BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anggaran
2.1.1 Pengertian Anggaran
Anggaran merupakan salah satu cara manajemen dalam menjalankan fungsinya yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pengendalian. Anggaran sebagai fungsi perencanaan diharapkan dalam waktu yang akan datang keberhasilan yang dapat dicapai sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Sedangkan anggaran sebagai
fungsi
pengendalian,
diharapkan
dengan
penyusunan
anggaran
perusahaan tidak menggunakan dana yang ada dengan tidak semestinya. Terdapat beberapa definis mengenai anggaran yang pada intinya mengandung makna yang sama, hanya saja cara pengungkapannya saja yang berbeda. Untuk mendapatkan pengertian anggaran yang lebih jelas dan tepat, di bawah ini akan dikemukakan pengertian anggaran yang dinyatakan oleh para ahli, yaitu : Menurut Charles T Hongren, Srikant M datar, George Foster dalam bukunya “Akuntansi Biaya : Penekanan Manajerial” menyatakan bahwa : “Anggaran adalah a.
Perencanaan kuantitatif suatu rencana kegiatan yang dibuat manjemen untuk suatu periode tertentu.
15
16
b.
dilakukan guna mengimplementasikan recana tersebut”. (2005:214)
Alat yang membantu mengkoordinasikan hal-hal yang perlu
Adapun pengertian lain menurut Garrison, Norren dan Brewer yang
diterjemahkan oleh Nuri Hinduan (2006) menyatakan sebagai berikut :
“Anggaran (budget) adalah rencana terperinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainya selama suatu periode waktu tertentu”(h.4).
Menurut M. Nafarin (2007) dalam bukunya “Penganggaran Perusahaan” Menyatakan bahwa : “Anggaran (budget) adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dalam umumnya dinyatakan dalam satuan uang, tetapi dapat juga dinyatakan dalam satuan barang/jasa”. 2.1.2 Karakteristik Anggaran Dalam penyusunan anggaran baik anggaran keuangan maupun anggaran operasional dibutuhkan karakteristik anggaran yang baik agar hasilnya terlihat baik pula. Selain itu perusahaan menggunakan anggaran sebagai salah satu cara untuk mendorong sebuah perencanaan yang telah dibuat oleh manajemen. Menurut Anthony dan Govindarajan yang diterjemahkan oleh F.X. Kunrniawan Tjakrawala dan Krista (2005) anggaran memiliki karakteristikkarakteristik sebagai berikut: 1.
Anggaran mengestimasikan potensi laba dari unit bisnis tersebut.
17
2.
didukung dengan adanya jumlah nonmoneter (contoh : unit yang
terjual atau yang diproduksi).
3.
Biasanya meliputi waktu selama satu tahun. Dalam bisnis yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor musiman, mungkin ada dua anggaran
Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter mungkin
per tahun misalnya, perusahaan pakaian biasanya memiliki anggaran
musiman. 4.
Merupakan komitmen manajemen, manajer setuju untuk menerima tanggungjawab atas penyampaian tujuan-tujuan anggaran.
5.
Usulan anggaran ditinjau oleh pejabat yang lebih tinggi wewenangnya dari pembuat anggaran.
6.
Setelah disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi-kondisi tertentu.
7.
Secara berkala, kinerja keuangan aktual dibandingkan dengan anggaran dan varians dianalisis serta dijelaskan.
2.1.3 Tujuan dan Manfaat Anggaran Terdapat beberapa tujuan disusunnya anggaran (M. Nafarin 2007 : 19), antara lain : a. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana. b.
Mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan.
18
c.
sehingga dapat mempermudah pengawasan
Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana,
d.
Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.
e.
menjadi lebih jelas dan nyata terlihat.
Menyempurnakan rencana yang telah disusun karena anggaran
f.
Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.
Anggaran mempunyai banyak manfaat (M. Nafarin, 2007:19) antara lain : a.
Semua kegiatan dapat mengarah pada pencapaian tujuan bersama.
b.
Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan karyawan.
c.
Dapat memotivasi karyawan.
d.
