BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kajian terdahulu tentang kohesi Arab di Universitas Sumatera Utara yang pernah dilakukan antara lain : 1. Suci Amalia (NIM : 000704015) Tahun 2005 dengan judul “Analisis Kohesi Leksikal Wacana ‘Man Huwa Al-Irhabi’ dalam Majalah ‘Alo Indonesia’ Edisi 28, April 2002”, dimana dia menitik beratkan pada analisis kohesi leksikal yang mengacu kepada teori yang ditemukan oleh Halliday dan Hassan. Hasil dari penelitian tersebut adalah perwujudan alat kohesi leksikal dalam wacana Man Huwa Al-Irhabi antara lain : persamaan kata (sinonim) 32 buah, perlawanan kata 4 buah, perulangan kata (repetisi) 37 buah, hiponim dengan 3 superordinat,
kolokusi
13
buah,
dan
meronim
dengan
satu
superordinat. 2. Dra. Murniati, M.Hum (2005). Dengan judul “Alat-Alat Wacana Dalam Bahasa Arab”. Hasil dari penelititan tersebut adalah alat wacana narasi adalah pronomina sebanyak 185 sekitar 69,7% konjungsi sebanyak 80 sekitar 30,3%, jumlah seluruhnya 265. Alat wacana yang dominan di gunakan pada genre wacana argumentasi pronomina sebanyak 71 sekitar 54,6%, konjungsi 59 sekitar 45,4%. Jumlah seluruhnya 130. 3. Ardiles (NIM : 020704010) Tahun 2006 dengan judul “Analisis Kohesi Gramatikal pada Wacana ‘Jundiyyun Muslimun Dalam Buku Qira’atu Al-‘Arabiyyatu Karya Saleh Ibnu Muhammad Malik Dkk. Penelitian itu menitik beratkan pada analisis kohesi gramatikal yang mengacu pada teori yang ditemukan oleh Halliday dan Hassan. Hasil dari penelitian tersebut adalah perwujudan kohesi gramatikal dalam wacaca Jundiyyun Muslimun antara lain:referensi persona 74 buah, 6 Universitas Sumatera Utara
referensi demonstratif 24 buah, substitusi 5 buah, elipsis 1 buah dan konjungsi 52 buah. 4. Siti Hasanul Husna (NIM : 070704010) Tahun 2011 dengan judul “Analisis Referensi dalam Wacana Arab”, penelitian itu menitik beratkan pada analisis kohesi gramatikal khususnya referensi dan mengacu pada teori yang ditemukan oleh Halliday dan Hassan. Penelitian itu fokus pada keberadaan referensi endoforis : pronomina persona,
referensi
endoforis
pronomina
demonstratif,
refernsi
endoforis pronomina komparatif dalam wacana bahasa Arab yang berjudul
ﺍﻟﻄﺐ ﺍﻣﺎﻧﺔ/Aṭ-ṭibbu Amānatu/ “kejujuran seorang dokter”
Dalam Buku Qira’atu Al-‘Arabiyyatu Karya Saleh Ibnu Muhammad Malik Dkk. 2.1. Pengertian Wacana Dalam bahasa Arab, Al-Khuli (1982:76) mengistilahkan wacana dengan kataﺣﺪﻳﺚ/ḥadīŚun/ “wacana”, yaitu :
ﺍﻳﺼﺎﻝ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﺴﺎﻣﻊ ﻋﻦ ﻁﺮﻳﻖ ﺍﻟﻜﻼﻡ: ﺣﺪﻳﺚ /ḥadīŚun īșālu al-ma’nā ilā as-sāmi’i ‘an ṭarīqi al-kalāmi/ “wacana adalah menyampaikan pesan yang bermakna kepada pendengar (pembaca) melalui bahasa atau kata-kata”.
Gambar :1 Hakikat Wacana (Tarigan, 2009:26)
7 Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan unsur-unsur yang tertera pada gambar 1 itu maka dapat disimpulkan bahwa definisi wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis (Tarigan, 1987: 26). Deese dalam Tarigan (1987:25) menyatakan, wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan atau pengutaraan wacana itu. Sementara itu, Z. Harris dalam Schiffin (2007:29) ahli bahasa pertama yang menyebut “analisis wacana” (discourse analysis)” menyatakan secara jelas bahwa wacana adalah tingkat selanjutnya dalam sebuah hirarki morfem, klausa, dan kalimat. Menurut Halliday & Hasan dalam Pangaribuan (2008:55) wacana merupakan tuturan dalam bentuk lisan atau tulisan yang membentuk suatu kesatuan makna yang utuh. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam komunikasi, baik lisan maupun tulisan bagi penyimak atau pembaca. 2.2. Pengertian Kohesi Dalam bahasa Arab, Al-Khuli (1982:45) mendefinisikan kohesi adalah :
ﺩﺭﺟﺔ ﺍﻟﺘﺠﺎﺫﺏ ﺑﻴﻦ ﻋﻨﺼﺮﻳﻦ ﻟﻐﻮﻳﻴﻦ ﻓﻲ ﺟﻤﻠﺔ ﻭﺍﺣﺪﺓ: ﺗﻤﺎﺳﻚ /tamāsukun: darajatu al-tajāŻubi baina ‘un șuraini lugawiyaini fi jumlatin wāḥidatin/ “Kohesi (pertalian) adalah tingkatan saling tarik menarik antara dua unsur bahasa pada suatu kalimat”. Halliday dan Hasan (1992:65) dalam buku mereka Bahasa, Konteks, dan Teks
menyatakan, kohesi yaitu perangkat sumber-sumber kebahasaan yang
dimiliki setiap bahasa (sebagai bagian dari metafungsi tekstual untuk mengaitkan satu bagian teks dengan bagian lainnya).
