BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang menjadi landasan teori dalam penelitian tugas akhir. 2.1. Pengenalan Sepatu Sepatu adalah alat untuk menutupi atau sebagai alas kaki yang terbuat dari kulit ataupun kain. Dulu alas kaki terbagi dalam 2 jenis, yitu tipe mokasin dan sandal. Jika mokasin biasanya dipakai oleh masyarakat yang tinggal di kawasan subtropis dengan desain tertutup. Istilah mokasin ini sekarang lazim disebut dengan sepatu. apabila sandal biasanya dipakai oleh masyarakat yang tinggal di kawasan tropis. Dari 2 jenis itu, mucul beberapa dasar tipe alas kaki. Ada lima bentuk pola dasar dalam merancang alas kaki, yaitu model pump, derby, moliere (oxford), pantofel, dan mokasin. Model pump merupakan bentuk dasar sepatu wanita (Saryoto, 1995). Alas kaki yang dulunya begitu simpel, telah mengalami beberapa perubahan, seperti terdapatnya hiasan dengan beragam aksesoris. Hal itu dimulai saat kekuasaan Dinasti Tudor di Inggris, pada abad ke-15, yang menandakan status sosial. Kemudian pada abad 10-15, muncullah jenis sepatu runcing (sabot) yang dikombinasi kaus rajutan knitted house dari Spanyol yang disukai Ratu Elizabeth, Inggris. Bentuk sepatu kemudian semakin baik dan indah saja, yaitu dengan menambahkan hak. Pada abad 19, fungsi mempengaruhi bentuk alas kaki, di mana dibuat mendekati bentuk kaki dan disesuaikan dengan aktivitas pemakai. Aspek kesederhanaan menjadi pertimbangan sehingga terjadi reduksi pernik dan dibuat massal. Pada abad 20 merupakan jaman keemasan bagi alas kaki, terutama untuk para wanita. Pertama kali dalam sejarah busana, alas kaki menjadi pusat penampilan. (Ricci, 1992) Sepatu yang cukup dikenal dan karyanya banyak dipakai artis Hollywood seperti Greta Garbo dengan model flat-heeled brogues atau Marilyn Monroe (gambar 2.4) yang dibuatkan model sepatu dengan tumit stiletto (gambar 2.5). Selain itu, Ferragamo menyempurnakan teori segi tiga titik penahan berat tubuh pada telapak kaki. Membuat sepatu rancangannya nyaman dipakai dan kelihatan indah. Elemen alas kaki yang bisa mempengaruhi penampilan yaitu bahan, aksesori II-1
atasan, warna, bentuk bagian depan, tinggi hak, bawahan, dan pengunci. Semua itu dapat membentuk citra pada pemakainya, dapat berkesan feminin, maskulin, atau sportif. 2.2. Jenis-jenis sepatu berdasarkan bentuk ujung sepatu Berdasarkan bentuk ujungnya, sepatu dapat dibedakan menjadi : a. Sepatu berujung runcing. Sepatu ini adalah sepatu dengan desain bentuk ujung depan sepatu memiliki sudut yang runcing. Pada ujung sepatu terdapat titik keruncingan yang memiliki sudut < 90o.
Gambar 2.1. Sepatu berujung runcing Sumber: http:// www.lightinthebox.com
b. Sepatu berujung bulat Sepatu ini memiliki desain ujung sepatu bagian depan membulat.
Gambar 2.2. Sepatu berujung bulat Sumber: http:// www.lightinthebox.com
c. Sepatu berujung kotak Sepatu ini memiliki desain ujung sepatu bagian depan kotak.
II-2
Gambar 2.3. Sepatu berujung kotak Sumber: http:// www.lightinthebox.com
2.3. Jenis-jenis Sepatu berujung runcing a. Sepatu berujung runcing dengan alas datar
Gambar 2.4. Sepatu berujung runcing dengan alas datar Sumber: http:// creativefashionglee.com /
b. Sepatu berujung runcing dengan hak tinggi
Gambar 2.5. Sepatu berujung runcing dengan hak tinggi Sumber: http:// www.aliexpress.com/
II-3
c. Sepatu wedges berujung runcing.
