BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Disaster Management Disaster Management adalah sekumpulan kebijakan dan keputusan-keputusan administratif dan aktivitas-aktivitas operasional yang berhubungan dengan berbagai tahapan dari semua tingkatan bencana (UNDP, 1992). Disaster Management merupakan suatu kesatuan fase penanggulangan bencana yang didalamnya terdapat fase risk mitigation, preparedness, response, dan recovery. Dalam Disaster Management, Risk dirumuskan sebagai berikut : R = H x V/C……….(1) Dimana H = Hazard, V = Vulnerability, C = Capability Berikut ini adalah gambar suatu ilustrasi yang bisa menggambarkan daur atau siklus dari disaster management. Preparedness
Response
Disaster Management
PRA
Mitigation
PASCA
Recovery
Gambar 2.1 Siklus Disaster Management 2.2 Disaster Identification Dalam melakukan langkah ini diperlukan suatu metode pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain 2.2.1 Risk Assessment
Risk Assessment merupakan sebuah proses untuk menentukan tingkatan risiko dengan cara menganalisa potential hazards dan mengevaluasi kondisi existing dari vulnerability yang dapat menyebabkan ancaman atau kerusakan/kerugian bagi manusia, property, dan lingkungan. Risk Assessment juga dapat digunakan sebagai salah satu alat/teknik untuk membantu/memperbaiki proses pengambilan keputusan. Sebagai pilihan yang dievaluasi, sangat penting untuk menganalisa level dari resiko dari setiap pilihan. Analisa tersebut dapat berupa rn dan komponen, resiko keuangan/financial, resiko kesehatan, resiko keamanan, resiko lingkungan dan resiko-resiko bisnis/perusahaan yang lain. Sebuah analisa yang tepat dari resiko tersebut akan menyediakan informasi yang kritis untuk membuat/menghasilkan sebuah keputusan yang baik. Informasi yang dibangun melalui risk assessment dapat dikomunikasikan pada organisasi untuk membantu mempengaruhi bagian-bagian di dalam organisasi tersebut untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan. Sebelum membahas Risk Assessment lebih lanjut, perlu juga untuk memahami definisi dari istilah ”risk” dan beberapa terminilogi yang perlu diketahui sebelum memahami dalam risk assessment, yaitu: 1. Hazards (Bahaya) atau Treats (Ancaman) kondisi yang ada yang mungkin berpotensi mengalami kejadian yang tidak diinginkan. 2. Controls Adalah langkah yang dilakukan untuk mencegah hazards dari penyebab peristiwa/kejadian yang tidak diinginkan. Control dapat berupa tindakan fisik (safety shutdown, redundant controls, desain konservatif), bersifat prosedur (membuat prosedur operasional), dan dapat juga berupa faktor yang ditujukan pada manusia (pemilihan pegawai, training, pengawasan). 3. Event (Peristiwa/Kejadian)
Sebuah event adalah kejadian atau peristiwa yang mempunyai dampak/akibat yang berhubungan. Terdapat berbagai macam tipe akibat yang potensial dari setiap permulaan event (dari tingkat kerusakan yang paling kecil/biasa sampai dengan bencana besar), bergantung pada kondisi dan event yang terjadi. 4. Risk Risk terdiri dari dua elemen, frequency dan consequence. Risk didefinisikan sebagai produk dari frequency dengan event yang diantisipasi untuk terjadi dan consequence dari dampak/akibat event. 5. Frequency Frequency dari event potensial yang tidak diinginkan dinyatakan sebagai event per satuan waktu, biasanya per tahun. Frequency ditentukan dari data historis dari event telah terjadi di masa lalu. Seringkali, analisa resiko berfokus pada event dengan consequence yang berat (dan frequencies yang kecil) dimana sedikit data historis yang ada. Pada beberapa kasus, frequence dari event dihitung dengan menggunakan model risk assessment. 