8 Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, Kushartanti, dkk. (2005:96) menyatakan bahwa, kohesi adalah keadaan unsur-unsur bahasa yang saling merujuk dan berkaitan secara semantis. Dengan kohesi, sebuah wacana menjadi padu: setiap bagian pembentuk wacana mengikat antara bagian satu dengan bagian yang lainnya. 2.3. Jenis-jenis Kohesi
Gambar 2 : Sarana Kohesi Halliday & Hasan, 1976 dalam Tarigan (1987 :98)
Halliday dalam Mulyana (2005:26) mengemukakan bahwa kohesi terbagi ke dalam dua aspek, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal antara lain adalah referensi, substitusi, elipsis, konjungsi sedangkan yang termasuk kohesi leksikal adalah sinonim, repetisi, kolokasi. Peneliti hanya membahas kohesi gramatikala saja dan tidak membahas kohesi leksikal. Hal senada diungkapkan Zaimar dan Harahap (2009:116) bahwa kohesi dibagi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. 2.4. Pengertian Kohesi Gramatikal Kohesi gramatikal merupakan kepaduan bentuk bagian-bagian wacana yang diwujudkan ke dalam sistem gramatikal. Selain itu, kohesi gramatikal menggunakan unsur bahasa dalam mengikat suatu wacana. Dalam kohesi gramatikal, unsur bahasa digunakan untuk mengaitkan sebuah teks sehingga teks tersebut dapat dipahami dengan teks lainnya. Kohesi gramatikal bersifat kohesif apabila terdapat kesesuaian antar bentuk bahasa terhadap konteksnya. Halliday & Hassan dalam Pangaribuan (2008:59) menyatakan bahwa kohesi gramatikal merupakan hubungan makna yang direalisasikan piranti 9 Universitas Sumatera Utara
referensi, substitusi, dan elipsis. Sedangkan, menurut Rani, dkk. (2004:97), kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa. Jenis-jenis Kohesi Gramatikal Menurut Mulyana (2005:26), kohesi gramatikal diklasifikasikan sebagai berikut: 1) referensi (penunjukan), 2) substitusi (penggantian), 3) elipsis (penghilangan/pelepasan), dan 4) konjungsi (kata sambung). Sehubungan dengan itu, Zaimar dan Harahap (2009:117) membagi kohesi gramatikal dalam beberapa kategori, yaitu referensi (pengacuan), substitusi (penyulihan), elipsis (pelesapan), dan konjungsi (penyambungan). 2.4.1. Referensi Dalam bahasa Arab, Al-Khuli (1982:238) mengistilahkan referensi sebagai berikut :
ﻛﻤﺎ ﻳﺸﻴﺮ ﺍﻟﻀﻤﻴﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﺳﻢ ﺳﺎﺑﻖ، ﺃﻥ ﺗﻌﻮﺩ ﻛﻠﻤﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﺧﺮﻯ: ﺍﺳﻨﺎﺩ، ﺍﺭﺟﺎﻉ /irjā’un, isnādun : `an ta’ūda kalimatan `ilā `ukhrā, kamā yasyīru al-ḍamīru `ilā ismin sābiqin/ “Pengembalian (referensi) : mengembalikan kata kepada yang lain, seperti mengambil kata ganti dari kata benda yang mendahuluinya”. Menurut Kushartanti, dkk. (2005:96), referensi adalah hubungan antara kata dengan objeknya. Referensi tersebut terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan sebab antara kata dan objeknya berkaitan dalam sebuah wacana. Melalui referensi, sesuatu yang belum dipahami diacu kepada sesuatu yang lain sehingga mudah dimengerti. Referensi atau pengacuan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang merupakan satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan yang mendahului atau mengikutinya. Acuan itu berada di dalam teks atau di luar teks. Pengacuan dibedakan menjadi dua jenis yakni: (1) pengacuan endofora, apabila acuannya berada atau terdapat dalam teks wacana itu, dan (2) pengacuan eksofora, apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks. Halliday dan Hasan (Rani, dkk., 2004:97), membedakan referensi menjadi dua macam, yaitu eksoforis dan endoforis. Referensi eksoforis adalah pengacuan terhadap anteseden yang terdapat di luar bahasa (ekstratekstual). Sebaliknya,
10 Universitas Sumatera Utara
referensi endoforis adalah pengacuan terhadap anteseden yang terdapat di dalam teks (intratekstual), dengan menggunakan pronomina, baik pronomina persona, pronomina demonstrativa, maupun pronomina komparatif. Menurut Rani, dkk. (2004: 99), jika yang diacu (anteseden) lebih dahulu dituturkan atau ada pada kalimat yang lebih dahulu sebelum pronomina dinamakan anafora, sedangkan anteseden yang ditemukan sesudah pronomina dinamakan katafora. Dengan kata lain jika pronomina mengacu kepada yang di belakangnya dinamakan anafora dan jika pronomina mengacu kepada yang di depannya dinamakan katafora. Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora menggunakan pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina komparatif. 2.4.1.1. Pronomina Persona Sebagai alat kohesi, perujuk terdiri atas pronomina atau pengacuan persona atau kata ganti diri yang dalam bahasa Arab disebutﺿﻤﻴﺮ/ḍamīr/. AlGhulayayni (2009 : 88) menyatakan ḍamīr sebagai berikut :
. ﻣﺎ ﻳﻜﻨﻰ ﺑﻪ ﻋﻦ ﻣﺘﻜﻠﻢ ﺃﻭ ﻣﺨﺎﻁﺐ ﺃﻭ ﻏﺎﺋﺐ: ﺍﻟﻀﻤﻴﺮ /al- ḍamīru : mā yuknī bihi ‘an mutakallimin au mukhāṭabin au ghā`ibin/ “damir adalah kata ganti yang terdiri dari sipembicara, orang yang diajak bicara dan orang yang dibicarakan”. Definisi ﺍﻟﻀﻤﻴﺮ ﺍﻟﻤﺘﺼﻞ/al- ḍamīru muttașilun/ dan pembagiannya menurut Al-Ghulayayni (2009 : 88) sebagai berikut :
ﻭ ﺍﻟﻀﻤﺎﺋﺮ، ﻭﻻ ﻳﻘﻊ ﺑﻌﺪ )ﺇﻻ( ﺇﻻ ﻓﻲ ﺿﺮﻭﺭﺓ ﺍﻟﺸﻌﺮ، ﻣﺎﻻ ﻳﺒﺘﺪﺃ ﺑﻪ: ﺍﻟﻀﻤﻴﺮ ﺍﻟﻤﺘﺼﻞ . ﻭﻫﺎ، ﻭﺍﻟﻬﺎء، ﻭﺍﻟﻴﺎء، ﻭﺍﻟﻜﺎﻑ، ﻭﺍﻟﻨﻮﻥ، ﻭﺍﻷﻟﻒ، ﻭﺍﻟﻮﺍﻭ، ﻭﻧﺎ، ﺍﻟﺘﺎء: ﺍﻟﻤﺘﺼﻠﺔ ﺗﺴﻌﺔ ﻭﻫﻲ /al- ḍamīru muttașilun : mā lā yubtada`u bihi, wa lā yuqa’u ba’da (illā) illā fi ḍarūrati al-syi’ri, wa ḍamā`iru al-muttașilatu tis’atu wa hiya : attā`u wa nā wa al-wāwu wa al-ālifu wa al-nūnu wa al-kāfu wa al-yā`u wa al-hā`u wa hā/ “damir muttasil adalah kata ganti yang tidak terletak diawal kalimat, tidak terletak setelah kata (illia) kecuali dalam sebuah syair yang memerlukan (kata ganti tersebut), dan damir muttasil terdiri dari sembilan yaitu : ﺗﺎء/tā’/, ﻧﺎ/nā/,ﻭﺍﻭ/wāw/, ﺃﻟﻒ/ālif/,ﻧﻮﻥ/nūn/, ﻛﺎﻑ/kāf/, ﻳﺎء/yā’/, ﻫﺎء/hā/, ﻫﺎ/hā/”. Sedangkan definisi ﺍﻟﻀﻤﻴﺮ ﺍﻟﻤﻨﻔﺼﻞ/al- ḍamīru al- munfașilu/ sebagai berikut :
11 Universitas Sumatera Utara
ﻛﻤﺎ ﻳﺼﺢ ﻭﻗﻮﻋﻪ ﺑﻌﺪ )ﺇﻻ( ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺣﺎﻝ، ﻣﺎ ﻳﺼﺢ ﺍﻻﺑﺘﺪﺍء ﺑﻪ: ﺍﻟﻀﻤﻴﺮ ﺍﻟﻤﻨﻔﺼﻞ /al- ḍamīru al- munfașilu : mā yușiḥḥu al-ibtidā’u bihi, kamā yușiḥḥu wa qū’ahu ba’da (illa) ‘alā kulli ḥālin/ “damir munfasil adalah kata ganti yang terletak diawal kalimat, sebagai mana dia juga dapat terletak setelah kata (illa)’ atas tiaptiap keadaan”. Klasifikasi ﺍﻟﻀﻤﻴﺮ ﺍﻟﻤﻨﻔﺼﻞ/al- ḍamīru al- munfașilu/ dapat dilihat pada tabel berikut : No.
