BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa Onong Uchjana Effendy menjelaskan dalam bukunya llmu, Teori dan Filsafat Komunikasi tentang yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media modern, yang meliputi surat kabar yang memiliki sirkulasi yang luas, siaran radio, dan televisi yang ditunjukan kepada umum, dan film yang dipertunjukan di gedung-gedung bioskop.9 Sedangkan menurut Wiryanto komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Dalam sejarah publistik dimulai satu setengah abad setelah ditemukan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg, sejak itu dimulai suatu zaman yang dikenal dengan zaman publistik atau awal dari era komunikasi massa.10 Sedangkan
Liliweri
berpendapat,
bahwa
komunikasi
massa
sebenarnya sama seperti bentuk komunikasi lainnya, dalam arti memiliki unsur-unsur seperti sumber (orang), bidang pengalaman, pesan, saluran, gangguan dan hambatan, efek, konteks maupun umpan balik. Sekalipun berbagai pengertian komunikasi massa telah dikemukakan oleh berbagai
9 10
Onong Uchjana Effendy. llmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2003. Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Grasindo. Jakarta. 2000, 1.
10
11
kepustakaan, namun demikian secara umum komunikasi massa sebenarnya merupakan suatu proses yang melukiskan bagaimana komunikator secara profesional menggunakan tekhnologi pembagi dalam menyebarluaskan pengalamannya yang melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak. Lebih lanjut dia mengatakan, bahwa prosesnya memiliki suatu unsur istimewa, yaitu penggunaan saluran. Teknologi pembagi atau media dengan massa yang disebut saluran itu dipergunakan untuk mengirimkan pesan yang melintasi jarak jauh, misalnya buku, pamplet, majalah, surat kabar, warkat pos, rekaman-rekaman, televisi, gambar-gambar poster, dan bahkan saat ini ditambah lagi dengan komputer serta aplikasinya dengan jaringan telepon serta satelit.11 Massa seringkali sangat besar, lebih dari kebanyakan kelompok, kerumunan, atau publik. Para anggotanya tersebar luas dan biasanya tidak saling mengenal satu sama lain, termasuk orang yang melahirkan khalayak itu. Massa kurang memiliki kesadaran diri dan identitas diri serta tidak mampu bergerak secara serentak dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Massa ditandai suatu komposisi yang selalu berubah dan berada dalam batas wilayah yang selalu berubah pula. Ia tidak bertindak untuk dirinya sendiri, tetapi “disetir” untuk melakukan suatu tindakan. Para anggotanya heterogen dan banyak sekali jumlahnya, serta berasal dari semua lapisan sosial dan kelompok demografis, meskipun demikian dalam menentukan suatu obyek perhatian tertentu, mereka selalu bersikap sama 11
Alto Liliweri, Komunikasi Massa Dalam Masyarakat. Citra Aditya Bakti. Jakarta. 1998, 10.
12
dan berbuat sesuai dengan presepsi orang yang akan memanipulasi mereka.12 2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa Komunikasi massa menurut Hafield Cangara, mempunyai karakteristik sebagai berikut: 13 1.
Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan maupun dari segi kebutuhan.
2.
Sumber dan penerima dihubungkan oleh satu saluran yang telah diproses secara mekanik.
3.
Sumber juga merupakan suatu lembaga atau instansi yang berdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, teknisi dan sebagainya. Karena itu proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana dan lebih rumit.
4.
Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya.
5.
Lambat dan sangat terbatas, tetapi dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa.
6.
Elektronik seperti radio dan televisi maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar.
7.
Sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, bersamaan dan luas. Dan mampu mengatasi jarak dan waktu.
12 13
Dennis Mc Quail. Teori Komunikasi Massa. Erlangga. Jakarta. 1987, 33. Josep A. Devito. Komunikasi Antar Manusia, ed kelima terjemahan Agus.
13
8.
Dari segi ekonomi, biaya komunikasi massa cukup mahal dan memerlukan
dukungan
tenaga
kerja
relatif
banyak
untuk
mengelola. 2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Menurut De Vito, popularitas dan pengaruh yang merasuk dari media massa hanya dapat dipertahankan apabila mereka menjalankan beragam fungsi pokok. Enam diantara fungsi yang paling penting yang dibahasnya adalah sebagai berikut: 14 1. Fungsi Menghibur Media mendesain program-program mereka untuk menghibur halayak. Tentu saja, sebenarnya, mereka memberi hiburan itu untuk mendapatkan perhatian dari khalayak sebanyak mungkin sehingga mereka dapat menjual hal ini kepada para pengiklan. Inilah sebab utama adanya komunikasi massa. Dalam periklanan dilarang untuk dilakukan di banyak macam media, prosesnya berbeda. Tetapi di Amerika Serikat dan di kebanyakan Negara demokrasi lainnya, jika media tidak memberi hiburan, mereka tidak akan hidup lama dan dengan cepat akan tersingkir dari arena. 2. Fungsi Meyakinkan Meskipun fungsi media yang paling jelas adalah menghibur, namun fungsi yang terpenting adalah meyakinkan (to persuade). Persuasi dapat datang dalam banyak bentuk, misalnya: 14
Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009, 238.
