BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.
Kandidiasis Kutis Intertriginosa Kandidiasis adalah peyakit jamur yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh jamur golongan candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku.5) Penyakit ini terdapat diseluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit. Gambaran klinisnya bermacam-macam sehingga tidak diketahui data-data penyebarannya dengan tepat.5) Jamur sebagai penyebab, menyukai daerah pada kulit yang sering lembab.6 Infeksi kandida dapat terjadi bila ada faktor yang menyuburkan pertumbuhan kandida atau ada yang memudahkan terjadinya invasi jaringan karena daya tahan tubuh yang lemah. Faktor – faktor ini ada diantaranya yang merupakan faktor endogen maupun eksogen. 5)
Faktor Endogen 1.
Perubahan Fisiologik : a. Kehamilan b. Kegemukan, karena banyak keringat sehingga tubuh menjadi lembab sehingga jamur mudah berkembang biak. c. Endokrinopati, gangguan gula dalam darah kulit. d. Penyakit kronik : tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.
2.
Imunologik : penyakit genetik
Faktor Eksogen - Iklim, panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat. - Kebersihan kulit
- Kebiasaan merendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maerasi dan memudahkan masuknya jamur. - Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis. Kandidiasis kutis intertriginosa adalah salah satu klasifikasi oleh CONANT (1971) berdasarkan tempat yang terkena dari kandidiasis dimana terdapat adanya lesi pada lipatan kulit ketiak, lipatan paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis dan umbilicus, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang rusak dan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer. 5 ) Penyakit jamur ini dapat dikenali yaitu biasanya terdapat lesi kulit yang memerah, sering disertai pengelupasan lapisan kulit, bersisik dengan tengah yang berwarna agak putih dan dipinggir lesi dikelilingi kulit yang berbentuk satelit. 6)
A.
Faktor Lingkungan Hunian Pengaruh
lingkungan
hidup
terhadap
kesehatan
besar
sekali,
hal ini disebabkan karena faktor – faktor penyebab penyakit dipengaruhi oleh lingkungan.
7)
Menurut undang – undang lingkungan hidup tahun 1982 lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.8) Demikian pentingnya pengaruh lingkungan hidup terhadap kesehatan, sehingga sering sebab suatu penyakit harus dicari diluar tubuh dalam arti bahwa lingkunganlah yang seharusnya perlu diselidiki.7) Hendrik L. Blum mengatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dan lingkungan mempunyai pengaruh dan peranan terbesar yang akan berdampak terhadap status kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan.9) Lingkungan adalah segala sesuatu ataupun kondisi yang mempunyai hubungan langsung dengan hidup organisme atau manusia dengan kata lain
lingkungan kita adalah dunia dengan segala macam aspek – aspeknya dengan mana kita selalu berhubungan misalnya keadaan tempat, iklim orang dsb. Lingkungan hunian adalah suatu lingkungan yang ada disekitar tempat hunian. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik diantaranya adalah perumahan, temperatur, cahaya.10) Setiap manusia membutuhkan tempat untuk tinggal. Adapun corak serta bentuk tempat tinggal atau rumah tersebut tidaklah sama antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. Dan bahkan dalam satu bangsapun terdapat variasi dari corak serta bentuk rumah. Namun demikian betapapun variasinya rumah-rumah tersebut, kesemuanya harus memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga para penghuninya tidak sampai menderita satu penyakit.7) Keadaan perumahan sangat penting dimana menentukan keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat.11) The American Public Health Assosiation merumuskan syarat-syarat perumahan yang dianggap pokok untuk terjaminnya kesehatan, yaitu: 7) 2. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan fisik dasar dari penghuninya. Hal-hal yang perlu diperhatikan disini ialah: a. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipelihara atau dipertahankan suhu lingkungan yang penting untuk mencegah kehilangan panas atau bertambahnya panas badan secara berlebihan. b. Rumah tersebut harus terjamin penerangannya yang dibedakan atas cahaya matahari serta penerangan dari nyala api lainnya. Penerangan tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap. c. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran udara segar dapat terpelihara. d. Rumah tersebut harus mampu melindungi penghuni dari gangguan bising yang berlebihan 3. Rumah harus dapat memenuhi kebutuhan kejiwaan dasar dari penghuninya. 4. Rumah harus dapat melindungi penghuni dari kemungkinan penularan penyakit atau berhubungan dengan zat-zat yang membahayakan kesehatan.
