BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Auditing
2.1.1.1 Pengertian Auditting Berikut ini beberapa pengertian auditing menurut para ahli, antara lain: Menurut Mulyadi (2002:9) yaitu: “Auditting adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuain antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang teolah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.” Menurut Arens et al (2010:4) definisi audit sebagai berikut: “ Auditing is the accumulation and evaluation about information to determine and report an the degree of correspondence between the information and estabilished criteria. Auditing should be done by a competent independent person.” Menurut Agoes (2012:4) yaitu: “Auditting adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti pendukung dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.” Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti yang berhubungan dengan informasi suatu entitas ekonomi yang akan
8
9
diukur dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. 2.1.2
Audit Internal
2.1 .2.1Pengertian Audit Internal Saat ini profesi audit internal terus mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan berkembangnya dunia usaha dan perekonomian yang menuntut suatu perusahaan untuk menjalankan kegiatannya secara profesional, yang berarti pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan perusahaan. Kebutuhan akan fungsi audit internal muncul seiring dengan perkembangan tersebut. Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang diterbitkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:9), mengemukakan definisi audit internal sebagai berikut : “Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian,dan proses governance.” Sementara itu, redefinisi audit internal yang telah disetujui oleh IIA’S Board of Directors pada bulan Juni 1999 seperti yang dalam Tugiman (2007:12) adalah : “Internal auditing is an independent, objective assurance, and consulting activity design to add value and unprove an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and unprove the effectiviness of risk management, control, and government process.”
10
Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa fungsi audit internal masa kini tidak lagi hanya terbatas dalam audit keuangan dan operasi organisasi/ perusahaan saja, tetapi juga memberikan jasa konsultasi yang dapat menambah nilai organisasi atau perusahaan agar dapat mencapai tujuannya. Selanjutnya dengan mengacu pada definisi dalam Standar Profesi Audit Internal (SPAI) tersebut, dapat disimpulkan bahwa dampak yang muncul dari pernyataan Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal tahun 2004 adalah perlunya peningkatan kapasitas dan kualitas auditor internal dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu, auditor internal harus memiliki latar belakang pengetahuan yang luas, mencakup seluruh fungsi organisasi termasuk teknologi informasi. Hal ini disebabkan munculnya fungsi baru dalam fungsi audit internal yaitu sebagai konsultan bagi manajemen dalam peningkatan manajemen risiko dan pengendalian tata kelola organisasi atau perusahaan. Teori-teori dasar dan konsep-konsep audit telah menjawab bahwa keberadaan atau alasan diadakannya audit dalam organisasi yaitu untuk memberikan nilai tambah. Tabel berikut ini dapat menjabarkan suatu bentuk perbandingan konsep kunci pengertian audit internal, dan menjelaskan perbedaan antara definisi auditor internal yang lama dengan definisi auditor internal yang baru (Tugiman, 2007:13).
11
Perbandingan audit internal lama dan baru dapat dilihat dalam Tabel berikut ini : Tabel 2.1 Perbandingan Konsep Kunci Pengertian Audit Internal No 1.
Lama 1947 Fungsi
penilaian
Baru 1999
independen
yang Suatu aktivitas independen objektif.
dibentuk dalam suatu organisasi. 2.
Fungsi penilaian.
Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan konsultasi.
3.
Mengkaji dan mengevaluasi aktivitas Dirancang untuk memberikan suatu nilai organisasi sebagai bentuk jasa yang tambah diberikan bagi organisasi.
4.
serta
meningkatkan
kegiatan
operasi organisasi.
Membantu agar para anggota organisasi Membantu
organisasi
dalam
usaha
dapat menjalankan tanggungjawabnya mencapai tujuannya. secara efektif. 5.
Memberi
hasil
analisis,
penilaian, Memberikan suatu pendekatan disiplin
rekomendasi, konseling, dan informasi yang sistematis untuk mengevaluasi dan yang berkaitan dengan aktivitas yang meningkatkan
keefektifan
manajemen
dikaji dan menciptakan pengendalian risiko, pengendalian, dan proses peraturan efektif dengan biaya yang wajar.
dan pengelolaan organisasi.
Sumber: Tugiman (2004:13)
Dari Tabel tersebut dapat diartikan bahwa audit internal sekarang ini mempunyai pandangan luas serta pemahaman terhadap proses manajerial dan berkaitan dengan manusia yang mendasari fungsi audit internal. Selain itu audit internal harus bertindak profesional dalam segala hal, sifat inilah yang dapat memberikan nilai tambah dalam menghadapi berbagai risiko organisasi, keterbukaan dan globalisasi.
12
2.1.2.2 Fungsi dan Ruang Lingkup Audit Internal Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:21) menyatakan bahwa: “Fungsi Audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan.” Pada tahun 1995, The Institute of Internal Auditors memberikan pernyataan tantang ruang lingkup audit internal dalam Tugiman (2001) sebagai berikut : “The scope of internal auditing should encompass the examination and evaluation of the adequacy and effectiveness of the organization’s system of internal control and the quality of performance in carrying out assigned responsibilities.” Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa ruang lingkup audit internal harus mencakup pemeriksaan dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistem organisasi pengendalian internal dan kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang diberikan. Lingkup penugasan menurut Konsorsium Organisasi Audit Internal (2004:20) adalah : “Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.” Sedangkan The Institute of Internal Auditors (2011:27) memberikan pernyataan bahwa : “The internal audit activity must evaluate and contribute to the improvement of governance, risk management, and control processes using a systematic and disciplined approach.”
13
Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa aktivitas audit internal harus mengevaluasi dan memberikan kontribusi pada perbaikan tata kelola, pengelolaan risiko, dan proses pengendalian dengan menggunakan pendekatan sistematis dan disiplin. 2.1.2.3 Tujuan, Kewenangan dan Tanggung Jawab Audit Internal Dalam pelaksanaan pemeriksaan, audit internal memiliki tujuan yang dijadikan acuan dalam kinerjanya. Menurut M.Guy dialihbahasa oleh Rajoe (2003:410) menyatakan bahwa: “Tujuan audit internal adalah membantu anggota organisasi melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.” Tanggung jawab seorang audit internal menurut Komite SPAP Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001:322) yaitu : “Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi dan informasi lain kepada manajemen entitas dan bagian komisaris atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggungjawabnya. Untuk memenuhi tanggung jawabnya tersebut auditor intern mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.”
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:15) menyatakan bahwa tujuan, wewenang dan tanggung jawab audit internal sebagai berikut : “Tujuan wewenang dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam chareter audit internal, konsisten dengan Standar Profesi Auidt Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan dari pimpinan dan wewenang pengawas organisasi.”
