BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1.
Pengertian Status Gizi Status Gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Status gizi yang baik diperoleh untuk mempertahankan derajat kebugaran, kesehatan, membantu pertumbuhan anak serta menunjang pembinaan prestasi olahragawan (Irianto, 2000).
2.
Status Gizi Anak Balita a.
Status Gizi Baik Status Gizi baik yaitu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai penggunaan untuk aktifitas tubuh.
Hal ini diwujudkan dengan
adanya keselarasan antara tinggi badan terhadap umur, berat badan terhadap umur dan tinggi badan terhadap berat badan.
Tingkat
kesehatan gizi yang baik ialah kesehatan gizi optimum. b.
Status Gizi Kurang Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendah konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (Supariasa, 2002). Kekurangan asupan energi akan mengakibatkan berat badan menjadi berkurang dari berat badan yang ideal. Akibat berat kekurangan energi secara terus menerus pada balita disebut marasmus dan bila kekurangan protein disebut kwashiorkor. Pada keadaan marasmus ciri khas yang dapat dilihat adalah: (1) Wajah seperti orang tua; (2) Sangat kurus; (3) Lapisan lemak bawah kulit sangat sedikit;
(4) Otot menyusut dan lembek; (5) Rambut kering
dan mudah rontok; (6) Tulang rusuk terlihat jelas; (7) Ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol; (8) Diare dan konstipasi. Sedangkan pada penderita kwashiorkor adalah : (1) Oedem; (2) Bentuk muka bulat; (3) Atrofi otot; (4) Rambut tipis, warna coklat kemerahan; (5) Kelainan biokimia darah (Proverawati, 2009). c.
Kekurangan Vitamin A (KVA) Kekurangan vitamin A merupakan keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan kadar vitamin A di dalam tubuh, hal ini dapat ditentukan dengan dua cara yaitu : (1) Cara klinis, yaitu dengan memeriksakan kelainan mata untuk menentukan adanya tanda-tanda buta senja atau Xerophtalmia; (2) Cara subklinis, yaitu dengan melakukan pemeriksaan kadar vitamin A dalam darah (serum retinol). Kekurangan vitamin A dapat terjadi apabila seseorang kurang mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung cukup vitamin A. Adapun sumber-sumber bahan makanan yang kaya akan vitamin A dapat diperoleh dari daun singkong, bayam, tomat, kangkung, daun katuk, papaya, wortel, telur, ikan, hati, susu dan sebagainya. Akibat dari kekurangan vitamin A secara terus menerus adalah : menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi (misalnya sakit batuk, diare, dan campak), rabun senja (anak tak dapat melihat sesuatu benda , jika ia tiba-tiba berjalan dari tempat yang terang ke tempat yang gelap).
Rabun senja dapat
mengakibatkan kebutaan (Proverawati, 2010). 3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi balita dapat di lakukan dengan dua cara yaitu langsung dan tidak langsung ( Supariasa, 2001 ). a.
Penilaian status gizi langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisika. 1).
Antropometri Antropometri
digunakan
untuk
melihat
ketidak
seimbangan asupan protein dan energi, yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proposi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Proverawati, 2010). Antropometri dapat digunakan untuk menentukan status gizi anak maupun orang dewasa ( Supariasa , 2002 ). 2).
Klinis Penilaian status gizi secara klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini
didasarkan
atas
perubahan-perubahan
yang
terjadi
dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau organ-organ yang dekat permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat, disamping untuk mengetahui status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit (Supariasa, 2002). 3).
Biokimia Penilaian status gizi
secara biokimia adalah suatu
pemeriksaan spesimen yang diuji secara laborat yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. tubuh yang digunakan antara lain :
Jaringan
urine, tinja dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati, otat.
Metode ini
digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan yang terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
Banyak
gejala klinis yang kurang spesifik , maka penentuan kimia faal
dapat lebih banyak menolong menentukan kekurangan zat gizi yang spesifik (Supariasa, 2001).
4).
Biofisik Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi, khusus jaringan,
dan melihat perubahan struktur jaringan
(Supariasa, 2001). b.
Penilaian status gizi secara tidak langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung antara lain: survei konsumsi, statistik vital dan faktor ekologi. 1).
Survei konsumsi makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa, 2002).
2).
Statistik Vital Penilain status gizi dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Supariasa, 2002).
3).
Faktor Ekologi Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil dari faktor yang saling mempengaruhi dan interaksi beberapa faktor fisik, biologi dan lingkungan budaya (Supariasa, 2000).