Gambar 2.6. Sepatu wedges berujung runcing Sumber: http:// www.lollipuff.com/
2.4.Titik syaraf pada kaki yang berhubungan dengan organ tubuh. Pemilihan ukuran sepatu yang tidak tepat dapat menyebabkan syaraf pada kaki terjepit. Berdasarkan hasil observasi terhadap ahli fisioterapi kaki, bagian syaraf yang ada di kaki adalah sebagai berikut :
Gambar 2.7. Titik syaraf pada kaki kiri.
II-4
Keterangan Gambar 2.4: 1. Kepala (Otak) kanan
18. Liver
2. Dahi kanan
19. Kantung empedu
3. Otak kecil
20. Serabut saraf labung
4. Kelenjar bagian bawah
21. Kelenjar sebelah kiri
otak
22. Ginjal sebelah kiri
5. Syaraf trigeminus atau yang
adrenal
berpusat
23. Ureter
pada
atau
saluran
kencing sebelah kiri
pelipis 6. Hidung
24. Kantung kemih
7. Leher
25. Usus kecil
8. Mata sebelah kanan
26. Usus buntu
9. Kuping sebelah kanan
27. Katup ileo sekal atau akhir dari usus kecil
10. Bahu sebelah kiri
28. Usus besa asendens
11. Otot tropezius atau leher
29. Usus besar transversus
disekitar pundak kiri 12. Kelenjar tiroid
30. Reldum
13. Kelenjar paratiroid
31. Anus
14. Paruparu brokus sebelah
32. Jantung 33. Limpa
kiri 15. Lambung
34. Lutut sebelah kiri
16. Duodenum atau usus 12
35. Kelenjar dari reproduksi kiri juga indung telur
jari
atau testis.
17. Pankreas
2.5. Penyakit yang terjadi pada kaki a. Tendinitis achiles Kondisi ini merupakan radang pada tendon yang disebut juga otot tumit. Penyebabnya adalah latihan berat dan berulang-ulang, misalnya lari.
II-5
b. Kuku kaki tumbuh ke dalam Kuku kaki tumbuh ke dalam adalah kondisi kuku kaki tumbuh dan masuk ke dalam daging jari kaki.biasanya terjadi pada jempol kaki. Hal ini bisa terjadi jika kuku kaki agak melengkung dan menggunakan sepatu tidak sesuai ukuran atau sepatu yang menekan jari kaki.
Gambar 2.8. Kuku kaki tumbuh kedalam Sumber: http://www.medicinenet.com/
c. Mudah Lelah Mudah lelah terjadi karena tidak adanya bantalan sepatu yang baik atau bantalan sepatu yang lunak, sehingga menyebabkan beban pada otot-otot tumit menjadi tinggi. Hal ini terjadi akibat adanya tekanan terhadap tulang tumit yang terus menerus sehingga menyebakan spasme atau kram pada otot-otot betis. Sering menggunakan alas kaki yang datar dapat menyebabkan kelelahan juga saat berjalan jauh. d. Nyeri tumit Adanya tekanan dari sepatu terhadap tulang kaki menyebabkan terjadinya pengapuran tulang. Pengapuran tulang adalah munculnya rasa nyeri yang berkepanjangan saat berjalan. Rasa nyeri itu muncul dibagian tumit. Saat berjalan, rasanya seperti ada yang menusuk-nusuk di bagian tumit. Hal itu terjadi karena adanya pertumbuhan tulang di bagian tersebut. Rasa nyeri itu tidak bisa hilang dalam waktu singkat, bahkan rasa nyeri itu akan semakin berat bila kaki terlalu lelah. Akibanya, penderita sampai tidak bisa berjalan, karena nyeri yang amat sangat saat kaki menapak pada tanah.