5. Rumah harus dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Sekalipun syarat-syarat diatas adalah syarat yang wajib dipenuhi untuk suatu rumah yang sehat, namun syarat tersebut bersifat relatif terutama syarat kejiwaan. Oleh kerena itu American Public Health Assosiation telah menyusun suatu pedoman lain yang dapat dipakai untuk menetapkan sehat atau tidaknya suatu rumah. Disesuaikan dengan situasi serta kondisi masyarakat Indonesia, maka pedoman tersebut antara lain : a. Sistem pengadaan air di rumah tersebut baik atau tidak. Jika air yang tersedia tidak memenuhi syarat kesehatan, maka rumah tersebut dinilai tidak sehat. b. Fasilitas untuk mandi, jika fasilitas ini baik, maka rumah tersebut dinilai baik. c. Sistem pembuangan air bekas. Jika sistem pembuangannya tidak memenuhi syarat kesehatan, maka rumah tersebut termasuk kategori rumah tidak sehat. d. Jika rumah tidak tersedia kakus atau kakus tersebut tidak sehat maka rumah tersebut dinilai tidak sehat. e. Jendela atau jalan masuk cahaya serta udara / ventilasi. Jika tidak mempunyai jendela serta penerangan yang cukup adalah rumah yang tidak sehat. f. Kekuatan bangunan. Jika rumah telah tua dan lapuk sehingga ada kemungkinan sewaktu-waku rubuh maka rumah dinilai tidak sehat. Agar pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan dapat dilaksanakan dengan lancar, tertib dan tercapai tujuan yang diharapkan maka diperlukan sarana yang memadai baik fisik dan non fisik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.02-PK.04.10 tahun 1990 tentang pola pembinaan narapidana / tahanan sarana fisik berupa gedung / bangunan Lembaga Pemasyarakatan harus memenuhi persyaratan diantaranya : 3) 1. Letak di luar atau di pinggir kota tetapi mudah terjangkau dengan sarana transportasi dan telekomunikasi (telepon), fasilitas penerangan ( listrik ) serta air bersih. 2. Luas tanah/lahan Lembaga Pemasyarakatan kelas I, IIA dan IIB masing-masing minimal 60.000, 40.000 dan 30.000 m².
3. Luas gedung / bangunan Lembaga Pemasyarakatan kelas I, IIA dan IIB masing – masing 19.000,14.000 dan 7.000 m². Dari hasil penelitian Puslitbang Departemen Kehakiman RI bahwa standarisasi penentuan kapasitas Lembaga Pemasyarakatan diseluruh Indonesia tidak sama sehingga terdapat beberapa Lembaga Pemasyarakatan yang luas kamarnya sama tetapi kapasitasnya dinyatakan berbeda (isi melampaui daya muat ) maka agar penempatan narapidana sesuai kebutuhan minimal untuk pembinaan / perawatan diperlukan standarisasi diantaranya penentuan kapasitas menurut luas ruang hunian ( tidak termasuk kamar mandi dan WC ) yaitu ditentukan bahwa untuk setiap penghuni mendapatkan ruang gerak seluas 5,4 m². Ukuran standar tersebut adalah merupakan hasil kajian dan riset dari Dr. Silvia Casole pada penjara-penjara baik di Amerika Serikat dan Negara-negara sekitar Atlantic maupun Negara Eropa. Hasil kajian dan riset dimaksud dapat diterapkan dengan kondisi alam Indonesia dengan pertimbangan antara lain : standar kamar tidur untuk dua orang (suami – istri ) yang dibangun Perum Perumnas adalah 3m x 3m= 9 m² dan standar kamar tidur pada umumnya di Indonesia adalah 3m x 4m = 12 m². 12) Di Indonesia syarat rumah sehat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI no 829 / Menkes / SK / VII / 1999 tentang persyaratan rumah sehat yaitu untuk luas ruang tidur minimal untuk satu orang adalah 4 m², luas ruang tidur tersebut disesuaikan dengan kondisi alam di Indonesia (pada umumnya panas) sehingga dapat memberikan kenyamanan dan ketenangan. Telah disebutkan bahwa salah satu syarat rumah sehat ialah tersedianya cahaya yang cukup. Selain berperan pada sistem penerangan ternyata cahaya berperan pula sebagai germicid (pembunuh kuman atau bakteri), disamping untuk penyembuhan beberapa macam penyakit. Sinar ultra violet misalnya sering digunakan untuk mensuci hamakan suatu ruangan dari bakteri udara. Cahaya sebagai germicid dan penyembuhan penyakit karena
cahaya merupakan gelombang –
gelombang elektromagnetik karena itu mempunyai energi. Cahaya yang terlihat oleh mata ialah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 4000 sampai dengan 7000 Angstrom. Sekalipun yang sering dipergunakan untuk membunuh bakteri dan penyembuhan penyakit adalah cahaya dengan panjang gelombang di bawah 4000 A seperti sinar X serta sinar ultraviolet, bukan berarti sinar yang tampak
oleh mata seperti sinar matahari misalnya tidak mempunyai efek membunuh, dan apabila tidak ada pencahayaan dalam suatu ruangan menyebabkan ruangan tersebut menjadi lembab dan basah kerena banyak air yang terserap didinding tembok yang dapat menyebabkan kuman dan jamur mudah berkembang biak.7) Rumah atau bangunan yang sehat juga haruslah mempunyai suhu yang diatur sedemikian rupa sehingga suhu badan dapat dipertahankan. Padatnya hunian suatu ruangan menyebabkan suhu ruangan meningkat dan tubuh akan mengalami kenaikan kelembaban yang disebabkan penguapan cairan tubuh dari kulit. Jadi suhu dalam ruangan harus dapat diciptakan sedemikian rupa sehingga tubuh tidak terlalu banyak kehilangan panas atau sebaliknya tubuh tidak kepanasan. Agar udara dalam ruangan selalu segar maka ruangan harus ada ventilasi. Mengusahakan agar ruangan tetap berada dalam kelembaban yang diinginkan adalah tujuan lain dari ventilasi, ruangan dengan ventilasi yang tidak baik jika dihuni seseorang akan mengalami kenaikan kelembaban yang disebabakan penguapan cairan tubuh dari kulit atau karena uap pernafasan. Secara umum ventilasi yang banyak pada perumahan adalah ventilasi alamiah yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah dimana udara masuk kedalam ruangan melalui jendela, pintu ataupun lubang angin yang sengaja dibuat.7)
6.
