8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sinetron Sebagai Program Hiburan Televisi 2.1.1. Program Televisi Adapun definisi format acara televisi menurut naratama adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut.10 Format acara televisi :11 1) Drama / fiksi (timeless & imajinatif) Tragedi, aksi, komedi, cinta / romantisme, legenda, horror. 2) Nondrama (timeless &factual) Music, magazine show, talk show, variety show, repackaging, game show, kuis, talent show, competition show. 3) Berita / News (actual & factual) Berita, current affairs program, sport, magazine news, features.
10 11
Naratama (2004), Menjadi Sutradara Televisi, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, hlm 63. Hidajanto Djamal & Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran, Kencana, Jakarta, hlm 168.
9
FORMAT ACARA TELEVISI
TIMELESS &FAKTUAL DRAMA/FIKSI
TIMELESS & IMAJENATIF NON DRAMA/NONFIKSI
FAKTUAL&AKTUAL BERITA/NEWS
2.1.2. Jenis Program Televisi Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bias dijadikan program untuk di tayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai banyak audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisny yaitu : 1. Program informasi (berita) dan; 2. Program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi du jenis, yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang
10
merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama, permainan (game show), dan pertunjukan.12 1) Program Informasi Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).13 a. Berita Keras (Hard News) Berita keras atau hard news adalah segala informasi penting dan/atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui oleh khalayak secepatnya. Ada beberapa program yang bersifat Hard News diantaranya; Straight News atau berita “langsung”, Feature, dan Infotainment b. Berita Lunak (Soft News) Berita lunak atau soft newsadalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita yang masuk kategori ini ditayangkan pada satu program tersendiri diluar program berita.
12
Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2008. Hal 217-218 13 ibid. Hal 218-221
11
Program yang masuk dalam kategori berita lunak adalah; current affair, magazine, dokumenter, dan talk show. 2)
Program Hiburan Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk
menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, permainan (game), musik, dan pertunjukkan.14 a. Drama Kata “drama” berasal dari bahasa yunani dran yang berarti bertindak atau berbuat (action). Program drama adalah pertunjukan show yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter sesorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Dengan demikian, program drama biasanya menampilkan sejumalah pemain yang memerangkan tokoh tertentu. Suatu drama akan mengikuti kehidupan atau petualangan para tokohnya. Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film.15 Kata Sinetron sebetulnya ialah gaungan dua kata, sinema dan elektronik. Pertama kali istilah ini muncul dari kalangan siaran di TVRI sekitar 1978-an untuk menamai satu progran acara drama atau
14
Ibid. Hal 213 Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2007. Hal 216 15
12
sandiwara, di mana para pemainnya adalah aktor dan aktris film layar lebar (bidang sinematografi). Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Soemardjono (salah satu pendiri dan mantan pengajar Institut Kesenian Jakarta. Kemudian istilah itu menjadi baku di kalangan insan penyiaran di Indonesia dan masyarakat sampai saat ini.16 b. Sinetron. Di Negara lain disebut dengan opera sabun (soap opera atau daytime) namun di Indonesia lebih popular dengan sebutan sinetron. Telenovela merupakan istilah yang digunakan televise Indonesia yang berasal dari Amerika Latin. Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita sendiri-sendiri tanpa harus dirangkum menjadi satu kesimpulan. Akhir cerita sinetron cendrung selalu terbuka dan sering kali tanpa penyelesaian (open-ended). Cerita cenderung dibuat berpanjang-panjang selama masih ada audien yang menyukainya.17 Penayangan sinetron biasanya terbagi dalam beberapa episode. Sinetron yang memiliki episode terbatas disebut dengan miniseri. Episode dalam suatu miniseri merupakan bagian dari cerita keseluruhan. Dengan demikian episode sama seperti bab dari buku. Di Amerika,