14
a. Memperkuat sikap kepercayaan atau nilai seseorang Sukar bagi satu pihak untuk mengubah orang dari satu sikap tertentu ke sikap yang lain. Dan media, dengan semua sumber daya dan kekuatan yang ada pada mereka, tidak terkecuali. Lebih sering media mengukuhkan atau membuat kepercayaan, sikap, nilai dan opini kita menjadi lebih kuat. b. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang Media akan mengubah sementara orang yang tidak memihak dalam suatu masalah tertentu. Jadi, mereka yang terjepit diatara orang Republik dan Demokrat (di Amerika) akhirnya akan terscret ke salah satu pihak akibat pengaruh yang kita anggap sepele. Sebagai contoh, perubahan pada perilaku membeli kertas tisu, mengkin sangat dipengarui oleh media. Akan tetapi De Vito menegaskan pula bahwa, preferensi politik, sikap religious, dan komitmen sosial, khususnya yang sangat kita yakini, tidak mudah diubah. c. Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu Dari sudut pandang pengiklan, fungsi terpenting dari media adalah
menggerakkan
(activating)
para
konsumen
untuk
mengambil tindakan. Media berusaha mengajak para pemirsa atau pembaca untuk membeli roti merk tertentu, menggunakan silet merk tertentu dan memilih barang merk tertentu dibanding merk yang lain. Setelah suatu sikap dibentuk atau suatu pola perilaku
15
dimantapkan, media berfungsi menyalurkan, mengendalikannya kearah tertentu. d. Menawarkan etika, atau sistem nilai tertentu Fungsi persuasif lainnya adalah mengetikakan (ethicizing). Dengan mengungkapkan secara terbuka adanya penyimpangan tertentu dari suatu norma yang berlaku (misalnya, skandal Jim Brakker), media merangsang masyarakat untuk mengubah situasi. Mereka menyajikan etik kolektif kepada pemirsa atau pembaca. Sebagai contoh, tanpa dipublikasikannya skandal Watergate, tidaklah mungkin muncul tuntutan masyarakat yang akhirnya menjatuhkan Watergate. 3. Menginformasikan Sebagaian besar informasi, kita dapatkan bukan dari sekolah, melainkan dari media. Kita belajar musik, politik, seni, sosiologi, psikologi, ekonomi dan masih banyak lagi subjek lainnya dari media. Kita juga mengenal tempat-tempat lain dan masa-masa lain dari film, disamping itu juga dari buku sejarah. Salah satu cara mendidik (mempersuasi) adalah melalui pengajaran nilai-nilai, opini, serta aturan-aturan yang dianggap benar kepada pemirsa atau pembaca. Artinya, sebagian dari fungsi edukasi media diarahkan untuk membuat khalayak tersosialisasi. Mereka melakukannya dalam drama, cerita, diskusi, artikel, komik dan iklan-iklan. Dalam semua situasi ini, nilai-nilai masyarakat diungkapkan secara tidak
16
dikatakan. Maksudnya begini, kita diajari bagaimana berpakaian yang pantas untuk berbagai macam kesempatan, apa artinya menjadi warga negara yang baik, apa makanan yang layak, bagaimana berkomunikasi dengan orang yang berlainan bangsa atau suku, bagaimana berperilaku di tempat asing, dan lain sebagainya. 4. Menganugerahkan Status Daftar seratus orang terpenting di dunia bagi kita hampir boleh dipastikan berisi nama-nama orang yang banyak dimuat dalam media. Tanpa pemuatan orang-orang tersebut tentulah tidak penting, setidak-tidaknya dimata masyarakat. Paul Lazarfeld dan Robert Merton,
dalam
karya
mereka
yang
berpengaruh
“Mass
Communication, Popular Taste, and Organized Social Action” (1951), mengatakan; “Jika Anda benar-benar penting, Anda akan menjadi pusat perhatian massa dan jika Anda menjadi pusat perhatian massa, berarti Anda memang penting”. Sebaliknya tentu saja, jika Anda tidak mendapat perhatian massa, maka Anda tidak penting. 5. Fungsi Membius Salah satu fungsi media yang paling menarik dan paling banyak dilupakan adalah fungsi membiusnya (narcotizing). Ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu tealah diambil. Sebagai
17
akibatnya, pemirsa atau penerima terbius ke dalam keadaan tidak aktif seakan-akan berada dalam pengaruh narkotik 6. Menciptakan Rasa Kebersatuan Salah satu fungsi komunikasi massa yang tidak banyak orang menyadarinya adalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok bayangkanlah seorang pemirsa televisi yang sedang sendirian, duduk dikamarnya menyaksikan televisi sambil menikmati makan malam. Program-program televisi membuat orang yang kesepian ini merasa menjadi anggorta sebuah kelompokyang lebih besar 2.1.3 Sifat-sifat Komunikasi Massa Ada beberapa sifat yang melekat dalam komunikasi massa dan sekaligus membedakannya dengan bentuk komunikasi yang lainnya. Sifat - sifat yang dimaksud menyangkut hal - hal sebagai berikut: 15 1. Sifat Komunikator Sesuai dengan hakikatnya, di
dalam sifat
pengunaan
media/saluran secara professional dengan teknologi tinggi melalui usaha-usaha industri maka pemilikan media massa bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha yang mempunyai struktur dan penjelmaan tugas, fungsi-fungsi serta misi tertentu. Oleh karena itu, maka berbagai pesan yang terbit dari suatu media massa sebenarnya bukan
15
Marhaeni Fajar. Op. Cit., 222.
18
lagi milik perorangan, tetapi hasil rembukan, olahan redaksi atau keputusan dari kebijaksanaan organisasi yang menerbitkannnya. 2. Sifat Pesan Pesan komunikasi massa bersifat umum, universal tentang berbagai hal dari berbagai tempat di muka bumi. Sementara itu, isi media massa adalah tentang berbagai peristiwa apa saja yang patut diketahui oleh masyarakat umum. Tidak ada pesan komunikasi massa yang hanya ditujukan kepada suatu masyarakat tertentu (meskipun dalam kenyataannnya sebagian pesan ditujukan untuk khalayak pada segmen tertentu, misalnya iklan mobil BMW). Namun, iklan-iklan seperti itu juga terbaca oleh khalayak di luar segmen masyarakat kaya yang menjadi sasarannya. 3. Sifat Media Massa Liliweri juga menegaskan, sebenarnya salah satu ciri yang paling khas dalam komunikasi massa adalah sifat media massa. Komunikasi massa dampaknya lebih bertumpu pada andalan tekhnologi pembagi pesan dengan menggunakan jasa industri untuk memperbanyak
dan
melipatgandakannya.
Bantuan
industri
mengakibatkan berbagai pesan akan menjangkau khalayak dengan cara cepat serta tepat secara terus menerus. Hal ini akan berfungsi mengatur hubungan antara komunikator dengan komunikan yang dilakukan secara serempak dan menjangkau berbagai titik-titik pemukiman manusia di muka bumi pada waktu yang sama. Jasa
19
teknologi untuk melipatgandakan pesan itulah yang membuat distribusi pesan dilakukan secara industrial, diproduksi secara besarbesaran dalam suatu badan usaha industri yang memasok modal besar. 4. Sifat Komunikan Komunikan dalam suatu komunikasi massa adalah masyarakat umum yang sangat beragam, heterogen dalam segi demografis, geografis maupun psikografis. 5. Sifat Efek Secara umum komunikasi massa mempunyai tiga efek. Berdasarkan teori hierarki efek yaitu: a) Efek kognitif, pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. b) Efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dan khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah ataupun berkurang rasa tidak senangnya terhadap sesuatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi. c) Efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
20
6. Sifat Umpan Balik Umpan balik dari suatu komunikasi massa biasanya lebih bersifat tertunda daripada umpan balik langsung dalam komunikasi antar pribadi. Maksudnya adalah bahwa pengembalian reaksi terhadap suatu pesan kepada sumbernya tidak terjadi pada saat yang sama, melainkan ditunda setelah media itu beredar, atau pesannya itu memasuki kehidupan suatu masyarakat tertentu. Contohnya dapat kita lihat misalnya, reaksi orang terhadap berita tentang kenaikan tarif angkutan yang disiarkan surat kabar atau televisi, demikian pula reaksi petani terhadap berita tentang kehadiran varietas pada jenis baru. Reaksi itu sendiri baru muncul melalui pikiran pembaca di surat kabar, atau surat yang ditujukan kepada TVRI melalui siaran pedesaan.
