6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kualitas Layanan dan Kepuasan Nasabah.
Konsep kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Goetsh dan Davis dalam Tjiptono (1996) mengemukakan bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Konsumen atau pelanggan memilih penyedia jasa berdasarkan harapan dan setelah menikmati jasa, mereka akan membandingkan dengan apa yang mereka harapkan. Bila kualitas jasa yang dinikmati ternyata berada jauh di bawah yang diharapkan maka konsumen akan kehilangan minat terhadap pemberi jasa tersebut dan begitu sebaliknya. Yunianto (2006) menyatakan bahwa tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam mengembangkan suatu sistim penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan dampak pelayanan terhadap populasi sasaran. Oleh karena itu bank perlu mengidentifikasi keinginan nasabah berkenaan dengan kualitas jasa tersebut. Berry et. al dalam Tjiptono (1996) mengemukakan lima kesenjangan yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa, yaitu : 1.
Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen.
2.
Kesenjangan antara persepsi manjemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa.
3.
Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa.
4.
Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.
5.
Kesenjangan antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan.
Zeithalm et. al dalam Umar (2000) mengemukakan lima dimensi dalam menentukan kualitas jasa. Kelima dimensi kualitas tersebut adalah: 1.
Tangibles : meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung, ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan, kelengkapan komunikasi dan penampilan karyawan.
7
2.
Responsiveness : adalah respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan.
3.
Reliability : adalah kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.
4.
Assurance : meliputi kemampuan karyawan atas: pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam meberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.
5.
Emphaty : adalah perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti: kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan.
Kepuasan nasabah merupakan komponen penting ketika nasabah membeli dan menggunakan suatu produk, nasabah bisa menjadi puas atau tidak puas. Menurut
Kotler (2000) kepuasan nasabah merupakan perasaan senang atau
kecewa yang muncul setelah membandingkan antara kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa banyak perusahaan memfokuskan kepada kepuasan nasabah yang tinggi, hal ini disebabkan jika seorang nasabah hanya memiliki tingkat kepuasan yang sedang sedang saja maka nasabah akan mudah berubah pikiran bila mendapat tawaran yang lebih baik, sedangkan nasabah yang sangat puas terhadap suatu produk perusahaan cenderung lebih sukar untuk mengubah pilihannya. Kinerja pelayanan dan kepuasan pelanggan adalah dua sisi dari mata uang yang sama karena indikator kinerja pelayanan adalah tingkat kepuasan dari pelanggan. Bila kepuasan pelanggan sudah diukur maka ukuran itu adalah sekaligus kinerja pelayanan. Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam mengembangkan suatu sistim penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta
8
memaksimalkan dampak pelayanan terhadap sasaran (Ramlan R & Ismulyana D 2005). Kepuasan yang tinggi akan menciptakan kelekatan emosional terhadap suatu produk atau jasa tertentu bukan hanya kesukaan rasional yang hasilnya adalah kesetiaan nasabah yang tinggi. Engel (1995) mengungkapkan bahwa kepuasan nasabah merupakan suatu alternatif
yang dipilih setidaknya memenuhi atau
melebihi harapan. Kepuasan merupakan fungsi dari persepsi kesan atau kinerja dan harapan, jika kinerja di bawah harapan maka nasabah akan tidak puas. Umumnya harapan nasabah merupakan perkiraan atau keyakinan nasabah tentang apa yang akan diterimanya bila nasabah membeli atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi nasabah terhadap apa yang nasabah terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli. Harapan nasabah dibentuk dan didasarkan oleh beberapa faktor yang di antaranya adalah pengalaman di masa lalu, opini teman dan kerabat, serta informasi dan janji-janji perusahaan dan para pesaing (Kotler 2000). Loyalitas nasabah adalah seberapa besar nasabah akan membeli lagi produk/jasa bank. Loyalitas nasabah berkaitan dengan kepuasan nasabah terhadap produk/jasa, makin besar kemungkinan orang itu untuk membeli lagi dan makin kecil kemungkinannya beralih ke produk pesaing. Menurut Simamora (2002) salah satu faktor yang mempengaruhi harapan terhadap kinerja suatu produk atau jasa adalah karakteristik nasabah. Pengalaman nasabah terhadap suatu produk atau jasa, baik harga maupun karakteristik fisiknya dapat mempengaruhi harapan nasabah mengenai kinerja yang seharusnya (aktual) lalu jika suatu produk mempunyai harga yang tinggi atau produk tersebut pernah memiliki kinerja yang baik pada masa lalu maka nasabah dapat berharap bahwa produk tersebut memiliki standar kerja yang tinggi. Nasabah yang memiliki pengalaman di beberapa bank merata-ratakan pengalaman mereka tersebut yang hasilnya
akan
terbentuk
standar
perbandingan
berdasarkan
keseluruhan
pengalaman dari satu bank ke bank lain yang sejenis. Kepuasan nasabah pada dasarnya merupakan keadaan di mana kebutuhan, keinginan, dan harapan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi (Santoso 2005). Harapan itu sendiri merupakan standar yang diterapkan terhadap