14
Sedangkan The Institute of Internal Auditors (2009:15) menyatakan bahwa: “The purpose, authority, and responsibility of the internal audit activity must be formally defined in an internal audit charter, consistent with the definition of internal auditing, the code of ethics, and the standards. the chief audit executive must periodically review the internal audit charter and present it to senior management and the board for approval.” Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa tujuan, wewenang, dan tanggung jawab dari kegiatan audit internal harus secara formal didefinisikan dalam audit internal charter, konsisten dengan definisi audit internal, kode etik, dan normanorma. kepala eksekutif audit harus meninjau audit internal charter secara berkala dan menyampaikannya kepada manajemen senior dan dewan untuk disetujui. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan wewenang dan tanggung jawab auditor internal yaitu : 1. Memberikan
saran-saran
kepada
manajemen
dalam
melaksanakan
tanggung jawab dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan kode etik serta prosedur yang berlaku agar tujuan organisasi dapat tercapai 2. Audit internal bertanggung jawab untuk mendapatkan persetujuan dari manajemen senior dan dewan terhadap dokumen tertulis formal untuk bagian audit internal, menegaskan lingkup pekerjaan yang tidak dibatasi, dan menyatakan bahwa bagian audit internal tidak memiliki kewenangan atau tanggung jawab pada kegiatan yang mereka periksa. 2.1.2.4 Independensi dan Objektivitas Auditor internal harus independen dan objektif dalam pelaksanaan kegiatannya. Hal ini berarti bahwa auditor internal dalam penilaian tidak memihak
15
kepada siapapun. Hal ini dapat dicapai apabila audit internal diberikan status dan kedudukan yang jelas, seperti yang dikemukakan Tugiman (1997:20), sebagai berikut: “Para auditor internal dianggap mandiri apabila melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian para auditor internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal ini sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif para auditor internal.” The Institute of Internal Auditors (2009:16) mendefinisikan independensi sebagai berikut : “Independence is the freedom from conditions that threaten the ability of the internal audit activity or the chief audit executive to carry out internal audit responbilities in an unbiased manner. to achieve the degree of independence necessary to effectively carry out the board. this can be achieved through a dual reporting relationship. threats to independence must be managed at the individual auditor, engagement, functional, and organizational levels.” Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa independensi adalah kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan aktivitas audit internal atau eksekutif audit yang utama untuk melaksanakan tanggung jawab audit internal secara objektif. untuk mencapai tingkat kemandirian yang diperlukan secara efektif. Dapat dicapai melalui hubungan pelaporan ganda. ancaman terhadap independensi harus dikelola pada auditor individu, keterlibatan, fungsional, dan tingkat organisasi. Para auditor internal haruslah memerlukan pemeriksaan secara objektif.
16
The Institute of Internal Auditors (2009:16) mendefinisikan objektivitas sebagai berikut : “Objectivity is an unbiased mental attitude that allows internal auditors to perform engagements in such a manner that they believe in their work product and that no quality compromises are made objectivity requires that internal auditors do not subordinate their judgment on audit matters ro ohers. threats to objectivity must be managed at the individual auditor, engagement, functional, and organizational level.” Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa objektifitas adalah sikap mental yang objektif dan memungkinkan auditor internal melaksanakan penugasan dalam suatu cara yang mereka yakini di dalam produk kerjanya dan tidak ada kompromi terhadap kualitas, sehingga membuat objektifitas diperlukan auditor internal dan tidak dipengaruhi oleh pertimbangan yang menyimpang dari masalah-masalah yang lainnya, ancaman terhadap kebebasan harus dikelola pada auditor individu, penugasan, fungsional, dan juga organisasi pada tingkat masing-masing Sedangkan menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:15) menyatakan bahwa : “Auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak, dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan (conflict of interest).”
Dari uraian diatas bahwa independen disini berarti auditor harus mandiri dan terpisah dari kegiatan operasional perusahaan. Namun para auditor internal akan dianggap mandiri apabila melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif sehingga dapat membuat pertimbangan secara netral dan tidak menyimpang.
17
2.1.2.5 Kemampuan Profesional Kemampuan profesional menurut Tugiman (1997:27) yaitu : “Kemampuan profesional merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang yang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas.” Kemampuan profesional mencakup :
Unit Audit Internal 1. Personalia Auditor internal haruslah memberikan jaminan keahlian teknis dan latar belakang pendidikan para pemeriksa yang akan ditugaskan. Pimpinan audit internal harus menetapkan kriteria pendidikan dan pengalaman yang sesuai dalam mengisi jabatan-jabatan di bagian audit internal dan harus memperoleh kepastian yang pantas tentang kualifikasi dan kemampuan setiap calon pemeriksa. 2. Pengetahuan dan Kecakapan Unit audit internal haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk menjalankan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan. 3. Pengawasan Unit Audit internal haruslah memberikan kepastian bahwa pelaksanaan pemeriksaan internal akan diawasi sebagaimana mestinya Auditor internal.
18
4. Kesesuaian dengan Standar Profesi Auditor internal haruslah mematuhi standar profesi dalam melakukan pemeriksaan. 5. Pengetahuan dan Kecakapan Auditor internal haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan, dan disiplin ilmu yang penting dalam pelaksanaan pemeriksaan. 6. Hubungan antar Manusia dan Kecakapan Auditor internal haruslah memiliki kemampuan untuk menghadapi orang lain dan berkomunikasi secara efektif. 7. Pendidikan Berkelajutan Auditor internal harus mengembangkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan. 8. Ketelitian Profesional Dalam melakukan pemeriksaan, para pemeriksa internal haruslah bertindak dengan ketelitian profesional yang sepatutnya. 2.1.2.6 Standar Profesi Audit Internal Dewasa ini peran auditor internal semakin diandalkan dalam mengembangkan dan menjaga efektivitas system pengendalian internal, pengelolaan risiko, dan corporate governance. Agar dapat mengembangkan kepercayaan yang semakin besar dan menjalankan peran dengan baik, auditor internal memerlukan Standar Profesi Audit Internal.
19
Standar Profesi Audit Internal menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004) terdiri dari:
Standar Kinerja
1. Lingkup Penugasan Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh. 1) Pengelolaan risiko Fungsi
audit
internal
harus membantu
organisasi
dengan cara
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi
terhadap
peningkatan pengelolaan
risiko
dan system
pengendalian intern. 2) Pengendalian Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendaian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan. A. Berdasarkan hasil penelitian risiko, fungsi audit internal harus mengevaluasi kecukupan dan efektiovitas sistem pengendalian intern, yang mencakup govarnance, kegiatan operasi dan sistem informasi organisasi. Hali ini harus mencakup:
20
a) Efektivitas dan efesiensi kegiatan operasi. b) Keandalan dan integritas informasi. c) Kepatuhan
terhadap
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku. d) Pengamanan aset organisasi. B. Fungsi audit internal harus memastikan samapi sejauh mana sasaran dan tujuan program serta kegiatan operasi telah ditetapkan dan sejalan dengan sasaran organisasi. C. Auditor internal harus meriviu kegiatan operasi dan program untuk memastikan sampai sejauh mana hasil-hasil yang diperoleh konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. D. Untuk mengevaluasi sistem pengendalian intern diperlukan kriteria yang memadai. 3) Proses Governance Fungdi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuantujuan berikut: a) Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam organisasi. b) Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas.
21
c) Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada unit-unit yang tepat di dalam organisasi d) Secara
efektif
mengkoordinasikan
kegiatan
dari,
dan
mengkomunikasikan informasi di antara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal dan eksternal serta manajemen. 2. Perencanaan Penugasan Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu dan alokasi sumber daya. A. Pertimbangan Perencanaan Dalam
merencanakan
penugasan,
auditor
internal
harus
mempertimbangkan: a) Sasaran dari kegiatan yang sedang direviu dan mekanisme yang digunakan kegiatan tersebut dalam mengendalikan kinerjanya. b) Risiko signifikan atas kegiatan, sasaran, sumberdaya, dan operasi yang direviu serta pengendalian yang diperlukan untuk menekan dampak risiko ke tingkat yang dapat diterima. c) Kecukupan dan efektifitas pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern. d) Peluang yang signifikan untuk meningkatkan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern.
