10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kurikulum 2013 1. Pengertian Kurikulum Secara etimologis kata kurikulum diambil dari bahasa Yunani curere, berarti jarak yang harus ditempuh oleh para pelari dari mulai start sampai finish (Sudjana, 2002 : 2). Pengertian inilah yang kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan. Dalam bahasa arab, kurikulum sering disebut dengan istilah al-manhaj, berarti jalan yang terang dilalui manusia dalam bidang kehidupannya. Menurut Muhaimin (2005: 1) maka berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilainilai. Secara istilah kurikulum sering dimaknai Plan For Learning (rencana pendidikan). Sebagai rencana pendidikan kurikulum memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, urutan isi dan proses pendidikan (Syaodih, 2004: 4). Menurut Posner (1992) dalam buku Muhammad Nuh (2013: 32) kurikulum adalah seluruh pengalaman yang direncanakan yang akan di alami oleh siswa dalam seluruh proses pendidikan di sekolah; sehingga tujuan pendidikan tercapai. Pengalaman ini mengandung beberapa hal antara lain: a. Pengalaman itu menyangkut pengalaman kurikuler di kelas, pengalaman kokurikuler, dan pengalaman diluar sekolah (ekstra
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
11 kurikuler). Kurikulum yang disiapkan oleh sekolah atau guru bagi siswanya, menyangkut seluruh pengalaman yang diharapkan akan dialami oleh siswa di kelas. Pengalaman itu menyangkut apa saja yang akan dipelajarai siswa di kelas, apa yang akan dilakukakan di kelas, kegiatan apa saja yang disediakan di kelas dalam seluruh proses belajar. Kebanyakan kurikulum, apapun keterangannya, memuat perencanaan tentang hal ini. Bahkan banyak kurikulum yang hanya membatasi pengalaman dikelas saja. Pengalaman itu juga berisi pengalaman yang akan terjadi diluar kelas sebagai pengalaman kokurikuler. Misalnya, apa yang harus dilakukan di laboratorium, sebagai bantuan pada apa yang dipelajari dikelas. b.
Pengalaman itu berkaitan dengan konteks, filsafah, isi, pengaturan isi, metode, evaluasi. Dalam pengertian ini pengalaman yang direncanakan juga harus memperhatikan konteks siswa yang akan dibantu dalam proses pendidikan. Maka, kurikulum tidak dapat sama denga seluruh Negara karena konteks siswa sangat berbeda dari wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya.
c.
Pengalaman itu hanya akan berjalan apabila beberapa hal berikut disertakan/dilibatkan yaitu: Guru, Fasilitas, infrastruktur,buku dan situasi dan suasana sekolah.
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
12 1) guru Guru memegang peranan penting dalam proses pendidikan. hampir semua program nanti akan ditangani semua oleh guru. Maka, penting menjelaskan guru yang diharapkan, karakternya, dan kompetensinya serta kinerja dan pribadi guru. 2) Fasilitas Menjadi unsur penunjang yang penting dalam kurikulum. Tanpa adanya fasilitas maka rencana siswa untuk mengalami pengalaman yang disiakan tidak akan terjadi. 3) Infrastruktur Rencana akan live in tidak akan jalan bila tidak ada fasilitas yang diperlukan. Bila tidak ditemukan tempat live in tidak ada kendaraan untuk menuju live in, dan tidak ada pendamping dalam live in, maka live in akan tidak berjalan dengan baik. 4) Buku Buku juga merupakan sarana yang sangat penting dalam proses belajar. Tanpa adanya buku maka pendidikan akan sulit berjalan dengan baik. Memang sekarang ada internet tetapi belum merata terjangkau di seluruh Indonesia, sehingga buku tetap masih sangat dibutuhkan. 5) Situasi dan suasana sekolah Suasana sekolah dan situasi sekolah juga perlu diatur sehingga membantu siswa dalam belajar. Suasana sekolah yang tidak kondusif
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
13 pasti kurang membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan hidup mereka. Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu pengalaman, sehingga peserta didik diberikan yang terbaik dan memperhatikan kebutuhan siswa selama di sekolah, karena sekolah adalah tempat untuk menimba ilmu. Secara terminologis, para ahli telah banyak mendefinisikan kurikulum di antaranya: Ramayulis (2005: 9) mendefinisikan kurikulum sebagai satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan. Arti kurikulum sangatlah luas tidak hanya sebagai suatu komponen, Zakiah Daradjat (1996:122) memandang kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Mujib dan Mudzakir (2005: 122) mendefinisikan kurikulum sebagai seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan lembaga pendidikan yang diinginkan. Mulyasa (2006: 46)
Mendifinisikan
kurikulum
sebagai
seperangkat
rencana
dan
penganturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan
beberapa
pengertian
kurikulum
tersebut
bahwa
kurikulum sebagai pedoman untuk mencapai pendidikan, pernyataan tersebut sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
14 nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar untuk mencapai kegiatan tertentu. Muslich (2007: 96) Kurikulum berisikan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sehingga kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan sosial antara guru dan murid, metode pembelajaran, cara mengevaluasi itulah termasuk kurikulum. 2. Asas-Asas Kurikulum Kurikulum mempunyai kedudukan yang sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan. Karena kegiatan pendidikan (juga pembelajaran) akan bermuara pada kurikulum itu. Selian itu kurikulum yang juga akan menentukan proses pelaksanaan pendidikan dan hasil pendidikan yang dinginkan. Mengingat pentingnya peranan dan fungsi kurikulum dalam pendidikan, maka pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan begitu saja. Pengimbangan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat dan kokoh, serta didasarkan dari hasil pemikiran yang kuat dan hasil penelitian yang mendalam.