9
kinerja aktual yang akan dinilai. Tingkat kinerja yang diharapkan dari suatu produk dipengaruhi oleh pengalaman nasabah dengan produk sebelumnya, harga, dan karakteristik fisik, jadi bila produk mempunyai harga yang tinggi atau bila produk bekerja baik sekali di masa lalu, nasabah akan mengharapkan produk itu memenuhi standar kinerja yang tinggi. Nasabah membentuk harapan tentang kinerja produk atau jasa yang sesungguhnya, dan nasabah kemudian akan membandingkan kinerja produk aktual dengan kinerja produk yang diharapkan. Kinerja aktual melebihi kinerja harapan maka yang terjadi adalah emosi kepuasan nasabah. Sebaliknya jika kinerja harapan melebihi kinerja aktual maka yang terjadi yaitu emosi ketidak puasan. Harapan nasabah akan kinerja juga dipengaruhi oleh pengalamannya dengan produk-produk lain yang serupa, akhirnya harapan kinerja dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing. Beberapa nasabah berharap lebih banyak dari produk dari pada nasabah lainnya (Simamora 2002). Mengukur kepuasan nasabah adalah hal yang sangat diperlukan bagi kelangsungan sebuah usaha yang berorientasi pada nasabah. Mengukur kepuasan nasabah sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam rangka mengevaluasi posisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan pesaing dan pengguna akhir serta menemukan bagian iklan yang membutuhkan peningkatkan. Pemahaman atas kepuasan nasabah akan dapat memenuhi customer expectations langsung mempengaruhi kinerja penjualan. Kemampuan beraksi cepat akan menciptakan retensi nasabah yang lebih tinggi yang akhirnya akan menciptakan penjualan dan dapat meningkatkan loyalitas nasabah. Hingga saat ini definisi kepuasan konsumen/nasabah masih banyak diperdebatkan. Pertama, dalam hal perspektif definisi, setidaknya ada dua tipe yang dominan. Di satu pihak kepuasan konsumen dipandang sebagai outcome atau hasil yang didapatkan dari pengalaman mengkonsumsi barang atau jasa spesifik (outcome-oriented approach). Di lain pihak, kepuasan konsumen kerap kali dipandang sebagai suatu proses (process-oriented approach). Kedua, aspek yang seringkali diperdebatkan juga adalah apakah kepuasan konsumen itu bersifat emosional atau rasional. Di satu sisi kepuasan konsumen dipandang sebagai evaluasi atau penilaian kognitif terhadap kinerja produk setelah dikonsumsi
10
dibandingkan dengan ekspektasi kinerja sebelum pembelian. Di sisi lain kepuasan dinilai sebagai respon efektif maupun sikap yang bervariasi. Sebagai pedoman sederhana yang dapat dijadikan acuan, banyak literatur yang mendefinisikan kepuasan konsumen sebagai “perasaan senang atau kecewa yang didapatkan seseorang dari membandingkan atara kinerja (atau hasil) produk yang dipersepsikan dengan ekspektasinya”. Dengan demikian, apakah seorang konsumen puas atau tidak sangat tergantung pada kinerja produk (perceived performance) dibandingkan ekspektasi konsumen bersangkutan dan apakah konsumen menginterpretasikan adanya deviasi atau gap di antara kinerja dan ekspektasi tersebut (Gambar 1). Apabila kinerja lebih rendah dari ekspektasi, maka konsumen bersangkutan akan merasa tidak puas dan apabila kinerja sama dengan ekspektasi, maka konsumen akan puas. Jika kinerja melampaui ekspektasi, maka konsumen tersebut akan merasa sangat puas (Tim Marknesis 2009).
kinerja
harapan
Proses perbandingan
Diskonfirmasi positif
konfirmasi
ketidakpuasan
kepuasan
Diskonfirmasi negatif
delighted
Gambar 1 : Skema kepuasan atau ketidak puasan pelanggan
11
Menurut Simamora (2002) bank merupakan salah satu perusahaan yang sangat berfokus pada pelayanan. Hal ini disebabkan produk yang dihasilkan sebuah bank adalah berupa jasa dan bukan berbentuk barang . Mengingat pentingnya menjaga kualitas pelayanan bank terhadap nasabahnya dalam rangka menjawab tantangan dalam persaingan dewasa ini maka bank harus selalu mampu mengukur sejauh mana kualitas pelayanan yang mereka berikan dalam upaya pemenuhan kebutuhan nasabahnya dengan cara menganalisa tingkat kepuasan nasabah terhadap kinerja pelayanan yang diberikan. Pengukuran kepuasan nasabah sangat penting dalam memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan berdasarkan perspektif nasabah, mengidentifikasi dan menindak lanjuti aspek-aspek yang membutuhkan perbaikan, serta mengantisipasi setiap kemungkinana masalah yang akan muncul di masa depan. Pada prinsipnya, kepuasan nasabah merupakan ukuran kinerja sebuah organisasi dibandingkan dengan serangkaian tuntutan nasabah. Kepuasan nasabah bukanlah konsep absolut, melainkan relatif atau tergantung pada apa yang diharapkan nasabah. Kegiatan pengukuran kepuasan nasabah bisa menggunkan sejumlah faktor, seperti ekspektasi, tingkat kepentingan, kinerja dan faktor ideal. Kendati demikian, salah satu teknik sederhana pengukuran kepuasan nasabah yang paling banyak digunakan adalah “importance performance analysis”, yakni menggunakan importance ratings dan performance ratings. Dalam teknik ini, kepuasan dinilai berdasarkan kinerja pada faktor-faktor yang dipersepsikan penting oleh nasabah. Harapannya adalah kinerja organisasi sangat baik pada aspek-aspek yang dinilai sangat pentng oleh nasabah. Beberapa macam tujuan yang melandasi pengukuran kepuasan nasabah, di antaranya adalah : 1.
