BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 2.1.1
Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Menurut L. Gaylee Rayburn (1999:3), pengertian Akuntansi Biaya
adalah sebagai berikut : “Akuntansi Biaya adalah proses mengidentifikasi, mendefinisikan, mengukur, melaporkan, dan menganalisis berbagai biaya langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan produksi serta pemasaran barang dan jasa.” Menurut Horngren et al (2000:3), pengertian Akuntansi Biaya adalah sebagai berikut : “Cost Accounting measures and reports financial and non financial information relating to the cost of acquiring or utilizing resources an organization.” Berdasarkan definisi-definisi di atas maka, Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan, pengidentifikasian, pengukuran, pelaporan dari penggunaan sumber daya dari perusahaan.
2.1.2
Peranan Akuntansi Biaya Peranan Akuntansi Biaya menurut Carter dan Usry (2004:11) adalah : 1. Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk operasi dalam kondisi-kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya. Suatu aspek penting dari rencana adalah potensi untuk memotivasi manusia untuk berkinerja secara konsisten dengan tujuan perusahaan. Menetapkan metode kalkulasi biaya dan prosedur yang menjamin adanya pengendalian dan jika memungkinkan, pengurangan atau pembebanan biaya. 2. Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian aktivitas, mengurangi biaya dan memperbaiki kualitas. 3. Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan penetapan harga dan evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen atau divisi. 7
8
4. Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun periode akuntansi atau untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan nilai persediaan dan harga pokok penjualan sesuai dengan aturan pelaporan eksternal. 5. Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang yang dapat mengubah pendapatan atau biaya. 2.2 2.2.1
Pengertian dan Klasifikasi Biaya Pengertian Biaya Ada bermacam-macam definisi biaya yang diungkapkan oleh para ahli
yang pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama. Menurut L. Gayle (1999:3), pengertian Biaya adalah sebagai berikut : “Biaya mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi”. Menurut Mulyadi (2000:8-9), mendefinisikan Biaya sebagai berikut : “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”. Horngren et al (2003:30), menyatakan sebagai berikut : “Accountans have defined cost as a resource sacrifice a forgone to achieve objective. Asset (such as direct material or advertising) is usually measured as the monetary amount that must be paid to acquire goods or service”. 2.2.2
Klasifikasi Biaya Manajemen membutuhkan informasi biaya dalam proses pengambilan
keputusan. Informasi biaya tersebut dapat diperoleh melalui pencatatan dan pengelompokan biaya yang terjadi dalam perusahaan. Penggolongan ini dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, tergantung dari tujuan yang hendak dicapai dari penggolongan biaya tersebut, sesuai dengan konsep “Different cost for different purposes”.
9
Adapun klasifikasi biaya menurut Mulyadi (2000:14), adalah sebagai berikut: 1. Objek pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. 2. Fungsi pokok dalam perusahaan Dalam perusahaan manufaktur, ada 3 fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok : a. Biaya Produksi Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, seperti biaya depresiasi mesin dan peralatan, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses produksi b. Biaya Pemasaran Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, seperti biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran c. Biaya Administrasi dan Umum Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk, seperti biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotocopy.
10
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan : a. Biaya Langsung (direct cost) Merupakan biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. b. Biaya Tidak Langsung (indirect cost) Merupakan biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead produk. 4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi : a. Biaya Variabel Merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan, seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya Semi variabel Merupakan biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. c. Biaya Semi Fixed Merupakan biaya tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. d. Biaya Tetap Merupakan biaya yang jumlahnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu, seperti gaji direktur produksi
11
5. Jangka waktu manfaatnya Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi 2 yaitu : a. Pengeluaran Modal (capital expenditures) Merupakan biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi, seperti pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk. b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditures) Merupakan biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi
terjadinya
pengeluaran
tersebut.
Pada
saat
terjadinya
pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja. Menurut Harnanto (1992:27) ada beberapa metode penggolongan biaya yaitu sebagai berikut : Tabel 2.1 Metode Penggolongan Biaya Objek Biaya Metode Penggolongan Biaya 1. Biaya untuk perhitungan harga a. Biaya produksi dan non produksi pokok produk dan penentuan laba b. Elemen biaya produksi rugi periodik. c. Biaya pemesanan dan proses d. Biaya total dan biaya per unit 2. Biaya untuk pengendalian a. Biaya terkendali dan tidak manajemen terkendali b. Biaya tetap dan biaya variabel c. Biaya historis dan biaya taksiran atau standar d. Biaya langsung dan biaya tidak langsung 3. Biaya untuk perencanaan dan a. Biaya relevan pengambilan keputusan. b. Biaya masa lalu (sunk cost) c. Biaya kesempatan d. Biaya tunai dan tidak tunai e. Biaya tetap dan biaya variabel f. Biaya marginal dan biaya differensial Sumber : Harnanto, (1992:27), Akuntansi Biaya-Perhitungan Harga Pokok Produk, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE
12
2.3
Harga Pokok Produksi
2.3.1
Pengertian Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2000:10), pengertian harga pokok produksi adalah “Pengorbanan sumber ekonomi untuk pengolahan bahan baku menjadi produk”.