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
15 Menurut para ahli pendidikan, paling tidak ada empat hal yang menjadi landasan utama dalam pengembangan kurikulum pendidikan. Keempat hal tersebut menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan dalam penyusunan dan mengembangkan kurikulum. Asas-asas yang dimaksud adalah (1) asas filosofis; (2) asas psikologis (3) asas sosiologis atau asas sosial budaya dan (4) asas perkembangan ilmu dan tekhnologi (5) asas religious. a. Asas Filosofis Sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa proses pendidikan pada intinya adalah interaksi antar manusia. Terutama antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan serta proses bagaimana interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang menjadi tujuan pendidikan, siapa guru dan siapa siswa, apa isi pendidikan dan bagaimana proses pendidikan tersebut, itu semua merupakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang mendasar, oleh karena itu inti dari landasan filosofis adalah untuk memikirkan dan merumuskan tujuan dan proses pendidikan (Syaodih, 2004: 46). Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut: (1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan kurikulu 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
16 untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa yang akan datang. (2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Selain mengembangkan kemampuan berfikir rasional dan cemerlang dalam akademik, kurikulum 2013 memposisikan keunggulan badaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interksi sosial di masyarakat sekitarnya dan dalam kehidupan berbangsa masa kini. (3) Pendidikan ditunjukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu. Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan
intelektual
dan
kecermerlangan
akademik. (4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik. Dengan filosofi ini kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berfikir reflektif bagi penyelasaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat yang lebih baik. Dengan demikian kurikulum 2013 menggunakan filosofi
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
17 sebagaimana di atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreatif, berkomunikasi, nilai berbagai dimensi intelegensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik yang diperlukan masyarakat, bangsa dan umat manusia. b. Asas Sosiologis Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita ketahui bahwa pendidikan mempersiapkan generasi muda untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan, tetapi memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Dengan karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus menjadi acuan bagi pendidikan. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan, tetapi memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Beberapa faktor
pengembangan
kurikulum
dalam
masyarakat
(http://idaaka,blogspot.co.id) adalah: a) Faktor pengembangan kurikulum dalam masyarakat Ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan kurikulum dalam masyarakat, antara lain: 1. Kebutuhan masyarakat Kebutuhan masyarakat tak pernah tak terbatas dan beraneka ragam, oleh kerana
itu lembaga pendidikan berusaha
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
18 menyiapkan tenaga-tenaga terdidik yang terampil yang dapat menjadikan sebagai penggali kebutuhan masyarakat. 2. Perubahan dan perkembangan masyarakat Masyarakat
adalah suatu lembaga yang hidup, selalu
berkembang dan berubah, perubahan dan perkembangan nilai yang ada dalam masyarakat sering menimbulkan konflik antar generasi. Dengan diadakannya pendidikan diharapkan konflik yang terjadi antar generasi dapat teratasi. 3. Tri pusat pendidikan Yang dimaksud dengan tri pusat pendidikan adalah bahwa pusat pendidikan dapat bertempat dirumah, sekolah dan di masyarakat, selain di media masa, lembaga pendidikan agama, serta lingkungan fisik juga dapat berperan sebagai pusat pendidikan. b) Ruang lingkup pengembangan kurikulum dalam masyarakat Lingkungan atau dunia sekitar manusia pada dasarnya terdiri dari tiga bagian besar yaitu: 1. Dunia dalam kodrat Dunia dalam kodrat merupakan segala sesuatu di luar kita yang berpengaruh sangat kuat dalam kehidupan kita, misalnya: penampakan alam (gunung, laut dll). Untuk mengubah dan mengatasi
pengaruh
tersebut
maka
kita
harus
dapat
menggunakan IPTEK dengan benar. Dengan demikian dalam
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
19 mengembangkan kurikulum hendaknya kita berusaha untuk memasukkan masalah-masalah yang berupa gejala-gejala dalam alam kodrat. 2. Dunia sekitar benda-benda buatan manusia Dunia sekitar benda-benda buatan manusia merupakan benda
yang
diciptakan
manusia
sebagai
alat
pemuas
kebutuhannya. Untuk itu keterampilan fisik dan psikis harus dikembangkan
dalam
pembelajaran,
sehingga
dapat
menghasilkan segala sesuatu yang menjadi sarana dan prasarana kebutuhan masayarakat. 3. Dunia sekitar manusia Dunia sekitar manusia merupakan dunia yang paling kompleks, sebab selalu berubah dan dinamis. Interaksi antar individu berjalan sangat aktif. Untuk itu diperlukannya norma dalam pergaulan masyarakat agar interaksi dapat berjalan dengan baik. c. Asas Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi Menurut Dakir, 2010: 84 Ilmu pengetahuan dan tekhnologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan, sebab ilmu pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa dipraktikan untuk kepentingan umat manusia hanyalah teori yang mati. Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-sia. Dalam hal ini bahwasanya ilmu pengetahuan dan tekhnologi
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
20 saling berkaitan erat. Dengan jaman yang serba modern perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah membawa beberapa perubahan tidak hanya mewariskan nilai-nilai dan hasil kebudayaan, tetapi juga mempersiapkan generasi muda yang lebih unggul agar mampu hidup dimasa kini dan yang akan datang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang menjadikannya sebagai salah satu landasan dalam pengembangan kurikulum. d. Asas Religius Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Al-Qur’an maupun al-Hadist bahwa manusia memiliki potensi, yakni potensi yang bersifat Jasmaniah dan Rohaniah. Maka pendidikan harus mampu mengembangkan secara integrative dan simultan dalam pengembangan kedua potensi tersebut secara seimbang. Dalam alQur’an dan al-Hadist pula dinyatakan bahwa manusia tidak hanya hidup didunia tetapi juga manusia akan hidup di akhirat. Maka pendidikan Islam harus mampu menghantarkan peserta didik mampu hidup sejahtera di dunia dan di akhirat. Karena yang dibinanya adalah manusia, maka pengembangan kurikulum juga harus disesuaikan dengan fitrah manusia. Menurut Zayadi
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
21 (2006:43) Fitrah manusia meliputi tiga dimensi yaitu; (1) Fitrah jasmani, (2) Fitrah ruhani; dan (3) Fitrah Nafs. 3. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter. Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikap disiplin yang tinggi (guru.or.id/intikurikulum-2013) Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standart-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya stadar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan, satndar pendidik dan tenaga kependidikan standar sarana dan prasarana, standar pengelola, standar komepetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengambangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetauan, berterampilan, dan bertindak. Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru (taught
curriculum)
dalam
bentuk
proses
yang
dikembangkan
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
22 pembalajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-currikulum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik dan kemampuan peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut (salinan lampiran peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 69 tahun 2013) : 1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. siswa harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama 2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-siswa) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-siswa-masyarakat, sumber/media lainnya) 3) Pola pembelajaran terisolasi menajdi pembelajaran secara jejaring (siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet) 4) Pola
pembelajaran
pasif
menjadi
pembalajaran
aktif-mencari
(pembalajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembalajaran pendekatan sains) 5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim) 6) Pola pembalajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis multimedia.