16 17
Hidajanto Djamal dan Andi Fachrudin. Dasar-Dasar Penyiaran. Kencana: Jakarta.2011. hal 160-162 Morrisan,Op.cit.,
13
suatu episode miniseri (atau opera sabun) yang berakhir pada saat puncak ketegangan disebut cliffhanger.18
2.2. Khalayak Istilah khalayak merujuk kepada kelompok individu yang memiliki potensi terkena dan menggunakan produk atau jasa informasi. Dalam terminology Ilmu Informasi atau Ilmu Komputasi, audien adalah kelompok pengguna. Khalayak dalam komunikasi massa merupakan orang atau kelompok orang yang berbeda latar belakang budaya dan tersebar di berbagai ruang gorgrafis yang luas, mulai dari local, regional, nasional, sampai internasional.19
2.3. Masa Remaja Dalam Perkembangan Manusia Harvey A. Tiker dalam “developmental Psicology today” (1975) membagi perkembangan secara lengkap mencakup seluruh rentang kehidupan manusia yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati, yaitu:20 1. Masa sebelum lahir (parental period): saat pembuahan sampai 280 hari 2. Masa Bayi Baru Lahir (New Born): 2 minggu 18
Morrisan,Op.cit., 217 Alo Liliweri. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya.LKIS. Yogyakarta.2007. hal.23 20 Sumanto. Psikologi Perkembangan. CAPS: Yogyakarta. 2014. Hal.78-87 19
14
3. Masa Bayi (Babyhood): 2 minggu-2tahun 4. Balita atau masa kanak-kanak awal (early childhood): 2 tahun-5 tahun 5. Masa Kanak-Kanak Madya (Middle Chilhood): 6 tahun-9 tahun 6. Masa Kanak-kanak Akhir (Later Chilhood): 9 tahun – 12 tahun 7. Masa Puber (Puberty): 12tahun-16 tahun 8. Masa Remaja (adolecence): 17 tahun- 21tahun 9. Masa Dewasa Awal (Early Adulthood): 22 tahun – 40 tahun 2.3.1. Remaja Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitive dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.21 Pada awal masa remaja, anak berfikir ego-centris yang menganggap orang lain seperti dirinya dalam hal yang di pikirkan, di rasakan, di senangi, dan lain-lain. Perilaku yang umum bagi para remaja adalah keinginan untuk diperhatikan, tampil, dan menonjolkan diri missal dengan berpakaian dan potongan rambut yang aneh-aneh. Selain dari itu, remaja juga memiliki rasa ingin beda (unik) dan ingin merusak misal balap liar di jalan raya. 22 21 22
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja. PT. Bumi Aksara. 2014. Hal. 9 Op,cit. Sumarto hal:85
15
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, social dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa remaja secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkatan orang yang lebih tua melainkan, merasa sama atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek efektif, lebih atau kurang dari usia pubertas. Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual.
Trandormasi
intelektual
dari
cara
berfikir
remaja
ini
memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya kedalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (shaw dan Costanzo, 1985). Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi juga tidak dapat diterima dalam golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak-anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”.23
23
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja. PT. Bumi Aksara. 2014. Hal. 9
16
2.4. Perkembangan Hijab Hijab dari masa ke masa semakin berkembang. Tren Fashion ternyata tak mengebrak busana umum yang jauh dari nilai-nilai illahiah. Hijab mulai menjadi Tren Fenomenal dan mendapat tempat yang terhormat. Berkat gencarnya tren mode hijab pula, sebutan hijab menjadi popular. Pada awalnya kita lebih mengenal dengan sebutan jilbab. Sebelum berkembangnya tren busana muslim beberapa tahun terakhir, hijab selalu identik dengan busana takwa yang sederhana, apa adanya, dan cendrung mengabaikan mode.24 Tren Hijab bagaikan 2 sisi mata uang, disatu sisi, syiar agama tentang kewajiban menutup aurat semakin terbuka luas dan mudah diterima. Di sisi lain yang menjadi keprihatinan tren hijab membenamkan fungsi dan tujuan Islam mewajibkan muslimah menutup auratnya.25 Hijab atau jilbab bukan sesuatu yang aneh lagi, ia telah mewabah. Bercampur dengan budaya berpakaian pada umumnya. Tentu saja adalah hal yang lazim cara berpakaian di masyarakat tidak merujuk pada identitas keberagaman seseorang. Berbeda dengan pakaian muslim yang memang terikat oleh nilai-nilai dan kaidah Islami.