2.2 Media Massa 2.2.1 Definisi Media Massa Media massa dapat didefinisikan sebagai media yang mampu menimbulkan
keserempakan
diantara
khalayak
yang
sedang
memperlihatkan pesan yang dilancarkan oleh media tersebut. Media massa merupakan lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem pemerintah di negara dimana ia beroperasi bersama–sama dengan subsistem lainnya.
21
Media massa dapat dibagi menjadi kedalam dua kelompok yaitu media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak antara lain meliputi surat kabar, majalah, dan bulletin. Sedangkan media massa elektronik mencakup media audio seperti radio, dan media audio visual yaitu TV dan film.16 Media massa juga dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi.17 Dari beberapa keterangan di atas maka media massa dapat didefinisikan sebagai media yang mampu menimbulkan keserempakan di antara khalayak yang sedang memperhatikan pesan yang dilancarkan oleh media tersebut. Perkembangan masyarakat yang dipacu oleh kemajuan tekhnologi komunikasi yang semakin canggih menunjukan pengaruh yang kuat terhadap kemekaran media massa, tetapi dilain pihak secara timbal balik ini menimbulkan dampak yang sangat kuat pula terhadap masyarakat. 2.2.2 Fungsi Media Massa Peran media massa sebagai suatu instansi penting dalam masyarakat, semakin meningkat. Menurut Sean McBride, media massa memiliki fungsi penting antara lain:18
16
Dennis Mc Quail. Op. Cit., 31. Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi: edisi revisi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2007. 18 Hafied Cangara. Op Cit,. 63. 17
22
1. Informasi Yaitu kegiatan untuk mengumpulkan, menyampaikan data, fakta dan pesan, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi diluar dirinya, apakah itu dalam lingkungan daerah, nasioanl atau internasional. 2. Sosialisasi Menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai–nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif. 3. Pendidikan Membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah, maupun untuk di luar sekolah. Juga meningkatkan kualitas penyajian materi yang baik, menarik dan menegaskan. 4. Hiburan Media massa telah menyita banyak waktu luang untuk semua golongan usia dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam rumah tangga, lirik dan bunyi maupun gambar dan bahasa, membawa orang pada situasi menikmati hiburan seperti halnya kebutuhan pokok lainya. 5. Motivasi Yaitu mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dengar melaui media massa.
23
2.2.3 Karakteristik Media Massa Komunikasi
massa adalah adanya suatu organisasi yang
kompleks dan formal dalam tugas operasional pengiriman pesan, berikut ini beberapa karakteristik dari media massa: 19 1. Adanya khalayak luas dan heterogen. 2. Isi pesan bersifat umum, tidak bersifat rahasia. 3. Komunikasi dilakukan dengan massa yang heterogen dengan tingkat pendidikan, keadaan sosial, ekonomi maupun keadaan kebudayaan. 4. Setiap pesan mengalami kontrol sosial, dalam arti murni yaitu dinilai oleh banyak orang dengan berbagai latar belakang dan taraf pendidikan maupun daya cernanya. 5. Walaupun reaksi pada pihak khalayak akan berbeda–beda, pesan yang keluar dari peralatan komunikasi difokuskan pada perhatian yang sama, seakan–akan khalayak yang heterogen tersebut akan memberikan reaksi yang sama pula. 2.2.4 Jenis-jenis Media Massa Media massa dibagi menjadi dua yaitu, media massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang memenuhi kriteria sebagai media massa adalah: 1. Surat kabar Surat kabar adalah media massa yang paling tua umurnya daripada media massa lainnya. Sejarah mencatat keberadaan surat kabar 19
Alto Liliweri, Komunikasi Massa Dalam Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta 1998, 10.
24
dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg di Jerman pada abad ke-15. Sedangkan di Indonesia, surat kabar ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan serta zaman orde lama dan orde baru. 2. Majalah Beberapa ahli mendefinisikan majalah sebagai kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya, yang dicetak dalam lembaran kertas kuarto atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti seminggu atau dua minggu sekali atau bahkan sebulan sekali. Sedangkan media massa yang termasuk dalam media elektronik adalah : 1. Radio Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat masih digunakan hingga saat ini. Penggunaan awal radio adalah untuk mengirimkan pesan telegraf menggunakan kode morse antara kapal dan darat. Salah satu pengguna awal termasuk angkatan laut Jepang memata-matai armada Rusia pada saat perang Tsushima di 1901. 2. Televisi Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Di Indonesia penyiaran televisi pertamakali dilangsungkan pada tanggal 24 Agustus 1962,
25
bertepatan dengan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. 3. Media on-line (internet) Media on-line adalah sebuah media dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpatisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi informasi, berita terkini, blog, social network, wiki, forum dan dunia virtual. 4. Film Gambar bergerak atau film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video digital setiap minggunya.
2.3 Film Sebagai Media Massa Film sebagai salah satu media dalam komunikasi massa, berperan sebagai saran baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, menyajikan cerita, peristiwa, musik drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum.20 2.3.1 Pengertian Film Definisi film berbeda disetiap negara, di Prancis ada pembedaan antara film dan sinema. „Filmis‟ berarti berhubungan dengan film dan dunia sekitarnya, misalnya sosial politik dan kebudayaan. Kalau di Yunani, film dikenal dengan istilah Cinema yang merupakan singkatan 20
Dennis McQuail. Op. Cit., 13.
26
Cinematograpi ada juga istilah lain yang berasal dari bahasa Inggris, movies berasal dari kata move, gambar bergerak atau gambar hidup. Film adalah selaput tipis yang dilapisi dengan zat peka cahaya, media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang sering digunakan untuk menyimpan cahaya/gambar negatif atau positif yang tertangkap lensa. Dalam bidang sinematografi
perihal
media
menyimpan
ini
telah
mengalami
perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpanan selluloid (film), pita analog dan yang terkhir media digital (pita, cakram, memori chip). Berawal dari inilah maka pada awalnya karya sinematografi
yang
memanfaatkan
media
selluloid
sebagai
penyimpanannya. Sejalan dengan perkembangan media penyimapan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan pada media selluloid, analog maupun digital. 2.3.2 Sejarah Film Film alias gambar bergerak dimulai dari sejumlah temuan teknologi di akhir abad ke-19. Kelak temuan tersebut menjadi titik picu kelahiran industri film. Aneka piranti semacam permainan optis (seperti
27
mainan teropong yang diputar-putar memberikan gambaran geometris tertentu dengan bantuan kaca cermin di tiga sudut sisinya), pertunjukan bayangan
(semacam
wayang),
lentera
ajaib
dan
alat
yang
dikembangkan kemudian. Sebuah alat yang dinamai roda kehidupan alias "zoopraxiscope" yang bisa memperlihatkan gambar animasi atau foto bergerak dipatenkan William Lincoln di Amerika Serikat (AS) tahun 1867. Untuk melihat gambar itu bergerak, sebuah celah lubang menjadi 'sasaran' mata penonton. Mungkin mirip dengan gambar to'ong. Namun temuan tersebut jauh dari bentuk gambar bergerak atau biasa disebut film saat ini. Film saat ini bermula dari temuan kamera film. Seorang warga Perancis, Louis Lumiere kerap disebut sebagai penemu kamera film pertama di tahun 1895. Sebenarnya, ada beberapa orang lain juga membuat produk serupa yang juga sejaman pada era Lumiere. Mungkin ibarat siapa yang lebih dahulu diketahui, dialah yang akan menuai kemashuran. Temuan Lumiere berupa kamera film yang bisa dibawa ke mana saja, lalu alat pemroses film dan projektor yang dinamai Cinematographe. Ketiga fungsi tersebut menjadi satu kesatuan temuannya. Cinematographe telah membuat gambar bergerak atau film menjadi sangat populer pada masanya. Kalau boleh dikatakan temuan Lumiere telah membuka pintu era film. Ia juga bersama saudaranya telah memulai pertunjukan film komersial kepada sejumlah penonton yang membayar.