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
23 7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (user) dengan memperkuat pengemabangan potensi khusus yang dimiliki setiap siswa. 8) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
pola
pembalajaran kurikulum 2013 lebih menekankan pada keaktifan siswa agar potensi dirinya dapat berkembangkan dengan baik. Guru sebagai fasilitator dalam proses pembalajaran menuntut siswa untuk mencapai tujuan belajar. 4. Karakteristik Kurikulum 2013 Setiap kurikulum tentunya memiliki kerakteristik yang hendak ditampilkan, agar dapat membedakannya dengan kurikulum yang ada sebelumnya. Karakteristik ini juga akan menggambarkan sebagai hal yang hendak diwujudkan melalui pelaksanaan kurikulum ini termasuk strategi yang digunakan untuk mewujudkannya. Kurikulum 2013 dirancang dengan karekteristik sebagai berikut: 1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotortik. 2. Sekolah
merupakan
bagian
dari
masyarakat
yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelari di sekolah ke masyarakat dan manfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
24 3. Mengembangkan
sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan
serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. 4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. 6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (Organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan
untuk
mencapai
kompetensi
yang
dinyatakan dalam kompetensi inti. 7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip komulatif, saling memperkuat (Reinforced) dan memperkaya (Enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (Organisasi horizontal dan vertical) (Kemendikbud, 2013: 9). Dalam kurikulum 2013 terdapat karakteristik-karakteristik yang bertujuan untuk meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik dalam proses belajar yang didapatkan dari guru maupun masyarakat. Karakteristik ini diharapkan peserta didik mampu memahami pengetahuan, keterampilan, serta dapat menunjukan sikap yang baik. 5. Peran kurikulum 2013 Pada dasarnya, kurikulum merupakan refleksi dari kebudayaan dimana kurikulum itu berada. Dengan memperhatikan struktur suatu kebudayaan, lebih memperjelas lagi untuk membedakan suatu kurikulum
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
25 yang satu dengan yang lainhya yaitu kurikulum yang menggambarkan halhal yang bersifat pendidikan umum dan yang bersifat khusus Sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran konservatif, peran kreatif serta peran kritis dan evaluasi. Menurut Poerwati dan Amri (2013: 248) Peran kurikulum yaitu: a. Peran konservatif Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan beragai nilai budaya sebagai warisan masa lalu. Jika dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing menggrogoti budaya lokal, maka peran konservatif, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik. b. Peran Kreatif Dalam peran kreatif, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat yang senantiasa bergerak maju secara dinamis. c. Peran Kritis dan Evaluatif Kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan nilai atau budaya baru yang mana yang harus dimiliki anak didik. Dalam rangka ini peran peran kritis dan evaluative
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
26 kurikulum diperlukan. Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik. Muzamiroh (kupas tuntas kurikulum, 2013: 133-135), menteri pendidikan dan budaya menjelaskan bahwa kurikulum 2013 lebih bersifat tematik integrative yang berarti bahwa ada mata pelajaran yang terkait satu sama lain, yakni dengan kata lain mata pelajaran bukan dihilngkan melainkan digabungkan. Pada kurikulum ini, guru tak lagi dibebani dengan kewajiban membuat silabus pengajaran untuk siswa setiap tahun seperti yang terjadi pada KTSP. Tujuan kurikulum 2013, sebagaimana yang tercakup dalam kompetensi inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), bahkan silabus dan buku, telah dideskripsikan secara terpusat. Henny Supolo Sitepu (Muhammad Nuh, 2013 : 192) kurikulum 2013 ini memusatkan pada pengembangan karakter siswa. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kurikulum 2013 menyebutkan 3 kelompok sikap yang diharapkan dimiliki lulusan, yaitu sifat individu, sikap sosial, dan sikap alam. Terminologi “akhlak mulia” yang tercantum di pasal 3 UU No. 20/2003 tujuan system pendidikan nasional dijabarkan dalam SKL sebagai sikap individu yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli dan santun. Kemudian sikap sosial yaitu memiliki toleransi, gotong royong, kerjasama dan musyawarah. Sedangkan sikap alam mencakup pola hidup sehat, ramah,
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
27 lingkungan, patriotic dan pecinta perdamaian. Standar kompetensi lulusan dalam kurikulum 2013 yang memusatkan
pada
pengembangan
karakter,
sebagai
peranan
kurikulum diperkuat lagi dengan pendapat Menurut Kartono (Muhammad Nuh, 2013 : 231) kurikulum 2013 memiliki sasaran dalam setiap jenjang. Untuk tingkat SD, diprioritaskan untuk membentuk sikap. Sementara tingkat SMP difokuskan untuk masalah keterampilan
dan
untuk
tingkat
SMA
dimulai
membangun
