6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka. 1. Pengetahuan. Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Objek dalam pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan itu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra raba, rasa, penglihatan pendengaran dan penciuman. Karena itu pengetahuan dimungkinkan didapat dari berbagai sumber dan pengalaman. Dalam teori Bloom dikenal adanya enam tingkatan dalam pengetahuan, yaitu: a. Tahu (know) Tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Untuk mengukur tingkatan kognitif ini dipergunakan kata kerja menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya. b. Memahami (comprehention) Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya. Pada tingkatan ini, individu yang bersangkutan harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadapmateri atau substansi yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang depelajari berupa hukum-hukum, rumus, metode,dan sebagainya pada kondisi nyata.
6 Universitas Sumatera Utara
7 d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen dalam struktur organisasi tersebut, yang terkait satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis atau formulasi menunjukkan kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f.
Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu objek atau materi. Evaluasi ini dilaksanakan pada kriteria yang telah ada atau kriteria yang disusun yang bersangkutan. Pengetahuan dapat disimpulkan sebagai pandangan subjek terhadap adanya
stimuli yang di indra, kemudian diadopsi oleh subjek yang akan mempengaruhinya dalam bersikap dan mengambil keputusan. Pengetahuan kesehatan sebagai hasil dari pendidikan kesehatan akan berpengaruh pada pelaku kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi. 2. Kesehatan Reproduksi Menurut UU No 23 tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik mental dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Sumiati 2009 hal 3). Menurut WHO Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Dengan demikian kesehatan reproduksi dapat diartikan pula sebagai suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu mejalani fungsi dan
Universitas Sumatera Utara
8 proses reproduksinya secara sehat dan aman, termasuk mendapat keturunan yang sehat. Kesehatan reproduksi remaja ( Adolescence Reproduksi Health) adalah upaya kesehatan reproduksi yang dibutuhkan oleh remaja (Sujardi, 2002: IX). Remaja merupakan kelompok usia tertentu yang defenisinya berbeda ditiap negara, bahkan didalam suatu negara tergantung pada sosial budaya dan kondisi lokal masing-masing (Surjadi, 2002, hal X). Remaja didefenisikan sebagai periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang mecakup aspek bilogis, kognitif dan perubahan sosial yang berlangsung antara 10-19 tahun (Sumiati 2009:10). Menurut Soetjiningsih (2002), berdasarkan umur kronologisnya dan berbagai kepentingan, yaitu terdapat berbagai defenisi tentang remaja yaitu: 1. Pada buku-buku Pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja adalah: bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki. 2. Menurut UU No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. 3. Menurut UU perburuhan, anak di anggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun. 4. Menurut UU perkawinan No. 1 tahun 1974, anak di anggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. 5. Menurut Diknas anak di anggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah. 6. Menurut WHO, remaja bila anak telah berumur10-18 tahun.
Universitas Sumatera Utara
9 Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut: 1. Masa remaja awal/dini (Early Adolescence): umur 11-13 tahun. 2. Masa remaja pertengahan (Middle Adolescece): umur 14-16 tahun. 3. Masa remaja lanjut (Late Adolescence): umut 17-20 tahun. Yang dimaksud dengan remaja awal (Early Adolescence) adalah masa yang di tandai dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri, pada saat ini remaja mulai mencari identitas diri. Remaja pertengahan (Middle Adolescence). Di tandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa. Remaja akhir ( Late Adolescece). Ditandai dengan pertumbuhan biologis sudah melambat, tetapi masih berlangsung di tempat-tempat lain (Sumiati, 2009:11). 3.
Pubertas Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat kematangan fisik yang meliputi
perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2007: 87). Pubertas merupakan satu titik dalam masa Adolens adalah waktu seorang anak perempuan mampu mengalami pembuahan/konsepsi yaitu dengan terjadinya menarche/haid pertama (Sayogo, 2006:4). Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa (Soetjiningsih, 2007: 1).
