaya jangka panjang paparan formalin murni Bahaya yang kemungkinan akan terjadi pada jangka panjang jika terjadi pemaparan formalin secara terus menerus adalah :
Radang selaput lendir hidung
Batuk-batuk serta gangguan pernafasan, sensitasi paru
Kanker pada hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak
Luka pada ginjal
Gangguan haid dan kemandulan pada wanita
Efek neuropsikosis : sakit kepala, mual, gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang Hal ini terjadi pada saat uap formalin terhirup secara terus menerus
dalam waktu yang relative lama. Pemaparan formalin murni atau larutannya pada kulit pada jangka waktu lama akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna kulit, kulit terasa terbakar, menjadi merah, mengeras, mati rasa dan radang kulit yang menimbulkan gelembung dapat merusak jaringan tubuh serta bahan yang bersifat iritasi yaitu bahan baik padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan. Formalin termasuk bahan yang bersifat iritasi dan karsinogenik.15
4. Cara mengedentifikasi keberadaan formalin pada ikan asin Keberadaan formalin pada ikan asin hanya bisa dibuktikan dengan uji laboratorium. Metode penentuan dengan menambahkan cairan FeCl3 dan asam sulfat pekat kedalam cairan hasil destilasi dari perebusan ikan asin. Dikatakan positif
mengandung formalin jika timbul cincin warna violet dan negative bila tidak timbul cincin warna violet. 18
B. Keamanan Pangan Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan. Forsythe and Hayes (1998) mengatakan tujuan utama peraturan keamanan pangan adalah pemilik perusahaan disyaratkan dapat mengidentifikasi dan mengawasi resiko keamanan pangan pada semua tahap persiapan dan penjualan makanan menggunakan “analisis bahaya “. Prinsip-prinsip dalam keamanan pangan yaitu 1) Analisa potensi bahaya dalam makanan pada tahap operasi; 2) Identifikasi titik-titik dalam operasi dimana bahaya dapat terjadi; 3) Menentukan titik kritis untuk menjamin keamanan pangan; 4) Identifikasi dan implementasi prosedur pengawasan dan pemantauan secara efektif pada titik kritis; dan 5) Memeriksa sistem secara berkala.11 Fardiaz (2002) mengatakan empat masalah keamanan pangan di Indonesia yaitu :11 1. Masih ditemukan produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan ( penggunaan bahan tambahan yang dilarang, cemaran kimia yang berbahaya, cemaran pathogen, masa kadaluarsa) 2. Masih banyak terjadi kasus keracunan karena makanan yang sebagian besar belum dilaporkan dan belum diidentifikasi penyebabnya. 3. Masih rendahnya pengetahuan, ketrampilan dan tanggung jawab produsen pangan tentang mutu dan keamanan pangan, terutama pada industri kecil atau industri rumah tangga. 4. Masih rendahnya kepedulian konsumen mengenai mutu dan keamanan pangan karena terbatasnya pengetahuan dan rendahnya kemampuan daya beli untuk produk pangan yang bermutu dan tingkat keamanannya yang tinggi. Pengawasan keamanan pangan terdiri dari 6 tahapan, yaitu: 1) produksi bahan mentah dan bahan penolong; 2) penanganan bahan mentah; 3) pengolahan; 4) distribusi; 5) pemasaran dan; 6) konsumen.