28
Dari negara lain, perusahaan yang didirikan Thomas Alva Edison memperkenalkan temuan Kinetoscope di tahun 1891. Temuan itu memungkikan
satu
orang
untuk
menonton
gambar
bergerak.
Belakangan temuan itu disempurnakan menjadi projektor Vitascope pada tahun 1896. Versi pertama lentera ajaib diciptakan Athanasius Kircher asal Roma di abad ke-17. Ciptaannya berupa benda transparan yang disoroti pelita sederhana dari lilin menggunakan lensa, sehingga dapat memproyeksikan gambar. 2.3.3 Fungsi Film 1. Hiburan Film tersebut dapat menghibur penontonnya, apakah film itu membuat tertawa, mengeluarkan air mata atau membuat gemetar ketakutan. 2. Pendidikan Film yang dibuat dapat membawakan pesan yang sifatnya mendidik, tanpa dijejali adegan pembunuhan dan adegan lain yang berlebihan. 3. Penerangan Film yang dibuat dapat memberikan penerangan atau informasi pada masyarakat yang menonton.
29
2.3.4 Jenis-jenis Film 1.
Film Animasi Adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film ini menjadi sangat mudah
dan
cepat.
Bahkan
akhir-akhir
ini
lebih
banyak
bermunculan film animasi 3 dimensi daripada film 2 dimensi. 2.
Film Dokumenter Film dokumenter adalah film yang menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tidak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin.
3.
Film Berdasarkan Game Cerita dan tokoh-tokoh dalam film ini dibuat berdasarkan game yang sudah ada, baik game PC, Play Station maupun game yang lainnya.
4.
Film Biografi Film ini adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan tanda-tanda pekerjaan seseorang, biografi juga
30
bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadiankejadian tersebut. 5.
Film Berdasarkan Kisah Nyata Film berdasarkan kisah nyata adalah film yang dibuat berdasarkan kejadian nyata atau pernah terjadi di suatu tempat atau terjadi pada seseorang.
6.
Film Drama Tema ini mengetengahkan aspek-aspek human interest sehingga yang dituju adalah perasaan penonton untuk meresapi kejadian yang menimpa tokohnya. Tema ini juga dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya. Jika kejadiannya disekitar keluarga, disebut drama keluarga.
7.
Film Fiksi Ilmiah Fiksi ilmiah adalah suatu bentuk fiksi spekulatif yang terutama membahas
tentang
pengaruh
sains
dan
teknologi
yang
diimajinasikan terhadap masyrakat dan para individual. 8.
Film Horror Jika
sebuah
film
menawarkan
suasana
menakutkan
dan
menyeramkan membuat penontonnya merinding, itulah yang disebut film horror. Suasana horor dalam sebuah film bisa dibuat dengan cara animasi, special effect atau langsung oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut.
31
9.
Film Komedi Tema ini baiknya dibedakan dengan lawakan sebab jika dalam lawakan biasanya yang berperan adalah para pelawak. Film komedi tidak harus dilakonkan oleh pelawak, tetapi pemain film biasa. Intinya, tema komedi selalu menawarkan sesuatu yang membuat penontonnya tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak.
10. Film Action Istilah ini selalu berkaitan dengan adegan berkelahi, kebut-kebutan, tembak-menembak sehingga tema ini dengan sederhana bisa dikatakan sebagai film yang berisi “pertarungan” secara fisik antara protagonis dengan antagonis. 11. Film Superhero Adalah film karakter fiksi yang tokoh-tokohnya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk melakukan tindakan hebat untuk kepentingan umum. Pahlawan super memiliki kemampuan diatas rata-rata manusia, memakai pakaian yang khas dan menyolok serta nama yang khas dan digambarkan sebagai penolong yang lemah dan pembasmi kejahatan. 12. Film Berdasarkan Novel Adalah film yang diangkat dari cerita novel atau film yang lahir dari pengadaptasian sebuah novel, biasanya dikarenakan novel tersebut sudah terkenal sehingga apresiator ingin mengetahui lebih
32
lanjut bagaimana jika difilmkan. Selain itu ada juga yang menitikberatkan karena ceritanya yang menarik.21 2.3.5 Jenis Cerita Film Jenis cerita film dikelompokkan kedalam beberapa macam, yaitu : 22 1. Drama Cerita drama adalah jenis cerita fiksi yang bercerita tentang kehidupan dan perilaku manusia sehari-hari. Jenis cerita drama jika mengikuti teori Aristoteles hanya digolongkan menjadi tragedi, komedi dan gabungan antara tragedi dan komedi. 2. Drama tragedi Cerita drama yang termasuk jenisi ini adalah cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian. 3. Drama komedi Jenis drama ini dapat digolongkan lagi menjadi beberapa jenis: a. Komedi situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari pemain, melainkan karena situasinya. b. Komedi slapstic, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya, atau dengan gerak vulgar dan kasar. c. Komedi satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam.
21 22
http://wapedia.mobi/id/Kategori:Film_menurut_genre Elizabeth Lutters. Kunci Sukses Menulis Skenario. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta, 2006, 35-38.
33
d. Komedi farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan-kelucuan dengan dialog dan gerakangerakan yang lucu. 4. Drama misteri Drama ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian: a. Kriminal, misteri yang sangat terasa unsur ketegangannya/ suspense, dan biasanya menceritakan seputar kasus pembunuhan atau pemerkosaan. Si pelaku biasanya akan menjadi semacam misteri karena penulis skenario memperkuat alibinya. Sering kali dalam cerita jenis ini, beberapa tokoh bayangan dimasukkan untuk mengecoh penonton. b. Horror, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan roh halus atau makhluk yang menakutkan. c. Mistik, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat klenik, perdukunan, atau unsur gaib. 5. Drama action atau laga a. Modern, cerita drama yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau pertempuran, namun dikemas dalam setting yang modern. b. Tradisional, cerita drama yang juga menampilkan adegan laga, namun dikemas secara tradisional.
