BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Biarawati Seorang biarawati merupakan seorang perempuan yang hidup di biara yang secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan dirinya serta hidupnya untuk kehidupan agama di suatu tempat ibadah. Seorang biarawati diikat oleh ‘tri suci’ atau disebut dengan “Kaul Kekal” yang harus dipatuhi seumur hidupnya. (Aleksander, 2007). Biarawati adalah seseorang memutuskan untuk mengabdikan hidupnya untuk melayani segala umat yang ada di sekitar mereka, mereka juga dapat dikatakan seorang pertapa yang secara sukarela memilih untuk meninggalkan kebiasaan masyarakat seperti biasanya dan menjalani hidupnya dalam doa dan kontemplasi di sebuah biara. Istilah "biarawati" berlaku untuk umat Katolik (tradisi timur dan barat), orang Kristen Ortodoks, Anglikan, Lutheran, Jain, Budha, Tao, Hindu dan beberapa tradisi keagamaan lainnya. (The Oxford English Dictionary, vol X, page 599) 2.2. Macam-Macam Biarawati pada Berbagai Perspektif Agama Biarawati terdiri atas bermacam-macam ajaran yang diturunkan pada beberapa agama. Berikut merupakan macam-macam biarawati pada masingmasing agama yaitu :
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.
Agama Budha (Buddhism) Semua tradisi dalam agama Buddha
memiliki biarawati. Pada
kepercayaan ini memiliki beberapa perbedaan status di beberapa negara. Buddha mengizinkan wanita masuk ke sangha (sebutan untuk komunitas Buddha) pada pribadi yang memiliki keengganan (penyangkalan pada kehidupan duniawi) yang besar. Para bhikkhuni (sebutan untuk biarawati dalam agama Buddha) yang telah ditahbiskan sepenuhnya memiliki lebih banyak peraturan Patimokkha (peraturan dasar praktik dasar keagamaan dalam agama Buddha) daripada para biarawan (bhikkhu). Seperti para bhikkhu, ada banyak variasi dalam pakaian biara dan konvensi sosial antara budaya Buddhis di Asia. Para biarawati di Cina memiliki pentahbisan bhikkuni secara penuh, bikkhuni di Tibet tidak melakukannya. Dan pada beberapa negara-negara Theravada umumnya diyakini bahwa jika ada keturunan pada bhikkhuni tidak dilakukan petahbisan penuh, dan mereka hanya mengamalkan dan melaksanan sepuluh sila dalam novis. 2. Kristiani (Christianity)
Katolik Roma Seorang biarawati Katolik adalah wanita yang telah mengambil sumpah
(yang setara dengan biarawan). Perbedaan tradisional pada seorang biarawati adalah para biarawati merupakan anggota ordo religius yang tertutup dan menerima kaul religius yang agung, di mana mereka melepaskan semua harta benda (hal-hal yang bersifat duniawi), dan memiliki sumpah "sederhana" yang juga, sebagai monastik, para biarawati mengikatkan diri mereka pada pembacaan
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
harian Liturgi di sepanjang hari di gereja. Dalam tradisi Katolik Roma, ada sejumlah besar tarekat atau ordo biarawati masing-masing memiliki karisma atau karakter khusus. (KHK. 657)
Kristen Ortodoks Di Gereja Ortodoks tidak ada perbedaan antara sebuah biara untuk wanita
dan untuk pria. Dalam bahasa Yunani, Rusia, dan bahasa Eropa Timur lainnya, kedua domisili disebut "monasteries" dan biarawan/biarawati yang tinggal di dalamnya disebut "monastic". Para biarawan dan biarawati Ortodoks menjalani kehidupan spiritual yang sama. Mungkin terdapat sedikit perbedaan dalam cara fungsi monasteri secara internal tetapi hal ini hanya perbedaan gaya (Gr.Typica) bergantung pada abbess atau abbots. Abbess adalah pemimpin spiritual biara dan otoritasnya mutlak (tidak ada imam, uskup, atau paus yang dapat menggantikan seorang abbess di dalam lingkungan monasteri). Selalu ada persamaan spiritual antara pria dan wanita di Gereja Orthodok (Galatia 3:28). Abbesses memiliki otoritas yang setara dengan uskup dalam banyak hal dan termasuk dalam dewan ekumenis. Biara Ortodoks biasanya dikaitkan dengan sinode lokal para uskup oleh yurisdiksi, namun sebaliknya mengatur dirinya sendiri.