Damir Munfasil Marfu’
Arti
Mansub
1
ﻫﻮ/huwa/
ﺇﻳﺎﻩ/iyāhu/
ia seorang (lk)
2
ﻫﻲ/hiya/
ﺇﻳﺎﻫﺎ/iyāhā/
ia seoarang (pr)
3
ﻫﻤﺎ/humā/
ﺇﻳﺎﻫﻤﺎ/iyāhumā/
Ia berdua (lk/pr)
4
ﻫﻢ/hum/
ﺇﻳﺎﻫﻢ/iyāhum/
Mereka (lk)
5
ﻫﻦ/hunna/
ﺇﻳﺎﻫﻦ/iyāhunna/
Mereka (pr)
6
ﺃﻧﺖ/anta/
ﺇﻳﺎﻙ/iyāka/
Kamu seorang (lk)
7
ﺃﻧﺖ/anti/
ﺇﻳﺎﻙ/iyāki/
Kamu seorang (pr)
8
ﺃﻧﺘﻤﺎ/antumā/
ﺇﻳﺎﻛﻤﺎ/iyākumā/
Kamu berdua (lk/pr)
9
ﺃﻧﺘﻢ/antum/
ﺇﻳﺎﻛﻢ/iyākum/
Kalian (lk)
10
ﺃﻧﺘﻦ/antunna/
ﺇﻳﺎﻛﻦ/iyākunna/
Kalian (pr)
11
ﺃﻧﺎ/anā/
ﺇﻳﺎﻱ/iyāya/
Saya (lk/pr)
12 ﻧﺤﻦ/naḥnu/
ﺇﻳﺎﻧﺎ/iyānā/
Kami (lk/pr)
Tabel 1 : Klasifikasi kata ganti diri (ḍamīr) dalam bahasa Arab (Al-Ghulayayni, 2009:90)
Contoh referensi pronomina persona dalam surah Al-Baqarah :
ْﺐ ِﻓ ْﻴ ِﻪ ﻫُﺪًﻯ ﻟﱢ ْﻠ ُﻤﺘﱠ ِﻘﻴ َْﻦ َ َﺫ ِﻟ ُ ﻚ ﺍ ْﻟ ِﻜﺘ َ َﺎﺏ ﻻَ َﺭﻳ /Żālika al-kitābu lā rayba fīhi hudan lilmuttaqīna/ “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah : 2). Pada ayat di atas pronomina persona tunggal ﻩ/hi/ ‘nya’ mengacu pada yang dituturkan sebelumnya, yaitu َﺎﺏ ُ ﺍ ْﻟ ِﻜﺘ/al-kitābu/ “kitab”. Dengan demikian, maka ﻩ/hi/ “nya” yang melekat pada ﻓِ ْﻲ/fī/ “pada” menimbulkan makna kepemilikan pada َﺎﺏ ُ ﺍ ْﻟ ِﻜﺘ/al-kitābu/ “kitab”. Dan ini merupakan pronomina persona
12 Universitas Sumatera Utara
yang bersifat anafora karena yang diacu lebih dahulu dituturkan sebelum pronomina. Pronomina persona merupakan deiktis yang mengacu pada orang secara berganti-ganti bergantung pada “topeng” (proposan) (Fillmore dalam Rani, dkk., 2004:100) yang sedang diperankan oleh partisipan wacana. Apakah partisipan itu sebagai pembicara (persona pertama), pendengar (persona kedua), atau yang sedang dibicarakan (persona ketiga) (cf. Kaswanti Purwo, dalam Rani, dkk 2004:100). Pronomina yang berfungsi sebagai alat kohesi adalah pronomina persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga, baik tunggal maupun jamak, baik anafora maupun katafora. Dalam bahasa Indonesia, pronomina persona dibagi dua yaitu: pronomina takrif dan pronomina tidak takrif. 1) Pronomina takrif Tunggal
Jamak
Persona pertama
saya, aku
kami, kita
Persona kedua
kamu, engkau, anda
kalian, kamu sekalian
Persona ketiga
dia, ia, beliau
mereka
Tabel 2 : Klasifikasi Pronomina Persona dalam Bahasa Indonesia (Rani, 2004:100)
2) Pronomina tidak takrif: beberapa, sejumlah, sesuatu, suatu, seseorang, para, masing-masing, siapa-siapa. Contoh pronomina persona dalam bahasa Indonesia yang anafora dan katafora sebagai berikut : 1. Firdaus, kamu harus mandi. 2. Saudara-saudara, kita harus segera menyelesaikan tugas ini. 3. Kamu sekarang harus pergi! Ayo, Cici cepatlah! 4. Berilah mereka gula-gula! Anak-anak kecil itu. Contoh (1) dan (2) pronomina kamu dan kita referensi bersifat anafora sedangkan contoh (3) dan (4) pronomina kamu dan mereka referensi bersifat katafora. Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa pronomina kamu dan kita merupakan referensi yang bersifat anafora karena yang diacu lebih dahulu
13 Universitas Sumatera Utara
dituturkan
sebelum
pronomina.