6. Consequence Consequence dapat dinyatakan dengan jumlah orang yang terkena dampak dari event (terluka atau terbunuh), kerusakan peralatan, kerugian materi, dan lain sebagainya. Tanpa memperhatikan pengukuran yang dipilih, consequence dinyatakan sebagai “per event”. Berdasarkan persamaan tersebut bahwa satuan “events / tahun” dikalikan “consequence / event” sama dengan “consequence / tahun”, merupakan pengukuran resiko kuantitatif yang paling khusus. Risk Assessment diaplikasikan untuk mengetahui tingkat risiko dengan menggunakan metode sistematik. Proses ini terdiri dari empat langkah dasar, yaitu: 1. Hazard Identification 2. Frequency Assessment 3. Consequence Assessment
4. Risk Evaluation 2.2.1.1 Hazard Identification Hazard Identification adalah mencari apa, mengapa dan bagaimana resiko timbul, sebagai dasar analisa selanjutnya. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi hazard ini adalah FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) dan RCA (Root Cause Analysis). 2.2.1.1.1 Failure Mode Effect and Analysis (FMEA) Failure mode effect and analysis merupakan suatu metode evaluasi secara sistematis failure mode, dampak dari setiap failure fungsi, personel dan keselamatan, performansi sistem, maintabilitas, dan kebutuhan perawatan. Setiap failure potensial diranking dari tingkat kepentingan dan dampaknya agar dapat dilakukan tindakan preventif agar mengurangi ataupun mengeliminasi resiko failure. Tujuan dari FMEA adalah untuk mengerahui dampak dari failure dalam sistem operasi kemudian mengklasifikasikan setiap failure fungsi dalam tingkatan kepentingannya. Langkah-langkah dalam membuat analisa FMEA secara urut dapat dijelaskan sebagai berikut : - Definisi sistem Pertama terlebih dahulu didefinisikan sistem yang akan dianalisa. Yaitu meliputi : diskripsi sistem, diskripsi tujuan primer dan sekunder, ekspektasi waktu misi dan utilisasi peralatan, fungsi dan output, dan kondisi yang berhubungan dengan sistem dan failure komponen dari sistem. - Fungsi misi dan cara operasi Definisi sistem juga meliputi diskripsi dari setiap fungsi dimana mengidentifikasikan tugas yang dilakukan dan functional mode untuk menjalankan fungsi spesifik. Identifikasi ini dimulai dari level tertinggi sampai yang terendah. - Profil lingkungan
Kondisi lingkungan dimana operasi itu dilakukan juga harus diidentifikasikan. - Waktu Misi Sebuah pernyataan kuantitatif kebutuhan fungsi waktu dari fungsi sistem juga didefinisikan. - Block Diagram Diagram yang menjelaskan operasi, hubungan, dan independensi dari entiti fungsional sistem dibuat untuk menyediakan kemampuan untuk menyelidiki efek dari failure mode pada semua level dalam sistem.
No
Tabel 2.1 Contoh FMEA Worksheet Komponen Fungsi Functional Failure Failure Mode
Failure Effect
Sumber : Villemeur, Alain.(1992). Reliability, Availability, Reliability, Availability, Maintanability and Safety Assesment (volume 1, methods and techniques). Menentukan Severity, Occurrence, Detection dan RPN Untuk menentukan prioritas dari suatu bentuk kegagalan maka tim FMEA harus mendefinisikan terlebih dahulu tentang Severity, Occurrence, Detection, serta hasil akhirnya yang berupa Risk Priority Number. Severity Severity adalah langkah pertama untuk menganalisa risiko yaitu suatu penilaian tingkat keparahan dari keseriusan effect yang ditimbulkan dari mode-mode kegagalan (failure mode), menghitung seberapa besar dampak/intensitas kejadian mempengaruhi output proses, maupun proses-proses selanjutnya. Dampak tersebut diranking mulai skala 1 sampai 10, dimana 10 merupakan dampak terburuk.