Menimbulkan tanggungjawab tertentu pada karyawan.
e.
Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.
f.
Sumber daya (seperti tenaga kerja, peralatan dan dana) dapat dimanfaatkan seefisien mungkin.
g.
Alat pendidikan bagi para manager.
Anggaran disamping mempunyai banyak manfaat, namun juga mempunyai beberapa kelemahan (M. Nafarin, 2007:20), antara lain : a.
Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan sehingga mengundang unsur ketidakpastian.
19
b.
yang tidak sedikit sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun
anggaran secara lengkap (komprehensif) dan akurat.
c.
Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang dan tenaga
Bagi pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat mengakibatkan
mereka
menggerutu
dan
menentang
sehingga
anggaran tidak akan efektif.
2.1.4 Jenis-jenis Anggaran Anggaran perusahaan terbagi ke dalam berbagai macam anggaran yang mempunyai kegunaan masing-masing maka suatu anggaran yang baik harus mencakup seluruh kegiatan perusahaan. Menurut M. Nafarin (2007:31) mengemukakan bahwa anggaran dapat dikelompokan dalam beberapa sudut pandang, diantaranya sebagai berikut: 1.
Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari : a. Anggaran variabel yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisaran) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. Misalnya anggaran penjualan disusun berkisar antara 500 unit sampai 1000 unit. Anggaran variabel disebut juga dengan anggaran fleksibel. b. Anggaran tetap yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. Misalnya penjualan direncanakan 1000 unit, dengan demikian anggaran lainnya dibuat berdasarkan
20
anggaran penjualan 1000 unit. Anggaran tetap disebut juga
anggaran statis.
2.
Menurut cara penyusunan anggaran terdiri dari: a. Anggaran periodik, adalah anggaran yang disusun untuk satu
periode tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang
disusun setiap akhir periode anggaran.
b. Anggaran kontinu adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat, misalnya tiap bulan diadakan perbaikan, sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan. 3.
Menurut jangka waktunya anggaran terdiri dari: a. Anggaran jangka pendek (anggaran taktis), adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan anggaran jangka pendek. b. Anggaran jangka panjang (anggaran strategis), adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal merupakan anggaran jangka panjang yang disebut anggaran modal (capital budget). Anggaran jangka panjang tidak mesti berupa anggaran modal. Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek.
21
4.
Menurut bidangnya anggaran terdiri dari anggaran operasional dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut
“anggaran
induk
(master
budget)”.
Anggaran
induk
yang
mengkonsolidasikan rencana keseluruhan perusahaan untuk jangka
pendek, biasanya disusun atas dasar tahunan. Anggaran tahunan
dipecah lagi menjadi anggaran triwulanan dan anggaran triwulanan
dipecah lagi menjadi anggaran bulanan.
a. Anggaran Operasional meliputi : Anggaran penjualan Anggaran pembelian Anggaran beban usaha Anggaran laba rugi b. Anggaran Keuangan (Financial Budget) yaitu anggaran untuk menyusun anggaran neraca. Anggaran keuangan meliputi : Anggaran kas Anggaran piutang Anggaran persediaan Anggaran utang Anggaran neraca 5.
Menurut Kemampuan Menyusun a. Anggaran Komprehensif (Comprehensive Budget) adalah rangkaian di berbagai macam anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran komprehensif merupakan perpaduan antara anggaran
22
operasional dengan anggaran keuangan yang disusun secara
lengkap.
b. Anggaran Parsial (Partially Budget) yaitu anggaran yang disusun
tidak secara lengkap, anggaran yang hanya menyusun bagian
anggaran tertentu saja. Biasanya dibuat karena keterbatasan
kemampuan, maka yang dapat disusun hanya anggaran operasional
saja. 6.
Menurut Fungsinya a. Anggaran Tertentu (Appropriation Budget) yaitu anggaran yang hanya di bentuk bagi tujuan tertentu dan tidak boleh dipakai untuk tujuan lain. b. Anggaran Kinerja (Performance Budget) yaitu anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan organisasi atau perusahaan, misalnya untuk menilai apakah biaya atau beban yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas.