pengetahuan. 6. Fungsi dan Cara Pengembangan kurikulum 2013 Menurut Poerwati dan Amri, (2003: 35) Fungsi kurikulum ialah sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu kurikulum berfungsi sebagai: a. Preventif yaitu agar guru terhindar dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan kurikulum. b. Korektif yaitu sebagai rambu-rambu yang menjadi pedoman dalam membetulkan pelaksanaan pendidikan yang menyimpang dari yang telah digariskan dalam kurikulum. c. Konstruktif yaitu memberikan arah yang benar bagi pelaksanaan dan mengembangkan pelaksanaan asalkan arah pengembangannya mengacu pada kurikulum yang berlaku. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses kegiatan
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
28 belajar mengajar. Sementara bagi kepala sekolah dan pengawas kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan supervisi atau pengawas. Bagi orang tua kurikulum berfungsi sebagai pedoman guna membimbing anaknya belajar dirumah. Bagi masyarakat kurikulum berfungsi
sebagai
pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi peserta didik berfungsi sebagai pedoman belajar
menurut (Mida Latifatu,
2013) yaitu: a. Fungsi Kurikulum bagi siswa Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum menurut Alexander Inglis (http://Ulfahkhusnaini23.Blogspot.co.id//2014) yaitu: 1) Fungsi penyesuaian (The adjustive or adaptive Function) Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan setiap peserta didik agar memiliki sifat well adjusted yaitu kemampuan
untuk
menyesuaikan
dirinya
dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sediri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, peserta didik harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Tanpa bekal yang cukup, susah bagi peserta didik untuk melakukan penyesuaian
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
29 diri padahal jika ingin konsisten maka di
butuhkan
penyesuaian diri dengan lingkungannya. 2) Fungsi integrasi (the integrating fungcion) Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Setiap peserta didik pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, peserta didik pun harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakat. Sehingga dengan demikian peserta didik tidak asing di tempat dimana ia tinggal. 3) Fungsi diferensiasi (The Differentiating Fungction) Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu peserta didik. Setiap peserta didik memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupum psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik. Karena itu seorang guru dibutuhkan kesabaran dan wawncara yang luas guna menampung setiap peserta didiknya. Tanpa bekal yang baik sulit bagi seorang guru untuk memahami setiap karakter atau sifat yang melekat pada peserta didiknya. 4) Fungsi persiapan (the rpopaedeutic Function) Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
30 alat pendidikan harus mampu mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena suatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Sebab banyak pula di anatar masyarakat Indonesia yang hidupnya masih menengah kebawah sehingga dengan demikian sangat suliy bagi mereka untuk bisa membiayai putra putrinya guna mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan keterbatasan
ekonomi.
Karena
dengan
kurikulum
yang
direncanakan dengan baik aka akan mengasilkan pribadi yang baik yang siap menghadapi kehidupan yang sebenarnya di masyarakat. 5) Fungsi Pemilihan (The Selection Funcion) Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Sebab setiap peserta didik memiliki minat dan bakatnya masing-masing, sehingga dengan demikian peserta didik dapat mengasah potensi yang ia miliki dan bisa mengembangkan bakat yang menonjol bagi mereka. Fungsi pemilihan ini juga sangat erat hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
31 peserta didik berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel. 6) Fungsi diagnostic (the Diagnostic Funcion) Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan peserta didiknya dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya. b. Fungsi kurikulum bagi guru Bagi
guru
kurikulum
berfungsi
sebagai
pedoman
untuk
mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan (Soetou dan Soemanto, 1993: 18) Sedangkan menurut Firdaus dan rosmid (1997: 10) fungsi kurikulum bagi guru yaitu sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pelajaran 1) Sebagai
pedoman
kerja
dalam
menyusun
atau
mengorganisasikan pengalaman belajar siswa.
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
32 2) Sebagai
pedoman
untuk
mengadakan
evaluasi
terhadap
perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang dibutuhkan. c. Fungsi kurikulum bagi kepada sekolah Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai tanggungjawab kurikulum, yang dimaksud supervisi adalah “Semua usaha yang dilakukan supervisor dalam bentuk pemberian,
bimbingan,
pengarahan
motivasi,
nasihat,
dan
pengarahan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yang pada gilirannya meningkatkan hasil hasil belajar siswa”. Sehingga fungsi kurikulum bagi seorang kepala sekolah menurut pendapat Hamalik (1991) tentang fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dalam bukunya (Dakir, 2010: 17) yaitu: 1) Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yakni memperbaiki situasi belajar 2) Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih baik. 3) Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan kepada guru atau pendidik agar dapat memperbaiki situasi mengajar.