Anglikan Dikutip dari buku Anglican Religious Life (2012) menjelaskan bahwa
komunitas religius di seluruh Inggris dihancurkan oleh Raja Henry VIII ketika ia memisahkan Gereja Inggris dari otoritas kepausan selama Reformasi Inggris. Biara-biara dirampas dari tanah mereka, dan para biarawan/biarawati dipaksa
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk menjalani kehidupan sekuler pada masa pensiun atau melarikan diri dari negara tersebut. Banyak biarawati pergi ke Prancis. Perintah keagamaan Anglikan adalah organisasi kaum awam dan / atau pendeta di Komunitas Anglikan yang hidup di bawah peraturan bersama. Istilah "perintah keagamaan" dibedakan dari Tahbisan Suci (sakramen pentahbisan yang uskup, imam, dan diaken diterima), meskipun banyak masyarakat telah menahbiskan anggota. Struktur dan fungsi ordo religius dalam Anglikanisme secara kasar mirip dengan yang ada dalam Katolik Roma. Komunitas religius dibagi ke dalam perintah yang benar, di mana anggota mengambil sumpah dan kongres yang kudus, yang anggotanya mengambil sumpah sederhana. 2.3 Biarawati Katolik Dalam buku Iman Katolik (1996), biarawati diartikan sebagai anggota kelompok yang memfokuskan diri mereka dalam kehidupan kebiaraan dan bertugas untuk membantu uskup. Meski begitu, biarawati atau suster tidak termasuk dalam hirarki gereja Katolik. Hal ini dipertegas oleh Konsili Vatikan II yang mengajarkan bahwa, “Meskipun status yang terwujudkan dengan pengikraran nasihat-nasihaT Injil, tidak termasuk susunan hierarki Gereja, namun tidak dapat diceraikan dari kehidupan Gereja sendiri, bahkan “nasihat-nasihat Injil didasarkan pada sabda dan teladan Tuhan” (Lumen Gentium No. 43)” . (dikutip dari Konferensi Wali gereja Indonesia dalam bukunya yang berjudul Iman Katolik, 1996, hal.375).
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut Alexander (dalam Wahyuni, 2011) secara umum, ketika seorang wanita memasuki sebuah biara, individu tersebut pertama kali menjalani masa pengujian selama satu hingga dua tahun yang disebut dengan Masa Aspiran (Juvenis). Pada masa ini, para Aspiran belum terikat dengan tarekat atau ordo. Masa Aspiran merupakan masa dimana para Aspiran masuk dalam tahap paling dini dan mulai diperkenalkan dengan kehidupan membiara. Contohnya seperti mengenal ritme dan acara harian dalam hidup membiara, diajak untuk mengenal diri dan kepribadian masing-masing, belajar doa Harian (Brevir), dan diberi kesempatan mengambil bagian sebagai Pembina (formator) untuk melihat keseriusan yang dimiliki para Aspiran. Pada tahap kedua yang berlangsung juga selama satu sampai dua tahun, disebut dengan Masa Postulan (Novice) merupakan masa peralihan dan perkenalan bagi calon agar dapat berorientasi dan mengenal kehidupan membiara. Masa Postulat dimaksudkan agar calon semakin mengenal diri dan mengolah kepribadiannya. Hal-hal tersebut meliputi : belajar Kitab Suci dasar dan pengetahuan agama Katolik, moral, etika, dan teologi dasar sederhana serta mengikuti irama doa pribadi, doa bersama, sejarah Gereja, Lembaga Hidup Bakti, dan menghayati hidup Sakramental Gereja. (Kitab Hukum Kanonik (KHK kan.) 648). Setelah melewati periode Postulan, memasuki tahap ketiga yaitu masa Novisiat. Biarawati yang menginjak pada tahap ini disebut juga dengan Novis (Orang Baru). Masa ini ditandai dengan penerimaan jubah dan kerudung biarawati. Masa Novisiat berlangsung kurang lebih selama dua tahun lamanya. Dalam tahap tersebut seorang Novis dibimbing untuk mengolah hidup rohani, 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