2.1.5 Pengertian dan Jenis Proyek Proyek merupakan aktivitas yang bersifat temporer. Dalam pengerjaannya, selalu ada batasan (time, scope dan budget) yang mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan proyek. Perubahan terhadap salah satu faktor akan mempengaruhi faktor yang lain. Seluruh aktivitas yang terdapat pada proyek merupakan sebuah mata rantai yang dimulai sejak dituangkannya ide, direncanakan, kemudian
23
dilaksanakan, sampai benar-benar memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaannya semula.
Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu kegiatan investasi yang
menggunakan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang
diharapkan dapat memperoleh keuntungan dalam suatu periode tertentu (Bappenas TA-SRRP,2003).
Menurut Abrar Husen (2009) dalam bukunya “Manajemen Proyek”,
Proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya manusia, material, peralatan dan modal atau biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan. Jenis-jenis kegiatan proyek tersebut secara garis besar terkait dengan pengkajian aspek ekonomi, keuangan, permasalahan lingkungan, desain engineering, marketing, manufaktur, dan lain-lain. Menurut Abrar Husen (2009 : 8-9) edisi revisi mengatakan bahwa masing-masing proyek mempunyai karakteristik tersendiri dalam hal kegiatan yang dilakukan, tujuan dan sasaran, serta produk akhir. Berikut ini diuraikan jenis proyek berdasarkan komponen kegiatan utama dan produk akhir. Jenis-jenis proyek tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Proyek Kontruksi : kegiatan utamanya adalah studi kelayakan, design engineering, pengadaan dan kontruksi. Hasilnya berupa pembangunan jembatan, gedung, pelabuhan, jalan raya, dan sebagainya, yang biasanya menyerap kebutuhan sumber daya yang besar serta dapat dimanfaatkan oleh orang banyak.
24
2.
Proyek Industri Manufaktur : Kegiatan utamanya adalah design engineering,
pengembangan
produk,
pengadaan,
manufaktur,
perakitan, uji coba terhadap produk serta pemasaran. Produknya dapat
berupa kendaraan, alat elektronik, bahan tekstil, pakaian serta lainnya
yang dapat di produksi dalam jumlah massal, penggunaannya dapat
berupa individu atau dapat digunakan orang banyak. 3.
Proyek Penelitian dan Pengembangan : Kegiatan utama pada proyek ini adalah melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu. Proses pelaksanaan serta ruang lingkup kerja yang dilakukan sering mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan tujuan akhir proyek. Tujuan proyek dapat berupa memperbaiki atau meningkatkan produk, pelayanan atau metode produksi.
4.
Proyek Padat Modal : Jenis proyek ini tidak diartikan berdasarkan komponen kegiatannya saja, tetapi lebih kepada jumlah dana kapital yang digunakan dengan jumlah cukup besar. Proyek padat modal tidak terlalu berarti padat tenaga kerja, anmun dapat saja proyek dengan tekhnologi tinggi yang membutuhkan biaya besar dan tenaga kerja secukupnya. Sebagai contoh adalah proyek pembebasan lahan, pembelian material dan peralatan dengan jumlah besar, pembangunan fasilitas produksi dan lain sebagainya.
25
5.
Proyek Pengembangan Produk Baru : Proyek ini merupakan gabungan antara proyek penelitian dan pengembangan dengan proyek
padat modal, lalu dilanjutkan dengan mendirikan unit percobaan
dalam bentuk pilot plant. Setelah hasil uji coba dengan proyek padat
modal untuk membangun fasilitas produksi sesuai dengan kapasitas yang diinginkan.
6.
Proyek Pelayanan Manajemen : Proyek ini berkenaan dengan kegiatan-kegiatan spesifik suatu perusahaan dimana produk akhirnya berupa jasa atau dalam bentuk nonfisik. Laporan akhir proyek dapat dipakai oleh perusahaan pemilik proyek sebagai rekomendasi untuk pedoman pelaksanaan, standar operasional prosedur dari suatu pekerjaan, serta efisiensi pengelolaan suatu pekerjaan. Contoh jenis proyek ini adalah pengembangan sistem informasi perusahaan, perbaikan efisiensi kinerja perusahaan dan sebagainya.