2.3.2
Tujuan Penetapan Harga Pokok Produksi Adapun tujuan perhitungan harga pokok produksi menurut Hansen and
Mowen (2000:145) antara lain : 1. Untuk mengevaluasi persediaan Tanpa diketahui unit cost (harga pokok suatu produk), maka nilai persediaan tidak dapat ditentukan walaupun kuantitas barang tersebut diketahui. 2. Menentukan pembebanan Dengan adanya penetapan harga pokok produk, maka manajemen dapat menentukan pembebanan kepada produk dengan tepat. 3. Membuat sejumlah keputusan penting Penetapan harga pokok dapat digunakan dalam pengambilan keputusan seperti bidding (tender), product design dan perkenalan produk baru, membuat sendiri atau membeli dari perusahaan lain yang sejenis, menerima atau menolak suatu pesanan khusus, mempertahankan atau menghentikan suatu product line.
2.3.3
Prosedur Akumulasi Harga Pokok Produksi Menurut Horngren et al (2003:30), prosedur Akumulasi Biaya adalah
sebagai berikut : “Cost Accumulation is the collection of cost data in some organized way by means of an accounting system.”
13
Sedangkan menurut Horngren et al (2002:43), prosedur akumulasi biaya adalah sebagai berikut : “Cost accumulation is collecting costs by some ‘natural’ classification such as materials or labour or by activities performed such as order processing or machine processing”. Jadi
prosedur
Akumulasi
Biaya
adalah
suatu
prosedur
untuk
mengumpulkan biaya-biaya yang terjadi. Biaya-biaya produksi yang dikumpulkan ini akan digunakan untuk menetapkan harga pokok produksi. Menurut Usry and Hammer (1995:60-61), ada 2 metode akumulasi biaya yang digunakan perusahaan yaitu job order costing dan process costing. Menurut Mulyadi (2000:18), definisi dari kedua metode tersebut adalah sebagai berikut : “Job order cost method, dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi atau satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Process cost method, dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga pokok produksi atau satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.” Dalam kenyataannya, dapat terjadi penggabungan dari kedua metode akumulasi harga pokok produksi tersebut. Untuk itu dikenal dengan apa yang disebut oleh Horngren et al (2003:609), sebagai Hybrid Costing yaitu: “A Hybrid Costing System blends characteristic from both job costing and process costing systems, which are blends of custom order manufacturing and continous flow manufacturing”.
14
Pada metode ini biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja dapat diidentifikasikan langsung pada order produksi yang dikerjakan (job order costing), sedangkan biaya produksi tidak langsung dikumpulkan per operasi yang dilakukan dan dibebankan kepada setiap produk yang melewati kegiatan tersebut (process costing).
2.4
Sistem Akuntansi Biaya Konvensional Sistem akuntansi biaya konvensional mengalokasikan produk-produk
berdasarkan volume produksi. Biaya-biaya diklasifikasikan atas dasar biaya langsung dan tak langsung. Sistem akuntansi biaya konvensional ini menggunakan dasar ukuran dan aplikasi volume produksi, yaitu unit based measurement, seperti jam tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya material, dan lain-lain.