24 25
Elzam Zami.A-Z Hijab. Oasis.Jakarta.2014 hal. 49 Ibid hal. 50
17
Penyebutan
pakaian
untuk
menutup
aurat
bermacam-macam,
diantaranya adalah hijab, jilbab, kerudung/khimar, mukena, burqah, purdar dan cadar.26 1. Jilbab Jilbab istilah yang paling lazim disebut di masyarakat kita sejak dulu. sampai akhirnya belakangan ini bergeser penyebutan pakaian untuk menutup aurat bagi muslimah disebut hijab. Jilbab berasal dari Bahasa Arab, bentuk jamaknya jalaabiib artinya pakaian yang lapang/luas. Definisi jilbab adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup aurat wanita, kecuali muka dan telapak tangan. Dalam kamus Bahasa Arab pengertian "jilbab" didapatkan sebagai selendang, atau pakaian lebar yang dipakai wanita untuk menutupi kepala, dada dan bagian belakang tubuh. Imam AlQurthuby pun menyimpulkan jika jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan. 2. Kerudung Kerudung menyebut
kerudung
Al-Qur'an dengan
kata khimar, yaitu kain yang
26
Ibid hal. 1-9
18
menutup kepala wanita sampai batas dada. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat An-Nur: 31. Jadi selama ini ungkapan kerudung dengan istilah jilbab tidak tepat, karena keduanya berbeda. 3. Hijab Hijab berasal dari bahasa Arab, hajaban yang artinya tabir atau penutup yang memisahkan sesuatu. Bisa berupa tembok, bilik, gorden, kain, atau lainnya. Sementara Syeikh Bakr
Abu
Zaid
dalam
Kitab
Hirasatul Fadhilah (29-30) menyebut hijab pada wanita adalah pakaian yang terdiri dari jilbab dan khimar. Definisi Hijab menurut beliau adalah wanita yanh menutupi seluruh badannya l, termasuk wajah, kedua telapak tangan, kedua telapak kaki, dan menutupi perhiasan yang dia usahakan dengan apa-apa yang mencegaj laki-laki asing melihat sebagian dari perhiasanperhiasan tersebut, dan hijab itu terdiri dari jilbab dan khimar. Nakun sebagian besar ulama menyebutkan, bagian yang boleh tampak dari seorang wanita adalah muka dan telapak tangan.
19
4. Purdah/ Burdah
Dapat di artikan pakaian luar atau tirai berjahit. mirip dengan abaya yang sering dipakai para muslimah. Biasanya purdah cenderunh berwarna gelap. 5. Cadar
Cadar diartikan sebagai kain yang mejuupi muka atau sebagian wajah wanita, sehingga yang nampak dari wajahnya tersebut hanya mata saja. Bahasa Arab cadar adalah khidir atau tsiqab. penggunaan cadar ini bersifat sunat. 6. Mukena
20
Mukena semua orang pasti akan menjawab mukena sebagau pakaian yang digunakan untuk salat. Tidak sepenuhnya salah, karena memang diartikan sebagai kain selubung yg di khususkan untuk salat bagi wanita yang menutupi seluruh tubuh. Istilah mukena berasal dari Bahasa Arab dari kata muqna'ah / miqna'ah. 2.5. Cultural Studies Studi budaya merupakan sebuah formasi diskursif , yang merupakan sekelompok pembentukan ide, gambar dan praktik , dan berbicara tentang lingkungan yang berhubungan dengan cara pembentukan dan perilaku pengetahuan , topik tertentu , kegiatan sosial atau situs instutional dalam masyarakat (Hall,1997a:6)27 Kajian budaya atau dikenal dengan ‘cultural studies’ menurut Hall bahwa kajian budaya adalah “sebuah klutser” (atau formasi) ide-ide, gambaran-gambaran,
(images,
dan
praktik-praktik
(practice)
yang
menyediakan cara-cara menyatakan, bentuk-bentuk pengetahuan, dan tindakan yang terkait dengan topik tertentu, aktivitas sosial atau tindakan institusi masyarakat.28
27 28
Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice. Sage, London, 2012, hal 5 Rachmah Ida, Studi Media dan Kajian Budaya, Prananda Media Group,2014, hal 1 cet 1
21
Dalam bukunya, Struat Hall (1996) menjelaskan bahwa dengan “budaya”
yang
dimaksudkannya
meliputi:
praktik-praktik
budaya,
representasi-representasi, bahasa dan kebiasaan-kebiasaan dari suatu masyarakat tertentu. Berikut konsep kunci dalam kajian budaya (hanya ditulis 2, sesuai kebutuhan penelitian):29 1. Budaya popular adalah kajian budaya melihat budaya popular seringkali menjadi dasar kajiannya. Budaya pop yang diproduksi menghasilkan banyak sekali praktik-praktik proses produksi makna yang beragam. Dalam budaya pop, program-program televisi, iklaniklan,
buku-buku,
majalah,
dan
sebagainya
menjadi
medium
‘menuliskan’ (inscribe) kepentingan, kekuasaan, nilai-nilai, ideologi, subordinat, dan sebagainya 2. Teks dan pembaca/penonton adalah kajian budaya memperhatikan elemen medium seperti teks, terutama praktik-praktik teks yang terhegemoni. Teks tidak hanya berupa tulisan, melainkan juga gambar (images), suara (sounds), objek (seperti pakaian), aktivitas (seperti menari dan olahraga). Teks akan menjadi bermakna bagi pembaca atau penontonnya. Audience menjadi penting untuk melihat bagaimana makna diproduksi. Juga bagaimana makna diproduksi dalam hubungan antara teks itu sendiri dan audiens.