7.
Proyek Infrastruktur : proyek ini biasanya berkaitan dengan penyediaan kebutuhan masyarakat secara luas dalam prasarana transportsi, pembangunan waduk pembangkit tenaga listrik dan pengairan sawah, sarana instalasi telekomunikasi, dan penyediaan sumber air minum.
26
2.2
Anggaran Biaya Proyek
2.2.1 Penjelasan Anggaran Proyek
Anggaran proyek akan digunakan sebagai pengingat/kontrol proyek dalam
menelusuri pembelanjaan dan pengukuran atas biaya yang nyata dikeluarkan
dalam aktivitas proyek yang akan disilangkan dengan perkiraan biaya yang sudah
ditetapkan sebelumnya.
Salah satu hal yang terpenting dalam pembuatan proposal proyek sekaligus
pengelolaan proyek adalah estimasi biaya dan penganggaran. Apabila estimasi biaya dilakukan dengan kurang hati-hati sehingga menghasilkan perkiraan biaya yang terlalu tinggi (overestimate), maka pada tahap tender perusahaan dapat kalah dengan pesaing yang mampu menawarkan harga yang lebih rendah dengan kualitas yang sepadan. Sebaliknya, jika estimasi biaya terlalu rendah (underestimate), kemungkinan besar perusahaan akan memenangkan tender untuk proyek tersebut, tetapi perusahaan akan mengalami kesulitan dalam tahap pelaksanaannya. Berdasarkan uraian di atas, maka anggaran biaya proyek merupakan suatu proyeksi yang disetujui oleh tim proyek yang menjelaskan biaya-biaya yang diperlukan untuk penyelesaian suatu proyek. Anggaran biaya proyek juga dapat menjadi suatu tindak lanjut dari suatu nilai kontrak proyek yang ditawarkan klien yang meliputi beban proyek langsung dan beban proyek tidak langsung.
27
2.2.2 Kegunaan Anggaran Biaya Proyek
Kegunaan Anggaran Biaya Proyek (Wilianto S.Kom,2009) adalah : 1.
untuk dialokasikan dan kapan dana tersebut tersedia.
2.
Menentukan biaya keseluruhan proyek.
3.
Untuk memberikan gambaran keseluruhan proyek terutama dari sisi
Untuk menentukan seberapa banyak dana atau modal yang dibutuhkan
finansial. 4.
Sebagai
alat
untuk
pertanggungjawaban
dan
mengendalikan
penggunaan dana. Adapun peran atau fungsi anggaran biaya proyek (Wilianto S.Kom, 2009) adalah : 1.
Untuk mengendalikan dan mendokumentasikan pengeluaran – pengeluaran proyek sebelum proyek dimulai.
2.
Untuk menjangkau ruang lingkup proyek dan upaya yang akan diimplementasikan.
3.
Sebagai pedoman finansial dimana proyek didasarkan.
Anggaran biaya proyek memuat informasi yang signifikan tentang kemampuan sumber daya suatu perusahaan, memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik. Anggaran biaya proyek merupakan bagian dari perencanaan penting dalam menentukan besarnya profit yang didapat perusahaan atas nilai kontrak yang ditawarkan pelanggan.
28
Anggaran biaya proyek berperan sebagai acuan dan pedoman dalam
pelaksanaan pembiayaan proyek. Ketika anggaran biaya proyek tersusun,
pengerjaan dan kemajuan proyek dapat di monitoring secara biaya, waktu dan
produktifitas penyelesaian.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Biaya 2.2.3
Proyek Kontraktor menyusun anggaran belanja proyek berdasarkan rencana
anggaran biaya proyek yang dialokasikan oleh pemilik proyek. Kontraktor atas dasar tersebut mengkaji ulang nilainya secara cermat sehingga dapat menyusun rencana anggaran biaya proyek dengan asumsi nilai rencana anggaran biaya masih layak dan sedapat mungkin dihemat lagi mempertimbangkan faktor-faktor (Abrar Husen, 2009:115) sebagai berikut : 1.