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
33 B. Kurikulum Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian PAI Pendidikan islam adalah pendidikan yang berdasarkan pada nilainilai ajaran islam yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadist. Maka kurikulum pendidikan islam harus bersumber pada pada al-Qur’an dan alHadist sebagai sumber rujukan utamanya. Al-Jamali menyebutkan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab terbesar yang menjadi sumber rujukan pendidikan dan pengajaran bagi umat islam. Maka sudah seharusnya kurikulum pendidikan disusun berdasarkan pada al-Qur’an dengan alHadist sebagai pelengkapnya. Dikatakan lebih lanjut bahwa al-Qur’an dan al-Hadist ditemukan kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai pedoman pada penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan islam. Kerangka dasar itu menurut Ramayulis (2005:137) adalah (1) tauhid (2) membaca. Inti dari kurikulum pendidikan islam tersebut berarti bahwa pendidikan islam adalah tauhid (mengesakan Allah SWT), yang harus dimantapkan sebagai unsur pokok yang tidak dapat berubah. Sedang menurut Syahidin (2009: 3) ”Pendidikan Agama Islam adalah suatu mata pelajaran dengan tujuan untuk menghasilkan para siswa-siswinya yang memiliki jiwa agama dan taat menjalankan perintah agamanya, bukan menghasilkan siswa-siswi yang berpengetahuan secara mendalam”. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
34 ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. (Daradjat, 1996: 86). Mata pelajaran Agama kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Karena itu, muatan kurikulum khususnya Pendidikan Agama Islam harus ikut mendukung peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia. (Muslikh, 2007 : 99) Bisa dipahami dengan jelas bahwasanya kurikulum pendidikan agama islam harus berpegang teguh kepada al-Qur’an dan al-Hadist. Karena keduanya adalah kitab besar yang barang siapa mempelajari dan mengamalkan maka Insya Allah akan selamat dunia dan akhirat. dan dapat diartikan lagi bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang menggunakan ajaran-ajaran agama Islam sebagai pedomannya untuk membentuk peserta didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual, namun juga cerdas spiritual. Mahmud (20011: 146) menyebutkan bahwa isi kurikulum pendidikan islam hendaknya memberikan gambaran kualifikasi sebagai berikut: a.
Materi yang disusun tidak menyalahi fitrah manusia.
b.
Adanya relevansi dengan tujuan pendidikan islam, yaitu sebagai upaya ibadah kepada Allah SWT.
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
35 c.
Kurikulum
hendaknya
dikembangkan
sesuai
dengan
tingkat
perkembangan peserta didik. d.
Perlunya membawa peserta didik pada obyek empiris sehingga mereka mempunyai berbagai keterampilan (skill) yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat, dan dapat mencari penghidupan yang layak.
e.
Kurikulum disusun secara terintegral, terorganisasi, dan terlepas dari segala kontradiksi antara satu materi dan materi lainnya.
f.
Materi yang disusun memiliki kesesuaian dengan masalah-masalah yang kekinian, yang sedang dibicarakan dan sesuai dengan tujuan negara setempat.
g.
Adanya metode yang mampu mengantarkan tercapainya materi pelajaran dengan memperhatikan perbedaan masing-masing individu.
h.
Materi yang diajarkan tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga bersifat praktis. Hal ini agar tidak terjadi verbalisme.
i.
Materi
yang
disusun
mempunyai
relevansi
dengan
tingkat
perkembangan peserta didik dan aspek-aspek sosial dan mempunyai pengaruh posit serta pragmatis. j.
Memerhatikan kepuasan pembawa fitrah.
k.
Memperhatikan pendidikan kejujuran untuk mencari penghidupan dan adanya ilmu alat untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Berdasarkan penjabaran tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa isi
kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan jaman, yang sekarang
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
36 semakin canggih dengan teknologi, maka kurikulum disesaikan dengan itu semua, agar kurikulum pendidikan islam dapat diterima dengan mudah oleh semua tingkatan peserta didik, dan tidak memberatkan mereka karena sudah sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. 2. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Islam Pendidikan Islam yang berfalsafah al-Qur’an sebagai sumber utamanya, menjadikan al-Qur’an sebagai sumber utama penyusunan kurikulumnya. Muhammad Fadhil al-Jamili mengemukakan bahwa al-Qur’an alKarim adalah kitab terbesar yang menjadi sumber filsafat pendidikan dan pengajaran bagi umat Islam. Sudah seharusnya kurikulum pendidikan Islam disusun sesuai dengan al-Qur’an dan ditambah dengan al-Hadits yang melengkapinya. Di dalam al-Qur’an dan Hadits ditemukan kerangka dasar dan dapat dijadikan sebagai pedoman dan penyusunan kurikulum pendidikan Islam. Kerangka dasar tersebut adalah sebagai berikut : a. Sesuai dengan al-Qur’an bahwa yang menjadi kurikulum ini (intra curiculer) pendidikan Islam adalah “Tauhid” dan harus dimantapkan sebagai unsur pokok yang tidak dapat dirubah. Pemantapan kalimat tauhid
sudah
dimulai
semenjak
bayi
dilahirkan
dengan
memperdengarkan adzan dan iqomah terhadap bayi yang dilahirkan. b. Kurikulum
inti
(Intra
Curiculer)
selanjutnya
adalah perintah
‘Membaca’ ayat-ayat Allah yang meliputi 3 macam ayat yaitu : (1)
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
37 ayat Allah yang berdasarkan wahyu. (2) ayat Allah yang ada pada diri manusia, dan (3) ayat Allah yang terdapat di dalam alam semesta di luar diri manusia. Firman Allah SWT:
ِ ِاقْ رْأْْبِاس ِمْرب ِ ِ ْكْاْألَ ْكَرُم َ ُّ}ْاقْ َرأْ َْوَرب2{ْْعلَ ٍق َ َ ْ َ َ نسا َنْم ْن َ كْالَّذ َ }ْ َخلَ َقْاإل1{ْيْخ َْل ِ ِ ََّ }ْالَّ ِذ3{ ِ َّ ْ}5{ْما ََلْْيَ ْعلَ ْْم َ نسا َن َ }ْ َعل َمْاْإل4{ْيْعل َمْابالْ َقلَم Artinya : “Bacalah! Dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah yang maha Pemurah yang mengajarkan (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. al-Alaq : 1-5). Ditinjau dari segi kurikulum sebenarnya firman Allah SWT itu merupakan bahan pokok pendidikan yang mencakup seluruh Ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia. Membaca selain melibatkan proses mental yang tinggi, pengenalan (cognition), ingatan (memory), pengamatan (perception), pengucapan (verbalization), pemikiran
(reasoning),
daya
cipta
(creativity), juga
sekaligus
merupakan bahan pendidikan itu sendiri. Dengan demikian kerangka dasar kurikulum yang terdapat dalam ayat 1-5 surah al-Alaq ini menyangkut; pertama, pada ayat pertama
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
38 kemudian dikembangkan dalam bentuk ilmu-ilmu yang berhubungan dengan wahyu Allah yang termuat dalam al-Qur’an. Kedua, pada ayat ketiga dikembangkan menjadi hal-hal yang berhubungan dengan diri manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, dan ketiga, berhubungan dengan alam sekitarnya, berkaitan dengan amal. Ketiga ayat Allah di atas termasuk adalah Tauhid yakni mengesakan Allah SWT. Sebagai dzat yang maha pencipta. Inilah yang inti dari kurikulum pendidikan islam. Sebab menurut islam semua pengatahuan dating dari Allah. Tetapi cara penyampaiannya ada yang langsung da nada yang melalui perantara pemikiran manusia dan pengalaman indra yang berbeda satu dengan yang lainnya. 3. Ruang lingkup kurikulum PAI Untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi yang disebutkan dalam tujuan kurikulum PAI, maka isi materi kurikulum PAI didasarkan dan dikembangkan dari ketentuan-ketentuan yang ada dalam dua sumber pokok, yaitu : al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Disamping itu, materi PAI juga diperkaya dengan hasil istimbat atau ijtihad para ulama, sehingga ajaran-ajaran pokok yang bersifat umum lebih rinci dan mendetail. Kurikulum
PAI
mencakup
usaha
untuk
mewujudkan
keharmonisan, keserasian, kesesuaian, dan keseimbangan antara: a. Hubungan manusia dan sang pencipta (Allah Swt) Sejauh
mana
kita
sebagai
hamba
Allah
Swt.
