BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Sibling Rivalry
Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal ini adalah saudara yang dilahirkan oleh ibunya yang dianggap mengancam posisi anak sebelumnya, ditujukan dengan perasaan iri hati) (Ranuh, 2005). Kecemburuan atau ketidaksukaan anak yang alamiah terhadap anak baru dalam keluarga dinamakan persaingan sibling atau biasa disebut sebagai Sibling Rivalry (Wong,2008). Persaingan dengan saudara kandung adalah perasaan cemburu atau benci yang pada umumnya terjadi pada anak karena adanya saudara kandung(Nursalam,2005). Menurut Keyla (2008), persaingan saudara kandung adalah kecemburuan, kompetisi, dan berkelahi antar saudara. Persaingan ini dimulai segera setelah kelahiran anak kedua. Persaingan saudara kandung biasanya terjadi sepanjang masa anak-anak dan hal ini dapat membuat frustasi dan stress dari orangtua. Sibling rivalry adalah konflik atau perselisihan yang terjadi pada anak atau perselisihan antara kakak adik (Kozier,2010). Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu atau kedua orangtuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau sesuatu yang lebih 1
2
(Lusa,2010). Sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orangtua dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua (Setiawati, 2008). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sibling rivalry dapat diartikan sebagai kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara-saudara
laki-laki dan saudara-saudara perempuan dalam
mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya. 2.
Tipe Sibling Rivalry
Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa tipe sibling relationship yang umum terjadi pada anak usia kanak-kanak pertengahan (Bee & Boyd, 2004). Tipe sibling relationship tersebut adalah: a.
Caregiver relationship Salah satu saudara menyediakan hubungan orangtua kepada yang lain. Jenis ini umum terjadi pada pasangan kakak perempuan dengan adik laki-laki.
b.
Buddy relationship Masing-masing pihak berusaha menjadi sama satu dengan yang lain dan mereka menikmati hubungan persaudaraan ini.
3
c.
Critical or conflictual Terjadi bila salah satu saudara mendominasi yang lain dalam hal pertengkaraan atau yang lainnya.
d.
Rival relationship Tipe ini memiliki elemen yang sama dengan critical relationship dengan tingkat yang rendah dalam dukungan dan pertemanan.
e.
Casual or uninvolved relationship Terjadi jika pasangan kakak adik tidak begitu terlibat satu sama lainnya. Rivalrous atau critical relationship terjadi pada pasangan kakak adik
dengan rentang usia yang dekat (kurang dari 4 tahun) dan dalam keluarga dimana orangtua tidak puas dengan pernikahan mereka (Buhrmester & Furman, 1990; McGuire, McHale & Updegraft, 1996 dalam Bee & Boyd, 2004). Buddy relationship muncul pada pasangan kakak/adik perempuan, sedangkan rivalry tinggi pada pasangan kakak-adik laki-laki. (Bee & Boyd, 2004). 3.
Faktor-faktor
Rivalry(Judarwanto,2005) a.
Lingkungan
yang
Mempengaruhi
Sibling
4
Orangtua mempunyai peran aktif yang penting sehingga anak mampu melewati sibling dengan positif, agar hubungan antara anggota keluarga dapat terbina dan terpelihara dengan baik. Peranan orangtua sangat penting untuk menjalankan fungsinya sebagai “top management”. Hubungan dalam keluarga yaitu dengan pergaulan/komunikasi yang terjadi di dalam suatu keluarga dengan jalinan hubungan keluarga yang akrab, mesra dan harmonis antara ayah dan ibu, anak serta anggota keluarga yang lain sesuai dengan fungsinya masing-masing. b.
Psikis Perkembangan emosi dan kejiwaan seorang anak berjalan maju bersamaan dengan pertumbuhan kematangan biologisnya. Pada seorang anak yang perasaanya ditolak, baik karena diacuhkan maupun dimarahi terus menerus dapat menyebabkan gangguan kejiwaan yang serius.
c.
Kemampuan (skill) Melalui proses perkembangan dan pertumbuhan system saraf pada anak juga akan mempunyai peningkatan ketrampilan. Kemampuan untuk menggunakan ketrampilan ini menciptakan
5
interaksi
dengan
lingkungan.
Menurut
Nasution
(2003)
kemampuan terdiri dari : 1)
Tingkat Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru.
2)
Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang banyak, akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas.