34
6. Melodrama Cerita ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya cenderung terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan. Emosi penonton dipancing untuk merasa iba pada tokoh protagonis dengan menampilkannya sedemikian rupa. 7. Drama Sejarah Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisahkisah sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya.
2.4 Penceritaan Film 2.4.1 Tema Cerita Tema cerita adalah dasar utama cerita yang ingin disampaikan oleh penulis. Berbagai macam tema dapat diangkat menjadi sebuah cerita.23 1. Percintaan Tema cerita yang paling umum kita lihat dan hampir semua sinetron atau film terdapat kisah percintaannya. 2. Rumah tangga atau keluarga Tema keluarga biasanya bercerita tentang masalah sekitar rumah tangga atau dalam keluarga. 3. Perselingkuhan Tema ini mengangkat tentang seorang suami atau istri ataupun pacar
23
Elizabeth Lutters. Op. Cit., 41-45.
35
yang tertarik dengan wanita atau pria lain. Cerita ini biasanya yang memicu konflik dalam beruhubungan. 4. Pembauran Tema pembauran di Indonesia lebih banyak bercerita tentang pembauran etnis seperti perkawinan/persatuan warga pribumi dengan keturunan Cina. 5. Persahabatan Film anak-anak atau remaja biasanya terdapat tema persahabatan, baik itu positif ataupun negatif. Misalnya film tentang persahabatan disekolah. 6. Kepahlawanan Tema kepahlawanan biasanya terdapat pada sifat tokoh yang suka menolong orang dan membela kebenaran. Penampilan tokoh ini biasanya berbeda dengan tokoh yang lain, seperti memiliki kekuatan lebih, dan lain-lain. 7. Petualangan Tema petualangan banyak terdapat dalam setiap film, baik film anak-anak, remaja ataupun dewasa. Dalam tema ini penulis sering menampilkan perjalanan panjang yang penuh rintangan atau untuk mencapai suatu tujuan. 8. Balas dendam Balas dendam banyak digunakan sebagai tema sebuah cerita, biasanya terdapat pada film laga atau action.
36
9. Fantasi atau fiksi Tema fantasi atau fiksi merupakan karangan seorang penulis untuk menciptakan suatu tokoh atau karakter. Biasanya berbeda dengan seperti manusia biasa, dan memiliki kelebihan kekuatan atau yang lain. 2.4.2 Grafik Cerita Grafik cerita diibaratkan tangga nada dalam musik. Alunan musik akan tercipta hanya dengan mengatur letak posisi 1-7 nada itu, dibumbui dengan titik dan gari-gari tanda birama. Grafik cerita dalam skenario berkaitan juga dengan irama plot yang membangun konflik pada tiap adegan dalam cerita skenario kita, berikut ini grafik umum yang diciptakan oleh Aristoteles, dan sampai saat ini masih banyak digunakan oleh beberapa penulis Indonesia untuk membuat skenario baik skenario teater sinetron atau film.24
Grafik 2.4.2.1
24
Elizabeth Lutters. Op. Cit., 51.
37
a. Exposition atau paparan, adegan awal dalam film yang biasanya berisi pengenalan atau penjelasan tokoh, masalah tokoh, kebiasaan tokoh dan pola awal jalan cerita b. Rangsangan (inciting moment) Peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Misalnya dengan kemunculan seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator atau suatu kejadian yang merusak keadaan yang pada mulanya selaras. c. Gawatan (rising action) Munculnya masalah antara tokoh utama dengan sesuatu (bisa masalah dengan tokoh lain, diri sendiri, nilai-nilai, lingkungan, dan lain-lain) sebagai kelanjutan dari bagian rangsangan. 2.4.3 Struktur Cerita 1. Inti cerita Inti cerita atau premise akan menjadi dasar dalam membentuk plot cerita (plotline). Intisari cerita bisa dikaitkan dengan pesan yang ingin disampaikan oleh cerita, atau sesuatu yang menentukan arah cerita. Struktur plotline yang diawali dengan konflik, komplikasi dan resolusinya biasa disebut dengan struktur drama tiga babak atau three acts structure. Struktur ini merupakan struktur dasar dalam
38
membangun sebuah cerita. Struktur drama tiga babak terbagi menjadi :25 a. Babak I Awal cerita, dengan pengenalan tokoh utama dan dunianya, konflik A dan perkenalan konflik B. b. Babak II Tengah cerita, komplikasi masalah, resolusi sementara konflik utama, resolusi konflik minor. c. Babak III Akhir cerita, resolusi masalah utama, resolusi masalah lainnya. 2. Plot/alur Plot/alur adalah jalan cerita atau alur cerita dari awal, tengah dan akhir.26 Berikut ini adalah contoh beberapa jenis alur : a. Alur maju (progresif) Pengarang menyajikan cerita dimulai dari awal menuju akhir cerita berdasarkan urutan kronologis. b. Alur mundur (flash back progresif) Pengarang bisa memulai cerita dari klimaks, kemudian kembali ke awal cerita menuju akhir. c. Alur gabungan atau campuran Alur maju dan mundur yang digunakan secara bersamaan dalam sebuah cerita. 25 26
Sony Set dan Sidharta. Op. Cit., 26-32. Sony Set dan Sidharta. Op. Cit., 26.
39
2.4.4 Unsur Dramatik Dalam skenario harus juga termuat unsur dramtik. Unsur dramatik dalam istilah lain disebut dramturgi, yaitu unsur-unsur yang dibutuhkan untuk melahirkan gerak dramtik pada cerita atau pada pikiran penontonnya. Berikut ini ada beberapa unsur dramatik: 27 1. Konflik Konflik adalah permasalahan yang kita ciptakan untuk menghasilkan pertentangan
dalam
sebuah
keadaan
sehingga
menimbulkan
dramatik yang menarik. Konflik biasanya timbul jika seorang tokoh tidak
berhasil
mencapai
apa
yang
diinginkannya.
Sasaran
pelampiasannya bisa bermacam-macam, misal tokoh lawannya, tokoh pendampingnya, diri sendiri, binatang, atau benda-benda yang berada di sekitarnya. 2. Suspense Suspense adalah ketegangan. Ketegangan yang dimaksudkan di sini tidak berkaitan dengan hal yang menakutkan, melainkan menanti sesuatu yang bakal terjadi atau harap-harap cemas. Penonton digiring agar merasa berdebar-debar menanti risiko yang bakal dihadapi oleh tokoh dalam mengahadapi problemnya. Hal ini biasanya sering menimpa tokoh protagonis sehingga suspense pada penonton semakin tinggi tensi-nya, dibandingkan jika tokoh antagonis yang menghaapi hambatan. Pada film-film action, unsur ini sangat
27
Elizabeth Lutters. Op. Cit., 100-103.