Mengidentifikasi tuntutan atau kebutuhan nasabah, yakni aspek-aspek yang dinilai penting oleh nasabah dan mempengaruhi apakah nasabah merasa puas atau tidak.
2.
Menentukan tingkat kepuasan nasabah terhadap kinerja organisasi pada aspek-aspek penting.
12
3.
Membandingkan tingkat kepuasan nasabah terhadap perusahaan dengan tingkat kepuasan nasabah terhadap perusahaan lain, baik pesaing langsung maupun tidak langsung.
4.
Mengidentifikasi PFI (priorities for improvement) melalui analisa gap antara skor tingkat kepentingan dan kepuasan.
5.
Mengukur indeks kepuasan nasabah yang bisa menjadi indikator handal dalam memantau kemajuan perkembangan dari waktu ke waktu. Dengan membandingkan antara skor harapan dan skor kinerja, dapat
dilakukan analisis gap guna mengidentifikasi priorities for improvement, yaitu bidang-bidang dengan potensi terbesar untuk penyempurnaan kepuasan nasabah. Bila kinerja lebih rendah dibandingkan dengan harapan, maka perusahaan kemungkinan menghadapi masalah. Semakin besar gap, semakin besar juga masalahnya. Atribut yang paling kuat untuk dijadikan priorities for improvement bukanlah atribut dengan tingkat kepuasan terendah, tetapi atribut yang memiliki gap yang paling besar. Namun demikian, dalam memutuskan gap mana yang paling serius dan harus segera dijadikan priorities for improvement perusahaan perlu mempetimbangkan empat faktor utama : 1.
Ukuran gap. Peningkatan kepuasan nasabah bisa dicapai secara lebih efektif melalui improvement pada gap besar dibandingkan pada gap yang kecil.
2.
Tingkat kepentingan atribut bagi pelanggan. Memperkecil gap pada atribut yang menjadi prioritas utama nasabah cenderung bisa menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan secara signifikan.
3.
Tingkat kompleksitas, biaya dan waktu. Sebaiknya improvement dimulai pada atribut yang relatif mudah direalisasikan, baru beralih ke atribut yang lebih kompleks dan memakan waktu.
4.
Kebijakan/peraturan. Dalam melakukan improvement sebaiknya memilih atribut yang peningkatannya tidak bertentangan dengan kebijakan/peraturan. Setelah priorities for improvement teridentifikasi, selanjutnya dilakukan
pengukuran kepuasan nasabah : 1.
Customer satisfaction index (CSI) Customer satisfaction index atau yang lebih dikenal dengan indeks kepuasan
konsumen merupakan metode yang menggunakan indeks untuk mengukur tingkat
13
kepuasan konsumen berdasarkan atribut-atribut tertentu. Atribut yang diukur dapat berbeda untuk masing-masing industri, bahkan untuk masing-masing perusahaan. Hal ini tergantung pada kebutuhan informasi yang ingin didapatkan perusahaan terhadap konsumen. 2.
Impotance Performance Analysist (IPA) Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis kepuasan
konsumen terhadap kinerja perusahaan adalah dengan metode Importance Performance Analysist (IPA). Metode ini merupakan suatu teknik penerapan yang mudah untuk mengukur atribut dari tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan itu sendiri yang berguna untuk pengembangan program pemasaran yang efektif (Umar 2000). Pengukuran tingkat kepentingan dan pelaksanaan suatu atribut pelayanan di suatu perusahaan dapat menggunakan skala likert. Skala likert yang digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan suatu atribut adalah sangat penting, penting, cukup penting, tidak penting, dan sangat tidak penting dengan skor 5, 4, 3, 2, dan 1. Untuk skala likert yang digunakan dalam tingkat pelaksanaan atau kinerja suatu atribut di perusahaan adalah sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju dengan skor 5, 4, 3,2 dan 1. Dalam metode IPA atribut-atribut yang diteliti akan dipetakan ke dalam suatu Diagram Kartesius yang terbagi dalam empat wilayah atau kuadran, yaitu prioritas utama (A), pertahankan prestasi (B), berlebihan (C), dan prioritas rendah (D). Penentuan posisi suatu atribut ke dalam 4 wilayah tersebut tergantung pada nilai rata-rata atribut secara keseluruhan.
B.
Transaksi Forex Transaksi forex secara garis besar dapat dibagi berdasarkan tanggal valuta
(tanggal pelaksanaan penyelesaian transaksi/settlement date) yaitu; valuta spot, valuta today, valuta tomorrow, valuta forward, dan SWAP (BNI 2000). 1.