3)
Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan.
4)
Kultur budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam pengetahuan karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.
d.
Pengetahuan Pengetahuan orangtua tentang reaksi sibling rivalry dimana orangtua harus tahu tentang hal-hal negative yang dilakukan
6
oleh anak kepada kakak maupun adiknya baik di rumah maupun di sekolah. Ibu harus mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anaknya. 4.
Kondisi yang Mempengaruhi hubungan antar-saudara
kandung (Hurlock,2002) a.
Sikap orangtua Sikap orangtua terhadap anak dipengaruhi oleh sejauh mana anak mendekati keinginan dan harapan orangtua. Sikap orangtua juga dipengaruhi oleh sikap dan perilaku anak terhadap anak yang lain dan terhadap orangtuanya. Bila terdapat rasa persaingan dan permusuhan, sikap orangtua terhadap semua anak kurang menguntungkan dibandingkan bila mereka satu sama lain bergaul cukup baik.
b.
Urutan Kelahiran Semua keluarga, kecuali keluarga dengan anak tunggal, semua anak diberi peran menurut urutan kelahiran dengan harapan mereka memerankan peran yang diharapkan orangtua. Jika anak menyukai peran yang diberikan padanya, semua akan berjalan dengan baik. Tetapi apabila peran yang diberikan tidak disukai oleh anak tersebut maka kemungkinan terjadi
7
perselisihan apalagi peran tersebut bukan pilihannya sendiri. Sebagai contoh, anak perempuan yang lebih tua menolak perannya sebagai “pembantu ibu” dan merasa bahwa adiknya harus berbagi sebagian tanggung jawab yang diberikan padanya. Hal ini dapat menyebabkan memburuknya hubungan orangtua-anak maupun hubungan antar saudara. c.
Jenis Kelamin Saudara Kandung Anak laki-laki dan perempuan bereaksi sangat berbeda terhadap saudara laki-laki dan perempuannya. Misalnya, dalam kombinasi perempuan-perempuan, terdapat lebih banyak iri hati daripada kombinasi laki-perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Seorang kakak perempuan kemungkinan lebih cerewet dan suka mengatur terhadap adik perempuannya dibanding dengan adik laki-lakinya. Anak laki-laki lebih banyak berkelahi dengan kakak laki-lakinya daripada kakak perempuannya, untuk sebagian karena orangtua tidak akan membiarkan agresivitas yang berlebihan terhadap kakak perempuan. Sepanjang
usia
dimulai
dari
akhir
masa
kanan-kanak,
antagonism antar jenis kelamin sering berkembang dalam keluarga dan menimbulkan konflik yang tiada habisnya bahkan beranjak sampai dewasa. Hubungan antar saudara kedua jenis biasanya
8
mencapai titik terendah pada saat akhir masa kanak-kanak dan bisa menjadikan pengaruh buruk terhadap hubungan keluarga apalagi ditambah dengan campur tangan orangtua yang berusaha mengakiri perseteruan tersebut secara salah. Orangtua kemudian dituduh pilih kasih, suatu tuduhan yang lebih merusak hubungan keluarga. d.
Perbedaan Usia Jika perbedaan usia antar saudara besar, hubungan antarao rangtua dan anak secara keseluruhan berbeda dari hubungan dengan perbedaan usia antar saudara yang kecil. Bila anak-anak berdekatan usia, orangtua cenderung memperlakukan mereka dengan cara yang sama. Tetapi orangtua cenderung mengharapkan anak yang lebih tua menjadi model yang baik dan mereka mengecamnya bila ia gagal melakukan itu. Sebaliknya, anak yang lebih muda, diharapkan meniru anak yang lebih tua dan mematuhinya. Harapan orangtua ini ikut memperburuk hubungan antar saudara kandung.
e.
Jumlah Saudara Jumlah saudara yang kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang besar. Ada dua alasan utama yang mendasari yaitu; Pertama, bila hanya ada dua atau tiga anak dalam keluarga, mereka lebih sering bersama daripada jika jumlahnya lebih besar. Karena
9
perbedaan
usia
juga
mungkin
sekali
kecil,
orangtua
mengharapkan mereka bermain dan melakukan berbagai hal bersama-sama. Kedua, bila banyak anak, disiplin cenderung otoriter. Bahkan bila ada antagonism dan permusuhan, ekspresi terbuka perasaan ini dikendalikan dengan ketat. Pengawasan orangtua yang santai, permisif terhadap perilaku anak, memungkinkan antagonism dan permusuhan ini dinyatakan dengan terbuka, sehingga tercipta suasana yang diwarnai perselisihan. f.