Sedangkan
pronomina
kamu
dan
merekamerupakan referensi yang bersifat katafora karena yang diacu ditemukan sesudah pronomina. Menurut Halliday dan Hassan (Rani, dkk., 2004: 101), baik pronomina yang anafora maupun katafora, selain ada yang bersifat insani terdapat pula yang noninsani. Pronomina insani mengacu pada orang sedangkan pronomina persona noninsani mengacu selain manusia. Selain itu, terdapat pronomina insani (persona yang memiliki hubungan posesif (milik)). Yang dimaksud dengan pronomina persona dalam relasi posesif adalah pronomina persona yang berelasi pemilikan, baik anafora maupun katafora. Pronomina persona dalam relasi posesif yang dilekatkan seperti –nya, ada yang terasingkan (alienable posession) dan ada yang tidak terasingkan (inalienable). Yang dimaksud posesif tidak terasingkan adalah posesif yang selalu melekat pada unsur keseluruhannya, seperti dalam hubungan pronomina ayam dengan kakinya sedangkan posesif terasingkan adalah posesif yang sesuatu itu tidak melekat pada sesuatu yang lain, seperti ayamdan kandangnya. 2.4.1.2. Pronomina Demonstratif Dalam bahasa Arab pronomina demonstratif disebut dengan ﺍﺳﻢ ﺍﺷﺎﺭﺓ/ismu isyāratu/ sebagaimana Al-Ghulayayni (2009:97) menyebutkan definisi ism isyarah dan klasifikasinya sebagai berikut :
ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﺸﺎﺭ ﺇﻟﻴﻪ، ﻣﺎﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﻴﻦ ﺑﻮﺍﺳﻄﺔ ﺇﺷﺎﺭﺓ ﺣﺴﻴﺔ ﺑﺎﻟﻴﺪ ﻭ ﻧﺤﻮﻫﺎ: ﺍﺳﻢ ﺍﻹﺷﺎﺭﺓ . ﺃﻭ ﺫﺍﺗﺎ ﻏﻴﺮ ﺣﺎﺿﺮﺓ، ﺃﻭ ﺇﺷﺎﺭﺓ ﻣﻌﻨﻮﻳﺔ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﺸﺎﺭ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻌﻨﻰ،ﺣﺎﺿﺮﺍ /ismu isyāratu : mā yadullu ‘alā mu’ayyanin biwāsaṭati isyāratin ḥisayyatin bi al-
yadi wa naḥwahā, in kāna al-musyāru ilaihi ḥaḍiran, au isyāratu ma’nawiyyatu iŻa kāna al-musyāru ilaihi ma’na, au Żātan ghaira ḥadiratin/ “ism isyarah adalah ism yang dipergunakan untuk menunjukkan sesuatu yang tertentu dengan perantara isyarat gerak tangan atau seumpamanya jika yang ditunjuk hadir (nyata) atau dengan isyarat makna jika yang ditunjuk tidak kelihatan”. Klasifikasi ﺍﺳﻢ ﺍﺷﺎﺭﺓ/ismu isyāratu/ dapat dilihat pada tabel berikut :
ﻟﻠﺒﻌﻴﺪ -
ﻟﻠﻤﺘﻮﺳﻂ ﺫﻟﻚ
-
ﻟﻠﻘﺮﻳﺐ
ﺫﺍﻙ
-
ﻫﺬﺍ
ﻣﻔﺮﺩ
14 Universitas Sumatera Utara
ﺫﻳﻨﻚ
ﺫﺍﻧﻚ
ﺫﻳﻨﻚ
ﺫﺍﻧﻚ
ﻫﺬﻳﻦ
ﻫﺬﺍﻥ
ﻣﺜﻨﻰ
-
ﺃﻻﺋﻚ
-
ﺃﻭﻟﺌﻚ
-
ﻫﺆﻻء
ﺟﻤﻊ
-
ﺗﻠﻚ
-
ﺗﻴﻚ
-
ﻫﺬﻩ
ﻣﻔﺮﺩ
ﺗﻴﻨﻚ
ﺗﺎﻧﻚ
ﺗﻴﻨﻚ
ﺗﺎﻧﻚ
ﻫﺎﺗﻴﻦ
ﻫﺎﺗﺎﻥ
ﻣﺜﺜﻨﻰ
-
ﺃﻭﻻﻟﻚ
-
ﺃﻭﻟﺌﻚ
-
ﻫﻮﻻء
ﺟﻤﻊ
ﻫﻨﺎﻟﻚ – ﺛﻢ – ﺛﻤﻨﻪ ﻧﺼﺐ ﻭﺟﺮ
ﺭﻓﻊ
ﻫﻨﺎﻙ ﻧﺼﺐ
ﻫﻨﺎ ﺭﻓﻊ
ﻧﺼﺐ
ﻭﺟﺮ
ﻣﺬﻛﺮ
ﻣﺆﻧﺚ
ﻣﺨﺘﺼﺔ ﺑﺎﻟﻤﻜﺎﻥ ﺭﻓﻊ
ﻭﺟﺮ
Tabel 3 : Klasifikasi Ism Isyarah Berdasarkan Jarak (Al-Ghulayayni, 2009:97)
Contoh pronomina demonstratif yang berjarak dekat, pertengahan dan jauh dalam surah Al-Baqarah sebagai berikut :
ُ ﻚ ْﺍﻟ َﺠﻨﱠﺔَ َﻭ ُﻛﻼَ ِﻣ ْﻨﻬَﺎ َﺭﻏَﺪﺍً َﺣﻴ َْﺚ ِﺷ ْﺌﺘُ َﻤﺎ َﻭ ﻻَ ﺗَ ْﻘ َﺮﺑَﺎ َﻫ ِﺬ ِﻫﺎﻟﺸ َﱠﺠ َﺮﺓ َ َﻭ ﻗُ ْﻠﻨَﺎ ﻳَﺎ ﺁ َﺩ ُﻡ ﺍ ْﺳ ُﻜ ْﻦ ﺃَﻧﺖَ َﻭ ﺯ َْﻭ ُﺟ ﻓَﺘَ ُﻜ ْﻮﻧَﺎ ِﻣ َﻦ ﺍ ْﻟﻈﱠﺎﻟِ ِﻤﻴ َْﻦ /wa qulnā yā `ādamu askun `anta wa zawjuka al-jannata wa kulā minhā raghadāan ḥayŚu syi`tumā wa lā taqrabā haŻihi asy-syajarata fatakūnā mina aẓẓālimīna/ “Dan Kami berfirman: "Wahai Adam ! Tinggallah engkau dan isterimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada disana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim”. (Q.S Al-Baqarah : 35). Pada ayat 35 di atas pronomina َﻫ ِﺬ ِﻩ/haŻihi/ “ini” merupakan pronomina demonstratif tunggal dengan jarak dekat yang mengacu kepada َﺍﻟﺸ َﱠﺠ َﺮﺓ/asysyajarata/ “pohon” dan ini dinamakan pronomina yang bersifat katafora karena yang diacu ditemukan sesudah pronomina.
