11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Radio Sebagai Media Massa Media massa memang tidak mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tetapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Ini berarti media massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting1. Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi pada masyarakat modern. Karena mereka memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa, dimana pada saat yang sama pula, mereka sukar untuk mengecek kebenaran yang disajikan media2. Selain itu media massa adalah isntitusi yang berperan sebagai agent of change, yang sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya, media massa berperan3: 1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yakni sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang maju. 2. Media massa juga menjadi media informasi, media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat, sehingga masyarakat kaya akan
1
Jalaludin, Rakhmat, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2005, Hal 200 2 Elvinaro, Ardianto, dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2004, Hal 53 3 Burhan, Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta, 2006, Hal 85
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
informasi. Selain itu menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya. 3. Yang terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya.
Radio merupakan media massa sederhana yang tanpa batas yang menjangkau pendengarnya, oleh karena itu radio memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dari media massa lainnya, yaitu:4 1. Auditori, karena radio adalah suara untuk didengar yang bersifat sepintas lalu, maka isi siaran tidak dapat diulang. Pendengar tidak mungkin menoleh kebelakang atau menyuruh penyiar untuk mengulangi siarannya itu 2. Transimisi, proses penyebarluasannya atau disampaikan kepada pendengar melalui pemancaran (transmisi) 3. Mengandung gangguan, seperti timbul tenggelam (fading) dan gangguan teknis “chanel noise factory” 4. Theatre of mind, radio menciptakan gambar (makes picture) dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan suara. Siaran radio merupakan kekuatan seni memainkan imajinasi pendengar melalui kata dan suara. Pendengar hanya biasa memainkan imajinasinya apa yang dikemukakan penyiar, bahkan tentang sosok penyiarnya sendiri. 4
Syamsul M Romli, Asep. Opcit, Hal 21-23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
5. Identik dengan musik, radio adalah sarana hiburan termurah dan tercepat sehingga menjadi media utama untuk mendengarkan musik. Dalam hal musik, radio memberikan daya surprise seketika atau memberikan kejutan, karena pendengar biasanya tidak tahu lagu apa yang disajikan.
2.1.1. Perkembangan Radio Radio adalah sarana alat pemancar siaran atau sebagai media penyampaian komunikasi secara audio dan visual. Menurut Frank Jefkins, radio adalah sebuah media utama informasi, hiburan dan pendidikan masal yang sangat populer.5 Radio merupakan media yang memiliki jangkauan selektif terhadap segmen pasar tertentu, kebudayaan radio telah mengakar pada masyarakat luas, masyarakat bawah pun telah terbiasa ditemani radio pada setiap kesempatan, ada beberapa kekuatan yang dimiliki radio diantaranya6: 1. Menjangkau jumlah khalayak sasaran yang besar pada waktu yang bersamaan 2. Menjangkau individu atau kelompok masyarakat yang hidup terpencil dan terpencar seperti kehidupan agraris pada umumnya. 3. Cepat menyampaikan pesan sehingga dapat memberikan informasi mutakhir yang berguna 4. Mengatasi berbagai kendala geografis. 5 6
Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah, Surabaya, Arkola, 1994, Hal 906 Yulia, Wanda. Andai Aku Jadi Penyiar, Yogyakarta, Andy Yogyakarta, 2010, Hal 62-63