Jenis Disiplin Hubungan antar saudara kandung tampak jauh lebih rukun dalam keluarga yang menggunakan disiplin otoriter dibandingkan dengan keluarga yang mengikuti pola permisif. Bila anak dibiarkan bertindak sesuka hati, hubungan antar saudara sering tidak terkendali lagi. Disiplin yang demokratis dapat mengatasi sebagian kekacauan akibat disiplin permisif, tetapi dampaknya tidak sebesar disiplin otoriter. Dengan system demokratis, anak belajar mengapa mereka harus member dan menerima atas dasar kerja sama pada system otoriter, mereka dipaksa melakukannya dan hal ini menimbulkan rasa benci.
10
g.
Pengaruh Orang Luar Orang lain baik anggota keluarga maupun teman orangtua atau guru dapat menimbulkan atau menambah ketegangan yang telah ada antara saudara kandung dengan membandingkan anak yang satu dengan yang lainnya. Bilamana perbandingan menguntungkan anak tertentu, maka akan timbul permusuhan di pihak saudara yang lain terhadap anak tersebut. Sebaliknya, bila mana perbandingan merugikan anak itu, sudah hamper pasti anak tersebut akan memulai memusuhi saudaranya yang dinilai lebih baik.
5.
Manifestasi Sibling Rivalry pada anak-anak
Sawicki (2003) mengemukakan ada tiga manifestasi dari sibling rivalry yaitu agresi (anak menunjukkan perilaku agresif terhadap saudara kandungnya), regresi (anak mengalami kemunduran perilaku setelah kehadiran adik baru) dan rivalry (anak merasa tersaingi dengan kehadiran adik baru). Manifestasi sibling rivalry ini pada umumnya terjadi pada anak yang lebih tua (kakak) pada saat kehadiran/kelahiran adik baru. Gejala tersebut akan berangsur menghilang seiring perkembangan usia anak dan
11
perilaku orangtua. Kesemua manifestasi tersebut dapat terjadi secara bersamaan pada anak.
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut dari ketiga manifestasi sibling rivalry tersebut : a.
Agresi Anak dapat mengekspresikan perasaan agresi secara terbuka melaui ucapan langsung dan penyerangan fisik terhadap adiknya. Beberapa anak akan menyatakan secara terbuka kepada orangtuanya agar membawa kembali adik mereka ke rumah sakit atau diberikan kepada orang lain. Anak lainnya mungkin bertindak secara fisik dengan memukul, menendang, mendorong atau menggigit adiknya (Shelov 1993, dalam Sawicki 2003). Anak juga dapat mengalihkan agresinya terhadap orang lain selain adiknya seperti orangtuanya, teman sepermainannya, benda tidak bergerak/mainannya atau bahkan binatang peliharaan yang ada di rumahnya.
b.
Regresi (Kemunduran Tingkah Laku) Penelitian Kawiatos, Adams and Gilman (1994 dalam Sawicki 2003) mengenai penurunan tingkah laku pada anak terhadap
12
kehadiran anggota baru menghasilkan angka sangat signifikan. Kurang lebih 93% dari seluruh anak mengalami reaksi sibling rivalry ketika mendapatkan anggota baru (bayi)
dalam
keluarga. Kebanyakan reaksi ini terjadi pada anak pra sekolah. Manifestasi yang dialami antara lain kehilangan kontrol anak akan buang air besar maupun kecil ketika toilet training sudah berhasil dikuasai sebelumnya; anak yang sudah biasa minum menggunakan gelas meminta memakai botol kembali; anak akan menghisap jarinya atau melakukan tindakan seperti bayi lagi. c.
Rivalry (Anak merasa tersaingi) Merupakan manifestasi lainnya dari sibling rivalry yang dialami oleh
anak
preschooler. Anak
sering
menunjukkan
rasa
frustasinya, marah dan cemburu ketika melihat orangtuanya mengendong adiknya. Reaksi yang lain bisa dialami seperti meminta perhatian lebih, rewel, merengek-rengek, sering menangis tanpa sebab bahkan menunjukkan perubahan perilaku (depresi). 6.