22
B. Sasaran Penugasan Sasaran untuk setiap penugasan harus ditetapkan C. Ruang Lingkup Penugasan Agar sasaran penugasan tercapai maka Fungsi Audit Internal harus mempunyai ruang lingkup penugasan yang memadai. D. Alokasi Sumberdaya Penugasan Auditor internal harus menentukan sumberdaya yang sesuai untuk mencapai sasaran penugasan. Penugasan staf harus didasarkan pada evaluasi atas sifat dan kompleksitas penugasan, keterbatasan waktu dan ketersedian sumberdaya. E. Program Kerja Penugasan Auditor internal harus menyusun dan mendokumentasikan program kerja dalam rangka mencapai sasaran penugasan. 3. Pelaksanaan Penugasan Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus
mengidentifikasi,
menganalisis,
informasi
mengevaluasi
dan
mendokumentasikan
yang
memadai untuk mencapai penugasan. A. Mengidentifikasi Informasi Auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai, handal, relevan dan berguna untuk mencapai sasaran penugasan.
23
B. Analisis dan Evaluasi Auditor internal harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan pada analisis dan evaluasi yang tepat. C. Dokumentasi Informasi Auditor internal harus mendokumentasikan informasi yang relevan untuk mendukung kesimpulan dan hasil penugasan. D. Supervisi Penugasan Setiap penugasan harus sisupervisi dengan tepat untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan staf. 4. Komunikasi Hasil Penugasan Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasan secara tepat waktu. A. Kriteria Komunikasi Komunikasi harus mencakup sasaran dan lingkup penugasan, simpulan, rekomendasi, dan rencana tindaknnya. a) Komunikasi akhir hasil penugasan, bila memungkinkan memuat opini keseluruhan dan kesimpulan auditor internal. b) Auditor internal dianjurkan untuk memberi apresiasi, dalam komunikasi hasil penugasan, terhadap kinerja yang memuaskan dari kegiatan yang diriviu.
24
c) Bilamana hasil penugasan disampaikan kepada pihak di luar organisasi, maka pihak yang berwenang harus menetapkan pembatasan dalam distribusi dan penggunaannya. B. Kualitas komunikasi Komunikasi yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus akurat, obyektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu. a) Kesalahan dan kealpaan Jika komunikasi final mengandung kesalahan dan kealpoaan, penanggungjawab
fungsi
audit
internal
harus
mengkomunikasikan informasi yang telah dikoreksi kepada semua pihak yang telah menerima komunikasi sebelumnya. C. Pengungkapan atas ketidak patuhan terhadap standar Dal hal terdapat ketidakpatuhan terhadap standar yang mempengaruhi penugasan
tertentu,
komunikasi
hasil-hasil
penugasan
harus
mengungkapkan: a) Standar yang tidak dipatuhi. b) Alasan ketidakpatuhan. c) Dampak dari ketidakpatuhan terhadap penugasan. D. Dimensi hasil penugasan Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan hasil penugasan kepada pihak yang berhak.
25
5. Pemantauan Tindak Lanjut Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak-lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan kepada manajemen. A. Penyusunan Prosedur Tindaklanjut Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun prosedur tindak lanjut untuk memantau dan memastikan bahwa manajemen telah melaksanakan tindak-lanjut secara efektif, atau menanggung risiko karena tidak melakukan tindak lanjut. 2.1.3
Pengendalian Intern
2.1.3.1 Pengertian Pengendalian Intern Menurut Alvin A. Arens (2008:370) : "Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini sering kali disebut pengendalian, dan secara kolektif membentuk pengendalian internal entitas tersebut." Definisi pengendalian intern menurut Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission (COSO) dalam Tunggal (2012:77) adalah sebagai berikut : “Internal control is process, affected by entility’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories:Effectiveness and efficiency of operations, Realibillty of Financial Reporting, Compliance with Applicable laws and regulations.”
26
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lainnya, yang desain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut ini: 1. Efektivitas dan efisiensi operasi 2. Keandalan pelaporan keuangan 3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Lima tujuan utama pengendalian intern adalah untuk meyakinkan : 1. Keandalan dan itegritas informasi 2. Ketaatan dan kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan 3. Mengamankan aktiva 4. Penaksiran sumber daya yang ekonomis dan efisien 5. Pencapaian tujuan dan sasaran operasi atau program yang ditetapkan Konsep dasar yang terkandung dalam definisi tersebut adalah : 1. Pengendalian intern adalah suatu proses. Pengendalian intern merupakan cara untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. 2. Pengendalian intern dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari buku pedoman kebijakam dan formulir-formulir, tetapi juga orang-orang berbagai jenjang dalam suatu organisasi, termasuk dewan komisaris, manajemen dan personel lainnya. 3. Pengendalian intern diharapkan memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan penuh. Yaitu bagi manajemen dan dewan komisaris
27
satuan usaha karena adanya kelemahan-kelemahan bawaan yang melekat pada seluruh sistem pengendalian intern dan perlunya pertimbangan biaya dan manfaat. 4. Pengendalian intern adalah alat untuk mencapai tujuan, yaitu pelaopran keuangan, kesesuaian dan operasi. 2.1.3.2 Tujuan Pengendalian Intern Pengendalian
intern
dirancang
dengan
memperhatikan
kepentingan
manajemen perusahaan dalam menyelenggarakan operasi usahannya, dan juga harus memperhatikan aspek biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang diharapkan dalam rangka merancang suatu pengendalian intern yang baik, perlu melihat tujuan pengendalian seperti yang dinyatakan oleh Sunarto (2003:138) yang dikutip dari Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission (COSO) adalah sebagai berikut : 1. Reliability of financial reporting 2. Compliance with applicable laws and regulations 3. Effectiveness and efficiency of operations Berdasarkan penjelasan di atas, audit internal dapat dikatakan memadai apabila dapat mencapai tujuan pengendalian intern yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Keandalan Laporan Keuangan Pengendalian yang berkaitan dengan masalah kewajaran laporan keuangan yang disajikan untuk pihak-pihak luar. Penyajian laporan keuangan tersebut
28
harus sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum, di aman manajemen bertanggung jawab atas laporan keuangan yang disajikan wajar. 2. Ketaatan pada Hukum dan Peraturan yang Berlaku Pengendalian intern dimaksudkan untuk memastikan bahwa segala peraturan dan kebijakan telah ditetapkan manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan itu ditaati oleh para karyawan perusahaan tersebut. 3. Efektivitas dan Efesiensi Operasi Pengendalian intern dimaksudkan untuk menghindari tanggung jawab rangkap sehingga perlu adanya pemisahan tugas antara berbagai fungsi operasi, penyimpanan dan pencatatan. Pemisahan tugas ini tidak berarti bahwa koordinasi ditiadakan. Jadi, pengendalian dalam suatu perusahaan adalah alat untuk mencegah pemborosan kegiatan yang tidak diperlukan dalam seluruh aspek, serta mencegah penggunaan sumber daya secara tidak efesien. Bagian terpenting dari efektivitas dan efesiensi adalah pengamanan aktiva dan catatan. 2.1.3.3 Komponen Pengendalian Intern Committe of sponsoring organization (COSO) menyatakan bahwa sistem pengendalian internal terdiri dari lima komponen. Kelima komponen tersebut berasal dari para manajemen dalam menjalankan bisnisnya, dan terintegrasi dengan proses manajemen. Kelima komponen tersebut adalah (Gambar 2.1):
29
Lingkungan Pengendalian
Penaksiran Risiko
Aktivitas Pengendalian n
Informasi dan Komunikasi
Pengawasan
Gambar 2.1 Ilustrasi Komponen Pengendalian Intern Sumber : Alvin A. Arens (2012)
1.