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
5. Produksi siarannya singkat dan berbiaya murah
Selain kelebihan yang dimiliki radio juga memiliki kelemahan, yaitu7: 1. Terikat oleh pemancarnya dan waktu siaran, artinya siaran radio tidak setiap saat dapat didengar menurut kehendaknya 2. Terlalu peka akan gangguan sekitar baik yang bersifat alami ataupun teknis. 3. Sifatnya yang sekilas dengar, pesan yang disampaikan pada khalayak yang sekilas saja sehingga feedback atau umpan balik tidak bisa pada saat itu juga. 4. hanya bunyi tidak ada visualisasi gambar yang tampak, sehingga suara menjadi alat yang paling penting dalam berkomunikasi Radio di Indonesia lahir pada jaman penjajahan Belanda. Radio sepenuhnya dipergunakan untuk kepentingan pemerintah penjajahan Belanda dalam hubungan dengan pemerintah Belanda di negeri Belanda. Indonesia yang pada waktu itu disebut sebagai Hindia Belanda terletak sangat jauh dengen pemerintah pusatnya. Maka hubungan dengan radio teleghrap sangat diperlukan. Hubungan tersebut lebih-lebih untuk menyiarkan peraturan-peraturan, berita, undang-undang baru dari pemerintah pusat di negeri Belanda, kepada masyarakat di negeri jajahan. Namun dengnan adanya hubungan radio ini, beberapa kelompok
7 Masbuchin, Metodologi Siaran Melalui Siaran radio dan Televisi, Jakarta, Depag RI, 1981, Hal 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
masyarakat pribumi belajar dan mencari tahu mengenai teknik radio. Lahirlah kemudian banyak radio amatir diwilayah tanah jajahan yang di sebut hindia belanda.8 Radio saiaran pertama di Indonesia didirikan oleh orang-orang belanda yang merasa berkepentingan untuk mengikuti berita-berita dari pusat negeri Belanda. Radio ini Lahir pada tanggal 16 Juni 1925 dengan nama Batavise Radio Vereniging (BRV). Meskipun radio siaran tetapi bersifat non komersial. Baru sesudah beberapa tahun lahir radio siaran yang bersifat komersial dari orang-orang swasta Belanda yang diberi nama NIROM. Daya pancar radio ini dengan menggunakan saluran telphon istimewa dapat menjangkau kota-kota Sukabumi, Bandung, sampai Semarang dan Jogja. Bahkan akhirnya Surabaya terjangkau dengan memberi modulasi pada pemancar-pemancar kecil di kota-kota tersebut.9 Pangeran Surjoatmojo, Pangeran Pakuningrat dan Ir. Purbodiningrat mendirikan perkumpulan keradioan yang bernama MAVRO. Sesudah itu berdiri banyak perkumpulan-perkumpulan keradioan di wilayah Hindia Belanda sampai kedatangan Jepang. Pada tanggal 11 September 1945 lahirlah Radio Republik Indonesia (RRI) dengan menggunakan stusio, bekas-bekas studio Hosokyuko didelapan kota, yaitu Jakarta, Bandung, Purwokerto, Jogjakarta, Surakarta, Semarang, Malang dan Surabaya. Radio Republik Indonesia adalah sepenuhnya milik pemerintah negara Indonesia. Ketika terjadi perubahan politik dari Negara Kesatuan Republik Indonesai
8 Wibowo, Fred. Teknik Produksi Radio Siaran, 2012, Rona Pancaran Ilmu, Yogyakarta, hal 4-5 9 Wibowo, Fred. Ibid, Hal 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
menjadi Negara Republik Indonesia menjadi Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) maka RRI dinamakan juga Radio Republik Indonesia Serikat (RRIS). Didasari atau tidak, siapa pun tak meduga sebelumnya, radio bakal digemari secara merakyat. Sebagai benda fisik yang lazim disebut pesawat radio, bisa didengar melalui gelombang atau frekuensi SW (Short Wave), AM (Amplitudo Modulation), dan FM (Frequency Modulation) berkat penemuan teknologinya dari para pakar radio tentunya. Di dalam perkembangan zamannya ternayata medium non visual ini, bisa menjadi media massa maupun media komunitas dalam menyampaikan beragam informasi/berita dan hiburan (musik/lagu, drama, kuis, humor) kepada pendengar.10 