ﺃُﻭﻟَﺌِ َﻚ َﻋﻠَﻰ ﻫُﺪًﻯ ﱢﻣﻦ ﱠﺭﺑﱢ ِﻬ ْﻢ َﻭ ﺃُﻭﻟَﺌِ َﻚ ﻫُ ُﻢ ْﺍﻟ ُﻤ ْﻔﻠِﺤ ُْﻮ َﻥ /'Ūlā'ika `alā hudan min rabbihim wa 'ūlā'ika humu al-mufliḥūna/ “mereka Itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S Al-Baqarah : 5). Pada ayat 5 di atas dapat dipahami bahwa hubungan antara َﺃُﻭﻟَﺌِﻚ/'Ūlā'ika/ “mereka itulah” merupakan pronomina demonstratif jamak dengan jarak pertengahan yang mengacu kepada ﻋﻠﻰ ﻫﺪًﻯ ﻣﻦ ﺭﺑﻬﻢ/`alā hudan min rabbihim/ “atas petunjuk dari Tuhan mereka” dan َﺃُﻭﻟَ ِﺌﻚ/'Ūlā'ika/ “mereka itulah” bentuk
15 Universitas Sumatera Utara
kedua juga merupakan referensi demonstratif jamak dengan jarak pertengahan yang mengacu kepada ﻫﻢ ﺍﻟﻤﻔﻠﺤﻮﻥ/humu al-mufliḥūna/ “merekalah orang-orang yang beruntung”.
ْﺐ ِﻓ ْﻴ ِﻪ ﻫُﺪًﻯ ﻟﱢ ْﻠ ُﻤﺘﱠ ِﻘﻴ َْﻦ ُ َﺫ ِﻟ َﻜﺎ ْﻟ ِﻜﺘ َ َﺎﺏ ﻻَ َﺭﻳ /Żālika al-kitābu lā rayba fīhi hudan lilmuttaqīna/ “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah : 2). Pada ayat 2 di atas, َﺫ ِﻟ َﻚ/Żālika/ “itu” merupakan pronomina demonstratif tunggal dengan jarak jauh yang mengacu kepada َﺎﺏ ُ ﺍ ْﻟ ِﻜﺘ/al-kitābu/ “kitab” dan ini dinamakan pronomina yang bersifat katafora karena yang diacu ditemukan sesudah promomina. Pronomina demonstratif adalah kata deiktis yang dipakai untuk menunjuk (menggantikan) nomina. Dilihat dari segi bentuknya, pronomina demonstratif dibedakan antara lain: (1) pronomina demonstratif tunggal, seperti ini dan itu; (2) pronomina
demonstratif
turunan,
seperti berikut dan sekian; (3)
pronomina
demonstratif gabungan, seperti di sini, di situ, di sana, di sana sini; dan (4) pronomina demonstratif reduplikasi, seperti begitu-begitu. Lyon (Rani, dkk,. 2004:102) menjelaskan bahwa dalam pronomina demonstratif, seperti juga dalam pronomina persona terdapat komponen ketertentuan, yaitu yang ini dan yang itu. Selain itu dalam pronomina demonstratif terdapat juga komponen berjarak dan tidak berjarak dalam hal demonstratif, baik menunjukkan sesuatu yang dekat maupun yang jauh. Berikut ini contoh pronomina demonstratif menunjukkan suatu yang dekat : (a) “Dengan naik ini, tiap hari saya pergi ke kampus. (b) Sepeda motor inilah teman setiaku dalam segala musim dan cuaca,’’ kata Bakri. Pronomina demonstratif dekat
ini pada kalimat (a) adalah mengacu secara
katafora terhadap antaseden sepeda motor pada kalimat (b).
2.4.1.3. Pronomina Komparatif Dalam bahasa Arab pronomina komparatif dikenal dengan istilah
ﺍﺳﻢ
ﺍﻟﺘﻔﻀﻴﻞ/ismu al-tafḍīl/. Al-Ghulayayni (2009:150) : ﻭﺯﺍﺩ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻋﻠﻰ، ﺻﻔﺔ ﺗﺆﺧﺬ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻟﺘﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺷﻴﺌﻴﻦ ﺍﺷﺘﺮﻛﺎ ﻓﻲ ﺻﻔﺔ: ﺍﺳﻢ ﺍﻟﺘﻔﻀﻴﻞ .ﺍﻵﺧﺮ ﻓﻴﻬﺎ 16 Universitas Sumatera Utara
/ismu al-tafḍīl : șifatun tu`khaŻu mina al-fi’li litadulla ‘alā ‘anna syai`aini
`isytarakā fi șifatin wazāda `aḥaduhumā ‘alā al-ākhari fihā/ “kata lebih : kata sifat yang diambil dari kata kerja untuk menunjukkan dua hal yang bersekutu di dalam kata sifat, dan salah satunya dilebihkan dari yang lain”. Contoh referensi komparatif dalam surah Al-Baqarah sebagai berikut :
ُ ﺍﻟ ﱠﺸ ْﻬ ُﺮ ﺍ ْﻟ َﺤ َﺮﺍ ُﻡ ِﺑﺎﻟ ﱠﺸﻬ ِْﺮ ﺍ ْﻟ َﺤ َﺮ ِﺍﻡ َﻭﺍ ْﻟ ُﺤ ُﺮ َﻣ ﺼﺎﺹٌ ﻓَ َﻤ ِﻦ ﺍ ْﻋﺘَ َﺪﻯ َﻋﻠَ ْﻴ ُﻜ ْﻤﻔَﺎ ْﻋﺘَﺪُﻭﺍ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻬ ِﺒ ِﻤ ْﺜ ِﻠ َﻤﺎ َ ﺎﺕ ِﻗ ﻴﻦ َ ﺍ ْﻋﺘَ َﺪﻯ َﻋﻠَ ْﻴ ُﻜ ْﻢ َﻭﺍﺗﱠﻘُﻮﺍ ﷲَ َﻭﺍ ْﻋﻠَ ُﻤﻮﺍ ﺃَ ﱠﻥ ﷲَ َﻣ َﻊ ﺍ ْﻟ ُﻤﺘﱠ ِﻘ /asy-syahru al-ḥarāmu bisy-syahri al-ḥarāmi wa al-ḥurumātu qișāșun famani a’tadā ‘alaykum fā’tadū ‘alayhi bimiŚli mā a`tadā ‘alaykum wa attaqū al-laha wa a’lamū `anna Allaha ma’a al-muttaqīna/ “Bulan haram dengan bulan haram, dan (terhadap) sesuatu yang dihormati berlaku hukum kisas. Oleh sebab itu barangsiapa menyerang kamu, maka seranglah dia seimbang dengan serangannya terhadap kamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (Q.S Al-Baqarah :194). Pada ayat di atas bentuk ﻣﺜﻞ ﻣﺎ ﺍﻋﺘﺪﻯ ﻋﻠﻴﻜﻢ/miŚli mā a`tadā ‘alaykum/ “seimbang dengan serangannya terhadap kamu” menyatakan kualitas serangan yang terkandung