Valuta Spot Valuta spot adalah transaksi forex di spot market dengan penyelesaian
transaksi 2 hari kerja setelah tanggal transaksi. Spot market adalah pasar valas dimana dilakukan transaksi pembelian atau penjualan valas untuk penyerahan
14
dalam jangka waktu 2 hari kerja, sedangkan kurs yang digunakan dalam transaksi ini tersebut spot exchange rate. Transaksi valuta spot adalah transaksi yang reguler digunakan pada transaksi interbank dengan pertimbangan bahwa diperlukan waktu 2 hari kerja untuk penyelesaian transaksi tersebut sehinggga transaksi bisa settle/terselesaikan dengan baik. Hal ini mengingat bahwa transaksi interbank forex tidak mengenal batasan lokasi transaksi, sehingga tidak tertutup kemungkinan transaksi jual/beli USD/IDR oleh pelaku pasar Amerika meskipun pada saat itu di Indonesia telah jam 12 malam (perbedaan waktu Indonesia dan Amerika +/- 12 jam). 2.
Valuta Today Valuta today adalah transaksi forex dengan penyelesaian transaksi pada hari
yang sama dengan tanggal transaksi. Sebagai contoh; apabila tanggal transaksi adalah tanggal 3 November 2010, maka tanggal valuta today (=tanggal penyelesaian transaksi) adalah tanggal 3 November 2010. Transaksi valuta today biasanya dilakukan untuk mengcover likuiditas dan bukan untuk diperdagangkan mengingat sangat terbatasnya waktu untuk penyelesaian transaksi. Mengingat harga reguler yang ada di pasar adalah harga untuk transaksi valuta spot, maka untuk mendapatkan harga-harga valuta Today didapat dengan menggunakan perhitungan swap point/interest rate differential dari harga spotnya. 3.
Valuta Tom (Tomorrow) Transaksi forex dengan penyelesaian transaksi 1 hari kerja setelah tanggal
transaksi disebut transaksi valuta tom. Sebagai contoh; apabila tanggal transaksi adalah tanggal 3 November 2010, maka tanggal valuta tomnya (=tanggal penyelesaian transaksi) adalah tanggal 4 November 2010, dengan catatan tidak ada hari libur antara tanggal 1 dan 2 Februari untuk kedua negara mata uang yang ditransaksikan. Apabila tanggal transaksi adalah tanggal 5 November 2010, maka tanggal valuta tom (=tanggal penyelesaian transaksi) adalah tanggal 8 November 2010 karena hari Sabtu dan Minggu (tanggal 6 dan 7) bukan hari kerja. Hampir sama dengan transaksi valuta today, transaksi valuta tom biasanya dilakukan untuk mengcover likuiditas dan bukan untuk diperdagangkan mengingat sangat terbatasnya waktu untuk penyelesaian transaksi. Harga/kurs
15
transaksi valuta tom juga didapat dengan memperhitungkan swap point dari harga spot. 4.
Valuta Forward / Outright Transaksi foreign exchange dengan penyelesaian transaksi lebih dari 2 hari
kerja setelah tanggal transaksi disebut transaksi valuta forward. Sebagai contoh; apabila tanggal transaksi adalah tanggal 3 November 2010, maka tanggal penyelesaian transaksi adalah tanggal 8 Novemver 2010 atau lebih. Harga/kurs transaksi valuta outright didapat dengan memperhitungkan swap/forward pointnya dari harga spot.
Tujuan transaksi forward : a)
Hedging pembayaran impor Hedging pembayaran Impor, yaitu untuk menghedge posisi kewajiban
pembayaran (atas barang yang dimpor) dalam valuta asing yang akan jatuh tempo pada masa yang akan datang untuk menghindarai resiko perubahan/fluktuasi exchange rate terutama apabila ada indikasi kurs cenderung naik. b)
Hedging penerimaan ekspor Hedging export receiveable, yaitu untuk menghedge posisi penerimaan (atas
barang yang diekspor) dalam valuta asing yang akan jatuh tempo pada masa yang akan datang untuk menghindari resiko perubahan / fluktuasi exchange rate terutama apabila ada indikasi kurs cenderung turun. c)
Hedging pinjaman asing Hedging pinjaman asing, yaitu apabila kita menerima pinjaman dalam
bentuk valuta asing dan dikonversi ke mata uang lokal maka kita bisa melakukan hedge untuk mengcover pembayarannya di masa yang akan datang, terutama apabila ada kecenderungan mata uang lokal cenderung terdepresiasi terhadap mata uang asing tersebut. d)
Hedging penempatan dalam mata uang asing Hedging penempatan dalam mata uang asing, yaitu apabila kita memberikan
pinjaman dalam bentuk valuta asing maka kita bisa melakukan hedge untuk mengcover penerimaannya di masa yang akan datang, terutama apabila ada
16
kecenderungan mata uang lokal cenderung terapresiasi terhadap mata uang asing tersebut. e)
Mengatur likuiditas. Yaitu apabila diperkirakan pada jangka waktu tertentu posisi likuiditas kita
short ataupun long, kita bisa mengcovernya terlebih dahulu sehingga cash flow pada waktu tertentu (forward) tersebut telah tercover terlebih dahulu. f)
Trading. Transaksi forward dapat pula digunakan untuk tujuan trading, yaitu
membeli terlebih dahulu dan kemudian menjualnya dengan harga yang lebih tinggi apabila menurut perkiraan/pertimbangan kita kursnya akan cenderung naik atau sebaliknya.