40
dominan dibandingkan pada film-film drama. Namun, pada semua cerita drama, unsur ini juga sangat penting dan tak bisa diabaikan begitu saja. 3. Curiosity Curiosity adalah rasa ingin tahu atau penasaran penonton terhadap sebuah adegan yang kita ciptakan. Hal ini bisa ditimbulkan dengan cara menampilkan sesuatu yang aneh sehingga memancing keingintahuan penonton. Atau, bisa juga dengan berusaha mengulur informasi tentang sebuah masalah sehingga membuat penonton merasa penasaran. 4. Surprise Surprise adalah kejutan. Dalam penjabaran sebuah cerita, perasaan surprise pada penonton timbul karena jawaban yang mereka saksikan adalah di luar dugaan.
2.4.5 Karakter atau Penokohan Penokohan adalah penggambaran tokoh cerita, baik keadaan lahir maupun batinnya termasuk karakternya, ciri fisik, cara bertindak, keyakinannya, pandangan hidupnya, lingkungan tempat tinggal, dan sebagainya. Penokohan mencakup pada masalah siapa tokoh cerita, bagaimana
perwatakan atau karakter tokoh, dan bagaimana
penempatan atau pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan
41
sekaligus mencakup pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. 1. Karakter Protagonis Karakter ini sering disebut sebagai karakter utama. Ia mewakili sisi kebaikan dan mencerminkan sifat-sifat kebenaran yang mewarnai setiap aktivitas dalam cerita. 2. Karakter Sidekick Karakter ini berpasangan dengan karakter protagonis. Tugasnya membantu setiap tugas yang diemban sang karakter protagonis. 3. Karakter Antagonis Karakter antagonis selalu berlawanan dengan karakter protagonis. Ia selalu berupaya menggagalkan setiap upaya karakter protagonis dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. 4. Karakter Kontagonis Kontagonis adalah karakter yang membantu setiap aktivitas yang dilakukan antagonis dalam menggagalkan langkah sang protagonis. 5. Karakter Skeptis Sesuai dengan sifat skeptis yang disandangnya, tokoh ini adalah karakter yang paling tidak peduli terhadap aktivitas yang dilakukan sang tokoh protagonis.
42
Penokohan atau sering disebut karakter tokoh, yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita.28 Karakter tokoh tidak hanya sebatas karakter saja, melainkan juga fisik dan latar belakang tokoh. Salah satunya adalah tipologi tokoh, tipologi merupakan istilah psikologis untuk membedakan manusia berdasarkan tipe. Tipologi tokoh dapat dibedakan menjadi: 29 1. Tipologi tipe fisik Tipe ini bisa disebut penggolongan tipe manusia berdasarkan bentuk tubuh, berdasarkan teori E. Kretschmer. Tipologi Kretschmer ada 4 tipe, yaitu: a. Piknis Tipe piknis mengarah pada tubuh dengan ciri-ciri pendek dan gemuk (berat badan melebihi berat normal). Jenis tubuh ini memperlihatkan banyak lemak sehingga tulang-tulangnya tidak tampak. Kegemaran tipologi piknis yang paling menonjol adalah suka makan dan tidur. b. Leptosom Tipe leptosom mengarah pada tubuh tinggi dan kurus (berat badan kurang dari normal). Jenis tubuh ini adalah kebalikan dari piknis
sehingga
tulang-tulangnya
pun
terlihat
menonjol.
Wajahnya cenderung memelas atau sedih. Kegemaran atau hobi dari tipe ini adalah membaca buku, suka menyendiri, dan 28
29
Anif Sirsaeba. Fenomena Ayat-ayat Cinta. Republika, Jakarta, 2006. 280. Sony Set dan Sidharta. Op. Cit., 70-71.
43
melamun. Karakter dari tipe ini kebalikan dari karakter tipe piknis, yaitu melankolis. c. Atletis Tipe atletis mengarah pada bentuk tubuh yang tinggi dan kekar. Tidak banyak lemak, tapi tidak juga tampak tulang-tulang di tubuhnya. Yang tampak menonjol adalah urat-uratnya. Biasanya badannya tegap dan kuat. Perbandingan tinggi dan berat badan seimbang. Kegemaran atau hobi manusia dengan tipologi ini yang utama adalah olahraga dan bekerja kasar. Karakter yang menyertai tipologi ini adalah koleris. d. Displastis Tipe displastis adalah bentuk tubuh yang khas atau tidak umum. Kategori ini tidak dapat dijabarkan dengan detail tertentu, mengingat tipe ini menyimpang dari konstitusi normal, atau bisa dibilang spesifik. Kegemaran atau hobinya pun tidak dapat dipertegas. Hanya untuk karakter, biasanya tipe ini adalah flegmantis. 2. Tipologi tipe psikis Tipologi ini bisa dikatakan sebagai penggolongan manusia berdasarkan temperamen atau pada arti „salah kaprah‟nya dalam skenario bisa disamakan dengan istilah karakter.
44
Dalam penjabaran ini Immanuel Kant membagi tipe psikis menjadi empat bagian, yaitu :30 a. Sanguinis Sifat-sifat dasar: periang, ramah, suka tertawa atau gembira, mudah berganti haluan. b. Melankolis Sifat-sifat dasar seperti pemurung, penuh angan-angan, muram, pesimistis, mudah kecewa, daya juang kurang, bila mengerjakan sesuatu mesti dipikir dengan matang. c. Koleris Sifat-sifat dasar: hidup keras, bersemangat, daya juang besar, optimistis, hatinya mudah terbakar atau terpengaruh, mudah marah dan kasar. d. Flegmantis Sifat-sifat dasar: tidak suka buru-buru, kalem, tenang, tidak mudah dipengaruhi, setia. 2.4.6 Latar atau Setting Cerita Stanton (2007:35) menyebutkan latar merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat
30
Sony Set dan Sidharta. Op. Cit., 72-75.
45
berwujud dekor (tempat), dan juga berwujud waktu-waktu tertentu. Biasanya latar diketengahkan melalui baris-baris deskriptif. 31 Latar dibedakan menjadi tiga, yaitu latar waktu, latar tempat dan latar suasana. Latar waktu adalah waktu (masa) tertentu ketika peristiwa dalam cerita itu terjadi. Latar tempat adalah lokasi atau bangunan fisik lain yang menjadi tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita. Suasana adalah salah satu unsur intrinsik yang berkaitan dengan keadaan psikologis yang timbul dengan sendirinya bersamaan dengan jalan cerita. Suatu cerita menjadi menarik karena berlangsung dalam suasana tertentu. Misalnya, suasana gembira, sedih, tegang, penuh semangat, tenang, damai, dan sebagainya. Suasana dalam cerita biasanya dibangun bersama pelukisan tokoh utama. Pembaca mengikuti kejadian demi kejadian yang dialami tokoh utama dan bersama dia pembaca dibawa larut dalam suasana cerita. 2.4.7 Sudut Pandang Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam sebuah cerita adalah sudut pandang tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandang merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh atau para pemainnya. Pengambilan sudut
31
Robert Stanton. Teori Fiksi Robert Stanton. Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 2007, 35.