memurnikan motivasi panggilan mereka, mengenal secara mendalam tarekatatau ordo dan konstitusinya, mengenal kaul-kaul Religius dan juga praktek-praktek terpuji sebagai seorang religius dalam Gereja. (Kitab Hukum Kanonik (KHK kan.) 656). Pada periode selanjutnya disebut dengan Masa Yuniorat. Pada periode ini, seorang yang telah melewati masa Novisiat dipanggil dengan sebutan “Suster”. Masa Yuniorat ditandai dengan pengikraran “Kaul Sementara” yaitu : Kemiskinan, Kemurnian dan Ketaatan. Pada masa ini berlangsung selama enam hingga sembilan tahun (tergantung pada aturan yang dimiliki masing-masing konstitusinya). Biasanya para Suster mulai kuliah ilmu-ilmu khusus secara mendalam atau mengambil kursus atau mulai berkarya dan sudah menghidupi nilai-nilai dari Kaul-Kaul yang sudah diucapkan secara publik. (Kitab Hukum Kanonik (KHK kan.) 655). Tahap terakhir yang merupakan tahap kelima adalah Tahap Kaul Kekal dan ongoing formation. Pada tahap ini, seorang suster secara resmi menjadi anggota terekat atau ordo yaitu dengan mengucapkan Kaul Kekal Publik (Kemiskinan, Kemurnian, dan Ketataatan) dan hidup secara utuh sebagai biarawati. Karya dan pelayanan senantiasa dilandasi oleh Kaul Kekal yang sudah diikrarkan sebagai “Mempelai Kristus”. Selain itu para Suster juga mengikuti ongoin formation )Pembinaan Lanjutan) hingga akhir hayat. (Kitab Hukum Kanonik (KHK kan.) 657).
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4. Definisi Masa Dewasa Awal Masa dewasa adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif, yaitu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi, periode komitmen dan masa kebergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. (Marliani, 2015) Secara etimologis, istilah dewasa berkaitan erat dengan istilah “adult” yang berasal dari kata kerja bahasa Latin, seperti halnya istilah “adoleseneadolescere” – yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan”. Dalam konteks lain “adult” berasal dari kata adultus yang dapat diartikan “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa”. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan sebelumnya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama orang dewasa lainnya. (Hurlock, dalam Psikologi Perkembangan, 2015, hlm. 183) Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition), transisi secara intelektual (intelectual transitition), serta transisi peran sosial (social role trantition). (Santrock, dalam Psikologi Perkembangan, hlm. 183) Bagi kebanyakan orang awam, terdapat tiga kriteria untuk mendefinisikan masa dewasa : (1) menerima tanggung jawab akan diri sendiri, (2) membuat keputusan mandiri dan, (3) mandiri secara finansial. Di negara-negara industri, pencapaian tujuan memerlukan waktu lama dan diikuti oleh berbagai rute dibandingkan periode sebelumnya. Sebelum pertengahan abad ke-20, laki-laki
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