C. Bahan Tambahan Makanan Secara umum bahan tambahan makanan (BTM) berarti bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam makanan selama produksi, pengolahan, pengemasan, atau penyimpanan dengan tujuan tertentu. Sedangkan Departemen Kesehatan RI berdasarkan peraturan Menteri Kesehatn RI No. 722/ Menkes/Per/IX/ 88 mendefinisikan BTM sebagai setiap bahan, termasuk sumber radiasi apapun, yang penggunaannya dalam makanan diharapkan menghasilkan atau mempengaruhi karakteristik makanan tersebut. 11 Peranan BTM dalam industri makanan ditujukan untuk: 1. Untuk mempertahankan nilai gizi 2. Untuk konsumsi segolongan orang tertentu yang memerlukan makanan diit 3. Untuk mempertahankan mutu atau kestabilan makanan atau untuk memperbaiki sifat-sifat organoleptik sehingga tidak menyimpang dan sifat alamiah, dan dapat membantu mengurangi makanan yang dibuang atau limbah 4. Untuk keperluan pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, pewadahan, pembungkusan, pemindahan, atau pengangkutan 5. Membuat makanan lebih menarik. Namun penggunaan BTM tersebut tidak diperbolehkan untuk maksud sebagai berikut : 1. Menyembunyikan cara pembuatan atau pengolahan yang tidak baik 2. Menipu konsumen, misalnya untuk memberi kesan baik pada suatu makanan yang dibuat dari bahan yang kurang baik mutunya 3. Mengakibatkan penurunan nilai gizi pada makanan. Berbagai BTM yang digunakan pada industi bahan makanan biasanya dalam bentuk sintetik. BTM tersebut antara lain antioksidan, antikempal, pengatur keasaman, pemanis buatan, pemutih tepung, pengemulsi, pemantap dan pengental, pengawet, pengeras, pewarna, penyedap rasa, sekuastran, enzim dan penambah gizi. Bahan tambahan lain adalah humektan, antibusa, bahan pembantu, carrier solvent, korbonasi dan gas pengisi, penyalut dan pengisi. BTM sintetik yang dibuat mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Namun juga memiliki kelemahan, yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi
kesehatan dan kadang bersifat karsinogenik. Pada batasan ini BTM dibatasi pada BTM yang berbahaya seperti MSG, pewarna buatan, pemanis buatan, formalin dan boraks.11
D. Konsep Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut Notoatmodjo, pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan. Akan tetapi tidak berarti bentuk perilaku hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakan saja. Perilaku bisa saja bersifat potensial, yaitu dari bentuk penelitian, motivasi dan persepsi. Pada pelaksanaannya
perilaku
dapat diartikan suatu respon seseorang terhadap
rangsangan dari luar subyek. Respon ini masih berbentuk tindakan. Bentuk perilaku aktif adalah tindakan yang dapat dilihat dengan mata.12
Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu: 1. perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar yang berupa segala hal dan kondisi baru yang perlu diketahui dan dikuasai dirinya. 2. perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar atau lingkungan dari subyek yang terdiri dari: a. Lingkungan fisik yaitu lingkungan alam sehingga alam itu sendiri akan membentuk perilaku manusia yang hidup di dalamnya sesuai dengan sikap dan keadaan lingkungan tersebut. b. Lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembentukan perilaku manusia, lingkungan ini adalah keadaan masyarakat yang segala budidayanya dimana manusia itu lahir dan mengembangkan perilakunya. 3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit yaitu berupa (action) terhadap suatu rangsangan dari luar.12
E. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku Perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat berpengaruh untuk terjadinya perilaku tersebut yaitu : 1. Faktor predisposisi (predisposing), yaitu faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Kelompok yang termasuk didalamnya adalah pengetahuan dan sikap dari orang terhadap perilaku, beberapa karakteristik individu (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan) 2. Faktor pemungkin (Enabling), yaitu faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tersebut. Kelompok yang termasuk didalamnya adalah ketersediaan pelayanan kesehatan, ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun biaya dan sosial, peraturan-peraturan dan komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku tersebut. 3. Faktor penguat (Reinforcing), yaitu faktor yang memperkuat (atau kadang-kadang justru memperlunak) untuk terjadinya perilaku tertentu tersebut. kelompok yang termasuk didalamnya adalah pendapat, dukungan, kritik (keluarga, teman, lingkungan). Ketiga kategori tersebut memberi kontribusi atas perilaku kesehatan.12
F. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru ( berperilaku baru ), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :13 a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek). b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang ) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, subyek ini mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kasadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Pengetahuan yang mencakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yakni:13 a. Tahu (Know), diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali atau recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Ketidaktahuan masyarakat tentang formalin dapat diketahui apabila mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin. b. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat mengintreprestasi materi tersebut secara benar. Seseorang telah paham terhadap obyek atau materi dapat menjelaskan, menyebutkan contoh dan menyimpulkannya. Seseorang dinyatakan telah memahami formalin apabila dapat menjelaskan secara lengkap meliputi bahan kandungan, kerugian akibat mengkonsumsi makanan berformalin dan lainnya. c. Aplikasi (Aplication ), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya) serta menggunakan metode, rumus dan prinsip dalam konteks atau situasi lain. Seseorang anggota masyarakat pada tingkat aplikasi dapat menerapkan teori dengan memperhatikan dan tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin. d. Analisa (Analysis), diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
masyarakat dalam menganilisis keberadaan formalin, kerugian dan akibat dalam mengkonsumsinya. e. Sintesis (Synthesis), menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Seseorang pada tingkatan ini diharapkan teori tentang kerugian dalam penggunaan formalin bagi kesehatan. f. Evaluasi (Evaluation ), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Dalam tingkat ini seseorang dapat melakukan penilaian terhadap keberadaan dan pemakaian formalin dalam makanan kemudian untuk tidak mengkonsumsinya. Proses terjadinya pengetahuan menjadi masalah mendasar bagi pemikiran seseorang. Pandangan yang sederhana dalam memikirkan proses terjadinya pengetahuan yaitu dalam sifatnya baik apriori maupun aposteriori. Pengetahuan apriori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indra maupun pengalaman batin. Sedangkan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman.12 Pengetahuan didapatkan dari pengamatan. Didalam pengamatan indrawi tidak dapat ditetapkan apa yang subyektif dan apa yang obyektif. Jika kesan-kesan subyektif dianggap sebagai kebenaran, hal ini mengakibatkan adanya gambaran-gambran inderawi. Gambran-gambran itu kemudian ditingkatkan hingga sampai tingkatan-tingkatan lebih tinggi, yaitu pengetahuan rasional dan pengetahuan intuitif. Didalam pengetahuan rasional orang hanya mengambil kesimpulan-kesimpulan. Pengalaman dengan akal hanya mempunyai fungsi mekanisme semata-mata, sebab pengenalan dengan akal mewujudkan suatu proses penjumlahan dan pengurangan.14 Sementara itu salah seorang tokoh emporisme yang lain berpendapat bahwa segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Akal (rasio) adalah pasif pada waktu pengetahuan didapatkan. Akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri. Semula akal berupa dengan secarik kertas yang tanpa tulisan, yang
menerima segala sesuatu yang datang dari pengalaman. Pendapat dari ilmuwan lain tidak membedakan antara pengetahuan indrawi dan pengetauan akal.12 2. Cara Menilai Pengetahuan Dalam mengukur pengetahuan dengan menggunakan kuesioner dengan penilaian menggunakan skor. Setiap jawaban benar dari item pertanyaan pengetahuan diberi skor 1 dan bila salah diberi skor 0, sehingga setiap produsen mempunyai total skor pengetahuan yang kemudian dilakukan perhitungan proporsi benar yang dinyatakan dalam persen (%).