Universitas Sumatera Utara
10 Pubertas yaitu waktu seorang anak perempuan mampu mengalami konsepsi yaitu menarche/haid pertama, dan adanya mimpi basah pada anak laki-laki (Moersintoarti, 2008:171). Hurlock, Monks dan Knoers (2002) menyebutkan bahwa banyak perubahan yang terjadi pada masa pubertas, yaitu: a. Perubahan Fisik. Di antara perubahan fisik yang terjadi, yang paling tampak nyata pada masa pubertas adalah meningkatnya tinggi dan berat, serta kematangan seksual. Pada umumnya, lonjakan pertumbuhan yang menandai perubahan pubertas terjadi 2 tahun lebih awal pada anak perempuan dari pada anak laki-laki. Pada anak perempuan hal ini dimulai sekitar usia 10,5 tahun dan berlangsung selama 2,5 tahun. Sepanjang masa tersebut, anak permpuan bertambah tinggi badannya sekitar 3,5 inchi setiap tahun. Pada anak laki-laki lonjakan pertumbuhan dimulai sekitar usia 12,5 tahun dan juga berlangsung selama 2 tahun. Anak laki-laki pada umumnya selama waktu tersebut bertambah tinggi sekitar 4 inchi dalam setahun (Santrock, 2003: 91-92). Pertumbuhan berat badan menggambarkan jumlah dari berbagai massa jaringan tubuh sehingga secara klinis sulit untuk di interpretasikan. Kenaikan berat badan selama masa pubertas sekitar 50% dari berat dewasa ideal. Di bandingkan dengan anak laki-laki, pacu tumbuh anak perempuan dimulai lebih cepat yaitu sekitar umur 8 tahun, sedangkan anak laki-laki baru pada umur 10 tahun. Tetapi pertumbuhan anak perempuan lebih cepat berhenti dari pada anak laki-laki. Anak perempuan umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi, sedangkan anak laki-laki baru berhenti tumbuh pada umur 20 tahun. Memasuki masa pubertas, remaja perempuan telah mencapai kira-kira 60% berat dewasa. Dalam masa 3-6 bulan sebelum pacu tumbuh badannya kenaikan berat
Universitas Sumatera Utara
11 badan hanya sekitar 2 Kg/tahun. Kemudian terjadi akselerasi dan akhirnya mencapai 8 Kg/tahun. Sekitar 95% remaja normal kecepatan kenaikan berat badanya sekitar antara 5,5-10,5 Kg/tahun, sedangkan pada remaja laki-laki, rata-rata kenaikan berat badan sekitar 9 Kg/tahun, dengan 95% rata-rata remaja laki-laki matur mengalami kenaikan berat badan 6-12 Kg/tahun (Soetjiningsih, 2007: 6-7). Para peneliti menemukan bahwa karakteristik pubertas pada anak laki-laki berkembang dengan urutan sebagai berikut: Perubahan ukuran penis dan testikel, pertumbuhan rambut yang masih lurus didaerah kemaluan, sedikit perubahan suara, ejakulasi pertama (biasanya melalui mimpi basah, masturbasi), rambut kemaluan tumbuh menjadi ikal, mulai masa pertumbuhan maksimum, pertumbuhan rambut ketiak, perubahan suara semangkin jelas dan mulai tumbuh rambut di bagian wajah. Tiga hal yang paling jelas tampak mengenai kematangan seksual adalah bertambah panjangnya penis, membesarnya testis, dan tumbuhnya rambut wajah. Sedangkan ramaja putri pertumbuhan fisik pada awalnya payudara membesar atau rambut kemaluan mulai tumbuh. Kemudian tumbuh rambut ketiak. Sejalan dengan perubahan tersebut, tinggi badan bertambah dan pinggul menjadi lebih lebar dari pada bahu. Menstruasi pertama datang agak lambat di akhir siklus pubertas. Pada awalnya siklus menstruasi tidak teratur, dan mungkin juga tidak terjadi ovulasi pada setiap menstruasi selama beberapa tahun pertama sesudah menstruasi pertama (Santrock, 2003:92). 4.