2.4.1
Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Konvensional Pada sistem akuntansi biaya konvensional, perhitungan harga pokok
produksinya memakai sistem pembebanan 2 tahap, yaitu sebagai berikut : 1. Biaya overhead didistribusikan ke pusat-pusat biaya (cost center) 2. Biaya yang terakumulasi dalam tiap pusat biaya dialokasikan ke produk dengan menggunakan pemicu unit based (unit based drivers). Ilustrasi dari keterangan di atas adalah sebagai berikut: PT ABC mempunyai 2 departemen produksi yaitu A dan B dan 2 departemen jasa yaitu X dan Y. Luasa lantai, penggunaan listrik dan biaya overhead pabrik langsung masing-masing departemen adalah sebagai berikut:
15
Departemen Produksi A B 1.500 1.000
Keterangan Luas lantai (M2) Kapasitas listrik (Kwh) FOH Langsung (Rp)
Departemen Jasa X Y 600 900
Jumlah 4.000
500
700
400
400
2.000
5.000.000
8.000.000
2.000.000
3.000.000
18.00.000
Biaya overhead pabrik tidak langsung ( diantaranya) Penyusutan gedung = Rp 10.000.000,00Biaya listrik
= Rp 2.000.000,00-
Tabel Distribusi biaya overhead pabrik tidak langsung bila penyusutan gedung berdasarkan luas lantai dan biaya listrik berdasarkan penggunaan listrik pabrik Keterangan Penyusutan gedung Biaya listrik FOH tidak langsung FOH Langsung Jumlah FOH
Jumlah 10.000.000
A 2.500.000
B 3.750.000
X 1.500.000
Y 2.250.000
2.000.000 12.000.000
500.000 3,000.00
700.000 4.450.000
400.000 1.900.000
400.00 2.650.000
18.000.000
5.000.000
8.000.000
2.000.000
3.00.000
30.000.000
8.000.000
12.450.000
3.900.000
5.650.000
Perhitungannya: A:
1.000 x 10.000.000 =2.500.000,4.000
B:
1.500 x 10.000.000 = 3.750.000,4.000
X:
600 x 10.000.000 = 1.500.000,4.000
Y:
900 x 10.000.000 = 2.250.000,4000
16
Tabel Alokasi Biaya Overhead Pabrik Keterangan Sebelum
Jumlah
A
B
X
Y
30.000.000
8.000.000
12.450.000
3.900.000
5.650.000
0
2.260.000
3.390.000
0
1.560.000
2.340.000
-3.900.000
0
3.820.000
5.730.000
-3.900.000
-5.650.000
30.000.000
11.820.000
18.180.000
0
0
400.000
800.000
29.550
22.725
alokasi Alokasi dari Departemen
-5.650.000
X Departemen Y Jumlah alokasi Setelah Alokasi Taksiran jam TKL Tarif FOH per jam TKL
Perhitungan : Alokasi dari departemen Y Luas lantai
Ratio
Foh dep Y
Alokasi
Departemen A
1.000
0,40
x
5.650.000 =
2.260.000
Departemen B
1.500
0,60
x
5.650.000 =
3.390.000
2.500
5.650.000
Alokasi dari departemen X Luas lantai
Ratio
Departemen A
1.000
0,40
x
3.900.000 =
1.560.000
Departemen B
1.500
0,60
x
3.900.000 =
2.340.000
2.500
Foh dep X
Alokasi
3.900.000
17
Setelah prosedur tahap pertama dilaksanakan dan tarif overhead untuk maing-masing departemen diketahui langkah selanjutnya adalah melakukan prosedur tahap kedua, yaitu mengalokasikan biaya- biaya yang terakumulasi ke produk dengan menggunakan pemicu berdasarkan unit sehingga akan diketahui berapa harga pokoknya. Gambar 2.1 Pembebanan 2 Tahap Metode Akuntansi Biaya Konvensional
Stage I :
Power Cost
Space Cost
Indirect Labour Cost
Allocate Overhead cost to cost center
Cost Center 1
Cost Center 2
Product 1
Product 2
Cost Center 3
Stage II : Allocate cost incurred in cost center to product
Product 3
Sumber : Cooper, Robert Kaplan, The Design of Cost Management Systems, h.368
2.4.2
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Akuntansi Biaya Konvensional Menurut Harnanto (1992:128), kelebihan dari sistem akuntansi biaya
konvensional, adalah sebagai berikut :
18
1. Mudah diterapkan Sistem akuntansi biaya konvensional, tidak banyak menggunakan cost driver dalam mengalokasikan biaya produksi tidak langsung, sehingga memudahkan manajer dalam melakukan perhitungan. 2. Mudah diaudit Sistem akuntansi biaya konvensional tidak banyak menggunakan cost driver, biaya produksi tidak langsung dialokasikan berdasarkan volume based measured, maka memudahkan auditor dalam proses audit. Sedangkan kekurangan dari sistem akuntansi biaya konvensional adalah sebagai berikut : 1. Dapat mendistorsi biaya produksi Beberapa alasan penyebab distorsi biaya : a. Biaya overhead tidak ditelusuri ke produk secara individual b. Total komponen biaya overhead dalam suatu biaya produk senantiasa terus meningkat. Pada saat prosentase biaya overhead semakin besar, maka distorsi biaya produk pun menjadi besar. c. Banyak kegiatan yang termasuk dalam kegiatan administrasi dan penjualan yang sebenarnya dapat ditelusuri ke produk. 2. Sistem akuntansi biaya konvensional berorientasi fungsional Biaya diakumulasikan berdasarkan item lini, seperti jadi dan kemudian berdasarkan fungsi, seperti perekayasaan dalam setiap item lini. Orientasi fungsi ini tidak cocok dengan realitas fungsional silang yang biasa digunakan pada perusahaan manufaktur.