Telah
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
39 melaksanakan segala kewajiban yang diperintahkannya, dan setaa kita telah mematuhi segala dalam islam dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali ayat al-Qur’an maupun hadist nabi yang menegaskan kewajiban seorang hamba dengan sang khalik. b. Hubungan manusia dengan manusia Kita sebagai seorang muslim yang menjadikan orang lain merasa tentram dan kita sebagai makhluk sosail yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, oleh karena itu jangan sampai kita merugikan orang lain apalagi mendholimi dan mengambil hak yang bukan milik kita. c. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini, tentu mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing untuk melestarikan dan mengelola alam ini. Sehingga jangan sampai alam dan makhluk lain terperdaya dan terusik keran keberadaan kita yang akibatnya akan kembali kepada manusia itu sendiri, seperti misalnya bencana banjir dan tanah longsor, itu adalah sebagian akibat apabila manusia tidak bisa menjaga alam ini dengan baik. d. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri (berakhlak dengan diri sendiri) Penghargaan orang lain terhadap diri kita, sangat tergantung
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
40 kepada sejauh mana kita mengahargai atau dengan kata lain berakhlak kepada diri kita sendiri. Sehingga dengan kita menjaga akhlak dengan baik. Maka orang lain akan senang bergaul dengan kita. Keempat hubungan tersebut di atas, tercakup dalam kurikulum PAI yang tersusun dalam beberapa mata pelajaran: 1) Mata pelajaran akidah akhlak 2) Mata pelajaran ibadah syariah (Fiqh) 3) Mata pelajaran al-Qur’an hadist 4) Mata pelajaran sejarah dan kebudayaan islam (SKI) dan 5) Mata pelajaran bahasa arab. Mata pelajaran tersebut yang merupakan ruang lingkup kurikulum PAI yang disajikan pada sekolah-sekolah yang berciri khas agama islam atau madrasah, sementara ruang lingkup kurikulum PAI pada sekolah-sekolah umum adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang bentuk kurikulumnya broad field atau in one system. 4. Fungsi-fungsi kurikulum PAI Kurikulum PAI berbeda dengan kurikulum yang lain, yang memiliki fungsi atau peranan yang memiliki kurikulum PAI, bahkan kemungkinan ada kurikulum yang tidak memiliki fungsi seperti kurikulum PAI. Karena itu, sudah sepatutnya guru-guru agama sangat memperhatikan dan mengaplikasikan fungsi-fungsi kurikulum PAI ini kedalam pembelajaran PAI. Fungsi-fungsi tersebut sebagai berikut :
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
41 a. Fungsi pengembangan Kurikulum PAI berupaya mengembangkan dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. b.
Fungsi penyaluran Kurikulum PAI berfungsi untuk menyalurkan peserta didik yang mempunyai bakat-bakat khusus bidang keagamaan, agar bakatbakat tersebut berkembang secara wajar dan optimal, bahkan diharapkan bakat-bakat tersebut dapat dikembangkan lebih jauh sehingga menjadi hobby yang akan mendatangkan manfaat kepada dirinya dan banyak orang.