4. Klasifikasi Status Gizi Parameter yang digunakan pada penilaian status gizi dengan menggunakan antropometri adalah umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada (Supariasa, 2001). Indek antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Suapariasa, 2002). Indeks antropometri BB/U menggambarkan status gizi saat ini. Kelebihan dan kekurangan indeks antropometri BB/U adalah: a. Kelebihan indeks BB/U (1) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum; (2) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis; (3) Berat badan dapat berfluktuasi; (4) Sangat sensitif terhadap perubahan kecil; (5) Dapat mendeteksi kegemukan (Depkes RI, 2007). b. Kelemahan indeks BB/U (1)
Umur sering sulit diperoleh; (2) Memerlukan data umur
yang akurat; (3) Sering terjadi kesalahan pengukuran (Depkes RI, 2007). TABEL
1.
KLASIFIKASI INDEK BB/U
STATUS
GIZI
DENGAN
Indeks
Status Gizi
Ambang Batas
BB/U
Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk
> 2,0 SD - 2,0 SD s/d + 2 SD < -2 SD s/d – 3 SD < -3,0 SD (DepKes.RI, 2007)
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ada dua yaitu: faktor langsung dan tidak langsung .
Faktor langsung yang
mempengaruhi adalah asupan makanan dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung yaitu: Pendidikan, pengetahuan ibu, sanitasi lingkungan dan sarana (Soekirman, 2000). 1).
Faktor langsung a.
Asupan makan
Makanan akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan fisik serta mental anak , oleh karena itu makanan harus memenuhi kebutuhan gizi anak. Pengaturan makanan yaitu harus dapat disesuaikan dengan usia balita , selain untuk mendapatkan gizi juga baik untuk pemeliharaan , pemulihan pertumbuhan, perkembangan serta aktifitas fisiknya.
Makin bertambah usia anak makin
bertambah pula kebutuhan makanannya, secara kuantitatif maupun kualitatif (Suwiji, 2006). b.
Penyakit infeksi Penyakit pada balita berdampak pada kekurangan gizi. Penyakit-penyakit spesifik yang
dapat mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan adalah : tuberkulosis, sistik fibrosis, dan asma.
Secara umum
adanya
penyakit
menyebabkan berkurangnya intake pangan karena selera yang menurun (Proverawati, 2009). 2). Faktor tidak langsung a.
Pendidikan Pendidikan mengembangkan
merupakan kemampuan,
sikap
proses dan
seseorang bentuk-bentuk
tingkah laku lainnya didalam masyarakat tempat ia hidup. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya (Rokhana, 2005). b.
Pengetahuan ibu Seorang ibu harus dapat menyusun dan menilai hidangan yang akan disajikan kepada anggota keluarganya.
Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan merupakan masalah yang sudah umum.
Salah satu sebab masalah kurang gizi yaitu kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari (Rokhana, 2005). c.
Kesehatan lingkungan Lingkungan
merupakan
faktor
yang
sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Peran orang tua
dalam membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah dalam membentuk kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang sehat. Hal ini menyangkut dalam keadaan bersih, rapi, dan teratur (Suwiji, 2006). Oleh karena itu anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifat-sifat sehat meliputi: (1) Mandi dua kali sehari; (2) Cuci tangan sebelum dan sesudah makan; (3) Menyikat gigi sebelum tidur ; (4) Membuang sampah pada tempatnya; (5) Buang air kecil pada tempatnya atau WC (Rokhana, 2005). d.
Sarana kesehatan Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari orang tua yaitu dengan cara membawa anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Masa balita sangat rentan terhadap penyakit seperti flu, diare atau penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau mengganggu tumbuh kembang anak (Suwiji, 2006).
B.
Konsumsi Energi Manusia membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya Makanan merupakan sumber energi yang menunjang semua kegiatan manusia. Seseorang tidak akan dapat bekerja dengan energi yang melebihi daripada apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan ini akan mengakibatkan keadaan menjadi gawat, yaitu kekurangan gizi khususnya energi (Suhardjo2003).
C.
Konsumsi Vitamin A Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Vitamin ini esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Defisiensi Vitamin A dapat meningkatkan resiko anak terhadap penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan dan diare , serta keterlambatan pertumbuhan (Almatsier, 2003). Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan beberapa gangguan terhadap kesehatan tubuh antara lain : hemeralopia atau rabun senja, frinoderma pembentukan epitelium kulit tangan dan kaki terganggu sehingga tampak bersisik-sisik, pendarahan pada selaput usus, ginjal dan paru-paru, kerusakan pada kornea dengan menimbulkan bintik bitot, terhentinya proses pertumbuhan, terganggunya pertumbuhan pada bayi (Kartasapoetra, 2008 ). Kebutuhan vitamin dapat diambil dari AKG yang dianjurkan, karena sebagian besar vitamin rusak selama penyimpanan dan pengolahan makanan sebaiknya kebutuhan ditetapkan lebih besar daripada AKG. Data konsumsi
energi dan vitamin diperoleh dengan cara recall konsumsi 2 x 24 jam kemudian dirata-rata dan dianalisis dengan Daftar Kecukupan Bahan Makanan (DKBM), kemudian dilanjutkan dengan perhitungan presentasi vitamin A terhadap AKG yang dianjurkan (Proverawati, 2010).