II-6
e. Nyeri pada jari-jari kaki Tekanan yang terlalu besar pada bagian depan kaki karena ujung sepatu yang sempit bisa menyebabkan nyeri pada telapak kaki bagian depan jarijari. Selain penggunaan sepatu yang menyebabkan kaki berada dalam posisi tidak natural, kelebihan beban akibat kehamilan, lelah otot, terlalu lama berjalan, atau kegemukan juga bisa menyebabkan gangguan yang disebut metatarsalgia ini. f. Nyeri punggung Postur tubuh yang buruk merupakan salah satu penyebab utama keluhan nyeri punggung. Pemakaian alas kaki yang tidak tepat juga bisa menyebabkan postur tubuh menjadi buruk. Memakai sepatu tanpa hak atau sepatu balerina membuat kaki tidak bisa menyangga tubuh dengan baik. Sepatu jenis ini tidak menyokong lengkungan kaki sehingga fungsi otot tumit, panggul, dan punggung tidak optimal. g. Mata ikan dan kapalan Mata ikan dan kapalan terjadi akibat tekanan atau gesekan sehingga kulit melindungi dirinya dengan penebalan dan pengerasan. Bahan bagian dalam sepatu yang kasar dan sepatu yang ukurannya tidak tepat dapat menjadi penyebab timbulnya mata ikan dan kapalan pada kaki. h. Bunion Bunion merupakan benjolan yang terdapat pada sisi terluar ibu jari kaki. Ibu jari kaki akan terdorong dan menjadi miring ke satu sisi mendekati jari telunjuk kaki dan dapat menimbulkan rasa nyeri saat berjalan ataupun saat memakai alas kaki yang sempit. Bunion disebabkan karena penggunaan sepatu dengan ujung depan yang sempit. Yang memaksa posisi jari kaki menjadi saling berhimipit.
II-7
Gambar 2.9. Struktur tulang dengan bunion Sumber: http://www.medicinenet.com/
2.6.Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan, sistem kerja, dan lingkungan yang produktif, aman, nyaman dan efektif bagi manusia. Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat manusia, kemampuan manusia dan keterbatasannya untuk merancang suatu sistem kerja yng baik agar tujuan dapat tercapai dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 1979). Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah (Tarwaka, 2004): a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu produktif maupun setelah tidak produktif. c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga menciptakan kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. Ergonomi juga digunakan oleh berbagai macam ahli/profesional pada bidangnya misalnya ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri. Selain itu ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang fisiologi, psikologi, perancangan, analisis, sintesis,
II-8
evaluasi proses kerja dan produk bagi wiraswasta, manajer, pemerintahan, militer, dosen dan mahasiswa. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancangulang (redesain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga (displays), jalan/ lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (ruindows), dan Iainlain. Masih dalam kaitan dengan hal tersebut diatas adalah bahasan mengenai rancang bangun lingkungan kerja (working environment), karena jika sistem perangkat keras berubah maka akan berubah pula lingkungan kerjanya. 2.7. Anthropometri Anthropometri merupakan satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia yang secara luas akan digunakan sebagai pertimbanganpertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan melibatkan interaksi manusia. Dimensi-dimensi tubuh ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil. Jika 100 orang berdiri berjajar dari yang terkecil sampai terbesar dalam suatu urutan, hal ini akan dapat diklasifikasikan dari 1 persentil sampai 100 persentil. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya. Pemakaian data anthropometri mengusahakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan dengan alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan desain (design-induced error). Aplikasi anthropometri meliputi : 1.
Perancangan areal kerja
2.
Perancangan peralatan kerja
3.
Perancangan produk-produk konsumtif
4.