Radio mengalami perkembangan yang cukup pesat sebagai media informasi dan hiburan, karena radio bisa didengarkan kapan saja dan dimana saja berada. Masyarakat yang buta huruf dan buta mata saja bisa menikmati sajian radio tanpa kendala. Radio bisa menjadi teman setia yang menghibur dikala suntuk atau bosan, serta menemani aktifitas sehari-hari, sehingga dengan menggunakan media tersebut akan lebih mudah mendapatkan hal-hal dan berita terbaru. Selain itu ada 3 undur yang sangat melekat pada radio sehingga memiliki daya tarik tersendiri, yaitu katakata lisan (spoken worlds), musik (music) dan efek suara (sound effect).11
10
A. Ius Y. Triartanto, Broadcasting Radio Panduan Teori dan Praktek, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, 2010, hal 24 11 Onong, Uchayana Effendi. Dinamika Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 1992, Hal 108
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Menurut G Henneke, menyatakan bahwa komunikasi melalui radio siaran bukan hanya sekedar menyampaikan informasi, bukan pula hanya sekedar pendengar agar mengerti dan tertarik, tetapi lebih pada dari itu agar pendengar melakukannya.12 Radio sebagai salah satu bentuk media massa yang mengedepankan sisi musikalitas dalam programnya ternyata sekarang ini banyak dikembangkan ke dalam cakupan yang lebih luas lagi. Artinya bahwa tidak hanya ada musik yang monoton dalam radio, karena berbagai kebutuhan informasi pun dapat dialokasikan pada berbagai program acara radio.
2.1.2. Jenis-jenis Siaran Radio Jenis-jenis siaran radio dapat dibagi ke dalam empat kategori, yaitu ditinjau dari segi frekuensi, gelombang, dari penyelenggara, dan dari perkembangannya. 1. Berdasarkan Frekuensi Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. a.
Amplitudo Modulasi (AM) Saluran AM merupakan saluran yang pertama kali digunakan dalam teknologi
penyiaran. Menurut ketentuan internasional, saluran AM berada pada blok frekuensi 300-3000 KHz. Pada sistem AM, sinyal informasi mengubah-ubah amplitude
12 Onong, Uchayana Effendi, Opcit, Hal 127
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
gelombang pembawa, namun frekuensinya tetap. Dalam memancarkan sinyal, saluran AM memanfaatkan gelmbang elektromagnetik bumi atau yang disebut dengan ground waves dan juga gelombang udara atau sky waves. Kedua jenis gelombang ini dapat membawa sinyal ke wilayah yang sangat jauh. Itu sebabnya mengapa Radio AM mampu menyampaikan siarannya hingga ke tempat yang sangat jauh. b.
Frekuensi Modulasi (FM) Saluran FM ditetapkan secara internasional berada pada blok frekuensi VHF
(very high frequency), yaitu 30-300 MHz. Di Indonesia, rentang pita frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada diantara 87,5 – 108 MHz. Pada wilayah frekuensi ini secara relatif, bebas dari gangguan baik atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan. Jangkauan dari sistem modulasi ini tidak sejauh, jika dibandingkan pada sistem modulasi AM dimana panjang gelombangnya lebih panjang. Luas wilayah yang dapat dicakup siaran FM merupakan kombinasi dari daya watt dan tinggi tiang pemancar. Semakin tinggi daya watt stasiun FM, semakin tinggi tiang pemancar, maka semakin kuat sinyal yang dipancarkan. Keunggulan saluran FM dibandingkan AM adalah pada kualitas suara yang sangat bagus. Saluran ini nyaris bebas dari gangguan udara.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2. Berdasarkan Gelombang a.
Gelombang Panjang ( long wave ) Gelombang jenis ini memiliki signal yang panjang sehingga mampu
menjangkau range area yang sangat luas. b.
Gelombang Pendek ( short wave ) Gelombang yang menggunakan udara sebagai mediator. Gelombang ini
mempunyai ruang frekuensi yang sangat lebar yaitu dari 1600 KHz sampai 30.000 KHz. c.