2.4.3
Distorsi Biaya Produk Sistem akuntansi biaya konvensional dapat mengukur harga pokok
produksi dengan tepat bila semua sumber daya yang dikomsumsi oleh produk memiliki proporsi yang sama dengan jumlah unit yang diproduksi. Akan tetapi dalam suatu proses produksi, produksi yang dihasilkan mengkomsumsi sebagian sumber daya pendukung yang proporsinya tidak sama dengan unit yang dihasilkan, sehingga bila menggunakan sistem akuntansi biaya konvensional, akan menghasilkan harga pokok produk yang terdistorsi.
19
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya distorsi biaya produksi menurut Cooper and Kaplan (1991:366), adalah sebagai berikut : 1. Production Volume Diversity Distorsi ini terjadi akibat produk dibuat dalam volume yang tidak sama tanpa membedakan antara volume - related input dan volume - unrelated input, sehingga produk yang dibuat dalam volume besar akan dibebani biaya overhead yang cukup besar (over costed). Sebaliknya produk dengan volume kecil akan dibebani biaya overhead yang kecil (under costed). 2. Size Diversity Distorsi terjadi akibat produk dibuat dalam ukuran yang berbeda. Produk yang berukuran besar biasanya menjadi over costed, sedangkan produk yang berukuran kecil menjadi under costed karena produk yang berukuran besar akan dibebani biaya overhead yang lebih besar dari produk yang mempunyai ukuran yang lebih kecil. 3. Complexity Diversity Distorsi ini terjadi akibat produk yang kompleks. Produk yang kompleks biasanya mengkomsumsi lebih banyak volume - related input tanpa diikuti dengan pertambahan komsumsi volume - unrelated input yang proporsional. 4. Material Diversity Distorsi ini terjadi bila produk yang dikomsumsi jam mesin, lebih banyak mengkomsumsi volume - related input dari volume - unrelated input. 5. Set Up Diversity Set up diversity adalah variasi waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan mesin. Waktu set up tergantung pada produk yang diproduksi, sehingga volume-unrelated input terhadap volume - related input bervariasi tergantung produk.
20
2.5 2.5.1
Pendekatan Activity Based Costing Pengertian Activity Based Costing Menurut Horngren et al (2003:152), sistem Activity Based Costing
adalah : “Activity Based Costing require management to estimate costs to identify and measures cost drivers for these pool to serve as cost-allocation bases. The distinctive features of Activity Based Costing is its focus on activities as the fundamental cost object”. Biaya dapat ditelusuri dari aktivitas ke produk berdasarkan masing-masing produk yang mengkomsumsi aktivitas. Dengan demikian dasar alokasi atau penyebab biaya (cost driver) yang dipergunakan dalam pendekatan activity based costing akan mengukur aktivitas yang telah dilaksanakan. Menurut Carter and Usry (2004:496), Activity Based Costing adalah : “Activity Based Costing didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar-dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volumerelated-factor)”. Menurut Horngren et al (2002:139) : “ABC system first accumulated overhead cost for each of the activities of an organization, and the assign the cost of the activities to the products, services, or other cost object that caused that activity”. Dari pernyataan tersebut, terlihat bahwa dalam ABC membebankan biaya pertama pada aktivitas yang menimbulkan biaya tersebut dan kemudian membebankannya pada pemicu biaya yang mengkomsumsi aktivitas tersebut sehingga perhitungannya akan lebih akurat.
2.5.2
Tujuan Sistem Activity Based Costing Sistem biaya konvensional kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan
manajemen dalam perhitungan harga pokok yang akurat, terlebih apabila melibatkan biaya produksi tidak langsung yang cukup besar dan keanekaragaman
21
produk. Hal ini mengakibatkan pengambilan keputusan yang kurang tepat oleh pihak manajemen sehubungan dengan strategi yang ditetapkan sedangkan metode ABC menggunakan berbagai tingkatan aktivitas dalam pembebanan biaya produksi tidak langsung. Menurut Haedicke and Kirby (1995:15), metode ABC dapat digunakan untuk berbagai keputusan yang akurat seperti : 1. Penetapan harga Dalam perhitungan harga pokok yang konvensional, distorsi dapat terjadi apabila perusahaan menghasilkan produk dengan perbedaan dalam jumlah, ukuran serta tingkat kesulitan dalam proses produksinya. Dengan menggunakan metode ABC, maka informasi yang diperoleh akan lebih baik, karena dapat menggambarkan nilai aktivitas dalam suatu perusahaan yang dikomsumsi untuk membuat suatu produk yang lebih baik. 2. Mengukur hubungan dengan pelanggan Dalam sistem biaya konvensional, biaya dipandang secara keseluruhan, sehingga mengabaikan biaya-biaya yang disebut below the line, seperti biaya penjualan, distribusi, penelitian dan pengembangan serta administrasi, biayabiaya tersebut dianggap sama besarnya untuk masing-masing pelanggan, yang sesungguhnya terdapat perbedaan jumlah biaya untuk masing-masing pelanggan. Sedangkan metode ABC membebankan biaya-biaya tersebut kepada pelanggan yang membutuhkan aktivitas ini, yang membedakan tergantung pada tipe langganan, tingkat pelayanan, dan lain-lain. 3. Aktivitas peningkatan proses Dalam sistem biaya konvensional, manajemen diberikan laporan yang menunjukkan dimana biaya dikeluarkan, tanpa menyebutkan penyebab timbulnya
biaya.