Tabel 2.2 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat untuk Severity Effect
Bahaya tanpa peringatan
Severity of effect FATALITY PADA SEKELOMPOK ORANG Mengakibatkan kerugian total di atas Rp. 1 trilyun Keparahan sangat tinggi bila potensi kegagalan mempengaruhi sistem yang aman tanpa adanya peringatan dini
Rank
10
FATALITY PADA SATU ORANG Bahaya dengan peringatan
Mengakibatkan kerugian total di bawah Rp. 1 trilyun 9 Keparahan yang sangat tinggi bila potensi kegagalan mempengaruhi sisem yang aman dengan adanya peringatan dini Sumber : Instruksi Kerja tahun 2002 PT Unilever Indonesia Rungkut Factory Surabaya
Tabel 2.2 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat untuk Severity (lanjutan) Rank Effect Severity of effect Sangat BEBERAPA ORANG LUKA BERAT 8 parah/tinggi YANG BERAKIBAT CACAT PERMANEN Mengakibatkan kerugian total di bawah
Rp. 10 Milyar Sistem tidak bisa berjalan dengan kerusakan tanpa mengindahkan safety SEORANG LUKA BERAT YANG BERAKIBAT CACAT PERMANEN Parah/Tinggi Mengakibatkan kerugian total di bawah 7 Rp. 1 Milyar /High Sistem tidak bisa berjalan dengan kerusakan peralatan/mesin LUKA RINGAN PADA SEKELOMPOK ORANG Cukup Mengakibatkan kerugian total di bawah 6 parah/sedang Rp. 500 Juta Sistem tidak bisa berjalan dengan sedikit kerusakan LUKA RINGAN PADA SATU ORANG Tidak parah/Renda Mengakibatkan kerugian total di bawah 5 h Rp. 200 Juta Sistem tidak bisa berjalan tanpa kerusakan Sumber : Instruksi Kerja tahun 2002 PT Unilever Indonesia Rungkut Factory Surabaya
Tabel 2.2 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat untuk Severity (lanjutan) Rank Effect Severity of effect Sangat tidak PERTOLONGAN PERTAMA PADA parah/Renda SEKELOMPOK ORANG 4 Mengakibatkan kerugian total di bawah h sekali Rp. 100 Juta Sistem berjalan dengan
degradasi/gangguan pada kinerja sistem yang signifikan PERTOLONGAN PERTAMA PADA Sedikit/Mino SATU ORANG r Mengakibatkan kerugian total di bawah 3 Rp. 10 Juta Sistem berjalan dengan degradasi/gangguan pada kinerja sistem LUKA BISA DIOBATI SENDIRI Sangat sedikit/kecil Mengakibatkan kerugian total di bawah 2 sekali Rp. 1 Juta Sistem berjalan dengan gamngguan kecil/minimum TIDAK PERLU TINDAKAN MEDIS 1 Nihil Hampir tidak ada efek atau kerugian materi Sumber : Instruksi Kerja tahun 2002 PT Unilever Indonesia Rungkut Factory Surabaya
Occurrence Occurrence adalah suatu penilaian mengenai peluang (probabilitas) frekuensi penyebab mekanisme kegagalan yang akan terjadi, sehingga dapat menghasilkan bentuk/mode kegagalan yang memberikan akibat tertentu selama masa penggunaan produk. Dengan memperkirakan kemungkinan occurrence pada skala 1 sampai 10. Tabel 3 mendeskripsikan proses sistem peringkat. Karena peringkat kegagalan jatuh antara dua angka skala. Standar menilai dengan cara interpolasi dan pembulatan nilai Occurrence. Tabel 2.3 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat untuk Occurence Kemungkinan gagal Kemungkinan Kecelakaan/Gagal Ran fungsi fungsi k Sangat tinggi : >1 dalam 2 (>0,5) 10
Kegagalan hampir tidak bisa dihindari Tinggi : Kegagalan berulangulang Sedang : Kegagalan kadangkadang
1 dalam 3 (0,3) 1 dalam 8 (0,1)
9 8
1 dalam 20 (0,05) 1 dalam 80 (0,01)
7 6
1 dalam 400 (0,03) 1 dalam 2000 (5E-4) 1 dalam 15000 (7E-5)
5 4 3
Rendah : Kegagalan relatif sedikit 1 dalam 150000 (7E-6) 2 Remote : <1 dalam 1500000 (<7E-7) 1 Kegagalan jarang terjadi Sumber : Instruksi Kerja tahun 2002 PT Unilever Indonesia Rungkut Factory Surabaya