Ketidakpastian kondisi lapangan serta kemampuan tenaga kerja lokal dan sumber material dapat direduksi dengan mengalokasikan biaya resiko.
2.
Bila salah perhitungan pada penawaran lelang, segera dilakukan identifikasi permasalahan dan dicari solusinya agar perusahaan tidak rugi.
3.
Menekan nilai pada RAB, pada RAPP akan memperbesar cadangan keuangan dengan keuntungan yang lebih besar.
4.
RAPP disusun lebih detail lagi dengan membuat diagram arus kas dalam interval waktu mingguan, bulanan atau tahunan.
29
Sedangkan Faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun
anggaran, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok menurut M. Munandar (2001 :11), yaitu : 1.
Faktor – faktor intern, yaitu data informasi dan pengalaman yang terdapat di dalam perusahaan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Biaya proyek tahun –tahun yang lalu meliputi kuantitas, kualitas,
harga, waktu maupun tempat pembelian bahan.
b. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah biaya,
seperti misalnya tentang ketersediaan barang kebutuhan proyek, pemilihan vendor, persetujuan harga kontrak dan lain-lain. c. Potensi yang dimiliki perusahaan dalam menyelesaikan proyek serta kemungkinan jangka waktu penyelesaiannnya. d. Tenaga kerja yang tersedia, baik langsung maupun tidak langsung, dengan kualitas dan kuantitasnya serta pengembangan tenaga ahli proyek di masa yang akan datang. e. Modal kerja yang dimiliki perusahaan dan penambahannya di masa yang akan datang. f. Fasilitas – fasilitas lain yang dimiliki perusahaan dan perluasannya di masa yang akan datang.
2.
Faktor – faktor ekstern yaitu data informasi dan pengalaman yang terdapat di perusahaan. Faktor – faktor tersebut antara lain: a. Kondisi persaingan tender. b. Posisi perusahaan dalam persaingan tender. c. Kapasitas pelanggan dalam menawarkan proyek.
30
d. Harga jual barang/bahan kebutuhan proyek.
e. Fluktuasi Kurs Rupiah terhadap mata uang asing. f. Perkembangan teknologi dalam membantu penyelesaian proyek.
2.3
Peramalan Biaya
2.3.1 Pengertian Peramalan Biaya
Peramalan (forecasting) adalah suatu kegiatan yang memperkirakan apa
yang akan terjadi pada masa yang akan datang, sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Forecast biaya berarti menentukan ramalan biaya pada waktu yang akan datang dengan menggunakan suatu metode/ teknik tertentu yang sekiranya akan mendapatkan hasil ramalan yang akurat, yakni ramalan yang mendekati kenyataan. Jadi, peramalan biaya merupakan cara untuk mengukur dan menaksir biaya yang kemungkinan akan terjadi di masa mendatang.
2.3.2 Metode Peramalan Peramalan (Forecasting) adalah proses aktivitas meramalkan suatu kejadian yang mungkin terjadi di masa mendatang dengan cara mengkaji data yang ada. (M. Nafarin 2007 : 96). Bila dilihat sejauh ini dari berbagai sumber yang telah ada dan tertulis, seringkali metode peramalan digunakan untuk menaksir penjualan perusahaan. Tetapi, dalam tugas akhir ini peneliti akan menerapkan metode peramalan – peramalan yang ada untuk meramalkan besarnya
31
biaya proyek atas rekening – rekening beban proyek yang memerlukan peramalan karena realisasinya jauh menyimpang dari anggaran yang telah disusun.
Menurut M Munandar (2001:55), peramalan dapat dilakukan dengan cara
kualitatif dan kuantitatif atau menggabungkan keduanya. 1.
Metode Kualitatif (Non Statistical Method)/ Opinion Method)
Yaitu cara penaksiran yang menitikberatkan pada pendapat seseorang.