Perancangan lingkungan kerja fisik Dengan demikian anthropometri akan dapat ditentukan bentuk, ukuran dan
dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang mengoperasikannya. Dalam melakukan perancangan produk biasanya dilakukan
II-9
beberapa pengukuran dimensi anthropometri tubuh manusia. Pengukuran dimensi anthropometri ini harus disesuaikan dengan bentuk produk atau fasilitas yang akan dirancang. Untuk penetapan data anthropometri digunakan distribusi normal yang mana distribusi ini dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata ( mean X ) dan simpangan standarnya ( standar deviasi x ) dari data yang diperoleh. Dari nilai yang ada tersebut dapat ditentukan nilai persentil sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal yang ada. Persentil merupakan suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh persentil ke-95 menunjukkan 95% populasi berada pada atau dibawah ukuran tersebut sedangkan persentil ke-5 menunjukkan 5% populasi berada pada atau dibawah ukuran tersebut. Dalam antropometri, persentil 95 menunjukkan ukuran manusia yang terbesar sedangkan persentil 5 menunjukkan ukuran manusia yang terkecil. Jika diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95% dari populasi yang ada maka persentil 2.5 dan 97.5 adalah batas ruang yang dapat dipakai. Batas ruang yang dapat dipakai tersebut ditunjukkan pada gambar dan tabel dibawah ini.
Gambar 2.10. Distribusi Normal yang Mengakomodasi 95% dari Populasi Sumber : Wignjosoebroto (2003)
II-10
Tabel 2.1 Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal PERSENTIL Ke-1 Ke-2,5 Ke-5 Ke-10 Ke-50 Ke-90 Ke-95 Ke-97,5 Ke-99
PERHITUNGAN
Sumber : Wignjosoebroto (2003)
Terdapat dua pilihan dalam merancang sistem kerja berdasarkan data antropometri, yaitu: 1.
Sesuai dengan tubuh pekerja yang bersangkutan (perancangan individual), yang terbaik secara ergonomi
2.
Sesuai dengan populasi pemakai/pekerja Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh
manusia yang akan mengoperasikannya maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini (Wignjosoeboto, 2003) : 1.
Prinsip perancangan produk bagi individu ekstrim (Design for extreme individuals) Di sini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran produk, yaitu : a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil dibandingkan dengan rata-ratanya. b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada). Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara :
II-11
a. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90-th, 95-th atau 99-th percentile. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat, dll. b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai persentil yang paling rendah (1-th, 5-th, 10-th percentile) dari distribusi data anthropometri yang ada. Secara umum aplikasi data anthropometri untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th percentile untuk dimensi maksimum dan 95-th untuk dimensi minimumnya. 2.
Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang (Design for adjustable range) Disini produk yang dirancang bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel umumnya digunakan rentang persentil ke-5 sampai ke-95.
3.
Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata (Design for average) Dalam prinsip ini produk dirancang berdasarkan rata-rata ukuran manusia. Dalam hal ini kemungkinan orang yang berada dalam ukuran rata-rata sedikit, sedangkan ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri. Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam proses
perancangan produk atau fasilitas kerja maka ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Penetapan anggota tubuh yang akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.
2.
Penentuan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan alat. Dalam hal ini perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data struktural body dimensions ataukah functional body dimensions.
3.
Penentuan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasi dan menjadi target utama untuk pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal
II-12
sebagai segmentasi pasar seperti produk mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita dan lain-lain. 4.
Penetapan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel ataukah ukuran rata-rata.
5.
Pemilihan persentase populasi yang harus diikuti; 90th,95 th,99th atau nilai persentil yang lain yang dikehendaki.
6.
Penetapan atau pemilihan nilai ukuran dari tabel data anthropometri yang sesuai untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran bila diperlukan, seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan dan lain-lain. Perbedaan individual antara manusia dewasa dengan anak-anak, laki-laki atau
perempuan, menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya memiliki bentuk tubuh, ukuran (anthropometri) dan karakter fisik yang berbeda-beda. Berangkat dari realitas ini, maka dalam perancangan desain sedapat mungkin fleksibel untuk dapat digunakan oleh mayoritas populasi yang secara leluasa bebas mengatur dan beradaptasi dengan ukuran tubuh masing-masing. Memperhatikan hal tersebut, desain yang qualified, certified dan customer need, sebaiknya dirancang dengan terlebih dahulu memperhatikan segala faktor yang terkait dengan manusia yang mengunakan atau mengoperasionalkan hasil produk desain yang fungsional, dengan memperhatikan faktor keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan manusia.