5.
SWAP Swap adalah transaksi „jual dan beli‟ atau „beli dan jual‟ yang dilaksanakan
secara simultan antara 2 counterpart dimana tanggal penyerahan antara 2 transaksi tersebut berbeda. Selisih Kurs/Exchange Rate antara 2 transaksi tersebut ditentukan berdasarkan Swap Rate/Swap Point tertentu yang didapat dari perhitungan Interest Rate Differensial sebagaimana yang digunakan dalam menghitung rate Forward. Transaksi swap sangat bermanfaat bagi perusahaan yang memiliki multi currencies exposure untuk mengatur/mengelola cashflow tanpa perlu membentuk suatu open posisi. Tujuan-tujuan transaksi swap antara lain : a)
Untuk memperpanjang atau memperpendek tanggal tajuh tempo posisi
foreign exchange. Apabila suatu bank /perusahaan memiliki posisi transaksi foreign exchange yang akan jatuh tempo, maka transaksi tersebut bisa diperpanjang ataupun diperpendek dengan melakukan transaksi swap. b)
Memenuhi kebutuhan likuiditas Apabila bank/perusahaan memiliki kebutuhan likuiditas valuta asing,
sementara dana yang dimilikinya dalam mata uang lokal/valuta asing lainnya dan tidak bermaksud mengkonversi dana yang dimiliki ke dalam valuta yang
17
dibutuhkannya, yang bersangkutan dapat menggunakan alternatif men-swap-kan dana yang dimilikinya. c)
Trading Transaksi swap dapat pula digunakan untuk tujuan trading, yaitu membeli
terlebih dahulu dan kemudian menjualnya dengan harga yang lebih tinggi apabila diperkirakan rate akan cenderung naik atau sebaliknya. Dalam hal ini yang diperdagangkan adalah swap pointnya. Pada prinsipnya perhitungan swap point merupakan interest rate differential antara 2 mata uang yang diperdagangkan (Foreign Exchange & Money Market Practices in Indonesia‟s Financial Market, 2003).
Spot x (Int.Dom –Int.Reff) x Tenor Swap Point = --------------------------------------------36000 Catatan : Refference Currency : adalah basis currency yang akan dinilai forward ratenya dengan non refference currency. Spot Rate (current rate) : adalah nilai tukar refference currency dengan non refference currency saat ini yang terjadi di foreign exchange market. Tenor : Jangka waktu kontrak yang dihitung jumlah harinya. Interest Differential : Selisih antara interest rate refference currency dengan interest rate non-refference currency pada tenor yang sama, baik di money market domestik atau international. Swap point terdiri dari : Swap Premium : Bila interest rate suatu refference currency lebih rendah dari interest rate non refference currency maka spot (current) exchange ratenya lebih tingi dari forward exchange rate-nya. Swap Discount : Bila interest rate suatu refference currency lebih tinggi dari interest rate non refference currency maka spot (current) exchange rate-nya lebih rendah dari forward exchange ratenya. Bursa atau pasar valas diartikan sebagai suatu tempat atau wadah atau sistem di mana perusahaan, perorangan dan bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional dengan jalan melakukan pembelian atau permintaan dan
18
penjualan atau penawaran atas valuta asing. Ilustrasi tentang terjadinya pembelian dan penjualan valas tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Seorang importir A di Jakarta ingin mengimpor mesin dari seorang eksportir B di New York seharga USD 10.000. Pembayaran harus dilakukan dengan USD, sehingga importir di Jakarta harus datang ke bank devisa, misalnya bank XYZ untuk membeli USD dengan mata uang rupiah. Dalam hal ini yang diartikan dengan bank devisa adalah bank umum pemerintah dan swasta yang ditetapkan atau diizinkan oleh pemerintah untuk menjual, membeli dan menyimpan, serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran internasional atau luar negeri. Bila kurs jual atau selling rate yang berlaku pada saat ini sebesar Rp 8.000/USD, maka untuk mendapatkan USD 10.000.00 importir A harus membayar sebanyak USD10.000 x Rp 8.000 = Rp 80.000.000 kepada bank XYZ. Kurs yang berlaku ini disebut kurs jual yaitu Rp 8.000/USD yang akan sama dengan kurs beli untuk rupiah yaitu 1/8.000 atau USD 0,000125 per rupiah. Dalam hal ini bank XYZ memerlukan jumlah valas yang banyak untuk memenuhi kebutuhan nasabah, bank XYZ dapat menghubungi bank devisa lain untuk membeli valas.
USD10,000.00
Importir A Jakarta
USD
Eksportir B NewYork
mesin
Kurs Jual Rp8.000/US IDRD IDR
Bank XYZ
Bank ABC
USD
Kurs Beli Rp7.900/US D IDR Importir C Singapura
USD10,000.00 Garmen
Gambar 2. Contoh Mekanisme Bursa Valas.