29
ibid, hal 4 dan 7
22
Tujuan cultural studies ini adalah untuk memahami bagaimana budaya (produksi sosial atas rasa dan kesadaran) seharusnya ditentukan dalam dirinya sendiri dan dalam relasinya dengan ekonomi (produksi), dan politik (hubungan sosial).30 Karya dalam Cultural Studies terpusat pada tiga macam pendekatan: 1. Etnografi ; terkait dengan pendekatan kulturalis dan menekankan kepada pengalaman nyata 2. Seperangkat pendekatan tekstual ; semiotika, pasca strukturalisme dan dekonstruksi 3. Study Resepsi/konsumsi : Audien sebagai pencipta aktif makna teks Berikut tradisi riset kajian media dan budaya yang menjadi kunci metodologi- metodologi dalam studi-studi budaya, selama ini yang banyak dipraktikkan, salah satu diantaranya adalah seperti studi-studi penerimaan (reception studies).31
2.6. Analisis Resepsi Analisis resepsi khalayak atau audiens memahami proses pembuatan makna (making meaning process) yang dilakukan oleh audiens ketika mengkonsumsi tayangan sinema atau program film seri di televisi, misalnya. Analisis resepsi digunakan untuk melihat dan memahami respon, 30 31
John Hartley, Communication, cultural, dan media studies: konsep kunci ,London, Routlege:2004. Hal: 42-43 Op.cit, Rachma Ida, hal 11
23
penerimaan, sikap dan makna yang diproduksi atau dibentuk oleh penonton atau pembaca majalah atau novel-novel romantic misalnya terhadap konten dari karya literature dan tulisan dalam majalah.32 Banyak teoritis dan empiris pandangan ini bekerja telah ditentukan dengan mengacu pada buku proses encoding dan decoding media ( hall, 1973 ).Di setiap poin saja untuk satu proses komunikatif ada sebuah ruang lingkup indetermination yang memungkinkan untuk beberapa makna dan dampak potensial untuk ditetapkan. Resepsi juga tindakan merupakan sosial yang berfungsi untuk menegosiasikan definisi realitas sosial dalam konteks praktek-praktek budaya dan komunikatif yang luas.33 Sedangkan bentuk-bentuk lain dari komunikasi penelitian telah mengintegrasikan studi isi dan penonton, terutama dalam pekerjaan agenda pengaturan (McCombs dan Shaw, 1972) dan indikator budaya (Gerbner dan Gross, 1976), analisis resepsi telah membuat keberangkatan baru dalam mempelajari secara mendalam proses sebenarnya melalui media yang wacana berasimilasi dengan wacana dan praktek-praktek budaya khalayak. Definisi singkat metodologi resepsi analisis merujuk kepada analisis tekstual komparatif
wacana
media
dan
wacana
penonton,
yang
hasilnya
diinterpretasikan dengan tegas referensi untuk konteks, aturan sejarah serta aturan kebudayaan “ con-text ” dari media isi. Tiga elemen utama dari 32 ibid, hal 161 33
Klaus Bruhn Jansen dan Nicholas W. Jankowski. Handbook of Qualitative Methodologis for Mass Communication Reasearch. Routledge : London. 2003 Hal.137
24
definisi ini mungkin tersirat dalam hal kumpulan analisis, dan interpretasi dari penerimaan data.34 2.7. Proses Encoding dan Decoding Menurut Stuart Hall, ada tiga bentuk pembaca/hubungan antara penulis dan pembaca dan bagaimana pesan itu dibaca di antara keduanya memiliki tiga format pemaknaan, sebagaimana dikemukakan oleh Sruart Hall:35 1. Pemaknaan Dominan (Dominan Code atau Position), tidak adaya perbedaan penafsiran antara dan konsumen pesan. 2. Pemaknaan yang dinegosiasikan (Negotiatied Code atau Position) yang terjadi ketika kode yang disampaikan oleh produsen teks dibaca dan dimaknai konsumen teks, terkait degan kerangka kepercayaan yang
diberlakukan
oleh
konsumen
teks,
yang
kemudian
dinegosiasikan dengan kode yang disediakan oleh produsen teks. 3. Pemaknaan Oposisi (Oppositional Code atau Position) terjadi ketika konsumen teks memahami secara berbeda pesan, teks atau kode yang disampaikan oleh produsen dengan kerangka konsepsinya.
34 35
Ibid. hal 139 Eriyanto, Analisis Wacana “Pengantar Analisis Teks Media”, LKIS Pelangi Aksawa, Yogyakarta, 2001, hlm 94