Cara penaksiran seperti ini memiliki kelemahan, yaitu bahwa
pendapat seseorang sering kali banyak diwarnai oleh hal-hal yang bersifat subyektif. Dengan demikian, ketepatan/ keakuratan hasil taksiran menjadi diragukan. Dalam peramalan biaya proyek ini, beberapa cara penaksiran kualitatif dapat dilakukan oleh : a. Pendapat Pimpinan Proyek b. Pendapat Para Teknisi c. Perhitungan Tim Proyek d. Usulan Kepala Unit Bisnis perusahaan yang menangani proyek 2.
Metode Kuantitatif (Statistical Method) Yaitu cara penaksiran yang menitikberatkan pada perhitungan – perhitungan angka dengan menggunakan berbagai metode statistika. Dengan demikian, cara penaksiran semacam ini diharapkan dapat sejauh mungkin menghilangkan unsur – unsur subyektif seseorang sehingga hasil taksirannya lebih dapat dipertanggungjawabkan (M Munandar 2001:55). Berikut adalah beberapa cara penaksiran yang bersifat kuantitatif:
32
a. Cara yang mendasarkan diri pada data historis. Cara ini antara lain :
2. Metode tren setengah rata – rata tertimbang (semi-average method).
3. Metode tren momen (moment method).
1. Metode tren bebas.
4. Metode tren least square (least-square method).
5. Metode tren parabola kuadrat/ kuadratik. 6. Metode tren eksponensial (tren logaritma). b. Cara yang mendasarkan diri pada data historis dari variabel yang akan ditaksir serta hubungannya dengan data historis dari variabel lain yang diduga memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap perkembangan variabel
yang akan ditaksir tersebut. Cara
penaksiran semacam ini biasa disebut analisis regresi, yaitu antara lain : a) Metode regresi tunggal, dimana penaksiran hanya menggunakan satu variabel yang dipengaruhi dan satu variabel bebas. b) Metode regresi berganda, dimana penaksirannya menggunakan satu variabel yang dipengaruhi dan dua lebih variabel bebasnya.
33
2.4.
Peramalan Berdasarkan Metode Kuantitatif a.
Cara yang mendasarkan dri pada data historis: 1. Metode Tren Bebas
Metode ini menentukan bahwa garis patah-patah yang dibentuk
oleh data historis, diganti atau diubah menjadi garis lurus, dengan
cara yang bebas berdasar pada persaaaan (intuisi) dari orang yang
bersangkutan. Garis lurus itu dibuat sedemikian rupa sehingga dirasakan cukup mewakili titik-titik data historis yang tersebar secara tidak teratur tersebut. Oleh karena dibuat berdasar pada intuisi yang berbeda-beda, maka hasil penaksiran untuk waktu yang akan datang bersifat subjektif. Pada akhirnya, taksiran yang diperoleh menjadi tidak akurat (M Munandar 2001 : 57). 2. Metode Tren Setengah Rata-Rata (Tren Semi Average) M. Munandar mengatakan bahwa metode ini diperoleh dengan menggunakan perhitungan statistika dan matematika tertentu, sehingga pengaruh unsur subjektif sudah dapat dihilangkan (2001:60-61). Ellen Christina, M. Fuad, Sugiarto dan Edy Sukarno berpendapat bahwa metode tren semi average memiliki mekanisme sebagai berikut: a. Membagi data yang ada menjadi dua kelompok b. Dari tiap kelompok dan dicari nilai rata-ratanya c. Memberi skor terhadap waktu yang terkait dengan data biaya. Skor 0 (nol) diberikan bagi data yang berada di tengah dari data
34
yang ada pada kelompok pertama bila datanya ganjil,
selanjutnya untuk data sebelumnya diberikan skor -1, -2, -3, dst. Dan untuk data sesudahnya pun diberi skor 1, 2 ,3, dst.