Lingkungan Pengendalian Inti dari bisnis apapun adalah orang-orangnya ciri perorangan, termasuk
integritas, nilai-nilai etika dan kompetensi serta lingkungan tempat beroperasi. Mereka adalah mesin yang mengemudikan organisasi dan dasar segala hal terletak. Lingkungan pengendalian terdiri dari Faktor-faktor berikut: 1) Komitmen atas integritas dan nilai-nilai etika Merupakan hal
yang penting bagi pihak manajemen untuk
menciptakan struktur organisasi yang menekankan pada integritas sebagai prinsip dasar beroperasi, dengan cara secara aktif mengajarkan dan mempraktikan. 2) Filosofi pihak manajemen dan gaya operasinya Semakin bertanggung jawab filosofi pihak manajemen dan gaya operasi mereka, semakin besar kemungkinannya para pegawai akan berprilaku secara tanggung jawab dalam mencapai tujuan organisasi.
30
Apabila pihak manajemen menunjukan sedikit perhatian atas pengendalian informasi maka pegawai akan menjadi kurang rajin dan efektif dalam mencapai tujuan organisasi. 3) Struktur organisasi Struktur organisasi perusahaan menetapkan garis otoritas tanggung jawab serta menyediakan kerangka umum perencanaan, pengarahan dan pengendalian operasinya. 4) Badan audit dan dewan komisaris Komite
audit
bertanggung
jawab
untuk
mengawasi
struktur
pengendalian internal perusahaan, proses pelaopran keuangannya, dan kepatuhannya terhadap hukum, peraturan, dan standar yang terkait komite tersebut bekerja dekat dengan auditor eksternal dan internal perusahaan. 5) Metode untuk memberikan otoritas dan tanggung jawab otoritas dan tanggung jawab dapat diberikan melalui deskripsi pekerjaan secara formal, pelatihan pegawai dan rencana operasional, jadwal dan anggaran. Salah satu hal yang sangat penting adalah peraturan yang menangani masalah seperti standar etika berprilaku bisnis yang dapat dibenarkan, peraturan persyaratan dan konflik kepentingan.
31
6) Kebijakan praktik-praktik dalam sumber daya manusia kebijakan dan praktik-praktik mengenai pengontrakan, pelatihan, pengevaluasian,
pemberian
kompensasi
dan
promosi
pegawai
mempengaruhi kemampuan organisasi untuk meminimalkan ancaman dan resiko. Para pegawai harus dipekerjakan dan dipromosikan berdasarkan seberap baik mereka memenuhi persyaratan pekerjaan mereka. 7) Pengaruh-pengaruh eksternal Pengaruh-pengaruh
eksternal
yang
mempengaruhi
lingkungan
pengendalian adalah termasuk persyaratan yang dibebankan oleh bursa efek, oleh Finansial Accounting Standards Board (FASB), dan oleh Securities and Exchange Commission (SEC). 2.
Aktivitas Pengendalian Kebijakan dan prosedur pengendalian harus dibuat dan dilaksanakan untuk membantu memastikan bahwa trindakan yang diidentifikasi oleh pihak manajemen untuk mengatasi resiko pencapaian tujuan organisasi, secera efektif dijalankan. Secara umum. Prosedur-prosedur pengendalian termasuk dalam satu dari lima kategori berikut ini : 1) Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai Otorisasi sering kali didokumentasikan sebagai penandatanganan, pemberian tanda paraf, atau memasukan kode tanda paraf, atau transaksi tertentu terjadi karena keadaan khusus, sehingga pihak
32
manajemen memberikan otorisasi khusus agar dapat dilaksanakan sebaliknya, pihak manajemen dapat memberi otoriasi pada pegawai untuk menangani transaksi rutin tanpa persetujuan khusus, atau disebut otorisasi umum. 2) Pemisahan tugas Pemisahan tugas yang efektif dicapai ketika fungsi-fungsi berikut dipisahkan : a. Otorisasi dalam menyetujui transaksi dan keputusan b. Pencatatan
dalam
mempersiapkan
dokumen
sumber,
memelihara catatan jurnal, buku besar dan file lainnya; mempersiapkan rekonsiliasi, serta mempersiapkan laporan kinerja c. Penyimpanan dalam menangani kas 3) Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai Desain dan pengguhnaan catatan yang memadai membantu untuk memastikan catatan yang akurat dan lengkap atas seluruh data transaksi yang berkaitan. Bentuk dan isinya harus dijaga agar tetap kesederhana mungkin untuk mendukung pencatatan, dan menfasilitasi peninjauan serta verifikasi. 4) Penjagaan asset dan catatan yang memadai Ketika seseorang berfikir tentang penjagaan asset fisik, seperti persediaan dan perlengkapan. Akan tetapi, dimasa sekarang ini, salah
33
satu asset terpenting perusahaan adalah informasi. Oleh karena itu, harus diambil langkah-langkah untuk menjaga baik asset berupa informasi maupun fisik. 5) Pemeriksaan independen atas kinerja Pemeriksaan internal untuk memastikan seluruh transaksi diproses secara akurat adalah elemen pengendalian lainnya yang penting. Pemeriksaan ini harus independen, karena pemeriksaan umunya akan efektif apabila dilaksanakan oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab atas jalannya operasi yang diperiksa. 3.
Penilaian Risiko Organisasi harus sadar akan risiko dan berurusan dengan risiko yang
dihadapinya. Organisasi harus menempatkan tujuan, yang terintegrasi dengan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan kegiatan lainnya, agar organisasi beroperasi secara harmonis. Akuntan memainkan peranan penting dalam membantu manajemen mengontrol bisnis dengan mendesain sistem pengendalian yang efekltif, dan mengevaluasi sistem yang ada untuk memastikan bahwa sistem tersebut berjalan dengan efektif. 4.
Informasi dan Komunikasi Disekitar aktivitas pengendalian terdapat sistem informasi dan komunikasi.
Mereka memungkinkan orang-orang dalam organisasi untuk mendapat dan bertukar informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya. Akuntan harus memahami bagaimana (1) transaksi diawali, (2) data
34
didapat dalam bentuk yang dibaca oleh mesin, (3) file komputer diakses dan diperbarui, (4) data diproses untuk mempersiapkan sebuah informasi, dan (5) informasi dilaporakan ke para pemakai internal dan pihak eksternal. 5.
Pengawasan Seluruh proses haruis diawasi, dan perubahan dapat dilakuakan sesuaidengan
kebutuhan. Melalui cara ini sistem dapat bereaksi secara dinamis, berubah sesuai tuntutan keadaan. Metode untuk mengawasi kinerja dapat mencakup supervisi yang efektif, pelaporan yang bertanggung jawab dan audit internal. Pengendalian intern dapat dinilai efektif atau tidak merupakan suatu penilaian subjektif yang berasal dari penilaian terhadap apakah kelima kompenen tersebut berfungsi secara baik atau tidak, sesuai dengan prosedur perusahaan dan menghasilkan suatu kondisi informasi yang andal (dapat dipercaya dan akurat), penggunaan sumber entitas secara efesien dan efektif, dan taat pada hukum dan regulasi. Komponen-komponen pengendalian intern dapat menjadi suatu indikator yang menunjakan kualitas suatu perusahaan. 2.1.3.4 Keterbatasan Pengendalin Intern Bagaimana baiknya pengendalian intern dalam suatu perusahaan, tidaklah menjamin sepenuhnya apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat dicapai. Hal ini disebabkan karena pengendalian intern memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat melemahkan pengendalian intern tersebut. Oleh karena itu bukan suatu hal yang mungkin, apabila suatu perusahaan yang memiliki pengendalian intern yang memadai masih juga terjadi kesalahan atau peyelewengan.