Contohnya
pihak
manajemen
memutuskan
untuk
mengurangi biaya yang berhubungan dengan proses pesanan penjualan. Berdasarkan data dari sistem biaya konvensional, maka manajemen akan memiliki kecendrungan untuk mengurangi jumlah tenaga kerja bagian tersebut, yang sesungguhnya tidak akan memenuhi tujuannya, sebab pekerja
22
yang tersisa akan terlampau banyak pekerjaannnya, sehingga akan menambah biaya untuk tenaga kerja sementara pada saat perusahaan menerima banyak pesanan. Namun apabila pihak manajemen menyadari penyebab timbulnya biaya tersebut adalah aktivitas, maka pengurangan jumlah pekerja tersebut sebaiknya diikuti dengan pengurangan jumlah aktivitas, misalnya dengan menerapkan jumlah minimal pesanan dalam sekali pesan, agar hasil yang diperoleh optimal. 4. Perolehan teknologi Biaya produksi tidak langsung dibebankan dengan dasar pembebanan biaya tenaga kerja langsung memberikan persepsi bagi manajemen bahwa biaya produksi tidak langsung akan menurun apabila mengurangi biaya tenaga kerja langsung. Kecendrungan akan hal inilah yang memberikan kecendrungan bagi manajemen untuk membuat keputusan perubahan dari padat karya ke padat modal yang diyakini akan menurunkan biaya produksi tidak langsung. Kenyataannya penurunan tersebut jarang sekali terjadi, yang malah akan meningkatkan biaya-biaya lainnya seperti teknisi, pemograman, pemeliharaan dan peralatan, dan malah akan meningkatkan biaya produksi tidak langsung. 5. Rancangan proses Sistem akuntansi biaya konvensional, gagal dalam membebankan biaya produksi tidak langsung kepada proses produksi, sehingga mengakibatkan perancangan produk tidak dapat menentukan berapa biaya sesungguhnya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk. Dalam memilih rancangan komponen yang akan digunakan, dilakukan analisis perbandingan biaya untuk masingmasing komponen. Jika pembebanan biaya kepada proses tidak benar, maka akan dapat diketahui komponen mana yang sesungguhnya melalui proses produksi yang lebih murah.
2.5.3
Keunggulan Metode ABC Pada perhitungan harga pokok konvensional biaya produksi tidak langsung
yang dikomsumsi diasumsikan berbanding lurus dengan volume produksi, padahal tidak semua sumber daya yang dipergunakan dalam proses produksi
23
dikomsumsi secara proporsional dengan jumlah produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, harga pokok yang dihasilkan dengan metode konvensional selalu terdistorsi. Karena
adanya
kelemahan-kelemahan
tersebut
maka
mendorong
manajemen untuk menggunakan metode ABC dalam perhitungan harga pokok. Dengan sistem Activity Based Costing, biaya-biaya setiap aktivitas pada proses produksi dapat diidentifikasi, sehingga manajemen dapat menentukan dengan tepat besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk. Ada beberapa keunggulan metode ABC, adalah sebagai berikut : 1. ABC mempertimbangkan pemahaman atas biaya aktivitas-aktivitas dan hubungannya dengan produk, sehingga dapat membantu manajemen dalam menentukan harga pokok produk. 2. ABC mempertimbangkan kompleksitas bisnis dengan menggunakan beberapa cost driver dan menghubungkan biaya-biaya yang diakibatkan ke produk dan konsumen (pelaku dan aktivitas) yang menyebabkannya. 3. ABC memberikan informasi yang bermakna tentang biaya produk dan profitabilitas dan memberikan suatu dasar dalam pengukuran kinerja yang mudah dipahami dan sejalan dengan lingkungan produksi dan situasi kompetisi saat ini.