II-13
Terdapat 14 dimensi dalam pengukuran sepatu (Alemany, 2005), sebagai berikut :
Gambar 2.11. Dimensi yang dipergunakan dalam anthropometri kaki. 1. Matatarsal tibiale 2. Metatarsal Fibulare 3. Highest point of Toe 1 at the interphalangeal joint 4. Highest point of Toe joint at the distal interphalangeal joint 5. Head of second metatarsal 6. Instep point (Cuneiform) 7. Tentative junction point 8. Navicular bone 9. Fifth metatarsal tuberosity 10. Lateralmost point of lateral malleolus 11. Medialmost point of medial malleolus 12. Sphyrion Fibulare 13. Sphyrion 14. Medial tentative heel upper point.
II-14
2.8. Proses Desain Alas Kaki Pada saat proses pendesainan alas kaki terdapat beberapa tahapan, tahapannya adalah sebagai berikut : a. Perumusan Konsep Dalam pembuatan desain alas kaki pertama yang harus diperhatikan adalah tahap perumusan konsep. Tahap ini adalah yang paling penting dalam pembuatan produk. Tahap Penelitian bervariasi, tergantung pada persyaratan produk. Desainer dapat mencari inspirasi dengan sejumlah gambar sepatu atau alas kaki dari brosur-brosur, atau semua aspek dari desain ataupun kita menggunakan trend dalam mengkaji bentuk heels, bahan, bahkan harga. Tahap awal adalah proses sketsa yang perlu dibuat untuk melengkapi perumusan ide, dimana trend yang sedang berkembang. Untuk beberapa proyek, penelitian dapat mengambil tempat di galeri seni, perpustakaan, atau dimanapun kita inginkan untuk menemukan inspirasi. Baik itu dari trend grafis sablon untuk kaos, perhiasan, dan aksesoris untuk mendapatkan ide kreatif kita yang mengalir. b. Story board Sebuah representasi visual dari sebuah trend baru fashion. Story board ini digunakan untuk mengatur tabel rumusan sebelum memulai merancang. Hal ini digunakan untuk merancang sebuah desain. Story board biasanya disusun dari majalah fashion, catatan trend data, material, gambar inspirasi, sketsa atau foto. Unsur memperkirakan model atau desain yang akan datang. Ketika kita melihat tren makan kita mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk memprediksi apa yang mungkin populer dalam masa berikutnya. c. Time Line (kerangka kerja) Dalam pengembangan desain sebaiknya kita harus membuat kerangka kerja atau rancangan untuk spek tiap-tiap item yang ada. Misalnya kebutuhan akan bahan, aksesories, outsole, warna material, model desain dan semuan hal yang diperlukan dalam perancangan desain. Waktu yang kita rancang juga bisa kita terapkan dalam pembuatan produk alas kaki.
II-15
d. Ide awal Ide awal dimulai dengan banyak membuat sketsa sederhana sebelum membuat gambar yang lebih rumit dan rinci. Hal ini memungkinkan kita untuk mendapatkan ide-ide yang kita pikirkan dengan cepat yang kita gores di atas media gambar, baik itu kertas atau sebagainya. Setelah sketsa didapat langkah selanjutnya, pilih desain yang paling menarik dan dikaji untuk dibuat gambar yang lebih rinci dan ditambahkan detail-detail untuk gambarnya. e. Pengembangan Shoe Last/ Acuan Shoe last atau acuan sepatu merupakan cetakan atau pengkopian bentuk kaki kita yang akan digunakan untuk membentuk alas kaki. Untuk memulai proses terbentuknya. Bahan last (acuan) dapat terbuat dari kayu, logam atau pun plastik. Dalam menentukan bentuk shoe last berbagai pertimbangan ukuran harus sesuai mulai dari lingkar gemuk, lingkar pinggang kaki, lingkar gemur, lingkar tumit dan panjang telapak. Hal ini disebabkan panjang tiap kaki berbeda menurut masing-masing orang. Ada kalanya kita membuat shoe last dari jenis sepatu yang sudah ada dengan mengirimkan ke pembuat shoe last yang akan kita gunakan untuk mengembangkan desain kita sendiri.