dalam bentuk
ﻣﻦ ﺍﻋﺘﺪﻯ ﻋﻠﻴﻜﻢ/man a’tadā ‘alaykum/
“barangsiapa menyerang kamu” sekaligus kualitas serangan dari yang terkandung dalam ﺍﻋﺘﺪﻭﺍ ﻋﻠﻴﻪ/i’tadū ‘alayhi/ “seranglah dia”. Kata ﻣﺜﻞ/miŚli/ “seimbang” merupakan kata
pembanding terhadap kualitas serangan tersebut. Dengan
demikian ﻣﺜﻞ/miŚli/ “seimbang” merupakan pronomina komparatif. Contoh pronomina komparatif dalam bentuk yang lain dapat dilihat pada contoh dibawah ini :
ﻚ ﺃَ ْﻧﺖَ ﺍ ْﻟ َﻌﻠِ ْﻴ ُﻢ ﺍ ْﻟ َﺤ ِﻜ ْﻴ ُﻢ َ ﻚ ﻻَ ِﻋ ْﻠ َﻢ ﻟَﻨَﺎﺇِﻻﱠ َﻣﺎ َﻋﻠﱠ ْﻤﺘَﻨَﺎ ﺇِﻧﱠ َ َﻗَﺎﻟُ ْﻮﺍ ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧ /qālū subḥānaka lā `ilma lanā 'illā mā `allamtanā 'innaka 'anta al-`alīmu alḥakīmu/ “Mereka menjawab, "Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S Al-Baqarah:32). Pada ayat di atas kata ﺇﻻ/'illā/ “selain” merupakan perbandingan atau pronomina komparatif yang membandingkan antara ﻻَ ِﻋ ْﻠ َﻢ ﻟَﻨَﺎ/ lā `ilma lanā/ “tidak ada yang kami ketahui” dengan ﻋﻠﱠ ْﻤﺘَﻨَﺎ َ َﻣﺎ/mā `allamtanā/ “apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami”.
17 Universitas Sumatera Utara
Rani, dkk (2004:104) mendefinisikan pronomina komparatif adalah deiktis yang menjadi bandingan bagi antesedennya. Kata-kata yang termasuk katagori pronomina komparatif antara lain: sama, persis, identik, serupa, segitu serupa, selain, berbeda, dan sebagainya. Hal senada diungkapkan Kushartanti, dkk (2005:97) referensi komparatif ditandai dengan pemakaian kata yang digunakan untuk membandingkan, seperti sama, serupa, dan berbeda. Contoh referensi komparatif sebagai berikut : 1.Rio berusia lima tahun. Umur Dita sama dengan umur Rio. Pada kalimat di atas kata samamengacu pada lima tahun. 2.4.2. Substitusi Dalam bahasa Arab, Al-Khuli (1982:273) mengistilahkan substitusi dengan kata ﺍﺳﺘﺒﺪﺍﻝ/istibdāl/ “pergantian” yaitu :
ﻭﺿﻊ ﻛﻠﻤﺔ ﻣﻜﺎﻥ ﺃﺧﺮﻯ ﺃﻭ ﻣﻜﺎﻥ ﺗﺮﻛﻴﺐ ﻷﺩﺍء ﻧﻔﺲ ﺍﻟﻮﻅﻴﻔﺔ ﺍﻟﺤﻮﻳﺔ ﻣﻊ ﺍﻻﺑﻘﺎء: ﺍﺳﺘﺒﺪﺍﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﻘﺒﻮﻟﻴﺔ ﻣﻌﻨﻰ ﺍﻟﺠﻤﻠﺔ /istibdāl : waḍa’a kalimatun makānun `ukhrā aw makānun tarkībun li`adā`in nafsa al-waẓīfati al-ḥiwayati ma’a al-abqā`i ‘alā maqbūliyati ma’na al-jumlati/ “pergantian (substitusi): meletakkan kata di tempat yang lain atau di tempat yang teratur untuk menggantikan tugas suatu kata yang terhimpun dengan yang tinggal terhadap makna kalimat yang datang”. Contoh substitusi dalam surah Al-Baqarah :
َﻭﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺍﺗﱠ َﺨ َﺬ ﱠ ﺿ ُﻜ ﱞﻞ ﻟَﻪُ ﻗَﺎ ِﻧﺘُﻮﻥ ﷲُ َﻭﻟَﺪًﺍ ۗ ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﻪُ ۖ ﺑَﻞْ ﻟَﻪُ َﻣﺎ ِﻓﻲ ﺍﻟ ﱠ ِ ﺕ َﻭ ْﺍﻷَ ْﺭ ِ ﺴ َﻤﺎ َﻭﺍ /wa qālū attakhaŻa Al-lahu waladāan subḥānahu bal lahu mā fī as samāwāti wa al-'Arḍi kullun lahu qānitūna/ “Dan mereka berkata, "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan milik-Nyalah apa yang ada di langit dan di bumi. Semua tunduk kepada-Nya”. (Q.S. Al-Baqarah : 116). Pada ayat di atas dapat dilihat bahwa bentuk ﺽ َﻣﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟ ﱠ/mā fī ِ ﺴ َﻤﺎ َﻭﺍ ِ ﺕ َﻭ ْﺍﻷَ ْﺭ as samāwāti wa al-'arḍi/ “apa yang ada di langit dan di bumi” digantikan oleh bentuk ُﻛ ﱞﻞ/kull/ “semua" (substitusi nominal). Hubungan ini adalah kohesi yang dicapai melalui substitusi. Sebab penafsiran terhadap ُﻛ ﱞﻞ/kull/ “semua” dalam contoh ini mengacu kepada bentuk mā fī as samāwāti wa al-'arḍi. Dan dalam substitusi nominal ini, hubungan antar bentuk yang saling menggantikan.