2.5.4
Keberatan-keberatan Terhadap Penggunaan ABC Menurut Amin (2000:25-26), ada beberapa keberatan-keberatan dalam
penggunaan ABC : 1. Apabila suatu perusahaan melepaskan suatu produk, sumber daya menjadi bebas. Manajemen mungkin mengharapkan ia akan mengarah ke suatu penurunan dalam pengurangan. Namun, ini biasanya tidaklah demikian. Manajemen sering tidak bertindak untuk memindahkan sumber daya yang dibebaskan (seperti pekerja atau manajer) ketika suatu produk dilepaskan, sehingga mengarah ke kapasitas berlebihan dan pemborosan. Juga sumber daya yang dilepas mungkin tidak cukup memungkinkan pengeluaran menurun.
24
2. Diperlukan banyak aktivitas untuk menjalankan pabrik, tidaklah mungkin memonitor semua aktivitas tersebut dan tidak praktis memonitor lebih dari sedikit. Solusinya adalah menggabungkan aktivitas tersebut. Ini dapat dilakukan dengan menggabungkan aktivitas yang mengarahkan aktivitas lain karena hubungan kuat terlibat. 3. Terdapat beberapa kondisi yang dapat mengarahkan manajemen bergeser ke sistem ABC; kondisi tersebut mencakup : a. Biaya yang menurun untuk pengumpulan dan pengolahan data b. Biaya kesalahan (cost of errors) yang meningkat bagi perusahaan c. Kompetisi yang meningkat d. Struktur biaya yang berubah e. Bauran produk yang berubah 4. Penggunaan yang optimal dari ABC adalah untuk memperbaiki kinerja biaya dengan memperbaiki aktivitas. Apabila aktivitas menimbulkan biaya, maka kunci untuk mengurangi biaya, memperbaiki mutu dan meningkatkan efisiensi adalah mengurangi aktivitas, memperbaiki dampak dan mutu aktivitas, serta membuat aktivitas lebih efisien. 5. Aktivitas-aktivitas dapat diklasifikasikan sebagai bernilai tambah atau tidak bernilai tambah. Aktivitas tidak bernilai tambah merupakan pemborosan (waste) dan diidentifikasikan oleh aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk, nilai tersebut adalah menurut pandangan pelanggan. Aktivitas yang tidak bernilai tambah merupakan aktivitas yang harus ditargetkan untuk dieliminasi. 6. Suatu sistem ABC yang lengkap dengan berbagai kelompok biaya (cost pools) dengan pemicu biaya yang banyak (multiple cost drivers) tidak dapat disangkal lebih kompleks daripada sistem tradisional dan dengan demikian lebih mahal diadministrasikan. 7. Aplikasi ABC untuk perusahaan yang harus menggunakan (market based pricing) dan penetapan harga berbasis pasar yang tidak mempunyai struktur teknologi tinggi yang sama telah dipertanyakan.
25
8. Banyak masalah praktis tidak dapat diatasi. Contohnya termasuk biaya umum (common cost), pemilihan pemicu biaya, ”nonlinearity” dari pemicu biaya dan sebagainya.
2.5.5
Model Tingkatan ABC Definisi aktivitas pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan
menengah dan kecil. Untuk perusahaan besar, aktivitas didefinisikan sebagai proses-proses atau prosedur-prosedur yang menyebabkan kerja dan setiap prosesproses atau prosedur-prosedur tersebut mengkomsumsi sejumlah waktu dan biaya yang signifikan. Pada perusahaan menengah dan kecil, setiap proses atau prosedur mengkomsumsi sejumlah waktu dan biaya yang relatif kecil sehingga perhitungan akan lebih mudah jika beberapa prosedur disatukan. Menurut Supriyono (1994:237-239), ada 4 tingkatan aktivitas yaitu : 1. Unit Level Activity Aktivitas ini terjadi setiap unit produk dihasilkan. Biaya aktivitas yang masuk dalam kategori ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang dihasilkan. Contoh aktivitas ini antara lain biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, dan lain-lain. 2. Batch Level Activity Aktivitas ini terjadi setiap suatu batch produk dihasilkan. Biaya yang timbul dari alat ini tidak terpengaruh dengan jumlah unit yang dihasilkan dari setiap batch, tetapi dipengaruhi oleh jumlah batch yang dihasilkan. 3. Product Sustaining Activity Aktivitas yang masuk dalam kategori ini adalah aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan produk baru, perbaikan proses pengolahan teknis produk yang sudah ada agar proses produksi menjadi lebih efisien dan menjamin mutu produk yang sudah ada. Contoh aktivitas ini antara lain aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan proses, dan lain-lain.
26
4. Facility Sustaining Activity Aktivitas-aktivitas yang masuk dalam golongan ini berhubungan dengan kegiatan-kegiatan untuk mempertahankan atau memelihara kapasitas dan fasilitas produksi yang dimiliki oleh perusahaan. Contoh aktivitas ini antara lain pemeliharaan bangunan, pertamanan, kebersihan, dan lain-lain.