USD
Ekspotir D Jakarta
19
Sebaliknya eksportir garmen D di Jakarta, setelah menerima pembayaran dari importer C di New York tentu akan menjual USD yang diterimanya kepada bank dimana dia menjadi nasabah, untuk mendapatkan rupiah yang akan digunakan untuk membayar berbagai keperluannya di dalam negeri. Bagi bank ABC, tentunya memerlukan banyak rupiah untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya tersebut. Bank ABC dalam hal ini akan menjual USD kepada bank XYZ untuk mendapatkan rupiah. Kurs yang berlaku ini, disebut sebagai kurs beli yaitu Rp 7.900 per USD yang akan sama dengan kurs jual untuk rupiah yaitu 1/7.900 atau USD 0,000127 per rupiah. Dari uraian mekanisme bursa valas di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi bursa valas adalah sebagai berikut : 1.
Menyelenggarakan transaksi internasional
2.
Menyediakan fasilitas kredit jangka pendek untuk pembayaran internasional
3.
Memberikan fasilitas hedging, yaitu tindakan pengusaha atau pedagang valas untuk menghindari resiko kerugian atas fluktuasi kurs valas terhadap aktivitas transaksi internasional.
Sejarah forex bermula dari masa yang sangat lampau. Bila ditelusuri, transaksi forex bermula dari perdagangan komoditas, seperti emas, beras, dan lainlain. Untuk transaksi mata uang sendiri seperti sekarang ini, pasar tersebut telah mengalami evolusi. Secara garis besar, evolusi pasar forex hingga seperti sekarang ini dapat dibagi menjadi 4 tahap : 1.
Periode Standar Emas.
2.
Periode Masa Perang Dunia I.
3.
Periode Bretton Woods.
4.
Periode Nilai Tukar Mengambang. Tetapi, secara garis besar, evolusi pasar forex terbagi menjadi 2 tahap yaitu
tahap periode nilai tukar tetap dan periode nilai tukar mengambang.
1.
Sistim standar emas Dibentuknya sistem keuangan berstandar emas pada 1875 menandai salah
satu kejadian penting dalam sejarah pasar mata uang. Sebelum standar emas
20
diberlakukan, negara-negara dunia menggunakan emas dan perak sebagai alat pembayaran internasional. Masalah utama dalam penggunaan emas dan perak ini adalah nilainya yang dipengaruhi oleh external supply and demand. Sebagai contoh, penemuan tambang emas baru akan menarik harga emas turun. Ide dasar di balik standar emas adalah pemerintah masing-masing menjamin pertukaran mata uang ke jumlah tertentu emas dan sebaliknya. Dengan kata lain, mata uang akan didukung oleh emas (backed by gold). Sudah barang tentu, akibatnya pemerintah membutuhkan cadangan emas yang cukup untuk memenuhi permintaan pertukaran mata uang. Di akhir abad 19, seluruh negara ekonomi utama telah menentukan nilai mata uang dalam ons emas. Perbedaan nilai ons emas antara dua mata uang menjadi nilai tukar (exchange rate) bagi dua mata uang tersebut. Hal ini menjadi alat standardisasi pertama mata uang dalam sejarah. Standar emas mulai runtuh di awal Perang Dunia I. Sehubungan dengan ketegangan politik dengan Jerman. Untuk mengimbangi Jerman, kekuatankekuatan utama Eropa harus menyelesaikan proyek-proyek militer raksasa. Beban finansial yang timbul akibat proyek-proyek ini sangatlah besar hingga tidak ada cukup emas saat itu untuk menukar seluruh uang berlebih yang terus dicetak oleh pemerintah. Meskipun standar emas sempat kembali setelah PD I, banyak negara akhirnya mengabaikannya lagi saat pecah Perang Dunia II.
2.
Sistem Bretton Woods. Sebelum PD II berakhir, negara-negara sekutu melihat adanya kebutuhan
untuk memperbaiki sistem keuangan yang porak-poranda akibat dicampakkannya sistem standar emas. Pada Juli 1944, lebih dari 700 perwakilan dari negara-negara sekutu berkumpul di Bretton Woods, New Hampshire, dan menghasilkan apa yang sekarang disebut Sistem Bretton Woods.Untuk memudahkan, Bretton Wood membentuk sistem seperti berikut : a.
Metode nilai tukar tetap (Fixed Exchange Rate).
b.
USD menggantikan standar emas dan menjadi mata uang cadangan utama.
c.
Pembentukan 3 badan internasional untuk aktivitas ekonomi internasional; IMF (International Monetery Fund), International Bank for Reconstruction and Development, dan General Aggrement on Tariffs and Trade (GATT).
21
Salah satu fungsi utama Bretton Woods adalah USD menggantikan emas sebagai standar utama pertukaran mata uang dunia. Lebih jauh lagi, USD menjadi satu-satunya mata uang yang didukung oleh emas. Ini ternyata malah menjadi alasan utama mengapa Bretton Woods akhirnya gagal. Awal tahun 1970-an, cadangan emas Amerika sudah sangat menipis sehingga tidak bisa lagi menutupi seluruh dollar yang disimpan di bank-bankasing. Akhirnya, 15Agustus 1971, US mengumumkan kepada dunia bahwa tidak akan ada lagi pertukaran emas untuk dollar. Ini menjadi tanda berakhirnya Bretton Woods. Meskipun Bretton Woods tidak berlaku lagi, warisannya masih berlangsung hingga sekarang dalam dunia ekonomi internasional. Warisan ini masih ada dalam bentuk 3 organisasi yg dibentuk thn 1940an: IMF, the International Bank of Reconstruction and Development (sekarang menjadi bagian dalam Bank Dunia), dan GTT, pendahulunya World Trade Organization. 3.
Sistem nilai tukar mengambang. Setelah Bretton Woods runtuh, dunia akhirnya menerima penggunaaan nilai
tukar mengambang (floating rate) melalui Jamaica Agreement tahun 1976. Ini artinya penggunaan standar emas akan dihilangkan permanen. Tapi, ini bukan berarti bahwa para pemerintahan mengadopsi secara murni sistem floting yang bebas. Kebanyakan pemerintah menerapkan salah satu dari tiga sistem tukar berikut: a.
Dollarization. Ini diterapkan apabila negara yang bersangkutan tidak bermasalah untuk
menggantikan mata uangnya dengan mata uang negara lain. Dollarization biasanya membuat sebuah negara terlihat lebih stabil untuk tempat investasi, tapi sisi lainnya adalah bank sentral negara yg bersangkutan tidak bisa lagi mencetak uang dan membuat kebijakan keuangan. Contoh dollarization adalah penggunaan USD di El Savador. b.
Pegged Rate. Terjadi saat sebuah negara secara langsung menetapkan nilai tukarnya
terhadap mata uang asing sehingga negara itu punya stabilitas yang lebih dibanding menggunakan normal float. Sebagai contoh, Cina menetapkan nilai Yuan thd USD adalah 8.28 yuan per dollar antara 1997 dan juli 2005.
22
Kerugiannya adalah nilai mata uang bergantung pada kondisi eknomi mata uang yg di-pegged. Contoh: Jika USD menguat terhadap semua mata uang lain, Yuan juga akan menguat, yang mana mungkin tidak diinginkan oleh bank sentral Cina. c.
Managed Floating Rates. Nilai tukar mata uang diperbolehkan berubah-ubah sesuai tekanan jual dan
beli. Tetapi, bank sentral boleh mengintervensi untuk menstabilkan fluktuasi nilai tukar yg ekstrim. Contoh, Jika mata uang sebuah negara turun melampaui level yg “dapat diterima” pemerintah dapat menaikkan suku bunga.
C.
Kurs Valas Salah satu ciri era globalisasi yang menonjol saat ini yaitu adanya arus uang
dan modal dalam bentuk valas atau foreign currency antara berbagai pusat keuangan dan berbagai negara yang semakin besar dan cepat, seakan-akan mengalir tanpa mengenal kewarganegaraan pemiliknya dan tanpa batas wilayah (borderless). Aliran valas yang besar dan cepat untuk memenuhi tuntutan perdagangan, investasi dan spekulasi dari suatu tempat yang surplus ketempat yang depisit dapat terjadi karena adanya beberapa faktor atau kondisi yang berbeda sehingga berpengaruh dan menimbulkan perbedaan kurs valas atau forex rate di masing-masing tempat. Beberapa faktor atau kondisi yang berbeda dan mempengaruhi kurs valas adalah; supply dan demand foreign currency, posisi balance of payment, tingkat inflasi, tingkat bunga, tingkat income, pengawasan pemerintah dan ekspektasi, spekulasi dan rumor (Hady 2008).
1.
Supply dan demand Valas atau forex sebagai benda ekonomi mempunyai permintaan dan
penawaran di pasar valas (forex market). Sumber-sumber penawaran atau supply valas adalah; ekspor barang dan jasa yang menghasilkan valas atau forex dan impor modal serta transfer valas lainnya dari luar negeri ke dalam negeri. Sumbersumber permintaan atau demand valas berasal dari impor barang dan jasa yang menggunakan valas dan ekspor modal serta transfer dari dalam ke luar negeri.
23
Price
D1
D2
S1
S2
E2 Rp.8.600/USD Rp.8.500/USD
E
Rp.8.400/USD
E1
0
X1 X2
X3
QUsd
Gambar 3. Pengaruh Ekspor/Impor Terhadap Kurs Valas
Sesuai dengan teori mekanisme pasar, setiap perubahan permintaan dan penawaran valas yang terjadi di pasar akan mempengaruhi nilai valasnya seperti terlihat pada Gambar 3. Titik keseimbangan awal yang terjadi di pasar adalah pada titik E. Bila ekspor barang/jasa dan capital impor naik, maka penawaran atau supply valas bertambah, yang digambarkan oleh pergeseran garis S1 ke S2. Bila kenaikan supply valas tersebut tidak diiringi oleh perubahan permintaan valas maka akan terjadi penurunan kurs valas, dalam hal ini valas atau forex akan terdepresiasi yang ditunjukan oleh titik E1. Bila impor barang/jasa dan kapital ekspor naik maka demand valas meningkat yang ditunjukkan oleh pergeseran garis D1 ke D2. Bila kenaikan demand tersebut tidak dibarengi oleh kenaikan supply maka akan terjadi kenaikan kurs valas, dalam hal ini valas atau forex akan terapresiasi yang ditunjukkan oleh titik E2. 2.
Posisi Neraca Pembayaran Balance of Payment atau Neraca Pembayaran Internasional adalah suatu
catatan yang disusun secara sistematis tentang semua transaksi internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk suatu negara dengan penduduk luar negeri untuk suatu priode waktu tertentu. Bagi kalangan dunia bisnis, biasanya bagian yang lebih diperhatikan yaitu posisi saldo Neraca Perdagangan (Balance of Trade), terutama sekali posisi saldo current account dan saldo capital account. Current account dan capital account akan
24
menghasilkan posisi saldo perubahan cadangan devisa, yang mencerminkan posisi saldo valas yang dimiliki oleh suatu negara untuk periode tahun bersangkutan. Selanjutnya secara teoritis, posisi saldo neraca pembayaran ini dapat mempengaruhi kurs valas karena alasan berikut : a)
Bila posisi saldo neraca pembayaran positif ini berarti supply valas lebih besar dari pada demand,, dengan demikian kurs valas cenderung turun yang berarti bahwa nilai domestic currency relatif menguat atau stabil.
b)
Sebaliknya bila posisi Neraca Pembayaran Internasional suatu negara negatif maka akan menimbulkan efek melemahnya domestic currency dan kurs valas cenderung naik di bursa valas dan sering diikuti dengan isu devaluasi.
3.
Tingkat inflasi Pergerakan tingkat inflasi di suatu negara akan mempengaruhi nilai mata
uang suatu negara terhadap mata uang negara asing. Diasumsikan inflasi di Amerika meningkat cukup tinggi (misalnya mencapai 5%), sedangkan inflasi di Indonesia relatif stabil (hanya 1%) dan barang-barang yang dijual di Indonesia dan di Amerika relatif sama dan dapat saling mengsubstitusi. Dengan tingkat inflasi yang demikian maka barang-barang di Amerika akan lebih mahal sehingga impor Amerika dari Indonesia akan meningkat. Impor Amerika yang meningkat ini akan mengakibatkan permintaan terhadap IDR meningkat pula. Di lain pihak, kenaikan barang di Amerika akan mengurangi impor Indonesia dari Amerika sehingga permintaan terhadap Amerika justru menurun. Perkembangan tingkat inflasi tersebut
akan mempengaruhi permintaan dan
penawaran valas atau forex, baik IDR maupun USD. 4.
Tingkat bunga Hampir sama dengan pengaruh tingkat inflasi, maka perkembangan atau
perubahan tingkat bunga dapat berpengaruh terhadap kurs valas. Sebagai contoh guna menarik modal luar negeri, pemerintah Amerika meningkatkan suku bunganya. Dengan meningkatnya suku bunga USD maka banyak investor yang tertarik untuk menyimpan uangnya dalam mata uang USD yang mengakibatkan permintaan akan USD meningkat. Peningkatan permintaan USD akan menggeser
25
kurva permintaan yang pada gilirannya akan membentuk harga keseimbangan baru. 5.
Tingkat pendapatan Faktor lain yang dapat mempengaruhi kurs valas adalah pertumbuhan
tingkat pendapatan di suatu negara. Seandainya kenaikan pendapatan masyarakat di Indonesia tinggi sedangkan kenaikan jumlah barang yang tersedia relatif kecil, tentu impor barang akan meningkat. Peningkatan impor ini akan membawa efek kepada peningkatan demand valas yang pada gilirannya akana mempengaruhi kurs valas. 6.
Kebijaksanaan pemerintah Faktor kebijaksanaan pemerintah yang biasanya dijalankan dalam berbagai
bentuk kebijakan moneter, fiskal dan perdagangan luar negeri untuk tujuan tertentu mempunyai pengaruh terhadap kurs valas. Misalnya; pengawasan lalulintas devisa, peningkatan trade barrier, pengetatan uang beredar, penaikan tingkat bunga dan sebagainya. Kebijaksanaan pemerintah tersebut pada umumnya akan berpengaruh terhadap penawaran dan permintaan valas yang pada gilirannya berpengaruh terhadap kurs valas. 7.
Ekspektasi dan spekulasi/rumor Adanya harapan bahwa tingkat inflasi atau defisit BOT USA akan menurun
atau sebaliknya juga dapat mempengaruhi kurs valas. Adanya spekulasi atau rumor devaluasi karena defisit current account yang besar juga berpengaruh terhadap kurs valas. Pada dasarnya ekspektasi dan spekulasi yang timbul di masyarakat tersebut akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valas yang akhirnya akan mempengaruhi kurs valas. Demikian juga halnya dengan adanya rumor, misalnya sakitnya presiden atau menteri keuangan dapat mempengaruhi sentimen dan ekspektasi masyarakat sehingga mempengaruhi permintaan dan penawaran valas yang akan berakibat pada pluktuasi kurs valas.