46
pandang oleh pengarang adalah untuk memberi kesan akhir yang dia inginkan.32 Dalam kisahnya, pencerita sering menyebut diri “aku” atau “saya” (penceritaan akuan), penceritaan akuan adalah tokoh dalam ceritanya tetapi tidak selalu tokoh utama. Namun, seringkali dalam kisahnya pencerita mengacu kepada tokoh-tokohnya dengan kata ganti orang ketia, dia atau ia. Penceritadiaan berada di luar cerita (eksternal) ia hanya menyampaikan suatu kisahan, tetapi tidak terlibat di dalamnya. Namun, jika ia berada di luar (penceritadiaan, eksternal), ia dapat menjadi pencerita mahatahu, yakni pencerita yang mengetahui maksud dan pikiran semuat tokoh serta semua yang mereka lakukan.33
2.5 Novel Sebagai Sumber Skenario Film 2.5.1 Pengertian Novel Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dinia imajinatif, yang dibangun melalui sebagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain, yang kesemuannya tentu bersifat naratif.
32 33
Anif Sirsaeba. Op. Cit., 281. Melani Budianta. Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra Untuk Perguruan Tinggi. Indonesia Tera. Malang, 2006, 91.
47
Novel berasal dari bahasa italia novella, yang dalam bahasa jerman Novelle, dan dalam bahasa Yunani novellus. Kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel. Dewasa ini istilah novella dan novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspekaspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.34 Novel merupakan jenis dan genre prosa dalam karya sastra. Prosa dalam kesusastraan juga disebut sebagai fiksi. Karya fiksi menyarankan pada suatu karya sastra yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehinggga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Tokoh peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi adalah tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajiner. Dari sekian banyak bentuk sastra seperti puisi, novel, cerita pendek, drama, bentuk novel, cerita pendeklah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Karya - karya modern klasik dalam kesusasteraan, kebanyakan juga berisi karya karya novel. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh34
Burhan Nurgiantoro. Teori Pengkajian Fiksi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1998, 9.
48
tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.35 2.5.2 Jenis-jenis Novel Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu novel serius dan novel populer. Sebuah novel serius bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada kita, tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Syarat utama sebuah novel adalah menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah membacanya. 1. Novel Populer (Novel Pop) Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara intens dan tidak berusaha meresapi masalah kehidupan, karena akan dapat membuat novel ini menjadi berat dan dapat berubah menjadi novel serius. Novel populer adalah perekam kehidupan dan tidak banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. 35
http://id.wikipedia.org/wiki/Novel
49
Ia menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan itu dengan harapan
pembaca
akan
mengenal
kembali
pengalaman-
pengalamannya sehingga merasa terhibur dan menceritakan kembali pengalamannya itu. Menurut Kayam, novel populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasi dirinya.36 Novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati karena novel populer memang hanya semata-mata menyampaikan cerita dan tidak berpotensi mengejar efek estetis melainkan memberikan hiburan langsung dari aksi ceritanya. 2. Novel Serius ( Novel Sastra ) Berbeda dengan novel populer, novel serius atau novel sastra harus sanggup memberikan yang serba kemungkinan. Jika ingin memahami novel sastra diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai kemauan untuk itu. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan dalam novel jenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Disamping memberikan hiburan, novel serius juga memiliki tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sunguh tentang permasalahan yang dikemukakan.
36
Burhan Nurgiantoro. Op.Cit..
50
Novel sastra menuntut aktifitas pembaca secara lebih serius, menuntut pembaca untuk mengoperasikan daya intelektualnya, serta pembaca dituntut untuk ikut merekonstruksikan duduk persoalan masalah dan hubungan antar tokoh. Stanton menjelaskan bahwa secara implisit maupun eksplisit disebutkan bahwa novel serius dimaksudkan untuk mendidik dan mengajarkan sesuatu yang berguna untuk kita dan bukan hanya memberi kenikmatan. Faktanya, novel serius dapat memberikan kenikmatan dan memang begitu adanya. Pernyataan ini telah diungkapkan dan dibuktikan oleh banyak orang.37 2.5.3 Karakteristik Novel Gambaran umum karakteristik menurut Ismail Marahimin dalam Menulis Secara Populer adalah cerita rekaan yang panjang.38 Novel yang baik dan bermutu sewajarnya memperlihatkan ciri seperti, tema, plot, subplot, tekhnik penceritaan, latar, gaaya bahasa, watak dan perwatakan serta sudut pandang, untuk dihayati oleh pembaca.39 Berikut ini adalah beberapa contoh rarakteristik dari novel : a. Ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur deskripsi untuk menggambarkan suasana. b. Bersifat realistis, artinya merupakan tanggapan pengarang terhadap situasi lingkungannya. 37
Robert Stanton. Op. Cit. Anif Sirsaeba. Op. Cit., 275. 39 Sulaiman et al. Bahasa Melayu: Dimensi Pengajaran dan Pembelajaran. Kuala Lumpur, 2006, 444. 38
51
c. Bentuknya lebih panjang dari cerpen, biasanya lebih dari 10.000 kata. d. Alur ceritanya cukup kompleks.
2.6 Penceritaan Novel 2.6.1 Tema Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia, sesuatu yang menjadikan pengalaman begitu diingat. Jadi, dengan kata lain tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel atau karya sastra. Setiap karya fiksi termasuk novel mengandung atau menawarkan tema kepada pembacanya. Menurut Stanton dan Kenny, tema (theme) merupakan makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, ada banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita (novel) itu.40 2.6.2 Setting Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu, tempat, sosial budaya. Stanton menyebutkan setting atau latar merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud dekorasi (tempat), dan juga berwujud waktu-waktu tertentu. Biasanya latar diketengahkan melalui baris-baris deskriptif.41
40 41
Burhan Nurgiantoro. Op. Cit. Robert Stanton. Op. Cit.
52
2.6.3 Sudut Pandang Menurut Abarms dalam Nurgiantoro memaparkan bahwa sudut pandang (point of view) mengacu pada cara sebuah cerita dikisahkan. Hal ini merupakan cara atau pandagan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk sebuah cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Dengan demikian sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ceritanya.42 Secara terperinci, sudut pandang dikategorikan menjadi: 43 1. Orang pertama tunggal Pengarang terlibat dalam cerita sebagai tokoh utama atau tokoh sampingan. 2. Orang ketiga serba tahu Pengarang berada diluar cerita dan mengisahkannya dengan menggunakan kata ganti nama „dia‟ dan atau memakai nama tokoh. 3. Orang ketiga terbatas Menggunakan kata ganti nama orang ketiga „dia‟ atau menggunakan nama sebenarnya tokoh. Cuma, dalam novel pengarang menentukan satu tokoh saja yang bercerita.