Gambar 2.12. Shoe Last f. Pengembangan outsole Setelah kita menentukan ide awal, untuk memberikan representasi yang lebih realistis dari sepatu, beberapa klien membutuhkan Computer Aided Design (CAD) untuk merancang atau sketsa , ide dan sketsa menjadi sesuatu yang dapat dimengerti produsen outsole dengan mudah. Desain outsole lebih terperinci lagi untuk bentuk lekukan-lekukanya, misal dalam section atau potongan melintang, akan tergambar lebih detail lagi dalam II-16
perancanganya. Tiap mili meter yang digambarkan akan sangat berpegaruh terhadap bentuk yang terjadi, derajat kemiringan bentuk, motif semuanya saling keterkaitan.
Gambar 2.13. Contoh ukuran sepatu g. Memotong Pola (Pattern) Pembuatan pola disesuaikan dengan model yang telah ada, dengan garis dan detail-detail komponen. Setiap detail-detail yang ada harus diperhitungkan dengan ergonomi dan estetika agar lekuk dari komponen sesuai dengan tema yang digambar. Dalam pembuatan pattern idealnya juga harus ditentukan lebar tumpangan, ukuran sambungan (setik balik) agar pola yang dihasilkan efektif untuk kebutuhan bahan, efisien dalam pembuatan penjahitan. h. Kombinasi Warna dan Bahan Pemilihan material dan kombinasi bahan, warna, tekstur yang harmoni akan menjadikan paduan sepatu yang unik dan menarik. Warna upper dan benang, ukuran benang juga bisa dikombinasikan dengan unik dan berbagai variasi.
II-17
Gambar 2.14. Material pembuat sepatu Berikut adalah bahan yang dipergunakan untuk membuat sepatu : -
Kulit asli Bahan kulit asli dengan kualitas yang tinggi adalah bahan kulit sapi. Bahan kulit mempunyai sifat tahan lama namun memiliki harga yang mahal
-
Suede Jenis kulit Suede adalah jenis bahan kulit yang diproses secara terbalik, yaitu disamak dari bagian dalam kulit binatang. Jenis kulit Suede meiliki tekstur yang lebih lembut. Sepatu dengan bahan jenis kulit Suede umumnya lebih digemari oleh anak-anak muda. Sepatu kulit dengan jenis bahan kulit suede terkesan lebih santai dan tidak formal. Kelemahan sepatu dengan bahan jenis kulit Suede adalah mudah kotor, akan berubah warna jika terkena air, dan jahitanya lebih mudah tertarik.
-
Kulit Buk Bahan ini mirip dengan kulit suede, hanya saja teksturnya agak kasar. Perbedaannya ada pada tahap finishing dari proses penyamakan kulit. Warnanya juga bermacam-macam. Umumnya digunakan untuk bahan sepatu casual, serta kombinasi pada sepatu boot.
-
Kulit Lak
II-18
Bahan kulit lak terlihat tidak seperti kulit, karena tampak seperti kulit sintetis yang mengkilat. Hal itu memang merupakan finishing dari kulit tersebut. Bahan kulit jenis ini cenderung tahan air, karena teksturnya licin, dan perawatannya mudah, tidak perlu disemir, cukup dilap saja. -
Kulit sintetik Sintetic atau bahan dari campuran kimia. Bahan ini banyak sekali dipakai untuk pembuatan sepatu, karena harganya relative lebih murah. Bahan ini banyak dipakai untuk berbagai model sepatu, dari model formal, boot, casual, serta sepatu olahraga, baik untuk dewasa maupun anak-anak.
-
Denim Denim atau orang sering menyebut kain jeans, merupakan salah satu bahan yang sering dipakai untuk pembuatan sepatu. Bahan ini relative kuat dan tahan lama.
-
Canvas Bahan ini dipergunakan untuk jenis sepatu yang dilukis.