2.5.6
Pemicu Biaya (Cost Driver) Faktor yang mempengaruhi perubahan pada total biaya pada suatu cost
object disebut dengan pemicu biaya (cost driver). Cost driver adalah penyebab terjadinya biaya, sedangkan aktivitas adalah dampaknya. Menurut Horgren, Foster, dan Datar (2003:34), pengertian cost driver adalah sebagai berikut : “A cost driver is variable, such as the level of activity or volume that causally affects costs over a given time span. That is, there is a cause-and effect relationship between a change in the level of activity or volume and a change in the level of total costs”. 2.5.7
Pemilihan Pemicu Biaya Menurut Cooper and Kaplan (1991:383), dalam memilih cost driver
yang tepat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Kemudahan memperoleh data yang diperlukan bagi cost driver tersebut 2. Korelasi antara komsumsi aktivitas yang diukur dengan cost driver tersebut dengan komsumsi yang sebenarnya 3. Tingkah laku yang disebabkan cost driver tersebut Semakin tepat cost driver yang dipilih, perhitungan biaya akan semakin akurat, tetapi semakin besar pula biaya pengukuran yang dibutuhkan.
2.5.8
Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Activity Based Costing System Adapun tahap-tahap dalam perancangan ABC, menurut Hansen and
Mowen (2000:322-324) adalah sebagai berikut :
27
1. Tahap pertama Pada tahap pertama perhitungan biaya berdasarkan ABC, biaya dikaitkan dengan masing-masing kegiatan. Kegiatan dan biaya yang terkait dengannya dibagi ke dalam set-set homogen. Pada tahap pertama ini dilakukan lima langkah sebagai berikut : a. Mengidentifikasi aktivitas b. Mengelompokkan aktivitas ke dalam kelompok biaya homogen c. Menentukan biaya kelompok homogen d. Menentukan activity level / cost driver e. Menentukan tarif kelompok biaya homogen 2. Tahap kedua Pada tahap kedua, biaya-biaya untuk masing-masing kelompok overhead ditelusuri ke produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada tahap pertama dan dengan mengukur jumlah sumber daya yang digunakan oleh masing-masing produk. Ukuran ini adalah banyaknya pendorong kegiatan yang digunakan oleh masing-masing produk. Besarnya sumber daya tersebut merupakan penyederhanaan dari banyaknya cost driver yang digunakan oleh masing-masing produk. Pembebanan biaya overhead pabrik dari tiap kelompok ke masing-masing produk dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Biaya overhead yang dibebankan = tarif kelompok * cost driver yang dipilh Bila terjadi produk diversity, yaitu produk mengkomsumsi biaya produksi tidak langsung dalam proporsi yang berbeda maka jumlah pusat biaya yang digunakan akan bertambah banyak jumlahnya. Selanjutnya perlu ditentukan pemicu biaya dalam mengalokasikan biaya. Semakin banyak pusat biaya yang digunakan maka semakin banyak pula pemicu biaya yang dibutuhkan dan semakin akurat juga informasi biaya yang dihasilkan. Kemudian, sebagai akhir dari tahap kedua adalah menghitung intensitas komsumsi biaya pada setiap pusat biaya berdasarkan pemicu biaya yang telah ditentukan sebelumnya. Intensitas komsumsi pada pusat biaya ini disebut tarif pusat biaya atau pool rate.
28
Gambar 2.2 Pembebanan 2 Tahap Sistem ABC Set up Dept
Row Material Inventory Dept
Stage I :
Manufacture & Engineering Dept
Determine what activities are performed by company resourses
Set up machine
Support Direct Labour
Administer Parts
Product 1
Product 2
Product 3
Stage II : Atribute cost to product based on their use of resourses
Sumber : Cooper, Kaplan, The Design of Cost Management Systems, h.282
2.5.9
Manfaat dan Keterbatasan Activity Based Costing System Metode ABC membantu mengurangi distorsi yang disebabkan oleh alokasi
biaya konvensional. Metode ABC juga memberikan pandangan yang jelas tentang bagaimana komposisi perbedaan produk, jasa dan aktivitas perusahaan yang memberikan kontribusi sampai lini yang paling mendasar dalam jangka panjang. Menurut Amin (1995:23), manfaat utama ABC adalah: 1. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, yang mengarahkan kepada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan kepada keputusan strategik yang lebih baik tentang penentuan harga jual, lini produk, pasar dan pengeluaran modal.