42
43
Burhan Nurgiantoro. Op, Cit. Othman Puteh, Persediaan Menulis Novel. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur, 1992, 44-46.
53
2.6.4 Alur Alur atau sering disebut dengan plot adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakan jalan cerita melalui kerumitan kearah klimaks dan penyelesaian. Peristiwa yang dialami tokoh disusun sedemikian rupa menjadi sebuah cerita, tetapi tidak berarti semua kejadian dalam hidup tokoh ditampilkan secarang lengkap. Peristiwa-peristiwa yang dijalin tersebut sudah dipilih dengan memperhatikan kepentingtannya dalam membangun alur. Berikut ini adalah contoh dari unsur-unsur alur : 1. Awal a. Paparan (exposition) Pengarang menyampaikan informasi sekedarnya kepada pembaca. Misalnya, memperkenalkan tokoh cerita, keadaanya, tempat tinggalnya, pekerjaannya, maupun kebiasaaan-kebiasaannya. b. Rangsangan (inciting moment) Peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Misalnya dengan kemunculan seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator atau suatu kejadian yang merusak keadaan yang pada mulanya selaras. c. Gawatan (rising action) Munculnya masalah antara tokoh utama dengan sesuatu (bisa masalah dengan tokoh lain, diri sendiri, nilai-nilai, lingkungan, dan lain-lain) sebagai kelanjutan dari bagian rangsangan.
54
2. Tengah a. Tikaian (conflict) Perkembangan masalah menjadi pertikaian atau perselisihan antara dua atau lebih kekuatan (tokoh) yang bertentangan. Konflik dalam novel dibedakan menjadi dua, yakni: Konflik internal, konflik internal adalah konflik yang terjadi dan dialami sang tokoh. Konflik eksternal, konflik eksternal adalah konflik yang terjadi diluar dirinya, namun tetap ada pengaruhnya pada pelaku. b. Rumitan (complication) Perselisihan yang semakin meruncing. c. Klimaks Perselisihan atau rumitan yang mencapai puncaknya. 3. Akhir a. leraian (falling action) Perkembangan peristiwa ke arasa selesaian. Di sini nampak titik terang pemecahan masalah, yaitu perselisihan yang tadinya sudah mencapai titik gawat, berangsur-angsur surut dan nampak ada jalan keluarnya. Dalam hal ini ada kalanya diturunkan deus ex machina, yaitu orang atau barang yang muncul tiba-tiba dan memberikan pemecahan.
55
b. Selesaian (denouement) Bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian bisa menyenangkan (happy ending) bisa menyedihkan (unhappy end/sad ending), atau bisa pula menggantung tanpa pemecahan. 2.6.5 Penokohan Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahui karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. Penokohan mencakup pada masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan atau karakter tokoh, dan bagaimana penempatan atau pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus mencakup pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Secara garis besar terdapat pembagian jenis-jenis karakter yang mewarnai sebuah cerita.44 1. Karakter Protagonis Karakter ini sering disebut karakter utama. Ia mewakili sisi kebaikan dan mencerminkan sifat-sifat kebenaran yang mewarnai setiap aktivitas dalam cerita. 2. Karakter Sidekick Karakter ini berpasangan dengan karakter protagonis. Tugasnya membantu setiap ada tugas yang diberikan kepada sang karakter protagonis. 44
Sony Set dan Sidharta. Op. cit., 74.
56
3. Karakter Antagonis Karakter antagonis selalu berlawanan dengan karakter protagonis. Ia selalu berupaya menggagalkan setiap upaya karakter protagonis dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. 4. Karakter Kontagonis Karakter kontagonis adalah karakter yang membantu setiap aktivitas yang dilakuka antagonis dalam menggagalkan langkah tokoh protagonis. 5. Karakter Skeptis Sesuai dengan sifat skeptis yang disandangnya, tokoh ini adalah karakter yang paling tidak peduli terhadap aktivitas yang dilakukan oleh tokoh protagonis. 2.6.6 Gaya Bahasa Gaya bahasa ialah susunan perkataan yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan ide dan perasaan serta pikiran dan maksud dalam penulisannya. Pengarang yang bertanggungjawab memilih kosa kata (sejumlah perkataan) yang sesuai dengan keadaan dan penceritaan serta menggunakan perkataan pilihan dengan wajar dan berhati-hati.45 Gaya bahasa yang digunakan pengarang berbeda satu sama lain. Hal ini dapat menjadi sebuah ciri khas seorang pengarang.
45
Sulaiman., et. al. Op. Cit., 446.
57
2.6.7 Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang menjadi bahan pengarang dalam menciptakan karya sastra atau menjadi bahan pertimbangan bagi pembaca, sepereti biografi, falsafah hidup dan unsur budaya.46Secara lebih khusus dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra. Unsur ekstrinsik karya sastra cukup berpengaruh terhadap totalitas keterpaduan cerita yang dihasilkan. Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain-lain, di luar unsur intrinsik. Unsur-unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur-unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra. 2.6.8 Amanat/Pesan Pesan adalah seperangkat symbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber.47 Dalam hal ini sumbernya adalah novel. Amanat atau pesan sering disebut message adalah salah satu pilar penting dalam novel. Sebuah novel yang tidak mengandung pesan, menjadi sebuah karya yang dangkal dan tidak banyak faedahnya. Akan tetapi, pesan yang disampaikan sebaiknya terselubung, dibangun serasi, dan wajar, dengan karakter atau ucapan yang wajar dari sang tokoh. Yang perlu diperhatikan dalam penyampaian pesan adalah sebaiknya pesan tersebut tidak bersifat
46 47
Abdul Rozak Zaidan., et. al. Kamus Istilah Sastra.Balai Pustaka. Jakarta, 2004, 67. Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Rosda. Jakarta, 2005, 63.
58
menggurui, atau juga menyimpulkan pesan itu sesudah bercerita. Berikut ini contoh dari pesan yang biasanya disampaikan pengarang: 48 1. Pesan Moral Pesan moral adalah ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari cerita, puisi, fabel drama atau apapun karya yang bertujuan mengajarkan sesuatu secara langsung atau secara tidak langsung. 2. Pesan Agama Pesan agama adalah ajaran yang bersifat religi atau spiritual yang berkaitan dengan keyakinan. 3. Pesan Sosial Pesan sosial mengenai ajaran atau norma yang berada dalam lingkungan masyarakat atau kebenaran umum.
48
Abdul Rozak Zaidan., et. al. Op Cit, 132.