Risk Priority Number (Angka Prioritas Risiko) RPN merupakan produk matematis dari keseriusan effects (Severity), kemungkinan terjadinya cause akan menimbulkan kegagalan yang berhubungan dengan effects (Occurrence), dan kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum terjadi pada pelanggan (Detection). RPN dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut : RPN = S * O Angka ini digunakan untuk mengidentifikasikan risiko yang serius, sebagai petunjuk ke arah tindakan perbaikan. 2.2.1.1.2 Root Cause Analysis (RCA) Root cause analysis merupakan struktur logik mendefinisikan kejadian apa yang menyebabkan terjadinya kejadian yang tidak diinginkan/diharapkan. Struktur dari Cause akan menjelaskan bagaimana kejadian yang
yang suatu Root tidak
diinginkan disebabkan oleh kegagalan pada Level bawah baik secara individu maupun bersamaan. Root cause analysis adalah sebuah metode yang dapat membantu menjelaskan :
1. Apa yang terjadi ? 2. Bagaimana bisa terjadi ? 3. Mengapa itu terjadi ? Hal ini dapat dapat diketahui atau dipelajari dari permasalahan sebelumnya baik itu kerusakan maupun kecelakan yang pernah terjadi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembuatan Root cause analysis adalah sebagai berikut: a. Identifikasi dan mendefinisikan secara jelas output yang tidak sesuai. b. Mengumpulkan data. Mengidentifikasi fakta dari hasil yang tidak diinginkan. c. Menciptakan suatu jarak waktu. d. Tempatkan suatu keadaan dan kondisi pada sebuah causal factor tree. e. Gunakan fault tree atau metode lain untuk mengidentifikasi semua penyebab yang potensial. f. Memecah kegagalan sistem sampai kedasar kejadian/kondisi (level terendah dari suatu event). g. Mengidentifikasi secara spesifik penyebab kerusakan. h. Tetap mencari tahu untuk mengidentifikasi root causes. i. Memeriksa logika dan fakta secara menyeluruh dengan melihat penyebab yang potensial. j. Eliminasi item yang tidak menjadi penyebab atau memberi kontribusi pada faktor. k. Menghasilkan solusi yang berhubungan antara penyebab dan akar penyebab kegagalan. 2.2.1.2 Frequency Assessment
Setelah hazard dari sistem/proses dapat diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengestimasi frekuensi terjadinya kejadian yang berbahaya yang dapat mengakibatkan bencana. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan estimasi nilai frekuensi dari sebuah resiko bencana yang terjadi pada suatu perusahaan. Tabel 2.4 Severity of Frequency Level Deskriptor Deskripsi A Almost certain Kemungkinan terjadi sangat besar B Likely Pasti akan terjadi pada suatu waktu Mungkin akan terjadi pada suatu C Possible waktu D Unlikely Bisa saja terjadi pada suatu waktu E Rare Hampir tidak mungkin terjadi Sumber : Risk Management standar Australia 2.2.1.3 Consequence Assessment Consequence Assessment dilakukan untuk mengestimasi konsekuensi terjadinya bencana. Permodelan consequence biasanya melibatkan penggunaan dari model analitis untuk memprediksi pengaruh/akibat yang ditimbulkan. Prediksi tersebut dapat diestimasi nilainya dengan menggunakan tabel berikut ini
Level 1
Tabel 2.5 Severity of Consequence Deskriptor Deskripsi Tidak ada operator luka, kerugian Insignificant finansial rendah
2
3
Minor
Pertolongan pertama pada kecelakaan, racun menyebar di dalam wilayah perusahaan tetapi masih dapat diatasi dengan cepat, kerugian finansial tidak begitu besar
Moderate
Pertolongan medis dibutuhkan, racun menyebar di dalam wilayah perusahaan tetapi masih dapat diatasi meskipun lambat, kerugian finansial besar
Terjadinya luka yang serius, penurunan kapabilitas produksi, racun keluar 4 Major wilayah perusahaan tetapi tidak ada efek yang merugikan, kerugian finansial sangat besar Kematian, racun keluar dari wilayah perusahaan dengan efek yang sangat 5 Catastropic merugikan, kerugian finansial teramat besar Sumber : Risk Management standar Australia 2.2.1.4 Risk Evaluation Setelah bahaya dan potensi kecelakaan atau kejadiankejadian telah dapat diidentifikasi untuk sebuah sistem atau proses, dan frekuensi dan konsekuensi yang dihubungkan dengan kejadian-kejadian ini telah dihitung, kita dapat mengevaluasi hubungan resiko dengan kejadian-kejadian dan menentukan level risiko.