muda yang lulus dari SMA umumnya mencari pekerjaan yang tetap, menikah, dan memulai sebuah keluarga. Bagi perempuan muda, rute umum ke masa dewasa adalah menikah, yang segera terjadi secepat mereka menemukan pasangan yang cocok. (Arnett, dalam Papalia 2014) Jadi, beberapa ilmuwan perkembangan menyatakan bahwa banyak orang muda dalam kelompok sosial industri, remaja akhir melalui pertengahan hingga akhir usia 20-an menjadi periode kehidupan yang berbeda, dari keseluruhan proses kehidupan peralihan masa dewasa. Hal ini merupakan titik dalam rentang kehidupan dewasa muda dapat mencari tahu siapa diri mereka dan memiliki kesempatan untuk mencoba hal-hal baru dan cara hidup yang berbeda. Pada dasarnya, ini merupakan periode waktu selama orang muda tidak lagi di masa remaja, tetapi juga belum menetap menjalankan peran di masa dewasa. (Arnett, 2002, 2004, 2006 ; Furstenberg dkk., 2005). Meskipun ketidakpastian dan kekacauan yang menandai proses ini dapat ditekan, kebanyakan orang muda memiliki sudut pandang positif akan masa depan mereka dan siap untuk menghadapi kehidupan dewasa mereka. (Arnett, dalam Papalia 2014) Pandangan peneliti dalam memilih usia dewasa awal juga karena pada usia ini merupakan usia peralihan dari masa remaja ke dewasa serta usia yang masih dapat mengerti perkembangan dan kemajuan zaman. Sehingga motivasi diri yang cukup, sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan selibat dan kehidupan membiara dalam mengatasi rasa duniawi yang sangat kental pada zaman modern ini. Bagaimana mereka mengatasi ‘godaan-godaan’ yang mereka pantangkan dan bagaimana mereka mencapai tingkat aktualisasi diri sebagai kaum biarawati seutuhnya. 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.7. Wanita pada Masa Dewasa Awal Salah satu tahapan perkembangan yang paling dinamis sepanjang rentang kehidupan manusia adalah dewasa muda, sebab seseorang mengalami banyak perubahan-perubahan progresif secara fisik, kognitif, maupun psikososioemosional, untuk menuju integrasi kepribadian yang semakin matang dan bujaksana. Secara umum mereka tergolong pada dewasa muda (young adulthood) adalah mereka yang berusia 20 hingga 40 tahun. (Hurlock, 1999). Saxton (dalam Andi Mappiare, 1983 : 140) mengungkapkan kebutuhan utama dan kuat yang mendorong individu untuk hidup berkeluarga secara umum adalah kebutuhan material, kebutuhan seksual, dan kebutuhan psikologis.tetapi, dari segi psikologi, kebutuhan utama dan terkuat untuk berkeluarga bagi dewasa muda agaknya adalah cinta, rasa aman, pengakuan, dan persahabatan. Teori Erikson tentang Keakraban versus Keterkucilan (Intimacy versus Isolation) menggambarkan keintiman sebagai penemua diri sendiri pada orang lain namun kehilangan diri sendiri. Saat dewasa muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang lain, maka keintiman akan dicapai, namun bila tidak akan tercapai isolasi. (Erikson, 1968) Pada perubahan yang terjadi di masa dewasa muda, jika dipandang dari gender, jenis kelamin biologis dan identitas gender yang saling berkorespondensi, hal ini tidak hanya berubah secara fisik, tetapi juga secara psikis Laki – laki lebih identik dengan kuat, perkasa, dan maskulin, sedangkan wanita lebih kepada makhluk lemah, lembut, dan feminim. Wanita lebih cenderung menyadari
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
emosinya, lebih berbagi penghargaan dan ingin mempertahankan hubungan daripada mengendalikannya. (Baron, 2003: 188). Nolen-Hoeksema, Laron, & Grayson (Dalam Baron, 2003: 202) mendeskripsikan wanita adalah subjek terhadap tekanan sosial yang mendorong mereka untuk memperjuangkan dan mempertahankan kerjasama dan kemurahan hati, wanita merasa terlalu bertanggung jawab akan kesejahteraan orang lain. Depresi dapat timbul karena wanita lebih cenderung mengalami situasi negatif berulang kali.