Sedangkan untuk data yang jumlahnya genap, pemberian skor
biasanya tidak melibatkan 0 (nol). Sebagai contoh, bila datanya
ada empat skor yang diberikan adalah -3, -1, 1,3. d. Melanjutkan pemberian skor pada kelompok data kedua. Membentuk persamaan Y = a + bX dan melakukan forecast nilai Y untuk nilai X yang ditentukan, dimana : a = rata – rata kelompok 1 b = selisih rata – rata kelompok 2 dan rata – rata kelompok 1 yang dibagi dengan jumlah data yang ada dalam satu kelompoknya M. Munandar (2001 : 27-28) 3. Metode Moment M. Munandar (2001 : 66), sama halnya dengan metode tren setengah rata – rata, metode ini juga menggunakan cara-cara perhitungan statistika dan matematika tertentu untuk mengetahui fungsi garis lurus sebagai pengganti garis patah – patah yang dibentuk oleh data historis perusahaan, dengan demikian pengaruh unsur subjektif dapat dihindarkan pula. Y = a + bX Dimana: Y = ramalan biaya a = konstanta, yang akan menunjukan besarnya harga Y (ramalan)
35
apabila X sama dengan 0 (nol)
b = Variabel per X, yaitu menunjukan besarnya perubahan nilai Y dari setiap perubahan satu unit X
X = Unit waktu/periode
Untuk mencari besarnya nilai a,b tersebut menggunakan rumus:
Persamaan I : ∑ Y = n.a + bx
Persamaan II : ∑ XY = a ∑ x + bx2 Dengan Syarat ∑ x ≠ 0 4. Metode Kuadrat Terkecil (Least Square) Menurut M. Munandar (2001:69-72), sebenarnya metode tren Least Square hanyalah merupakan penyederhanaan saja dari metode tren momen, sehingga mempermudah perhitunganperhitungan. Ramalan dengan metode kuadrat terkecil dapat dihitung dengan rumus: ∑Y = n.a + b∑x
(i)
∑XY = a∑x + bx2
(ii)
Dimana: a =
∑𝑦 𝑛
dan b =
𝑋𝑌 𝑥2
Rumus yang digunakan dalam metode Least Square (dengan syarat, ∑X = 0) Adalah : Y = a + bX Ellen C, Faud, Sugiarto & Edy Sukarno (2001:30) mengungkapkan bahwa metode Least Square dibagi menjadi dua untuk aturan pembagian nilai score, yaitu:
36
Untuk data yang berjumlah genap, maka pembagian skor pada
Untuk data yang berjumlah ganjil, maka pemberian skor X-nya adalah : ...,-2,-1,0,1,2,..
5. Metode Tren Parabola Kuadrat (Tren Garis Lengkung)
X-nya adalah: ..,-5,-3,-1,1,3,5,..
Dalam
bukunya
(2007:104),
M.
yang Nafarin
berjudul
penganggaran
mengungkapkan
bahwa
perusahaan tren
ini
bukan/lengkung disebut juga tren parabola. Tren parabola adalah tren yang nilai variabel terikat naik atau turun bukan garis lurus (tidak linier). Persamaan metode ini untuk biaya yang tidak berpengaruh pada biaya yang lain. Rumus metode tren parabola kuadrat sebagai berikut : Y = a + bX + cX2 ∑Y = n.a + c∑x2
(i)
∑XY = b∑x2
(ii)
∑X2Y = a∑x2 + c∑x4
(iii)
Dengan syarat : ∑X = 0 6. Tren Eksponensial (Tren Logaritma) M. Nafarin (2007 : 105-106) mengatakan bahwa tren eksponensial atau tren logaritma atau tren pertumbuhan adalah tren yang nilai variabel bebasnya naik secara berlipat ganda (bukan garis lurus). Tren ini merupkan jenis tren yang tidak linier akan tetapi dapat
37
dibuat linear (garis lurus) dengan cara melakukan transformasi
(perubahan bentuk). Misalnya:
Tren eksponensial: Y = 𝑎𝑏𝑥 diubah menjadi
Tren Semi-Log Y = log a + (log b)X, log Y = Y0, log a = a0 dan
log b = b0, maka Y0 = a0 + b0 X Tren eksponensial sering digunakan untuk meramalkan jumlah penduduk, dapatan nasional, hasil produksi, hasil penjualan (jualan), atau kejadian lain yang pertumbuhannya (secara geometris) berkembang dengan cepat. Contoh: Selama 8 tahun berturut-turut terjadi penjualan minyak goring yang sangat cepat : 20, 100, 800,3000, 15.000, 150.000, 1.000.000, 2.000.000.