Karakteristik Masa Remaja. Hurlock mengemukakan berbagai ciri dari remaja di antaranya adalah:
a. Masa remaja adalah masa peralihan. Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan
Universitas Sumatera Utara
12 juga bukan seorang dewasa dan merupakan masa yang sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang di inginkan. b. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan. Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, perubahan peran dan minat, perubahan pola perilaku dan perubahan sikap menjadi ambivalen. c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah. Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi karena tidak terbiasanya remaja menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain sehingga kadang-kadang terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. d. Masa remaja adalah masa mencari identitas. Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya. e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan. Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berprilaku merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Dengan adanya stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit, karena peran orang tua yang memiliki pandangan seperti ini akan mencurigai dan
Universitas Sumatera Utara
13 menimbulkan pertentangan antara orang tua dengan remaja serta membuat jarak diantara keluarga. f.
Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain, mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana yang ia harapkan.
g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semangkin matang berkembang dan berusaha memberi kesan seseorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada prilaku yang di hubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak. 5. Pengetahuan Ibu tentang Kesehatan Reproduksi Pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi adalah pengetahuan yang dimiliki ibu tentang aspek-aspek biologis seksualitas yang berkaitan dengan masa remaja dan implikasinya. Menurut Munawaroh pengetahuan itu meliputi : a. Sistem reproduksi manusia, berisikan anotomi organ reproduksi dan fungsinya. b. Kesehatan reproduksi, mencakup informasi mengenai kurun reproduksi sehat, perencanaan dan pengaturan waktu reproduksi, serta dampak pada ibu dan bayinya. c. Penyakit menular dan AIDS, yaitu informasi mengenai jenis penyakit menular seksual (PMS), gejala yang muncul, dan penularan AIDS. d. Mitos dan fakta seksualitas, berisikan beberapa informasi yang tepat dan tidak tepat yang diterima oleh remaja dari lingkungan disekitarnya. e. Hak-hak reproduksi, tujuan utama pemahaman ini adalah agar remaja menyadari bahwah dirinya sendirilah yang memegang kendali atas dirinya.
Universitas Sumatera Utara
14 Orang tua yang merupakan pihak pertama yang bertanggung jawab memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja seyogyanya menyesuaikan dengan tingkat perkembangannya. Fokus pendidikan yang diberikan pada anak sesuai dengan kebutuhan perkembangannya. Untuk anak kelas satu SMP yang rata-rata umurnya adalah dibawah 15 tahun maka fokus untuk anak usia 11-13 tahun adalah pertumbuhan dan perkembangan remaja, masa akil baliq, perubahan fisik, psikis dan tingkah laku dan alat reproduksi baik organ maupun fungsinya, serta mitos dan fakta yang berhubungan. Untuk anak yang lebih besar (14-15 tahun) dapat dibicarakan mengenai masa subur, seks dan kehamilan, akibat kehamilan remaja, dan pengaruh teman/lingkungan terhadap kepribadian (Hastuti, 2003:11). Selain pembinaan terhadap sasaran langsung/siswa orang tua merupakan faktor penentu keberhasilan program pembinaan kesehatan remaja/siswa, karena orang tua yang paling dekat dengan siswa. Penyuluhan bagi orang tua siswa mengenai kebutuhan remaja dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung melalui media massa, koran majalah, TV maupun radio, ceramah disekolah. Program yang diberikan adalah penyuluhan pengetahuan kepada orang tua mengenai: a. Kebutuhan gizi siswa. b. Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. c. Pengetahuan tentang tumbuh kembang remaja, baik fisik maupun psikososial remaja. d. Penyakit yang sering timbul dikalangan siswa. e. Pencegahan penyakit dan timbulnya kecelakaan pada siswa.
Universitas Sumatera Utara
15 f.