D.
Kebutuhan Energi Tubuh membutuhkan berbagai zat gizi dalam jumlah yang mencukupi. Energi dibutuhkan oleh tubuh yang berasal dari zat gizi yang merupakan sumber utama , yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Energi yang diperlukan tubuh ini dinyatakan dalam satuan kalori. Energi yang dipergunakan tubuh dibagi menjadi 3 kelompok , yaitu: (1) Energi untuk kebutuhan fisiologi minimal tubuh dalam keadaan basal yaitu bila tubuh dalam keadaan tidur, (2) Energi untuk melakukan kegiatan atau aktifitas fisik seperti berjalan, berlari. (3) Energi untuk menutup pengaruh makanan (Specific Dynamic Action = SDA), Kebutuhan energi balita relatif besar bila dibandingkan dengan orang dewasa , sebab pada usia tersebut pertumbuhannya sangat pesat. Kecukupan energi akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
Agar balita dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka
makanan yang dimakan tidak boleh hanya mengenyangkan perut saja. Makanan yang dikonsumsi harus beraneka ragam, jumlah dan porsi cukup, makan secara teratur dan higienis ( Proverawati, 2010). Energi dalam tubuh manusia timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein, lemak.
Dengan demikian agar manusia selalu
tercukupi energinya pemasukan zat-zat makanan yang cukup ke dalam tubuhnya.
Manusia yang kurang makan akan lemah baik kegiatanya,
pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pemikiranya karena kurang zat-zat makanan yang diterima oleh tubuh yang dapat menghasilkan energi (Kartosapoetra, Marsetyo, 2008 ).
E. Angka Kecukupan Gizi (AKG) Angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penuduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologi seperti hamil dan menyusui (Proverawati, 2010). Angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua populasi, menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan tingkat kegiatan fisik agar hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial yang diharapkan (Hardinsyah dan Tambunan, 2004 dalam Widjayanti L, 2009). Dilihat dari jenis zat gizi, tubuh manusia memerlukan sekitar 4550 macam asam amino, 3 macam asam lemak, sekitar 14 vitamin A dan 1519 macam mineral disamping kebutuhan energi (Muhilal et al, 1998 dalam Widjayanti L, 2009). F. Cara Penghitungan Angka Kecukupan Gizi Untuk menghitung angka kecukupan energi dengan cara rinci maupun semi rinci yaitu : (1) Menghitung nilai Basal Metabolic Rate (BMR); (2) Memasukan hasil nilai BMR ke dalam persamaan sesuai dengan kelompok umur, jenis kelamin, dan berat ringannya aktifitas, sehingga akan didapatkan nilai angka kecukupan energi (AKE); (3) Membandingkan data konsumsi energi dengan angka kecukupan energi dan menyatakan dalam persen sehingga diketahui tingkat konsumsi energi atau tingkat kecukupan zat gizi lainnya. Sedangkan untuk kecukupan vitamin dapat langsung menggunakan tabel angka kecukupan gizi yang dianjurkan (Widajanti,L. 2009).
TABEL 2 . ANGKA KECUKUPAN GIZI UNTUK ORANG INDONESIA
No
klp Umur Anak
BB (kg)
TB (cm)
Energi (kkal)
Vit.A (RE)
1. 2.
1-3 th 4 – 6 th
12 17
90 110
1000 1550
400 450
Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VII th 2004
G.
Tingkat Konsumsi Energi dan Tingkat Konsumsi Vitamin A 1. Cara menghitung tingkat konsumsi energi : Koreksi berat badan BB aktual AKG koreksi BB
=
X AKG Tabel BB AKG Konsumsi energi
Tingkat konsumsi energi
=
X 100 % AKG koreksi BB
2. Cara menghitung tingkat konsumsi vitamin A: Konsumsi vitamin A Tingkat konsumsi vitamin A =
X 100 % AKG vitamin A
(Supariasa, 2001)
H. Kerangka Teori
Status Gizi
Asupan Gizi -Tk.konsumsi energi -Tk.konsumsi vit.A
Ketersediaan pangan tingkat rumah tangga
Infeksi penyakit
Prilaku asuh ibu dan anak
Kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan, kesempatan kerja
Krisis politik dan ekonomi
(Depkes RI, 2002)
Pelayanan kesehatan
H.
Kerangka Konsep
Tingkat konsumsi energi Status gizi Tingkat Konsumsi Vit. A
J.
Hipotesis 1. Ada hubungan antara Tingkat konsumsi energi dengan status gizi anak balita 2. Ada hubungan antara Tingkat konsumsi vitamin A dengan status gizi anak balita