35
Keterbatasan pengendalian intern seperti yang dikemukakan oleh Sunarto (2003:139) 1. Kesalahan dalam pertimbangan Seringkali manajemen dan personel lain dapat salah mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain. 2. Gangguan Gangguna dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personil secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personil atau dalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan. 3. Kolusi tindakan bersamam beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi (collusion). Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalin intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terditeksinya kecurangan oleh pengendalin intern yang dirancang. 4. Pengabaian oleh manajemen Manajemen dapat mengabaikan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau kepatuhan semu.
36
5. Biaya lawan manfaat Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut, karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern. 2.1.5
Kecurangan (Fraud)
2.1.5.1 Pengertian Kecurangan Menurut
Konsosrsium
Organisasi
Profesi
Audit
Internal
(2004:63)
kecurangan adalah : “Kecurangan mencakup perbuatan melanggar hukum dan perundangan lainnya yang dilakukan dengan niat untuk berbuat curang. Perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja demi keuntungan atau kerugian suatu organisasi oleh orang dalam atau juga oleh orang diluar organisasi tersebut.” Menurut Tugiman (1997:32) kecurangan didefinisikan sebagai berikut : “Kecurangan atau fraud meliputi suatu susunan ketidak beresan dan perbuatan ilegal yang merupakan suatu muslihat yang dilakukan untuk keuntungan atau kerugian organisasi, yang dilakukan oleh orang luar dan atau di dalam organisasi.” Definisi lain mengenai fraud dikemukakan oleh The Institute of Internal Auditors (2009) adalah : “Any illegal act characterized by deceit, concealment, or violation of trust. these acts are not dependent upon the threat of violence or physical force. frauds are perpetrated by parties and organizations to obtain money, property, or services; to avoid payment or loss of services; or to secure personal or business advantage.”
37
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa setiap tindakan ilegal ditandai dengan penipuan, penyembunyian, atau pelanggaran kepercayaan. tindakan ini tidak tergantung pada ancaman kekerasan atau kekuatan fisik. Penipuan yang dilakukan oleh pihak luar dan organisasi untuk memperoleh uang, properti, atau jasa, untuk menghindari pembayaran atau kehilangan jasa atau untuk keuntungan pribadi atau bisnis. Dari pengertiaan diatas dapat disimpulkan bahwa kecurangan merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran dan dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu yang bukan merupakan hak pelakunya sehingga dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahan. 2.1.5.2 Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Kecurangan Karni (2000:38) menyatakan pendapatnya tentang faktor pendorong terjadinya kecurangan adalah sebagai berikut: 1. Lemahnya pengendalian intern a. Manajemen tidak menekan perlunya peranan pengendalian intern b. Manajemen tidak menindak pelaku kecurangan c. Manajemen tidak mengambil sikap dalam hal terjadi conflict of interest d. Auditor internal tidak diberi wewenang untuk menyelidiki para eksekutif terutama menyangkut pengeluaran yang besar 2. Tekanan keuangan terhadap seseorang a. Banyaknya utang b. Pendapatan rendah
38
c. Gaya hidup mewah 3. Tekanan non finansial a. Tuntutan pimpinan di luar kemampuan bawahan b. Direktur menetapkan suatu tujuan yang harus di capai tanpa dikonsultasikan dengan bawahan c. Penurunan penjualan 4. Indikasi lain a. Lemahnya kebijakan penerimaan pegawai b. Meremehkan integritas pribadi c. Kemungkinan koneksi dengan organisasi kriminal Menurut Tunggal (2012:12) menjelaskan terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan, yang dinamakan segitiga kecurangan (fraud triangle), yaitu : 1. Intensif/tekanan Manajemen atau pegawai lainnya memiliki intensif atau tekanan untuk melakukan kecurangan 2. Kesempatan Situasi yang memberikan kesempatan manajemen atau pegawai melakukan kecurangan. 3. Sikap/Rasionalisasi Adanya suatu sikap, karakteristik atau seperangkat nilai etika yang memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang
39
tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan cukup besar sehingga menyebabkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut. 2.1.5.3 Tanda-Tanda Adanya Kecurangan Kecurangan dapat ditangani sendini mungkin oleh manajemen atau audit internal apabila jeli dalam melihat tanda-tanda kecurangantersebut. Tanda-tanda kecurangan seperti disebutkan oleh Tunggal (2010:61) antara lain adalah : 1. Terdapat perbedaan angka laporan keuangan yang mencolok dengan tahuntahun sebelumnya 2. Tidak ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas 3. Tidak ada rotasi pekerjaan karyawan 4. Pengendalian operasi yang tidak baik 5. Situasi karyawan yang sedang dalam tekanan Kecurangan dapat dideteksi secara dini oleh auditor internal apabila auditor internal jeli dalam melihat tanda-tanda terjadinya kecurangan. Biasanya kecurangan muncul debarengi dengan red flag. Karena hampir semua kecurangan terjadi selalu dibarengi dengan red flag. Red flag atau fraud indicators (petunjuk atau indikator kecurangan) dapat didefinisikan sebagai petunjuk awal kecurangan yang ditunjukan oleh munculnya gejala-gejala (Sypmtoms) seperti adanya perubahan gaya hidup atau perilaku seseorang, dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari pelanggan ataupun
40
kecurigaan dari rekan sekerja. Pada awalnya, kecurangan ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan kondisi / keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang. Karakterikstik yang bersifat kondisi/ situasi tertentu, perilaku/ kondisi seseorang(Amrizal:2004). 2.1.5.4 Unsur-Unsur Kecurangan Suatu kecurangan terdiri dari unsur-unsur penting yang digunakan untuk menguji tanda-tanda adanya kecurangan atau tidak.Simon (2003:1) menyatakan bahwa: “Fraud occours when all of the following elements exist: 1. An individual or an organization intentionally makes an untrue representation about an inmportant fact or event; 2. The untrue repersentation is belived by the victim (the person or organization to whom the representation has been made; 3. The victim relies and acts upon the untrue representation; 4. The victim suffers loss of money and or property as a result of relying upon and acting upon the untrue representation.” Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1. Adanya unsur kesengajaan dari seseorang atau sebuah organisasi dengan sengaja membuat penyajian yang tidak benar tentang fakta atau peristiwa penting; 2. Adanya kepercayaan yang diyakini oleh korban fraudterhadap penyajian yang keliru; 3. Adanya kepercayaan dari korban fraud untuk melaksanakan penyajian yang keliru tersebut;
41
4. Korban fraud menderita kehilangan hak milik atau uang karema telah mempercayai dan bertindak sesuai dengan penyajian yang keliru tersebut. 2.1.5.5 Jenis dan Bentuk Kecurangan Jenis kecurangan menurut Schulze dan Daniel L. Black yang dikutip olehNanik(2000:17-18) adalah sebagai berikut: 1. Kecurangan Manajemen (Management Fraud) Kecurangan Manajemen (Management Fraud) adalah suatu tindakan sengaja membuat laporan keuangan dengan memasukan jumlah angka yang palsu mengubah catatan akuntansi yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan. Seperti manipulasi, mengubah catatan akuntasi atau dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan. Albercht (2003:9) menyatakan bahwa : “in its common from, management fraud involves top management’s deceptive manipulation of financial statements” Albecht menyatakan bahwa kecurangan manajemen yang biasa dilakukan adalah memanipulasi laporan keuangan. 2. Kecurangan Karyawan (Employee Fraud) Kecurangan yang paling umum adalah
pemalsuan daftar gaji (false
payroll).Dalam hal ini biasanya menciptakan karyawan palsu kemudian menguangkan gajinya pemalsuan palsu (false vendor) biasanya dengan cara membuat faktur palsu yang digunakan untuk menerima pembayaran. Dan
42
transfer cek palsu (check klitting) yaitu dengan melibatkan pemindahan dana dari bank yang satu ke bank yang lain dan mencatat secara tidak benar transfer tersebut. Menurut Alison (2004:2) menyatakan tentang employee fraud sebagai berikut: “penggelapan aktiva umumnya dialakukan karena melihat adanya peluang kelemahan pada pengendalian intern perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut.” Selain bentuk-bentuk fraud disebutkan dalam pernyataan tersebut, ada juga bentuk-bentuk fraud yang dikemukan oleh Tunggal (2000:30). Yaitu ada dua kategori fraud, diantaranya: 1. Kecurangan yang merugikan perusahaan Kecurangan yang biasanya dilakukan oleh karyawan jenjang menengah ke bawah biasanya dalam bentuk pencurian harta milik perusahaan, hal ini tentu perusahaan yang menjadi korban kecurangan. 2. Kecuranganyang menguntungkan perusahaan Kecurangan ini biasanya dilakukan oleh karyawan yang menduduki posisi top management. Kecurangan dalam bentuk ini biasanya berupa pencatatan laba dan aktiva yang lebih besar dan mencatat biaya-biaya lebih rendah, selain itu juga perusahaan tidak mencatat retur penjualan dan lain-lain.