-
Karet Karet yang merupakan hasil pengolahan dari getah karet, dapat juga dijadikan sepatu. Umumnya dipakai untuk pembuatan sepatu wanita, tetapi saat ini juga banyak digunakan untuk model sepatu pantofel serta casual untuk pria. Bahan karet cenderung lentur, anti air, dan tahan lama.
i. Pembuatan sampel Proses desain tidak berakhir pada tahap sampel ini. Tiap model bisa dikembangkan dengan berbagai variasi warna dan aksesories dengan lebih up to date. Dan siklus dari desain itu sendiri akan berputar seiring waktu dan akan kembali lagi dengan model yang serupa tetapi dengan berbagai variasi yang menarik.
II-19
2.9. Perancangan Produk Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisa, menilai, memperbaiki, dan menyusun suatu sistem, baik secara fisik maupun non fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan suatu perancangan produk, diantaranya: 2.6.1 Metode Perancangan Produk Ulrich dan Eppringer (2001) Di dalam proses perancangan dan pengembangan sebuah produk terdiri dari lima fase, berikut adalah gambar yang menjabarkan lima fase dalam proses perancangan dan pengembangan produk beserta metode-metode terintegrasi dari setiap fasenya : Phase 0 Planning
Phase 1 Phase 2 Concept development System-level design
Phase 3 Detail design
Phase 4 Testing & refinement
Phase 5 Production ramp up
Development process and organization Product planning Identifing customer needs Product spesifications Concept generation Concept selection Concept testing Product architecture Industrial design Design for manufacturing Prototyping Product development economics Managing projects
Gambar 2.3 Proses Perancangan dan Pengembangan Produk Sumber: Ulrich dan Eppinger (2001) Sesuai dengan penelitian yang dilakukan yaitu perancangan desain usulan meja dan kursi kelas maka langkah-langkah dalam proses perancangan produk adalah sebagai berikut: 1.
Identifikasi kebutuhan konsumen atau Voice of Costumer (VoC)
II-20
Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen berdasarkan pengumpulan data. 2.
Penentuan spesifikasi produk
3.
Penyusunan konsep produk Merupakan pernyataan tujuan dari misi pengembangan produk ini, VoC dan daftar spesifikasi produk adalah input bagi tahap pengembangan konsep.
4.
Pemilihan konsep produk Pemilihan konsep produk adalah proses evaluasi dengan kriteria VoC dan kriteria lainnya, membandingkan kelebihan dan kekurangan relatif dari masing-masing konsep dan memilih satu atau lebih konsep untuk penelitian atau pengembangan lebih lanjut. Sebuah perancangan yang sukses adalah yang menjalani pemilihan konsep yang terstruktur. 2.6.2 Metode Perancangan Produk Morris Asimow (1962) Perancangan suatu alat termasuk dalam metode teknik, dengan demikian
langkah-langkah pembuatan perancangan akan mengikuti metode Morris Asimow yang menerangkan bahwa perancangan teknik adalah suatu aktivitas dengan maksud tertentu menuju ke arah tujuan pemenuhan kebutuhan manusia. Dari definisi tersebut terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam perancangan antara lain: 1. Aktivitas untuk maksud tertentu 2. Sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia 3. Berdasarkan pada pertimbangan teknologi Tahapan umum teknik perancangan dikenal dengan sebutan NIDA yang merupakan kepanjangan dari need, idea, decision dan action. Beberapa teknik perancangan tersebut antara lain : 1. Need : artinya tahap pertama seorang perancang menetapkan dan mengidentifikasikan kebutuhan sehubungan dengan alat atau produk yang harus dirancang. 2. Idea : artinya pengembangan ide-ide yang melahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan.