18 Universitas Sumatera Utara
Menurut Halliday & Hassan (Rani, 2004:105), substitusi adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frase atau klausa. Menurut Tarigan (1987:100), substitusi merupakan hubungan gramatikal, lebih bersifat hubungan kata dan makna. Substitusi dapat bersifat nominal, verbal, klausal, atau campuran; misalnya satu, sama, seperti itu, sedemikian rupa, demikian, begitu, melakukan hal yang sama. 2.4.3. Elipsis Dalam bahasa Arab, Al-Khuli (1982:83) mengistilahkan elipsis sebagai berikut :
ﺣﺬﻑ ﻛﻠﻤﺔ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﺃﻭ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺟﻤﻠﺔ ﺩﻭﻥ ﺍﻻﺿﺮﺍﺭ ﺑﺎﻻﺗﺼﺎﻝ ﺍﻟﻠﻐﻮﻱ ﻣﻊ: ﺇﻳﺠﺎﺯ ﺍﻟﺤﺬﻑ . ﻭﺟﻮﺩ ﻗﺮﻳﻨﺔ ﺗﺒﻴﻦ ﺍﻟﻤﺤﺬﻭﻑ /ījazu al- ḥaŻfu : ḥaŻfu kalimatin wāḥidatin `aw `akŚaru min jumlatin dūna aliḍrāri bi al-`ittișāli al-lugawiyi ma’a wujūdin qarīnatin tubayyinu al-maḥŻūfi/ “pembuangan kata (elipsis) : pembuangan satu kata atau lebih dalam kalimat tanpa mempersempit (makna), menyambungkan bahasa dengan penyambung untuk memperjelasnya”. Contoh elipsis dalam surah Al-Baqarah :
ﺎﺱ ِﺇ َﻣﺎﻣﺎ ً ﻗَﺎ َﻝ َﻭ ِﻣﻦ ُﺫﺭﱢ ﻳﱠﺘِﻲ َ ُﺕ ﻓَﺄَﺗَ ﱠﻤﻬ ﱠُﻦ ﻗَﺎ َﻝ ِﺇﻧﱢﻲ َﺟﺎ ِﻋﻠ ٍ َﻭ ِﺇ ِﺫ ﺍ ْﺑﺘَﻠَﻰ ِﺇ ْﺑ َﺮﺍ ِﻫﻴ َﻢ َﺭﺑﱡﻪُ ِﺑ َﻜﻠِ َﻤﺎ ِ ﻚ ﻟِﻠﻨﱠ ﻴﻦ َ ﻗَﺎ َﻝ ﻻَ ﻳَﻨَﺎ ُﻝ َﻋ ْﻬ ِﺪﻱ ﺍﻟﻈﱠﺎ ِﻟ ِﻤ /wa 'iŻibtalā 'ibrāhīma rabbuhu bikalimātin fa'atammahunna qāla 'innī jā`iluka linnāsi 'imāmāan qāla wa min Żurriyatī qāla lā yanālu `ahdī aẓ-ẓālimīna/ “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”. (Q.S. Al-Baqarah :124). Elipsis pada ayat diatas semesti berbunyi: Dan ingatlah, ketika Ibrahim diuji oleh Tuhan nabi Ibrahim dengan beberapa kalimat lalu ia melaksanakan kalimat-kalimat itu yaitu kalimat perintah dan larangan.Dia berfirman sesungguhnya Aku akan menjadikan kamu imam bagi seluruh manusia". Ia berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Dia berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim”. 19 Universitas Sumatera Utara
Menurut Kridalaksana (1984:45), elipsis adalah peniadaan kata atau satuan lain yang ujud asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa. Sementara itu Fokker (Mulyana, 2005:28), menyatakan elipsis merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan. Tujuan pemakaian elipsis ini, salah satunya yang terpenting ialah untuk mendapatkan kepraktisan bahasa, yaitu agar bahasa yang digunakan lebih singkat, padat dan mudah dimengerti dengan cepat. Unsur yang biasanya dilesapkan dalam suatu kalimat ialah subjek atau prediket. 2.4.4. Konjungsi Dalam bahasa Arab, Al-Khuli (1982:53) mengistilahkan konjungsi dengan kata ﻋﺎﻁﻒ/āṭifun/ “penyambung(konjungsi)” yaitu :
ﺃﻭ ﺍﺳﻤﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﺳﻢ ﺃﻭ، ﻛﻠﻤﺔ ﺗﻌﻄﻒ ﻭﺣﺪﺗﻴﻦ ﻣﻦ ﻧﻮﻉ ﻭﺍﺟﺐ ﺃﻱ ﺗﻌﻄﻒ ﻓﻌﻼ ﻋﻠﻰ ﻓﻌﻞ:ﻋﺎﻁﻒ ﻅﺮﻓﺎ ﻋﻠﻰ ﻅﺮﻑ ﺃﻭ ﺟﻤﻠﺔ ﻋﻠﻰ ﺟﻤﻠﺔ /āṭifun : kalimatun ta’ṭifu wa ḥidataini min nau’in wājibin `ay ta’ṭifu fi’lan ‘alā fi’lin, `aw isman ‘alā ismin `aw ẓarfan ‘alā ẓarfin `aw jumlatan ‘alā jumlatin/ “penyambung :mencondongkan dua kata dari bagian yang penting, atau mengarahkan kata kerja dengan kata kerja, kata dengan kata, frasa dengan frasa atau kalimat dengan kalimat”. Al-Ghulayaini (1992:352) membagi huruf ‘āṭaf menjadi sembilan : 1. ﻭ/wa/ “dan” untuk menjumlah 2.ﺣﺘﻰ/ḥattā/ “sehingga” untuk pembatas 3.ﺑﻞ/ball/ “tetapi” atau “bahkan” untuk menyusul 4.ﻑ/fa/ “lalu” untuk tertib dan runtun 5.ﺃﻭ/aw/ “atau” untuk memilih atau masih ragu-ragu 6.
ﻻ/lā/ “tidak” untuk menidakkan
7.ﺛﻢ/Śumma/ “kemudian” untuk tertib dan tenggang waktu 8.ﺃﻡ/am/ “atau” untuk meminta menegaskan 9.