43
2.1.6 Pencegahan Kecurangan (Fraud) Pencegahan kecurangan merupakan tanggung jawab dari manajemen perusahaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengevaluasi kecukupan dan efektivitas langkah-langkah tindakannya yang telah diambil oleh manajemen untuk memenuhi kewajiban tersebut (Tunggal,2012:144). Tetapi tindakan mencegah dan mengawasi sistem pengendalian intern yang dibuat oleh manajemen dapat menjadi layanan audit internal tersebut dan bertujuan untuk membantu kinerja organisasi agar berjalan dengan baik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka auditor internal harus melakukan penelusuran untuk mencegah kecurangan dan mengindentifikasi semua kecurangan yang mungkin terjadi. Kecurangan merupakan masalah yang serius dan membutuhkan pengawasan yang ketat sehingga adanya kecurangan dapat dicegah sedini mungkin berikut teknikteknik yang harus dilakukan dalam pencegahan kecurangan yang dikemukan oleh K.H Spencer Picket (2001:614-618): 1. Good recruitment procedures 2. Independent checks over work 3. Reguler staff meeting 4. An employye code of conduct 5. Good communication Dari kutipan tersebut, dapat diketahui bahwa teknik pencegahan kecurangan yang dapat dilakukan diantaranya dengan membuat prosedur perekrutan yang tepat
44
bagi perusahaan karena hal ini merupakan langkah awal pencegahan kecurangan. Namun prosedur yang tepat pun tidak berarti apabila tanpa dukungan karyawan perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan auditor yang independen terhadap pemeriksaan atas pekerjaannya. Dan untuk menciptakan hubungan yang baik antara manjemen dan karyawan maka manjemen sebaiknya selalu mengadakan pertemuan atau rapat yang dapat memberikan keleluasaan untuk menyiapkan aspirasi atau keluhan-keluhan yang dihadapi sehingga dari pertemuaan yang terjadi dapat meperlihatkan tingkah laku dari masing-masing karyawan dapat diketahui sehingga dapat terjalinnya komunikasi yang baik. 2.1.6.1 Syarat Penemuan Fraud Standar audit pada dasarnya mampu mengetahui adanya kesalahan yang disengaja atau tidak disengaja. Menurut Tunggal (2000:71-73) bahwa syarat penemuanfraudterdiri dari: 1. Penemuan fraud Audit internal diharapkan dapat menemukan kelemahan atau kecurangan yang terjadi dalam perusahaan, sehingga semua aktivitas yang bertentanagan dengan prosedur atau kebijakan perusahaan dapat dicegah dan diatasi. Temuan-temuan hasil audit harus berdasrakan pada: 1) Kriteria yang artinya berbagai standar, ukuran atau harapan dalam melakukan evaluasi 2) Kondisiyaitu berbagai bukti nyata yang ditemukan oleh auditor internal
45
3) Sebab yaitu alasan yang dikemukakan atas terjadinya perbedaan antara kondisi yang diharapakan dan kondisi sesungguhnya 4) Akibat yaitu berbagai resiko atau kerugian yang dihadapi oleh organisai dari pihak yang diaudit atau unit organisani lain karena terdapatnya kondisi yang tidak sesuai dengan kriteria (dampak dari perbedaan) 5) Dalam laporan tentang berbagai temuan, dapat pula dicantumkan berbagai rekomendasi, hasil yang telah dicapai oleh pihak yang diaudit, dan informasi lain bersifat membantu yang tidak dicantumkan di tempat lain. 2. Bukti yang cukup kompeten Bukti yang kompeten dan faktual dan meyakinkan dan diperoleh dengan menggunakan teknik audit yang tepat. 3. Pendekatan Audit Dalam hal pendekatan audit dilakukan agar auditor internal dengan mudah melakukan evaluasi atau penilaian terhadap informasi yang diperoleh. Menurut Tunggal (2000: 81-84) bahwa pendekatan auditing terdiri dari : a. Analisis Ancaman b. Survei Pendahuluan c. Audit Program d. Pemilihan Tim Audit
46
2.1.6.2 Ruang Lingkup Fraud Auditing Ruang lingkup fraud auditing merupakan pembatasan-pembatasan tertentu dalam melakukan audit. Menurut Tunggal (2000:77-80) ruang lingkup fraud auditing meliputi : 1. Tingkat materialitas 2. Biaya 3. Informasi yang Sensitif 4. Pengembangan Integritas Berikut ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang terdapat dalam ruang lingkup fraud auditing : 1. Tingkat materialitas Dimana suatu kecurangan tetap dianggap material secara kualitatif dan tidak menjadi masalah terhadap beberapa jumlah uang yang tersangkut, yang artinya adalah : a.
Kecurangan, menurut sifatnya dapat berkembang apabila tidak dicegah.
b.
Eksistensi kecurangan itu sendiri menunjukan adanya suatu kelemahan dalam pengetahuan.
c.
Kecurangan secara tidak langsung menyatakan masalah integritas mempunyai konsekuensi yang jauh dari jangkauan. Manajemen melakukan korupsi, maka perusahaan dan manajemen eksekutif akan menghadapi konsekuensi hukum dan akan mencoreng serta merugikan publisitas perusahaan.
47
Menurut Setandar Akuntansi Keuagan (2007:6) No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan paragraf 30, materialitas adalah : “Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yan dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karateristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.” Oleh karena itu, tingkat materialitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertimbangan audit internal dalam menentukan jumlah bukti yang cukup diperoleh. Informasi yang diperoleh dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengarui keputusan ekonomi pemakai yang diambil tau dasar laporan keuangan. 2. Biaya Untuk biaya manajemen harus menganalisis keadaan biaya serta keseluruhan atau manfaat dari perluasan audit dan tindakan-tindakan yang akan diambil untuk mencegah kecurangan pada masa yang akan datang. Misalnya jika kecurangan terjadi yang melibatkan persekongkolan beberapa karyawan yang menyangkut pemalusan dokumen. Penipuan semacam itu cenderung tidak terungkap dalam audit yang normal.