II-21
3. Decision : artinya melakukan suatu penilaian dan penganalisaan terhadap berbagai alternatif yang ada, sehingga perancang dapat memutuskan suatu alternatif terbaik. 4. Action : artinya dilakukan suatu proses pembuatan. Hasil rancangan yang dibuat dituntut dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pemakai. Oleh karena itu, rancangan yang akan dibuat harus memperhatikan faktor manusia sebagai pemakai. Faktor manusia ini diantaranya dipelajari dalam ilmu ergonomi. Menurut Morris Asimow, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu rancangan selain faktor manusia antara lain: 1. Analisa teknik, yaitu berhubungan ketahanan, kekerasan, dan sebagainya. 2. Analisa ekonomi, yaitu berhubungan dengan perbandingan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh. 3. Analisa legalisasi, yaitu berhubungan dengan segi hukum atau tatanan hukum yang berlaku dari hak cipta. 4. Analisa pemasaran, yaitu berhubungan dengan jalur distribusi produk atau hasil rancangan sehingga dapat sampai kepada konsumen atau pemakai. 5. Analisa nilai, yaitu suatu prosedur yang mengidentifikasikan ongkos-ongkos yang tidak ada gunanya. Dalam pembuatan suatu produk dibutuhkan perancangan terlebih dahulu. Di bawah ini terdapat tiga tipe perancangan antara lain: 1. Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrim, yaitu data dengan persentil ekstrim minimum 5% dan ekstrim maksimum 95%. 2. Perancangan pemakaian nilai rata-rata, yaitu data dengan persentil 50%. 3. Perancangan untuk pemakaian yang dapat disesuaikan (adjustable).
2.10. Uji Statistik Data Data anthropometri hasil dari pengukuran dimensi tubuh manusia diolah sesuai kebutuhan penelitian atau perancangan produk. Pengolahan data tersebut dilakukan secara analisis statistik antara lain uji kenormalan data, uji keseragaman, uji kecukupan data, selanjutnya akan dihitung persentil untuk masing-masing dimensi tubuh, dimana hal ini sangat diperlukan pada tahap perancangan (Wignjosoebroto, 2003). Adapun keterangannya, sebagai berikut:
II-22
1.
Uji Normalitas Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.Uji
ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistik parametrik. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah data memusat pada nilai rata‐rata dan median. Rumus yang digunakan dalam uji ini dapat dilihat pada persamaan 2.1:
X
2
(x c
i
x )2
2.1
x
Dimana :
x
= rata-rata dari sub group ke i
xi = hasil pengukuran ke i Apabila X2c hitung < X2c tabel maka data sudah berdistribusi normal.
2.
Uji Keseragaman Uji keseragaman data berfungsi untuk memperkecil varian yang ada dengan
membuang data ekstrim. Jika ada data yang berada di luar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. (Wignjosoebroto,2003). Rumus yang digunakan dalam uji ini meliputi persamaan 2.2, 2.3, 2.4 dan 2.5. a.
Menghitung rata-rata dari masing-masing sub group :
x b.
2.2
Menghtiung standar deviasi :
c.
x1 x 2 x3 ... x N N
(x
j
x)2
2.3
N 1
Menghtiung batas kontrol :
BKA x 2
2.4
BKB x 2
2.5 II-23
Dimana :
x
= rata-rata dari sub group ke j
xj
= hasil pengukuran ke j
N
= banyaknya data pengukuran
= standar deviasi
BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah
3.
Uji Kecukupan Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
sudah mencukupi untuk diolah. Sebelum dilakukan uji kecukupan data terlebih dahulu menentukan derajat kebebasan 0.05 yang menunjukkan penyimpangan maksimum hasil program. Selain itu juga ditentukan tingkat kepercayaan 95% dengan k = 2 yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data anthropometri, artinya bahwa rata‐rata data hasil pengukuran diperbolehkan menyimpang sebesar 5% dari rata‐rata sebenarnya. Rumus uji kecukupan data dapat dilihat pada persamaan 2.6. k / s N N'
X X X
2
2 i
i
i
2
2.6
Dimana : N’ = jumlah pengukuran yang seharusnya dilakukan N
= jumlah pengukuran awal yang telah dilakukan
xi = data ke i k
= tingkat keyakinan
s
= derajat ketelitian Data dianggap telah mencukupi jika memenuhi persyaratan N’
kata lain jumlah data secara teotitis lebih kecil daripada jumlah data pengamatan (Wignjosoebroto, 2003).
II-24