Pengetahuan tentang pertolongan pertama kecelakaan atau penyakit yang sering pada siswa. Mengingat guru adalah ujung tombak pelaksanaan pelayanan kesehatan siswa
disekolah, maka perlu diberikan pelatihan khusus bagi mereka agar dapat membantu melaksanakan beberapa kegiatan tertentu misalnya: 1. Pengamatan (Observasi). Pengamatan siswa secara sepintas lalu, misalnya keadaan umum murid baik keadaan penampilan umum/kebersihan diri dan kebiasaan prilaku hidup sehat siswa sehari-hari, apakah ada siswa yang mempunyai kebiasaan merokok atau prilaku menyimpang lainnya. 2. Deteksi/menemukan anak yang sakit dan bila perlu rujuk ke puskesmas. 3. Apakah ada siswa yang mempunyai masalah baik kesehatan maupun psikososialnya. 4. Pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS)/Life skill education (LSE). 5. Sekolah yang mempromosikan kesehatan. 6. Penimbangan dan pengukuran tinggi badan siswa setiap 6 bulan sekali. 7. Pemeriksaan ketajaman penglihatan (Visus) setiap 6 bulan sekali. 8. Penyuluhan kesehatan baik secara rutin yang diprogramkan maupun secara insidental bila ada waktu luang didalam sekolah maupun diluar kegiatan sekolah (Moersintowarti, 2008:206-207). 6. Upaya Ibu dalam Mempersiapkan Masa Pubertas Upaya orang tua dalam mempersiapkan anaknya mengahadapi masa pubertas adalah segala usaha yang dilakukan oleh orang tua dengan tujuan agar anak siap menghadapi masa pubertas dan permasalahan yang mungkin muncul. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mempersiapkan anak dalam mengahadapi masa pubertas yaitu:
Universitas Sumatera Utara
16 a. Pembinaan religius Pembinaan religius sangat diperlukan dalam hal mempersiapkan anak memasuki masa pubertas. Musa (2003) menyebutkan bahwa dalam mempersiapkan diri jalan teraman bagi orang tua adalah berpegang pada landasan agama. Penjelasan yang diberikan kepada anak mengenai kesehatan reproduksi senantiasa di bingkai dalam nuansa moral dan keagamaan. b. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Chairiah (2003) mengatakan bahwa orang tua kurang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja sehingga tidak mampu membekali pengetahuan kesehatan reproduksi secara aktif. Pemahaman orang tua yang keliru tentang kesehatan reproduksi juga mempengaruhi upaya dalam mempersiapkan anak menuju masa pubertas. c. Interaksi orang tua dan anak. Interaksi ini terjalin dalam komunikasi. Komunikasi adalah inti suksesnya hubungan orang tua dan anak. Komunikasi di landasi rasa respek terhadap anak, langsung, dan proaktif ( tidak perlu menunggu anak bertanya). Makin luas informasi yang diperoleh, makin besar kesiapan remaja menghadapi masa remaja dengan sebaik-baiknya. d. Menanamkan konsep diri yang positif. Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal itu meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. Gambaran pribadi remaja terhadap dirinya sendiri meliputi penilaian diri dan penilaian sosial. e. Mengkondisikan lingkungan keluarga yang harmonis dan kondusif.
Universitas Sumatera Utara
17 Salah satu upaya dalam mempersiapkan masa pubertas adalah menciptakan hubungan harmonis dalam keluarga. Hal ini mempermudah interaksi antar anggota keluarga. Dari berbagai studi dan pendapat para ahli memperlihatkan bahwa sikap keterbukaan, perhatian, cinta, dan rasa persahabatan yang di berikan oleh orang tua kepada remaja mampu membina pendidikan reproduksi dalam keluarga. f.
Pengawasan peer group. Pada masa ini telah terbentuk peer group sesuai dengan tahap perkembangannya,
dan anak-anak remaja umumnya percaya pada ucapan teman-temannya tersebut. Orang tua sama-sama dapat menunjukkan otoritas bila persoalan mengenai hal-hal yang prinsip yang tentu saja tetap dengan menggunakan tehnik yang tepat, tanpa prinsip duel sehingga ada pihak yang menang dan kalah. g. Memfasilitasi tersedianya media massa yang terpercaya. Salah satu ciri media pengajaran adalah mengandung atau membawa pesan atau informasi kepada penerima. Banyak media massa yang memberikan informasi keliru tentang reproduksi. Begitu juga dengan mudahnya akses terhadap penyedia layanan yang cenderung merusak prilaku seksual remaja. h. Partisipasi dalam program kesehatan reproduksi remaja dan peer education di sekolah. Program ini dilakukan dengan pendekatan komunikasi berkesinambungan antara keluarga dan sekolah. Pembinaan keluarga disekolah dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan metode pemecahan masalah pada siswa yang bermasalah. Penelitian Fuad menyebutkan bahwa sebaiknya peer education dipilih dari temanteman yang suaranya didengar sehingga mempunyai nilai kepercayaan bagi temanteman yang lain.
Universitas Sumatera Utara