48
3. Informasi yang Sensitif Perusahaan yang mengetahui ruang lingkup fraud
segera membuat
kebijakan untuk menghalangi dan mendeteksi aktivitas fraud. Sifat sensitifdari aktivitas fraud atau dicurigai adanya aktivitas demikian membutuhkan suatu petunjuk formal dalam pelaporan dan praktek penyelidikannya. 4. Pengembangan Integritas Auditor internal sering kali diminta untuk program peningkatan integritas. Dimana prioritas manajemen ditinjau bersama seluruh karyawan. Sehubungan dengan itu Tugiman (1999:26) dalam makalahnya menyatakan bahwa : “Hal yang berjalan seiring dengan pengungkapan kecurangan adalah peningkatan integritas dalam organisasi.” Dengan melihat pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa dengan peningkatan integrias dalam organisasi fraud dengan mudah dapat diungkapkan karena adanya kejujuran dan sikap yang tegas dari karyawan. Disamping itu keinginan untuk menghindari perbedaan pendapat, keinginan untuk menghindari pengambilalihan manajemen adalah topik yang mungkin perlu ditekankan pada program peningkatan integritas.
49
2.2
Kerangka Pemikiran Audit Internal merupakan unit atau bagian dari suatu organisasi yang
memegang peranan penting dalam struktur organisasi, terutama untuk menjamin efisien dan efektif dari keseluruhan fungsi audit untuk mengisyaratakan bahwa sudah selayaknya auditor internal menggunakan kemahirannnya untuk memberikan saran yang bermanfaat kepada manajemen untuk mencegah kecurangan. Langkah awal dalam pencegahan kecurangan adalah peninjauan kegiatan operasional perusahaan. hal ini disebabkan, karena kinerja manajemen dan seluruh karyawan dilihat dari telah sesuainya prosedur atau tidaknya kegiatan operasional disuatu perusahaan. Sebagai suatu profesi, auditor internal harus mengetahui apa yang harus dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawab dalam organisasi. Menurut Sirait (2009) auditor inernal bertanggungjawab untuk membantu pencegahan kecurangan dengan jalan melakukan pengujian (test) atas kecukupan dan keefektivan sistem pengendalian intern, dengan mengevaluasi risiko seberapa jauh risiko yang poternsial telah diidentifikasi. Tugiman (2003) menjelaskan bahwa agar kinerja auditor dapat maksimal, terlebih dahulu perusahaan harus memberikan wewenang penuh bagi auditor untuk berhak masuk keseluruhan bagian perusahaan yang akan diaudit dan juga diberkan independensi yang dapat diandalkan. Menurut Standar Profesi Audit Internal yang disusun oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit internal tahun 2004 sebagai berikut: Independensi dan Objektivitas, Kemampuan Profesional, Lingkup Penugasan
50
Perencanaan Penugasan, Pelaksanaan Penugasan, Komunikasi Hasil Penugasan, Pemantauan Tindaklanjut. Ke tujuh profesi audit internal tersebut merupakan ciri utama auditor internal dalam menerima tanggung jawab terhadap kepentingan masyarakat dan pihak-pihak yang dilayani. Agar dapat mengemban tanggung jawab ini secara efektif , auditor internal perlu memelihara standar perilaku yang tinggi dan memiliki standar praktik pelaksanaan pekerjaan yang handal. Pada dasarnya setiap perusahaan diwajibkan untuk mematuhi standar atas hukum yang berlaku. Namun dalam praktiknya seringkali terdapat kekeliruan dan ketidak sesuaian dengan standar hukum yang berlaku. Kekeliruan, ketidaksesuaian dengan standar hukum tersebut merupakan bentuk dari adanya kecurangan (fraud) yang meliputi kesalahan, kelemahan, dan penggelapan. Dimana kesalahan menunjukan adanya kekeliruan yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Kecurangan juga merupakan suatu masalah yang dapat menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Audit internal merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mencegah kecurangan dalam suatu organisasi agar dapat membantu tujuan perusahaan. Audit internal memainkan peran yang penting dalam memantau aktivitas untuk memastikan bahwa program-program pengendalian telah berjalan efektif. Pengendalian yang memadai diharapkan dapat menekan kesalahan, penyimpangan, dan kecurangan dalam perusahaan. Audit internal mempunyai tanggung jawab atas penyediaan informasi mengenai efektivitas suatu pengendalian intern. Pengendalian intern menjadi
51
tumpuan dalam mewujudkan organisasi yang sehat dan berhasil. Kewajiban untuk mengembangkan, menjaga dan melaporkan pengendalian intern merupakan ketentuan bagi instansi pemerintah, BUMN/BUMD, Bank, dan perusahaan publik. Auditor internal dapat memberikan sumbangan yang besar bagi komisaris, dewan pengawas, direksi, komite audit, pimpinan organisasi, serta manajemen senior dalam mentaati kewajiban tersebut dan memberi nilai tambah organisasi. Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lainnya, yang mendesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut ini: (a) Efektivitas dan efisiensi operasi, (b) Keandalan pelaporan keuangan, dan (c) Kepetuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Pengendalian intern suatu entitas terdiri dari lima komponen, yaitu : (1) Lingkungan pengendalian (control environment), (2) Penaksiran risiko (risk assessment), (3) Aktivitas pengendalian (control activities), (4) Pemrosesan informasi dan komunikasi (information and communication process), dan (5) Pemantauan (monitoring). Tujuan pengendalin itu dapat tercapai bila komponen dalam pengendalian itu sendiri benarbenar dilaksanakan dan agar pengendalian itu berjalan dengan efektif. Audit internal dan pengendalian intern bertujuan untuk pencegahan kecurangan. Audit internal dan pengendalian intern harus diterpakan dengan efektif sehingga mampu meminimalisir kecurangan yang mungkin terjadi di dalam perusahaan.
52
Berdasarkan
landasan
teori
diatas,
maka
peneiliti
mencoba
menggambarkannya dalam suatu bagan kerangka pemikiran sebagai bentuk alur pemikiran peniliti. Berikut ini adalah bagan kerangka pemikiran
Audit Internal (X1) 1. Independensi dan Objekitivitas 2. Kemampuan Profesional 3. Lingkup Penugasan 4. Perencanaan Penugasan 5. Pelaksanaan Penugasan 6. Komunikasi Hasil Penugasan 7. Pemantauan Tindaklanjut Sumber: Standar Internal (2004)
Profesi
Pencegahan Kecurangan (Y) Audit
1. Syarat Penemuan Fraud 2. Ruang Lingkup Fraud Auditig 3. Pendekatan Audit Sumber : Tunggal (2000)
Pengendalian Intern (X2) 1.
Lingkungan Pengendalian
2.
Penilaian Risiko
3.
Aktivitas Pengendalian
4.
Sistem informasi dan komunikasi
5.
Pengawasan
Sumber : COSO
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikira
53
2.2.1
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalah dalam
penelitian ini dipaparkan dalam Tabel 2.2 sebagai berikut: Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu No
Peneliti
Judul Peneliti
1
Gea Aulia Gama
“Manfaat audit internal terhadap pencegahan kecurangan”
Dapat disimpulkan bahwa dengan memadainya audit internal di PT INTI maka tinggkat pencegahan kecurangan pun tinggi. Sehingga audit internal memiliki manfaat terhadap pencegahan kecurangan.
”Pengaruh penerapan pengendalian internal terhadap pencegahan farud pengadaan barang dan implikasi pada kinerja keuangan”
Terdapat pengaruh positif pada penerapan lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan baik secara parsial maupun simultan terhadap pencegahan fraud pengadaan barang.
”Pengaruh penerapan pengendalian internal terhadap pencegahan Fraud pengadaan barang
Terdapat pengaruh pada penerapan lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan baik secara parsial maupun simultan terhadap pencegahan fraud pengadaan barang. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif.
(2011)
2
Eka Ariaty Arfah (2011)
3
Hermiyetti (2009)
4
Achmad Faridz maulana (2011)
“pengaruh audit internal terhadap pencegahan kecurangan”
5
Muhammad Alif Haqqi (2013)
“Pengaruh pengendalian internal dan audit internal terhadap pencegahan kecurangan akuntansi”
Sumber: data diolah
Hasil Penelitian
Pengendalian internal memiliki pengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan dan audit internal memiliki pengaruh positif dan siginfikan terhadap pencegahan kecurangan.