Dengan menggunakan cara penaksiran dengan kuantitatif diharapkan dapat menghilangkan unsur-unsur subjektif seseorang, sehingga hasil taksirannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Pada dasarnya kelemahan dan kelebihannya tersendiri, oleh karena itu menurut M. Munandar (2001 : 56) dalam penggunaanya, cara penaksiran yang bersifat kuantitatif dipakai sebagai cara penaksiran yang pokok (utama), sedangkan cara penaksiran yang bersifat kualitatif digunakan sebagai pelengkapnya (penunjang).
38
Standar Kesalahan Peramalan (SKP)
2.5
Menurut M. Nafarin (2007:109), dalam analisis tren ada dua metode yang
dapat digunakan dalam peramalan, yaitu metode tren garis lurus dan metode tren
garis lengkung. Metode tren garis lurus terdiri dari metode moment dan metode
kuadrat terkecil (least square), sedangkan metode tren garis lengkung yaitu
metode tren parabola kuadrat. Untuk menentukan metode mana yang paling
sesuai dari kedua metode tersebut, maka digunakan standar kesalahan peramalan
peramalan (SKP). Nilai SKP yang terkecil akan menunjukkan bahwa peramalan yang disusun tersebut mendekati kesesuaian, tujuan dihitungnya SKP adalah untuk membandingkan metode satu dengan yang lainnya sehingga diambil metode yang paling tepat digunakan oleh perusahaan. Adapun rumus SKP sebagai berikut : 𝑺𝑲𝑷 =
√∑(𝑥−𝑦 )2 𝑛−2
Keterangan : X = Biaya Nyata Y = Ramalan Biaya n = Jumlah Data yang Dianalisis -2 = 2 derajat kebebasan hilang karena dua parameter populasi sedang diramalkan dengan nilai sampel data (a dan b). Dapat disimpulkan bahwa dalam peramalan kuantitatif masih terdapat kesalahan atau penyimpangan, karena bagaimanapun dalam suatu peramalan masih memiliki unsur ketidakpastian sehingga tidak selalu tepat dengan realisasi tetapi bisa mendekati realisasi. Maka dari itu, diperlukannya perhitungan Standar
39
Kesalahan Peramalan (SKP) ini untuk mengetahui seberapa besar kesalahan atau penyimpangan yang dihasilkan suatu metode peramalan kuantitatif.
2.6.
Pengertian Efektivitas Menurut Kosasih (1990:33), efektivitas diuraikan sebagai berikut:
“Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang
dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan”, sedangkan menurut Wibowo
(2007:243) dan Blocher (2007:135) efektivitas berkenaan dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dalam hal peramalan biaya proyek, efektivitas merupakan pencapaian anggaran biaya yang dibuat dibandingkan dengan realisasinya, sehingga peramalan biaya proyek dapat dikatakan efektif jika realisasi beban proyek yang terjadi mendekati beban proyek yang dianggarkan. Menurut Arens dan Loebbecke (2000; 798), “Effectiveness refers to the accomplishment of objectives, whereas efficiency refers to the resources use to achieve those objectives “. Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas yang terjadi diperusahaan, dapat digunakan rumus : 𝑹𝒆𝒂𝒍𝒊𝒔𝒂𝒔𝒊
Efektivitas = 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒂𝒓𝒂𝒏 X 100%
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan ukuran keberhasilan dari pelaksanaan kerja dalam pencapaian tujuan perusahaan yang telah dilakukan yang dihubungkan dengan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, sehingga yang dimaksud dengan efektivitas peramalan
40
biaya proyek adalah suatu proses yang dimulai dari penyusunan biaya yang menggambarkan kebutuhan suatu proyek sesuai dengan pesanan dan mencakup
kesesuaian dari pesanan proyek tersebut.