c. Fungsi perbaikan Yaitu berfungsi untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan peserta didik terhadap keyakinan, pemahaman, dan pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari, terutama dari segi keyakinan (akidah) dan ibadah. d. Fungsi pencegahan Kurikulum PAI berfungsi untuk menangkal hal-hal negative baik yang berasal dari lingkungan tempat tinggalnya, maupun dari budaya luar yang dapat membahayakan dirinya sehingga menghambat perkembangannya menjadi manusia Indonesia seutuhnya. e. Fungsi penyesuaian Yaitu kurikulum PAI berupaya menyesuaikan diri dengan
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
42 lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial dan pelan-pelan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam. f. Sumber nilai Kurikulum PAI merupakan sumber dan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan didunia dan di akhirat kelak. Sehingga sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pedidikan. C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan anak didik. Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran tersebut. Ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau startegi yang optimal untuk mencapai pembelajaran yang di inginkan dalam kondisi tertentu. Gagne mengemukakan dalam bukunya (Suryabrata, 2006: 231) bahwa pembelajaran terdiri dari tiga komponen yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal (pribadi) dan kognitif siswa, dan hasil belajar. Dengan demikian ciri-ciri yang menunjukan bahwa seseorang melakukan pembelajara dapat ditanda dengan adanya (Sabri, 1996: 56) a. Perubahan tingkah laku yang aktual dan potensial. Aktual
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
43 berarti perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar yang tidak dapat dilihat perubahannya secara nyata. Perubahan hanya dapat dirasakan oleh yang belajar saj, seperti keyakinan, kemampuan analisis dan sebagainya. b. Kemampuan dan perbaikan serta peningkatan belajar sifatnya relatif menetap dan tidak lenyap c. Adanya usaha atau aktivitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar dengan pengalaman (memperhatikan, mengamati, memikirkan dan sebagainya) atau dengan latihan (melatih dan menirukan) Pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa atau pendidik untuk membantu, membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak kearah kedewasaan (Sabri, 1996: 10). (Soebahar, 2002: 1) Pendidikan dalam istilah arab disebut juga dengan ta’lim kata ta’lim menurut Abdul Fatah Jalal merupakan proses yang terus menerus diusahakan manusia sejak lahir, sehingga mencapai suatu kognitis dan pada segi lain tidak mengabaikan aspek afeksi dan psikomotorik Abdul Fath juga mendasarkan pandangan tersebut pada argumentasi bahwa Rasullah diutus sebagai pendidik. Hal ini tersirat dalam Surat AlBaqarah ayat 151 yaitu:
َك َما أ َْر َسلْنَا فِي ُك ْم َر ُسوال ِم ْن ُك ْم يَتْ لُو َعلَْي ُك ْم آيَاتِنَا َويُ َزِّكِي ُك ْم َويُ َعلِِّ ُم ُك ُم ِ اب َوا ْْلِ ْك َمةَ َويُ َعلِِّ ُم ُك ْم َما ََلْ تَ ُكونُوا تَ ْعلَ ُمو َن َ َالْكت
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
44 “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui ” (Al-Baqarah ayat: 151)
Secara sederhana, agama bisa diartikan sebagai ajaran-ajaran yang mengandung tuntutan dan Islam adalah ketentuan-ketentuan Allah barupa takdir dan Sunnah-Nya untuk makhluk yang berakal agar terpelihara dan senantiasa menjalani perintah Allah SWT. Dirjen Pembinaan kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama Republik Indonesia, merumuskan pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, mengahayati dan mengamalkan agama islam (Uhbhiyati, 2005: 10). Penulis menyimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami agama islam seluruhnya serta menghayati tujuan yang pada akhirnya
dapat
mengamalkan dan menjadikan islam
sebagai
pandangan hidup. 2. Tujuan pendidikan agama islam Menurut Muhammad Yunus tujuan pendidikan agama ialah mendidik anak-anak pemuda-pemudi dan orang dewasa, supaya
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
45 menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup diatas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah air nya bahkan sesama umat manusia. Tujuan Pendidikan Agama Islam yang membina manusia beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka tercapainya kebahagiaan dan kejayaan dunia dan akhirat yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif. Ibnu Khaldun dalam bukunya (Mujib dan Muhaimin, 1993 : 161)
merumuskan tujuan pendidikan agama islam sesuai dengan
firman Allah surat Al-Qashash ayat: 77:
ِ ِ ِ َاآلخرَة وال تَ ْنس ن ُّ ك ِم َن الدنْيَا اك ه َ َيما آت َ َصيب َ َ اَّللُ ال هد َار َ َوابْتَ ِغ ف َ ِ وأ ِ األر ض إِ هن ه س َن ه َ اَّللُ إِلَْي َس ْ َحس ْن َك َما أ ْ َ َاَّلل ْ اد ِِف َ ك َوال تَ ْب ِغ الْ َف َ َح ِِ ين ُّ ال ُُِي َ ب ال ُْم ْفسد
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
46 Dari ayat diatas Ibnu Khaldun merumuskan bahwa tujuan pendidikan agama islam terbagi atas dua macam, yaitu; a. Tujuan yang beriorientasi Ukhrawi, yaitu mendorong seorang hamba agar melakukan kewajiban kepada Allah. b. Tujuan yang berorientasi duniawi, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kehidupan yang lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain. 3. Faktor yang mempengaruhi pembelajaran PAI (Muhibbin Syah, 2008: 133) Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siwa dapat dikelompokan menjadi: a. Faktor internal siswa Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa sendiri yang meliputi dua aspek, yaitu: 1) Aspek Fisiologis (Jasmaniah) Kondisi umum jasmani dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah dapat menurunkan kulitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipe lajari kurang atau tidak berbekas. 2) Aspek Psikologis (Muhibbin Syah, 2008 : 136) Aspek psikologis dapat mempengaruhi
kuantitas
dan
kualitas
perolehannya
pembelajaran siswa. Aspek ini dibagi pula atas: a) Intelegensi siswa
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
47 Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan cara yang tepat. Intelegensi bukan persoalan kualitas otak saja, melainan juga kualitas organ tubuh lainnya. b) Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negative. sikap siswa yang positif berupa antusias dan semangat merupakan pertanda awal yang
baik
dalam
proses
belajar
siswa.
Untuk
mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negative siswa, guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukan sikap positif terhadap diri sendiri dan mata pelajaran yang diajarkannya. c) Bakat siswa Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing, bakat juga dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
48 melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Bakat dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang studi terntu. Dalam hal ini, orang tua tidak
boleh
memaksakan
kehendaknya
untuk
menyekolahkan anak pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengatahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya tersebut. d) Minat siswa Minat berarti kecenderunga dan kegiatan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu, minat juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam bidangbidang studi tertentu. Guru dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara membangun sikap positif pada siswa. e) Motivasi siswa Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar siswa akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah.