Perilaku Kebersihan Perorangan Perilaku merupakan faktor kedua setelah lingkungan yang mempunyai pengaruh besar terhadap derajat kesehatan masyarakat, karena sehat atau tidak sehatnya individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri, disamping itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan yang melekat pada dirinya.9) Saparinah Sadli (1982) menggambarkan individu dengan lingkungan sosial yang saling mempengaruhi dimana terkait dengan perilaku kesehatan individu yaitu sikap kebiasaan individu tersebut yang erat kaitannya dengan lingkungan.13) Kebersihan merupakan salah satu syarat dalam kehidupan manusia untuk hidup sehat karena dengan keadaan bersih bearti kita mendapat rahmat dari tuhan dalam bentuk tubuh yang sehat, terhindar dari berbagai penyakit dan bila kita terhindar dari penyakit bearti juga segala kegiatan hidup dapat dilakukan dengan baik.14)
Sedangkan kebersihan perorangan disebut juga personal hygiene yaitu kebersihan diri, jadi perilaku kebersihan perorangan adalah kegiatan dan tindakan kesehatan perseorangan dengan tujuan untuk memelihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki dan mempertinggi nilai kesehatan serta mencegah timbulnya penyakit. Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah suatu keadaan jasmani, rohani dan sosial yang sempurna dan bukan hanya bebas dari penyakit , cacad dan kelemahan. Oleh karena itu setiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan dan perlu dikut sertakan dalam usaha – usaha kesehatan dimana dalam pendidikan kesehatan tersebut agar dapat merubah kebiasaan tingkah laku yang merugikan kesehatan. 15) Seperti telah diuraikan diatas bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi perilaku dan kebiasaan yang melekat pada dirinya maka perilaku agar kesehatan dapat terpelihara tak lepas dengan kebiasaan setiap hari yang dilakukan untuk selalu hidup bersih dan sehat. Perilaku – perilaku setiap hari bisa dilakukan dari hal yang terkecil diantaranya untuk mandi dan memakai pakaian bersih. Sesuai dengan iklim Indonesia untuk mandi biasa dilakukan yaitu paling sedikit dua kali sehari. Selain mandi yang diperlukan agar suhu yang umumnya tropis tidak menimbulkan penyakit adalah pakaian. Pakaian banyak memberi pengaruh pada kulit terutama menimbulkan pergesekan, tekanan dari pengaruh terhadap panas / hawa.
7.
Kerangka Teori
Jamur ( Candida albicans )
Faktor lingkungan hunian - Kepadatan hunian - Suhu ruang hunian - Pencahayaan - Ventilasi
Kejadian Kandidiasis Kutis Intertriginosa
Perilaku kebersihan perorangan
Pelayanan Kesehatan
Sumber : Modifikasi referensi : Kuswadji. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Alat Kelamin, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Azrul Azwar. 1979. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan . Jakarta : Penerbit Mutiara Jakarta.
8.
Kerangka Konsep
Variabel bebas
Faktor lingkungan hunian - Kepadatan hunian - Suhu ruang hunian - Pencahayaan - Ventilasi
Variable terikat
Kejadian kandidiasis kutis intertriginosa
Perilaku kebersihan perorangan
9.
Hipotesa 1. Ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian kandidiasis kutis intertriginosa. 2. Ada hubungan suhu ruang hunian dengan kejadian kandidiasis kutis intertriginosa. 3. Ada hubungan pencahayaan dengan kejadian kandidiasis kutis intertriginosa. 4. Ada hubungan ventilasi dengan kejadian kandidiasis kutis intertriginosa.
5. Ada hubungan perilaku kebersihan perorangan dengan kejadian kandidiasis kutis intertriginosa.