2.8. Asumsi Dasar Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham Maslow Pandangan Maslow (Maslow, 1943, 1970) yang menjabarkan beberapa asumsi dasar dalam pencapaian pemenuhan kebutuhan yaitu : 1. Pertama, Maslow mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruh pada motivasi (holistic approach to motivation). Yaitu keseluruhan dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi yang termotivasi. 2.
Kedua, motivasi/dorongan biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal (motivation is usually complex), yang berarti bahwa tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa dorongan yang terpisah. Selain itu, dorongan dalam diri untuk melakukan sebuah tingkah laku dapat disadari maupun tidak disadari oleh orang yang melakukan. Contohnya seperti, keinginan seseorang untuk mendapatkan keinginan-keinginan
yang
hasil yang memuaskan dapat menutup
sesungguhnya
seperti
mendapatkan penghargaan dan memperoleh kekuasaan.
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kebutuhan
untuk
3.
Asumsi ketiga adalah bahwa orang-orang berulang kali terdorong oleh pemenuhan kebutuhan-kebutuhan (people are continually motivated by one need or another). Hal ini menjelaskan tentang, ketika sebuah kebutuhan terpenuhi, biasanya kebutuhan tersebut berkurang kekuatan untuk memotivasinya dan digantikan oleh kebutuhan lain. Contohnya, selama kebutuhan akan makanan/rasa lapar sudah terpenuhi, maka mereka beralih pada kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti, kebutuhan harga diri, kasih sayang, dan lain-lain.
4.
Asumsi lainnya yaitu bahwa semua orang dimanapun memenuhi kebutuhan dasar yang sama (all people everywhere are motivated by the same basic needs).
5.
Dan pada asumsi yang terakhir, Maslow mengatakan bahwa kebutuhankebutuhan dapat dibentuk menjadi sebuah hierarki (needs can be arranged on a hierarchy).
2.9. Model Humanistik : Abraham Maslow Abraham Maslow mengemukakan bahwa pada prinsipnya pembentukan dan perkembangan kepribadian manusia didasari motivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut menyebabkan individu bergerak mengarahkan perilakunya guna mencapai kepuasan, baik kepuasan yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosiologis. (Hall dan Lindzay, 1978 ; Papalia, Olds, dan Feldman 1998 ; Wallace, 1993) Dalam teori Humanistik, beberapa andaian telah dibuat. Antara andaian yang dibuat oleh ialah manusia mempunyai keperluan dan keperluan azas.
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sekiranya keperluan dan keperluan azas dipenuhi sepenuhnya maka secara langsung individu dapat memotivasi individu sendiri ke peringkat yang lebih tinggi yaitu mencapai tahap kesempurnaan diri. ini disokong oleh hierarki keperluan yang menyatakan bahwa jika keperluan psikologi tidak dipenuhi oleh individu maka jiwa seseorang tersebut akan terganggu dan tidak tenteram. (Maslow, 1984) 2.9.1. Teori Maslow : Hierarki Kebutuhan Maslow menyusun teori humanisme, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan menyajikan secara ringkas enam jenjang basic need atau deviciency need, dan dua jenjang metaneeds atau growth needs. Jenjang pemenuhan kebutuhan bersifat mengikat, maksudnya; kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah harus relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi. Jadi kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan, baru muncul kebutuhan kasih sayang, begitu seterusnya sampai kebutuhan dasar terpuaskan baru akan muncul kebutuhan meta. (Huitt, 2004). Gambar Hierarki Kebutuhan menurut Maslow yang diperbarui (Maslow, 1971; Maslow dalam Wilcox, 2006) :
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Maka, dari gambar hirarki kebutuhan tersebut dijelaskan dan dijabarkan melalui tahapan-tahapan dari Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan) seperti di bawah ini: Tabel 2.9.1. Tahapan dari Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan) No 1
Jenjang Needs Physiological needs Kebutuhan Karena
Deskripsi Kebutuhan homeostatik
Kekurangan
yang meliputi makan,
(Basic Needs)
minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks.