54
2.3
Hipotesis Penelitian
2.3.1
Pengaruh Audit Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan Pada dasarnya setiap perusahaan diwajibkan untuk mematuhi standar atas
hukum yang berlaku. Namun dalam praktiknya seringkali terdapat kekeliruan dan ketidak sesuaian dengan standar hukum yang berlaku. Kekeliruan, ketidaksesuaian dengan standar hukum tersebut merupakan bentuk dari adanya kecurangan (fraud) yang meliputi kesalahan, kelemahan, dan penggelapan. Dimana kesalahan menunjukan adanya kekeliruan yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Kecurangan juga merupakan suatu masalah yang dapat menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Audit internal merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mencegah kecurangan dalam suatu organisasi agar dapat membantu tujuan perusahaan. Audit internal memainkan peran yang penting dalam memantau aktivitas untuk memastikan bahwa program-program pengendalian telah berjalan efektif. Pengendalian yang memadai diharapkan dapat menekan kesalahan, penyimpangan, dan kecurangan dalam perusahaan. Peran audit internal harus dijalankan dengan posisi yang independensi dan objektivitas, agar kualitas pelayanannya dapat memuaskan pihak pemakai informasi yang diberikan. Kualitas auditor internal dalam hal pengungkapan temuan audit, bukanlah aktivitas yang merugikan perusahaan dalam kaitannya dengan sistem pengendalian intern dalam perusahaan. Dengan terungkapnya temuan audit , audit internal dapat memberikan masukan-masukan berupa nasihat, saran dan evaluasi
55
terhadap pihak manajemen untuk selanjutnya ditindaklanjuti. Untuk dapat memberikan masukan-masukan tersebut kepada pihak manajemen, maka auditor internal harus memiliki standar profesi audit internal. Auditor internal bukan saja dituntut untuk bersikap independensi dan objektivitas tetapi dituntut untuk memiliki kemampuan professional yang memadai tentang segala bentuk kecurangan, sehingga dapat mengidentifikasi berbagai bentuk kemungkinan terjadinya kecurangan dan memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya kecurangan-kecurangan yang timbul. Sehingga diharapkan mampu mendeteksi terjadinya kecurangan dan dapat memberikan saran-saran yang bermanfaat kepada manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan. Dengan adanya auditor internal yang profesional diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam upaya mengambil langkah untuk mencegah atau mengantisipasi setiap tindakan kecurangan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Saran perbaikan dari internal auditor akan sangat membantu pihak manajemen untuk mencegah kecurangan terulang lagi dalam perusahaan. Dalam mewujudkan hal tersebut maka peran profesi audit internal sangat dibutuhkan perusahaan. Auditor internal akan berhasil apabila auditor internal memiliki pemahaman profesi audit internal dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan tersebut tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup, tetapi harus didukung dengan kesesuaian sikap yang positif dengan standar profesi audit internal yang ditetapkan dalam melaksanakan pekerjaannya.
56
Apabila standar profesi audit internal tersebut dapat terpenuhi maka nilai tambah terhadap perusahaan semakin tinggi. Hal ini akan memberikan kontribusi yang besar guna membantu manajemen dalam melakukan fungsi pengawasan, karena fungsi pengelolaan audit internal yang baik merupakan keberhasilan auditor internal dalam menjalankan tanggung jawabnya. Jika auditor internal mencurigai terjadinya kecurangan, auditor internal memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berwenang dalam organisasi. Auditor internal merekomendasikan dilakukannya investigasi yang dianggap perlu dalam kondisi tersebut. (Tunggal,2012:144). Menurut Arens et al (2008:343-346) tanggung jawab fungsi audit internal (auditor internal) dalam menaksir kecurangan dan mendeteksi salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan adalah adanya : 1. Kemahiran auditor dalam mendeteksi kecurangan 2. Sumber informasi untuk menaksir risiko kecurangan 3. Pendokumentasian kecurangan Dengan demikian auditor internal harus melakukan penelusuran untuk mencegah kecurangan dan mengindentifikasi semua kecurangan yang mungkin terjadi. Karena kecurangan merupakan masalah yang serius dan membutuhkan pengawasan yang ketat sehingga adanya kecurangan dapat dicegah sedini mungkin berikut menurut Tunggal (2000) cara pencegahan kecurangan yaitu : 1. Syarat penemuan Fraud 2. Ruang Lingkup Fraud Auditng 3. Pendekatan Audit
57
Berdasarkan landasarn teori mengenai pengaruh audit internal terhadap pencegahan kecurangan, maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut : Ho1: Audit internal tidak berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan Ha1: Audit internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan 2.3.2
Pengaruh Pengendalian Intern Terhadap Pencegahan Kecurangan Audit internal mempunyai tanggung jawab atas penyediaan informasi
mengenai efektivitas suatu pengendalian intern. Pengendalian intern menjadi tumpuan dalam mewujudkan organisasi yang sehat dan berhasil. Kewajiban untuk mengembangkan, menjaga dan melaporkan pengendalian intern merupakan ketentuan bagi instansi pemerintah, BUMN/BUMD, Bank, dan perusahaan publik. Auditor internal dapat memberikan sumbangan yang besar bagi komisaris, dewan pengawas, direksi, komite audit, pimpinan organisasi, serta manajemen senior dalam mentaati kewajiban tersebut dan memberi nilai tambah organisasi. Tujuan pengendalin itu dapat tercapai bila komponen dalam pengendalian itu sendiri benar-benar dilaksanakan dan agar pengendalian itu berjalan dengan efektif. Menurut Tuanakotta (2007) pencegahan fraud dapat dilakukan dengan mengkatifkan pengendalian intern. pengendalian intern yang aktif merupakan bentuk pengendalian intern yang paling banyak diterapkan. Ia seperti pagar-pagar yang menghalangi pencuri masuk ke halaman rumah orang. Seperti pagar, bagaimanapun kokohnya tetap dapat ditembus oleh pelaku fraud yang cerdik dan mempunyai nyali untuk melakukannya.
58
Berdasarkan landasarn teori mengenai pengaruh pengendalian intern terhadap pencegahan kecurangan, maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut : Ho2 : Pengendalian intern tidak berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan Ha2 : Pengendalian intern berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan 2.3.3
Pengaruh Audit Internal dan Pengendalian Intern Terhadap Pencegahan Kecurangan Audit internal dan pengendalian intern bertujuan untuk pencegahan
kecurangan. Audit internal dan pengendalian intern merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam mencegah tindak kecurangan. Auditor internal dituntun bersikap objektif dan independensi dalam menjalankan tugasnya, serta perlu memperhatikan pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan apakah sudah berjalan secara efektif atau masih banyak yang harus dibenahi. Jika audit internal yang dimiliki perusahan mempunyai sumber daya kualitas yang berkualitas dan kompeten , serta pengendalian intern diterapkan di perusahaan berjalan sesuai dengan standar prosedur yang ditetapkan, maka kemungkinan pencegahan kecurangan yang akan terjadi dapat dicegah atau diminilisir sehingga tidak merugikan perusahaan. Berdasarkan landasarn teori mengenai pengaruh auditor internal dan pengendalian intern terhadap pencegahan kecurangan, maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut : Ho3 : Audit internal dan pengendalin intern secara simultan tidak berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan.
59
Ha3 : Audit internal dan pengendalin intern secara simultan berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan.