BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Hemoglobin Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memilki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru paru ke jaringan-jaringan.(Pearce, 2009) Molekul hemoglobin terdiri dari : Globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Hemoglobin dalam larutan ini kemudian dipisahkan zat lain dengan menggunakan zat kimia bernama nilai sinar yang berhasil diserap oleh hemoglobin.(Anonim, 2001) Adanya hemoglobin dalam darah ini menyebabkan eritrosit berwarna merah, karena hemoglobin penyusun 30% dari total isi eritrosit. (Sodikin, 2005) Suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini. Eritrosit Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxyhemoglobin dan warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung karbondioksida (Depkes RI dalam Widayanti, 2008).
2.1.2 Fungsi Hemoglobin Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).
5
6
Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain : 1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringanjaringan tubuh. 2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringanjaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar. 3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia (Widayanti, 2008). Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah atau tidak dapat diketahui dengan pengukuran kadar Hb. Penurunan kadar Hb dari normal berarti kekurangan darah. Kekurangan darah berarti anemia.Selain kekurangan Hb juga disertai dengan eritrosit
yang
berkurang
serta
nilai
hematokrit
dibawah
normal.(Sodikin, 2005)
2.1.3
Kadar Hemoglobin Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah
merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”. Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin.(Ronardy, 2002., Pearce, 2009)
7
Tabel 2.1 Batas Normal Kadar Hemoglobin Setiap kelompok Umur Keompok Anak
Umur 1. 6 bulan sampai 6 tahun 2. 6-14 tahun 1. Laki-laki Dewasa 2. Wanita 3. Wanita hamil Sumber : Depkes RI, 1999 (Zarianis, 2006)
Hb (g/100 mL) 11 12 13 12 11
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Hemoglobin Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar Hemoglobin adalah : 1. Umur Semakuin tua umur seseorang, maka semakin berkurang kadar HB-nya 2. Jenis kelamin Pada umumnya, pria memiliki kadar hb yang lebih tinggi dibandingkan kadar Hb pada wanita. Hal ini juga bersangkut paut terhadap kandungan hormone pada pria maupun wanita. Kadar Hb wanitalebih rendah karena faktor aktifasinya yang lebih sedikit disbanding aktivitas pada pria, selain wanita mengalami menstruasi. 3. Geografi (tinggi rendahnya daerah) Tempat tinggla didataran tinggi, mahlk hidup disana tubuhnya cenderung lebih aktif dalam memproduksi sel darah merah untuk meningkatkan suhu tubuh dan lebih aktif mengikat kadar O2 yang lebih rendah dari pada didataran rendah. Hb mahluk hidup yang tinggal dipesisiran cenderung mempunyai Hbyang lebih rendah, sebab tubuh memproduksi sel darah merah dalam keadaan normal. 4. Nutrisi Bila makanan yang dikonsumsi banak mengandung Fe atau besi, maka sel darah yang diproduksi akan meningkat sehingga hemoglobin yang terdapat dalam darah meningkat. Dan begitu juga sebaliknya.
8
5. Faktor kesehatan Kesehatan sangat mempengaruhi kadar Hb dalam darah. Jika kesehatan terjaga dengan baik, maka kadar Hb dalam keadaan normal. 6. Faktor Genetik
2.1.5 Sintesis Hemoglobin Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh dan mengambil karbondioksida dari jaringan tersebut dibawa ke paru untuk dibuang ke udara bebas ( Evelyn, 2000 ).
.
Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada molekul heme inilah zat besi melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui darah. Kapasitas hemoglobin untuk mengikat oksigen bergantung pada keberadaan gugus prastitik yang disebut heme. Gugus heme yang menyebabkan darah berwarna
9
merah. Gugus heme terdiri dari komponen anorganik dan pusat atom besi. Komponen organik yang disebut protoporfirin terbentuk dari empat cincin pirol yang dihubungkan oleh jembatan meterna membentuk cincin tetra pirol. Empat gugus mitral dan gugus vinil dan dua sisi rantai propionol terpasang pada cincin ini ( Ganong, 2004 ). Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah yang bikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka keluwesan sel darah merah dalam melewati kapiler jadi kurang maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kekurangan zat besi bisa mengakibatkan anemia. Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa dikatakan anemia, dan apabila nilainya kelebihan akan mengakibatkan polinemis(Pearce, 2009).
2.1.6 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Pada pemeriksaan di laboratorium klinik, kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan
berbagai
metode diantaranya
dengan
metode kalorimetrik
seperti
Cyanmethemoglobin (HICN). Metode cyanmethemoglobin adalah yang paling popular karena metode ini secara praktis mengukur seluruh hemoglobin, selain sulfohemoglobin.Kelebihan dari metode ini adalah standar yang digunakan tetap stabil untuk waktu yang lama. Menurut metode ini, darah dicampur dengan larutan Drabkin untuk memecah hemoglobin menjadi cyanmethemoglobin, daya serapnya kemudian diukur pada panjang gelombang 540 nm dalam kalorimeter fotoelektrik atau spektrofotometer. Penggunaan
HbCN
dalam
menentukan
kadar
hemoglobin
yaitu
dengan
mengencerkan darah sebanyak 250 kali dalam volumenya dengan larutan drabkin. Penentuan nilai hemoglobin tergantung pada kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya pada ratio kuning hijau yang merupakan spectrum sinar tampak. Darah
10
diencerkan dengan menggunakan larutan yang mengandung kalium sianida dan kalium ferisianida yang akan mengubah semua jenis hemoglobin. Dalam pemeriksaan kadar hemoglobin metode cyanmethemoglobin digunakan photometer 5010 dengan menggunakan larutan Drabkin.(Gandrasoebrata R, 2011)
2.1.6
Cara Pengambilan Sampel
2.1.1.1 Pengambilan darah Vena . Pengambilan darah vena adalah cara pengambilan darah dengan menusuk area pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Pengambilan darah vena yaitu suatu pengambilan darah vena yang diambil dari vena dalam fossa cubiti, vena saphena magna / vena supervisial lain yang cukup besar untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan representative dengan menggunakan spuit atau vacutainer. Dengan Syringe Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syringe) merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
Dengan Tabung Vakum
11
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan asing AS BD (BectonDickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan otomatis mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir.Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung.Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet
sehingga dapat
mencegah darah dari pasien mengalir
keluar.Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior. Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu membagibagi sampel darah ke dalam beberapa tabung.Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari. Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle). Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum “kupu-kupu” hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash).
12
2.1.1.2 Pengambilan Darah Kapiler Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah : 1. Ujung jari tangan (fingerstick) 2. Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atau pada ibu jari kaki. 3. Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongestiatausianosis setempat. Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga, Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atau ibu jari kaki, Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat. Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel dengan volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit (mikrohematokrit).
13
2.2 KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Sampel Darah Kapiler
Sampel Darah Vena
Pemeriksaan HB Metode Sianmethhemoglobin
Pencatatan Hasil
Pengolahan Data dengan Metode Uji 2 mean
Dilihat ada tidaknya perbeadaan Pengambilan dari tempat yang berbeda
14
2.3 KERANGKA KONSEP
Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep
Variabel Terikat
Variabel Bebas
Pengambilan Darah Kapiler
Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Pengambilan Darah Vena
2.4 Hipotesis Ho : Tidak Ada perbedaan Kadar Hemoglobin pada Pengambilan Darah Vena dan
Kapiler Ha : Ada perbedaan kadar Hemoglobin pada Pengambilan Darah Vena dan kapiler
15
2.5 Definisi Operasional 1. Hemoglobin : Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru 2. Pengambilan Darah Vena : Pengambilan darah vena yaitu suatu pengambilan
darah vena yang diambil dari vena dalam fossa cubiti, vena saphena magna / vena supervisial lain yang cukup besar untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan representative dengan menggunakan spuit atau vacutainer. 3. Pengambilan Darah kapiler : Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan
istilah skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit 4. Metode Sianmethemoglobin : Metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium
ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan
fotometer
dan
dibandingkan
dengan
standar.
membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif.
Karena
yang