29
2. ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh adanya aktivitas, hal ini dapat membantu manajemen untuk meningkatkan “product value” dan “process value” dengan membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih baik dan membantu perkembangan proyek-proyek peningkatan value. 3. ABC memudahkan manajer memberikan informasi tentang biaya relevan untuk pengambilan keputusan bisnis. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya, mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufacturing. Ini pada gilirannya dapat memacu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya. Menurut Amin (1995;61) keterbatasan metode ABC memberikan alternatif penelusuran biaya ke produk individual secara lebih baik, tetapi juga mempunyai keterbatasan yang harus diperhatikan oleh manajer sebelum menggunakannya untuk menghitung biaya produk: 1. Alokasi Jika data aktivitas tersedia, beberapa biaya mungkin membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang dapat menyebabkan biaya tersebut. Contoh beberapa biaya untuk mempertahankan fasilitas, seperti aktivitas membersihkan pabrik dan pengelolaan proses produksi 2. Mengabaikan biaya Keterbatasan lain dari ABC adalah beberapa biaya yang diidentifikasi pada produk tertentu diabaikan dari analisis. Aktivitas yang biayanya sering diabaikan adalah pemasaran, iklan, riset dan pengembangan, rekayasa produk dan klaim jaminan. Tambahan biaya secara sederhana ditambahkan ke biaya produksi untuk menentukan biaya produk total. Secara tradisional biaya pemasaran dan administrasi tidak dimasukkan ke dalam biaya produk karena persyaratan pelaporan keuangan yang dikeluarkan oleh GAAP mengharuskan memasukkan ke dalam biaya periode.
30
3. Pengeluaran dan waktu yang dikomsumsi Sistem ABC sangat mahal untuk dikembangkan dan diimplementasikan. Disamping itu juga membutuhkan waktu yang lama. Seperti sebagian besar sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu yang lebih dari satu kali dilakukannya penelitian untuk mengembangkan dan mengimplementasikan ABC dengan sukses. Agar sistem ABC dapat berhasil, perusahaan harus merangkul sistem ini dan menggunakannya sebagai basis untuk semua keputusan manajemen. Sistem ABC harus dapat dicapai oleh semua pemakai potensial. Semua pemakai potensial sistem ABC harus mempunyai akses yang tepat waktu, yang menyenangkan terhadap sistem biaya.
2.6
Perbandingan antara Sistem ABC dengan Metode Konvensional Dari uraian dan teori-teori di atas, maka sekarang diperbandingkan antara
metode ABC dengan metode konvensional dalam perhitungan harga pokok produksi. Pada metode konvensional produk-produk dan volume produksi yang terkait merupakan penyebab timbulnya biaya. Biaya-biaya diklasifikasikan atas dasar biaya langsung dan biaya tidak langsung dengan menggunakan ukuran produksi, yaitu unit based measures, sebagai dasar pengalokasian biaya produksi tidak langsung (overhead) ke produk. Disini diasumsikan bahwa sumber daya yang dikomsumsi proporsional dengan volume produksi, sedangkan tidak semua sumber daya yang digunakan dalam proses produksi dikomsumsi secara proporsional pada perusahaan dengan keanekaragaman produk, sehingga penggunaan metode konvensional dalam perhitungan harga pokok tidak dapat menghitung harga pokok produk dengan tepat, karena tidak semua sumber daya yang digunakan dalam proses produksi dikomsumsi secara proporsional dengan jumlah produk yang dihasilkan. Maka akumulasi biaya yang terjadi dari aktivitas produksi tidak dapat dibebankan secara merata pada hasil produk.
31
Pada sistem ABC, memusatkan pada aktivitas individu sebagai dasar objek biaya, sistem ABC menghitung biaya aktivitas individu dan pengumpulan biaya sebagai objek biaya, seperti produk dan pelayanan dalam batas aktivitas yang dijalankan untuk menghasilkan produk. Jadi pada sistem ABC pembebanan biaya kepada
produk
berdasarkan
sumber
daya
yang
dikomsumsi
dengan
mengidentifikasikan biaya setiap aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut. Berdasarkan sistem ini harga pokok akan dapat dihitung dengan lebih akurat, karena pembebanan biaya ditelusuri berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu produk. Tabel 2.2 Perbedaan antara Metode Konvensional dengan Sistem ABC
Tujuan
Metode Akuntansi Biaya Konvensional Inventory valuation
Lingkup
Tahap produksi
Fokus
Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung Periode akuntansi Metode manual
Periode Teknologi Informasi
Sistem Activity Based Costing Product costing dan cost reduction Tidak hanya tahap produksi, tetapi tahaptahap lain juga, seperti tahap design dan pengembangan produk, tahap pemasaran, dan lainlain Biaya overhead pabrik Daur hidup produk Komputer telekomunikasi