2
Safety needs
Kebutuhan
keamanan
yaitu seperti stabilitas, proteksi, hukum,
struktur, keteraturan,
mengerti batasan, dan bebas dari takut serta cemas. 3
Belonging-ness/
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kebutuhan
kasih
Love needs
sayang yang meliputi seperti perhatian dan kasih
sayang
dari
keluarga,
sejawat,
pasangan,
anak.
Kebutuhan
menjadi
bagian
kelompok
masyarakat.
(Menurut
Maslow,
kegagalan
dalam
menerima
kebutuhan cinta serta memiliki
ini
dapat
menjadi sumber pada bentuk psikopatologi). 4
Esteem needs
1. Kebutuhan kekuatan yaitu meliputi penguasaan, kompetensi, kepercayaan diri, kemandirian. 2. Kebutuhan
prestise
yaitu
meliputi
penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, penting,
menjadi kehormatan
dan apresiasi. 5
Need to know and Understand (Cognitive Needs)
Kebutuhan yang berdasarkan pada rasa ingin tahu, ingin memahami, dan
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengeksplorasi. 6
Aesthetic Needs
Kebutuhan akan kerapihan, ketertiban, serta keindahan lingkungannya.
7
Kebutuhan Berkembang (Metaneeds)
Self-Actualization needs (Metaneeds)
1. Kebutuhan orang untuk menjadi yang seharusnya sesuai dengan potensinya. 2. Kebutuhan kreatif, realisasi diri dan perkembangan diri. 3. Kebutuhan harkat kemanusiaan untuk mencapai tujuan, terus maju, menjadi lebih baik. 4. Being-values ; kebutuhan berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman, penggunaan kemampuan kognitif secara positif, serta mencari kebahagiaan 5. Pemenuhan kepuasan alih-alih untuk menghindari rasa sakit. (Masing-masing kebutuhan berpotensi sama, satu sama lain dapat mengganti
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lainnya) Transcendence (SelfTranscendence)
8
Kebutuhan ini yang terhubung dengan sesuatu melampaui ego atau membantu orang lain untuk menemukan pemenuhan diri sendiri dan merealisasikan potensi individu tersebut
Dalam mencapai kepuasan kebutuhan, seseorang harus berjenjang, tidak peduli seberapa tinggi jenjang yang sudah dilewati, kalau jenjang dibawah mengalami ketidakpuasan atau tingkat kepuasannya masih sangat kecil, dia akan kembali ke jenjang yang tak terpuaskan itu sampai memperoleh tingkat kepuasan yang dikehendaki. Jenis-jenis hierarki kebutuhan dasar menurut Maslow (1970) dalam buku The farther reaches of human nature, yang digambarkan dalam bentuk piramida tersebut dijabarkan seperti berikut ini : 1.
Kebutuhan Dasar Pertama: Kebutuhan Fisiologi (Physiological Needs) Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ditinggalkan dan orang mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.
2.
Kebutuhan Dasar Kedua : Kebutuhan Keamanan (Safety Needs) Sesudah kebutuhan fisiologi terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang.
3.
Kebutuhan Dasar Ketiga : Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belongingness/Love Needs) Sesudah kebutuhan fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup. Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-Love dan Being atau B-love. Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah D-Love; orang yang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak sendirian. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama atau perkawinan yang membuat orang
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terpuaskan kenyamanan dan keamanannya. D-love adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, yang memperoleh daripada memberi. B-Love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi, dan terutama bertujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan diri dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang.
4.
Kebutuhan Dasar Keempat : Kebutuhan Harga Diri (Esteem Needs) Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya melemah, diganti dengan motivasi harga diri. Ada 2 jenis harga diri : 1. Menghargai diri sendiri (Self-Respect) : Kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. 2. Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other) : kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima, dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain.
5.