Kriteria Pengetahuan, di kategorikan menurut Ali Khomsan (2000) dengan kategori sebagai berikut: •
Baik dengan nilai >80%
•
Sedang dengan nilai 60-80%
•
Kurang dengan nilai <60%
G. Sikap 1. Definisi Sikap Pengetahuan dan sikap merupakan dasar dari terbentuknya perilaku. Secara definisi sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan berfikir yang disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang diorganisasikan melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada praktik atau tindakan.14 Sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap dikatakan sebagai respon yang hanya timbul bila individu dihadapkan pada suatu stimulus. Sikap seseorang terhadap sesuatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (Favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (Unfavorable) pada obyek tertentu.15 Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi dengan rangsang yang diterimanya. Jika sikap mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap obyek tertentu dipengaruhi lingkungan sosial dan kesediaan untuk bereaksi dari orang terhadap obyek. Sikap merupakan persiapan untuk
bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.14 Salah seorang ahli psikologi sosial mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindak suatu perilaku, sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek-obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.14 Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain:14 a. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (obyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesadaran dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi terutama mengenai makanan berformalin. b. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi dari sikap. Karena itu suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut. Misalnya sikap seseorang menyikapi dan menanggapi tentang pemakaian formalin pada ikan asin. c. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi bersikap. Misalnya seorang produsen mengajak produsen ikan asin yang lain (tetangganya) untuk mengikuti ceramah dan mendengarkan atau mendiskusikan tentang keamanan pangan adalah suatu bukti bahwa produsen tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap keamanan pangan terutama pengawet makanan. d. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang produsen mau menjadi
akseptor dalam pemakaian formalin sebagai pengawet makanan, meskipun mendapat tantangan dari orang lain. 2. Faktor-faktor mempengaruhi pembentukan sikap antara lain : a. Pengalaman pribadi Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi penghayatan dalam stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar dalam pembentukan sikap, untuk dapat memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki pengamatan yang berkaitan dengan obyek psikologis. Sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Pengaruh langsung tersebut dapat berupa predisposisi perilaku yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi memungkinkan15 b. Orang lain Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang sesuai atau sejalan dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap berpengaruh antara lain adalah : orang tua, teman dekat, teman sebaya, rekan kerja, guru, suami atau istri. c. Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup akan mempengaruhi pembentukan sikap seseorang. d. Media Massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, surat kabar, mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam membawa pesan-pesan berisi sugesti yang dapat berpengaruh pada opini yang kemudian dapat mengakibatkan adanya landasan kognisi mampu membentuk sikap. e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar dan pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. f. Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyalur frustasi atau penglihatan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu. Begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap lebih persisten dan bertahan lama.
2. Cara Menilai Sikap Cara menilai sikap tentang formalin dan keberadaan formalin pada ikan asin menggunakan kuesioner. Penilaian sikap menggunakan skor menurut Likert . Setiap kategori responden dari pertanyaan bersifat positif jika jawaban sangat setuju skor 4, jika jawaban setuju skor 3, jika jawaban tidak setuju skor 2, dan jika jawaban sangat tidak setuju skor 1. Sedangkan pada pertanyaan negatif , jika jawaban sangat setuju skor 1, jika jawaban setuju skor 2, jika jawaban tidak setuju skor 3, dan jika jawaban sangat tidak setuju skor 4.
H. Kerangka Teori Mengacu pada tinjauan pustaka yang dipaparkan kerangka teori dalam penelitian ini adalah: Faktor Prediposisi : Pengetahuan Sikap Persepsi Nilai
Biaya murah
Faktor Pemungkin : Ketersediaan SDM Kesehatan Keterjangkauan SDM Prioritas dan komitmen masyarakat/Pemerintah terhadap kesehatan Ketrampilan berkaitan dengan kesehatan
Keberadaan formalin dalam ikan asin
Faktor Penguat : Keluarga Teman produsen Petugas kesehatan
Efektifitas bakteri
Sumber : Modifikasi 10, 12, 13
I. Kerangka Konsep V. Bebas
V. terikat
Pengetahuan produsen Ikan asin tentang formalin Keberadaan formalin Pada ikan asin Sikap produsen ikan asin tentang formalin
J. Hipotesis Mengacu dari landasan teori yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian antara lain : 1. Terdapat hubungan antara pengetahuan produsen ikan asin tentang formalin dengan keberadaan formalin pada ikan asin. 2. Terdapat hubungan antara sikap produsen ikan asin tentang formalin dengan keberadaan formalin pada ikan asin.