ﻟﻜﻦ/lakin/ “akan tetapi” untuk koreksi 20 Universitas Sumatera Utara
Contoh konjungsi dalam surah Al-Baqarah :
ُﻮﻥ َﻣﺎ ﺃَ َﻣ َﺮ ﱠ ﻭﻥ َ ﺻ َﻞ َﻭﻳُ ْﻔ ِﺴ ُﺪ َ ﷲ ِﻣ ْﻦ ﺑَ ْﻌ ِﺪ ِﻣﻴﺜَﺎﻗِ ِﻪ َﻭﻳَ ْﻘﻄَﻌ َ ﻳﻦ ﻳَ ْﻨﻘُﻀ َ ﺍﻟﱠ ِﺬ َ ﷲُ ِﺑ ِﻪ ﺃَ ْﻥ ﻳُﻮ ِ ُﻮﻥ َﻋ ْﻬ َﺪ ﱠ ُﻭﻥ َ ﻚ ﻫُ ُﻢ ْﺍﻟﺨَﺎ ِﺳﺮ َ ﺽ ۚ ﺃُﻭ ٰﻟَ ِﺌ ِ ِْﻓﻲ ْﺍﻷَﺭ /al-laŻīna yanquḍūna `ahda Allahi min ba`di mīŚāqihi wa yaqṭa`ūna mā `amara Allahu bihi `an yūşala wa yufsidūna fī al-`arḍi `ulā'ika humu al-khāsirūna/ “(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi”. (Q.S. Al-Baqarah : 27). Pada ayat di atas konjungsi ﻭ/wa/ “dan” merupakan konjungsi makna tambahan ditemukan dua kali dalam ayat tersebut. Fungsi penggunaan dua konjungsi ﻭ/wa/ “dan” ini adalah untuk menunjukkan perluasan makna pada ayat di atas. Selain huruf ‘āṭaf ism mausul juga termasuk dalam kategori konjungsi. Ism maushul (kata sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata: "yang". ism maushul ini tidak dapat berdiri sendiri. Ada beberapa isim yang dapat menjadi isim mausul, yaitu: ﻣﺎ, ﻣﻦ, serta ﺍﻟﺬﻱ. (http://alhusnakuwait.blogspot.com/2012/12/isim-maushul-kata-sambung.html) Al-Ghulayayni (2005:103) menyatakan ism mausul sebagai berikut :
ﻭ ﺗﺴﻤﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺠﻤﻠﺔ ﺻﻠﺔ. ﻣﺎ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﻴﻦ ﺑﻮﺍﺳﻄﺔ ﺟﻤﻠﺔ ﺗﺬﻛﺮ ﺑﻌﺪﻩ: ﺍﻻﺳﻢ ﺍﻟﻤﻮﺻﻮﻝ .ﺍﻟﻤﻮﺻﻮﻝ /al-ismu al-maușūlu : mā yadullu ‘alā mu’ayyanin biwāsaṭati jumlatin tuŻkaru ba’dahu. Wa tusamma hāŻihi al-jumlatu șilatu al-maușūlu/ “ism mausul adalah ism yang dipergunakan untuk menunjukkan makna yang jelas dengan adanya kalimat berikutnya. Dan kalimat ini disebut shilat mausul”. Menurut Chaer (1994:269), konjungsi merupakan alat untuk menghubunghubungkan bagian-bagian kaimat atau menghubungkan paragraf dengan paragraf. Konjungsi digunakan sebagai salah satu jenis kohesi gramatikal sekaligus alat gramatikalnya. Dengan penggunaan konjungsi ini, hubungan antar kalimat dengan
21 Universitas Sumatera Utara
kalimat maupun paragraf dengan paragraf menjadi lebih jelas bila dibandingkan dengan hubungan yang tanpa konjungsi. Menurut Keraf (Rani, dkk., 2004:107), konjungsi dalam tata bahasa tradisional termasuk salah satu jenis kata yang digunakan untuk menghubungkan kalimat. Namun, dalam kenyataan pemakaian sehari-hari, konjungsi juga digunakan sebagai sarana untuk menghubungkan dua atau lebih ide yang tertuang dalam beberapa kalimat. Penggunaan konjungsi sebagai piranti kohesi dalam bahasa Indonesia menunjukkan pola tertentu. Konjungsi digunakan dengan mempertimbangkan
logika
berpikir.
Penggunaan
konjungsi
yang
tidak
mempertimbangkan logika akan membuat wacana menjadi tidak apik, terutama terlihat dari kepaduannya. Tarigan (1987:101) dalam bukunya Pengajaran Wacana membagi konjungsi sebagai berikut : a). Konjungsi adversatif
: tetapi, namun
b). Konjungsi kausal
: sebab, karena
c). Konjungsi koordinatif
: dan, atau, tetapi
d). Konjungsi korelatif
: entah/entah, baik/maupun
e). Konjungsi subordinatif
: meskipun, kalau, bahwa
f). Konjungsi temporal
: sebelum, sesudah
Menurut Saragih (2002:144), konjungsi berfungsi menghubungkan dua klausa atau lebih. Dalam sistemnya konjugsi dapat dirinci berdasrkan makna, wujud dan fungsinya. Menurut maknanya, konjungsi terdiri atas konjungsi tambahan, perbandingan, waktu dan akibat atau konsekuensi yang masing-masing masih dapat dirinci lebih lanjut, seperti pada tabel berikut.
22 Universitas Sumatera Utara
No.
Makna
1
Tambahan
2
3
4
Perbandingan
Waktu
Konsekuensi
Submakna
Realisasi Konjungsi
Penambahan
Dan, lagi pula, di samping itu,....
Pilihan
Atau, sebagai ganti, jika tidak....lalu,...
Kesamaan
Sama dengan, yakni, seperti,....
Perbedaan
Tetapi, kecuali, berbeda dengan,....
Bersamaan
Ketika, pada saat yang sama, sementara itu
Berurutan
Lalu, akhirnya, sesudah itu,....
Tujuan
Sampai, sehingga, supaya,....
Kondisi
Lalu, jika, kalau tidak,....
Akibat
Jadi, sebagai simpulan, sebab,....
Pengecualian
Namun demikian, bagaimanapun, tetapi,....
Cara
Dengan cara ini, dengan, (dan) lalu,...
Konklusif
Jadi, seperti demikian, sebagai simpulan....
Tabel 4 : Klasifikasi Konjungsi Berdasarkan Makna (Saragih, 2002:145)
23 Universitas Sumatera Utara