2.2.1.4 1 Risk Matrix Metode lain untuk karakteristik risiko adalah categorization. Dalam kasus ini, analis harus menemukan kategori Frequency dan Consequence yang digunakan untuk evaluasi masing-masing skenario dan menemukan tingkat risiko
dihubungkan dengan ketegori kombinasi Frequency atau Consequence. Gabungan antara kedua kombinasi tersebut disebut sebagai Risk Matrix. Tabel 2.6. Risk matrix Consequence Frequency Insignificant Minor Moderate Major Catatrophic A (almost H H E E E certain) B (likely M H H E E C L M H E E (possible) D L L M H E (unlikely) E (rare)
L
L
M
H
H
Sumber : Risk Management standar Australia Keterangan : E : extreme risk H : high risk M : moderate risk L : low risk 2.2.2 Readiness Assessment Readiness Assessment dilakukan untuk mengetahui kesiap-siagaan kondisi riil obyek penelitian yang berhubungan dengan disaster dan evaluasi terhadap sistem manajemen bencana yang terdapat di tempat penelitian. Pengukuran/evaluasi kesiapsiagaan ini dilakukan dengan mengevaluasi emergency exit yang ada pada tempat penelitian. Check list digunakan untuk mengetahui kesiap-siagaan dan kepedulian pihak manajemen terhadap bencana yang mungkin timbul. Standar yang digunakan dalam pembuatan Disaster Management check list ini adalah CAR (Capability Assessment for Readiness) Emergency Management
Functions. Sedangkan bentuk penyusunan pertanyaan dalam CAR checklist akan ditunjukkan pada halaman lampiran. Kategori jawaban dari setiap pertanyan yang ada dalam CAR check list adalah sebagai berikut: 1. Not Capable : Tidak ada kemajuan yang telah dicapai 2. Marginally Capable : Beberapa kemajuan telah dicapai, tetapi dibutuhkan usaha yang sangat besar untuk mencapai kapabilitas/kemampuan secara total 3. Generally Capable : Kapabilitas dasar telah dicapai dan dikembangkan tetapi masih memerlukan usaha untuk mencapai mencapai kapabilitas secara total 4. Very Capable : Kapabilitas yang dicapai sudah berada pada tingkat tinggi dan hanya membutuhkan sedikit usaha untuk mencapai kapabilitas secara total 5. Fully Capable : Kapabilitas total telah dicapai dan hanya memerlukan perawatan/pemeliharaan N/A - Not Aplicable : Tidak diaplikasikan pada pekerjaan
2.3 Mitigation Mitigation adalah aktivitas yang dilakukan untuk mengeliminasi/mereduksi kemungkinan terjadinya unexpected event, atau mereduksi konsekuensi/akibat yang meliputi tindakan
pengurangan risiko jangka panjang (NFPA1600, 2004). Di dalam Mitigation ini dilakukan pengidentifikasian risiko hazard yang dapat terjadi, mekanisme timbulnya dan mengestimasi tingkat risiko serta memprioritaskan risiko tersebut. Penentuan/pengidentifikasian ini dilakukan dengan Risk Assessment. Mitigasi dilakukan dengan memandang dua aspek yaitu : 1. Mitigasi struktural Rekomendasi yang diberikan meliputi segala sesuatu yang berbentuk fisik seperti perbaikan mesin. 2. Mitigasi non struktural Rekomendasi yang diberikan meliputi segala sesuatu yang tidak berbentuk atau mengenai sistem manajemen. Mitigasi non struktural meliputi aspek : -
kelembagaan prosedur peraturan perundang-undangan perencanaan pendidikan dan pelatihan penelitian dan pengkajian peningkatan kewaspadaan
2.4 Preparedness Preparedness adalah aktivitas yang dirancang untuk meminimalisir kerugian dan kerusakan kehidupan, mengorganisir pemindahan sementara orang-orang dan properti dari lokasi yang terancam, dan memfasilitasi secara tepat dan penyelamatan yang efektif, pemulihan dan rehabilitasi (UNDP, 1992). 2.5 Response Response adalah tindakan yang diambil tanggapan/reaksi terhadap terjadinya bencana.
sebagai
2.6 Recovery Recovery adalah tidakan-tindakan atau keputusankeputusan yang diambil setelah terjadi satu bencana dengan maksud untuk memulihkan kondisi kehidupan sebelumnya dari suatu masyarakat yang terkena bencana (UNDP, 1992).