Kebutuhan Dasar Kelima : Kebutuhan Ingin Tahu dan Mengerti/Kognitif (Need to Know and Understand/Cognitive) Keinginan untuk tahu dan mengerti adalah kebutuhan konatif yang harus dilakukan dengan usaha-usaha tertentu, dan kebutuhan ini diperlukan
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
layaknya
kebutuhan
dasar.
Pengetahuan
menjadi
prasyarat
untuk
mengaktualisasikan diri karena jumlah pengetahuan sangat penting untuk motivasi mengembangkan potensi dan merencanakan hidup. Ketika kebutuhan kognitif tidak terpenuhi, semua kebuthan pada hierarki Maslow terancam tidak dapat terpenuhi pula karena pengetahuan merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk memenuhi masing-masing dari kelima kebutuhan konatif tersebut. (Maslow, 1970). Maslow (1968b, 1970) percaya bahwa orang-orang yang sehat mempunyai keinginan untuk mengetahui lebih besar dalam berteori, membuktikan hipotesis, menyelesaikan misteri, atau untuk mencari tahu bagaimana suatu hal berfungsi hanya karena mereka penasaran ingin tahu.
6.
Kebutuhan Dasar Keenam : Kebutuhan Estetika (Aesthetic Needs) Berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan konatif, kebutuhan estetika tidaklah bersifat unversal. Akan tetapi, setidaknya beberapa orang di setiap kultur sepertinya termotivasi oleh kebutuhan akan keindahan dan pengalaman yang menyenangkan secara estetis. Seperti hal-nya masyarakat sejak jaman purbakala hingga masa kini, beberapa orang telah menghasilkan seni karena ingin berseni. (Maslow, 1967) Orang-orang dengan kebutuhan estetika yang kuat menginginkan lingkungan yang indah dan teratur dan ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, mereka merasa sakit sama hal-nya seperti orang-orang yang tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan konatifnya juga dan mereka bahkan bisa mengalami
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sakit fisik maupun psikologis jika dipaksa untuk tinggal di lingkungan yang kotor dan tidak teratur. (Maslow, 1970).
7.
Kebutuhan Dasar Ketujuh (Meta) : Kebutuhan Aktualisasi Diri (SelfActualization Needs) Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya secara maksimal seluruh bakat kemampuan potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu.
8.
Kebutuhan Kedelapan Transendensi Diri (Self-Transendence) Ketika sudah mencapai kebutuhan aktualisasi diri, maka seseorang akan mengalami banyak peak-experiences – yang merupakan pengalaman penuh cinta, pengertian, kebahagiaan, dan sebagainya. Pada peak experiences ini seseorang merasa terinspirasi untuk secara aktif memperdalam dan menstabilkan pengalaman tersebut. Transendensi diri diletakkan pada posisi yang paling tinggi dalam hierarki kebutuhan sebab pada tahap ini manusia memiliki hasrat untuk berada pada kesadaran yang melampaui kapasitas manusia dan merasakan pengalaman ke-Esa-an yang menyeluruh. Dapat 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dikatakan pada transendensi diri ini individu lebih mengarah pada spiritualitasnya.
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.10. Kerangka Berpikir Masa Dewasa Awal Usia 20-40 tahun
Wanita pada Masa Dewasa Awal dalam menjalani kehidupan Selibat (Biarawati)
Cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada individu yang dibutuhkan sebagai wanita pada masa dewasa awal
Kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi (Abraham Maslow, 1971) : Kebutuhan fisiologis, Kebutuhan keamanan, Kebutuhan kasih sayang, Kebutuhan harga diri, Kebutuhan kognitif, Kebutuhan estetika, Aktualisasi diri, Transendensi Diri
Pencapaian puncak pemenuhan kebutuhan menurut A. Maslow (Aktualisasi Diri dan Transendensi Diri) dalam memenuhi Kebutuhan-Kebutuhan yang tidak dapat tercapai/terpuaskan.
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/