Cara Penanganan Sibling rivalry
13
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orangtua untuk mengatasi sibling rivalry sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain: a.
Tidak membandingkan antara anak satu dengan yang lain.
b.
Membiarkan anak menjadi diri mereka sendiri.
c.
Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak anda.
d.
Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada
bersaing satu sama lainnya. e.
Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika
konflik biasa terjadi. f.
Mengajarkan
anak-anak
cara-cara
positif
untuk
mendapatkan perhatian satu sama lainnya. g.
Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan
kebutuhan anak, sehingga adil bagi satu anak dengan yang lain berbeda. h.
Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi
setiap anggota keluarga.
14
i.
Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu luang yang
cukup dan kebebasan mereka sendiri. j.
Orangtua harus dapat berperan memberikan otoritas
kepada anak-anak bukan untuk anak-anak. k.
Jangan memberikan tuduhan tertentu tentang sifat negatif
anak. l.
Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari
perilaku orangtua sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus. A.
Pengetahuan Ibu tentang sibling rivalry
1.
Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhada suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui orang dan pengalaman hidupnya (Patmonodewo, 2000)
15
Pengetahuan merupakan bebrbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan (knowledge) adalah hal-hal yang kita ketahui tentang kebenaran yang ada di sekitar kita tanpa harus menguji kebenarannya, didapat melalui pengamatan yang lebih mendalam (Wasis, 2008). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat diartikan sebagai hal-hal yang kita ketahui tentang kebenaran melaui pancaindra atas sebagala sesuatu yang diketahui orang dan pengalaman hidupnya tanpa harus menguji kebenarannya. 2.
Macam-macam Pengetahuan
a.
Pengetahuan fisis didapatkan dari abstraksi seseorang
terhadap objek secara langsung. b.
Pengetahuan matematis-logis didapatkan dari abstraksi
seseorang terhadap relasi dan fungsi objek secara tidak langsung. c.
Pengetahuan sosial didapatkan dari interaksi seseorang
dengan masyarakat, lingkungan dan budaya yang ada.
16
3.
Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Green dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa factor yang mempengaruhi pengetahuan ada 5, yaitu: a.
Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka ia akan lebih mudah menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal tersebut.
b.
Paparan Media Massa (Akses Informasi) Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas. Melaui berbagai media baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi yang dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang lebih sering terpapar media massa (TV,radio, majalah, pamphlet dll) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.
c.
Budaya
17
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi-informasi baru akan disaring kirakira sesuai atau tidaknya dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.
d.
Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi akan menambah wawasan dan pandangan seseorang sedangkan semakin tinggi usia seseorang maka semakin banyak pula informasi yang didapat.
e.
Sosial Ekonomi Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan daya pendidikan yang ditempuh seseorang sehingga memperluas pengetahuannya.
4.
Tingkatan Pengetahuan
18
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni: a.
Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b.
Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.
c.
Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
19
penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d.
Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e.
Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
f.
Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang ada.
20
5.
Sumber Pengetahuan
Rahman (2003) mengatakan bahwa proses terjadinya pengetahuan dilihat dari sifatnya yaitu apriori dan aposteriori. Pengetahuan apriori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya pengalaman yang baik, pengalaman indra maupun batin. Pengetahuan aposteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman. 6.
Alat Ukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan isi materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan responden akan ditentukan dengan seberapa jauh kemampuannya dalam menjawab pertanyaan mengenai pengertian dan reaksi sibling rivalry pada kuesioner.
21
B.
Kerangka Teori Penelitian
1.
1.
1.
Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian Sumber : Elizabeth B. Hurlock (2002), Judarwanto (2005),Sawicki (2003)
22
C.
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian D.
Hipotesis
Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan reaksi sibling rivalry pada anak usia pra sekolah di komuniti Masyarakat Indonesia Mesaieed Qatar. E.
Variabel
Variabel mengandung pengertian ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda yang dimiliki oleh kelompok yang lain (Notoatmodjo,2005). 1.
Variabel Independent (variable bebas)
23
Merupakan variable yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependen (terikat), variable ini dikenal dengan nama variable bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variable lain. Variabel bebasnya adalah pengetahuan ibu. 2.
Variabel Dependent (variable terikat)
Merupakan variable yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variable bebas. Variabel terikatnya adalah reaksi sibling rivalry.