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
49 b. Faktor eksternal siswa Menurut (Muhibbin Syah, 2008: 137) mengemukakan Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor non-sosial: 1) Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, dan temanteman di sekolahnya dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Tiap siswa berada dalam lingkungan sosial di sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui sesama. Jika seorang siswa diterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia tertolak, maka ia akan merasa tertekan. 2) Lingkungan Non-Sosial Faktor-fakto yang termasuk lingkungan non sekolah adalah Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pembelajaran yang lain. 3) Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan guru dan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi. Keberhasilan kurikulum 2013 dalam aspek psikologis terdapat faktor eksternal siswa yang dibagi lagi menjadi dua yaitu sosial
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
50 dan non sosial, kedua aspek tersebut merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan kurikulum 2013, sehingga perlu perhatian khusus agar siswa dapat meraih prestasi belajar yang memuaskan. 4. Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 Metode dalam pembelajaran kurikulum 2013 menggunakan sistem scientific approach atau dengan istilah lain pendekatan ilmiah. Materi pelajaran dalam pendekatan ilmiah berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika. Hal ini mendorong siswa
berpikir
mengidentifikasi,
secara
ktitis,
memahami,
analitis
dan
memecahkan
tepat masalah
dalam dan
mengaplikasikan materi pelajaran. Dalam pembelajaran kurikulum 2013 menggunakan sistem scientific
yaitu
mengamati
,
menanya,
menalar
dan
mempresentasikan. a. Mengamati Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa b. Menanya Guru yang efektif mampu menginsiprasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengambangkan ranah sikap, keterampilan,
dan
pengetahuannya,
pada
saat
guru
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
51 bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didik untuk belajar dengan baik dan ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, didorongnya untuk menjadi penyimak yang baik. c. Menalar Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang diobservasikan untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. d. Mempresentasikan Jika siswa sudah melalui semua tahap dalam pembelajaran kuriukulum 2013, maka siswa akan mampresentasikan hasil diskusi bersama kelompoknya di depan guru dan temantemannya. D. Penelitian Terdahulu 1. Skripsi Oktavia Ardiyani (1106010007,UMP) Judul skripsi Efektifitas Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap Proses Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Negeri 2 Bawang Kabupaten Banjarnegara. Jenis penilitian ini adalah deskriptif kulitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B serta guru Pendidikan Agama Islam. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi. Metode analisis data kulitatif dalam mengumpulkan datanya melalui empat langkah yaitu reduksi data,
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
52 display data, mengembalikan kesimpulan dan verifikasi, serta analisis lapangan,
setelah
data
terkumpul
penulis
menganalisis
dengan
menggunakan cara berpikir deduktif dan induktif. Hasil penelitian di SMP Negeri 2 Bawang kabupaten Banjarnegara terhadap keefektifitas penerapan kurikulum 2013 terhadap proses pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII saat ini sudah dapat dilakukan dengan baik karena dapat dilihat dari aspek efektifitas yang mencakup aspek rencana atau program seperti RPP yang digunakan oleh guru untuk menjadi pedoman mengajar dapat dilaksanakan dengan baik dimulai dari pertemuan awal hingga evaluasi yang telah terprogram didalam RPP, aspek ketentuan dan aturan yang dapat dibuat oleh guru dalam proses belajar sudah diterapkan oleh siswa seperti dalam proses diskusi presentasi dan ketentuan serta aturan ini dapat dilaksanakan dengan baik oleh siswa, aspek tujuan dalam proses belajar sudah dapat dikatakan baik karena nilai prestasi siswa yang sudah memenuhi KKM, aspek tugas atau fungsi guru telah melaksanakannya dengan baik antara lain guru telah memberikan materi baik teori, lisan maupun tertulis dan memberikan nilai sesuai dengan kemampuan siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah terdapat variable yang terikat
yaitu
efektivitas
penerapan
kurikulum
2013,
sedangkan
perbedaannya yaitu dihasil penelitian, peneliti terdahulu menghasilkan keefektifan kurikulum 2013 di sekolah tersebut, sedang peneliti ini meneliti problematika penerapan kurikulum 2013.
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
53 2. Skripsi Umar Abdulloh (1001060063: UMP) Judul Skripsi Deskripsi Implementasi Kurikulum 2013 di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Pada Mata Pelajaran Matematika. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Deskripsi Implementasi standar isi kurikulum 2013 ditinjau dari KI & KD, da n isi materi, (2) Deskrisi Implementasi standar proses pembelajaran pada mata pelajaran. Jenis Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia berdasarkan pada penciptaan gambar holistic yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmia. Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XI MIA 2 SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga. Tekhnik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa standar isi pada matematika (Peminatan dan wajib) ditinjau dari KI dan KD maupun isi materi telah sesuai dengan silabus, kecuali pada KD matematika wajib yang masih terdapat kekeliruan. Sedangkan standar proses pada matematika (peminat wajib) ditinjau dari RPP sudah baik, walaupun masih terdapat kekurangan. Pada RPP masih terdapat kekurangan, ditinjau dari proses pembelajarannya telah sesuai dengan mode dan metode scientifick kurikulum 2013 namun masih terdapat kekurangan, ditinjau dari evaluasi penerapan panilaian pengetahuan telah berjalan dengan baik namun unttuk
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
54 penilaian sikap dan keterampilan masih terdapat kekurangan. Persamaan dengan penelitian ini adalah terdapat variable terikat yaitu implementasi kurikulum 2013, sedangkan perbedaannya yaitu pada hasil penelitian, peneliti terdahulu menghasilkan standar isi pada pelajaran matematika, sedang peneliti ini menghasilkan problematika penerapan kurikulum 2013.
Problematika Penerapan Kurikulum …, Sinta Maryatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2016