Gelombang Medium (medium wave) Gelombang yang menggunakan permukaan bumi sebagai mediator.
Gelombang ini berada pada jalur 540 sampai 1600 KHz. Secara umum kebanyakan gelombang yang dipakai oleh stasiun radio. Jenis yang dipakai oleh gelombang ini adalah AM (amplitude modulation) dan FM (frequency modulation).
3. Berdasarkan Penyelenggara: a.
Radio Milik Negara Sebelum menjadi Lembaga Penyiaran Publik sejak tahun 2000, Radio
Republik Indonesia (RRI) berstatus sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) yaitu badan usaha milik negara (BUMN) yang tidak mencari untung. Dalam status Perusahaan Jawatan RRI telah menjalankan prinsip-prinsip radio publik yang independen. Perusahaan Jawatan dapat dikatakan sebagai status transisi dari lembaga Penyiaran Pemerintah menuju Lembaga Penyiaran Publik pada masa reformasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Sejak tahun 2005, RRI resmi menjadi Lembaga Penyiaran Publik, repositioning dari Institusi Pemerintah ini juga ditandai dengan adanya komitmen menyeluruh karyawan RRI diseluruh Indonesia, penulis turut aktif berpartisipasi dalam melakukan diskusi-diskusi internal maupun eksternal, termasuk mengikuti berbagai pelatihan tentang Public Service Broadcasting di dalam dan luar negeri. b.
Radio Publik Sebagai Lembaga Penyiaran Publik, Radio terdiri dari Dewan Pengawas dan
Dewan Direksi. Dewan Pengawas yang berjumlah 5 orang terdiri dari unsur publik, pemerintah dan perusahaan. Dewan Pengawas yang merupakan wujud representasi dan supervisi publik memilih Dewan Direksi yang berjumlah 5 orang yang bertugas melaksanakan kebijakan penyiaran dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan penyiaran. Status sebagai Lembaga Penyiaran Publik juga ditegaskan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 11 dan 12 tahun 2005 yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang Undang Nomor 32/2002. Sebagai radio publik RRI memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada publik untuk turut merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi operasional siaran RRI melalui dialog interaktif dan pertemuan-pertemuan yang diadakan Dewan dan Direksi serta kepala-kepala stasiun dengan kelompokkekompok pemerhati RRI dan “citizen journalism” (jurnalisme warga). Sebagai media massa yang independen, RRI dalam menyajikan informasi, berita terutama, menganut prinsip cover both sides untuk ungkapan kebenaran.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
c.
Radio Swasta/Komersial Radio siaran swasta FM dan AM yang dapat digunakan untuk penyampaian
informasi
ini dapat dikemas dalam bentuk acara khusus maupun dengan
memasukkan pesan ke dalam acara tertentu, akhirnya memilih radio sebagai sarana untuk mendapatkan finansial, mereka selanjutnya mengemas pelaksanaan siaran dengan konsep ekonomi yang diharapkan akan memperoleh kemanfaatan finansial setelah melakukan kegiatan penyiaran. Pengelolaan radio swasta berdasarkan hasil rating oleh surveyor dan juga selera/kreativitas pengelola. Kepentingan radio swasta diarahkan kepada segmen pasar yang disasar. Dalam siarannya radio swasta mengikuti keinginan dan selera pasar. Bahasa penyiar dalam radio swasta cenderung mengikuti gaya bicara orang kota (Jakarta). d.
Radio Komunitas Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola,
diperuntukkan, diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Pelaksana penyiaran (seperti radio) komunitas disebut sebagai lembaga penyiaran komunitas. Radio komunitas juga sering disebut sebagai radio sosial, radio pendidikan, atau radio alternatif. Intinya, radio komunitas adalah “dari, oleh, untuk dan tentang komunitas”. Ada beberapa perbedaan antara radio komunitas dengan radio swasta yaitu, pengelolaan radio Komunitas berdasarkan hasil diskusi dan kesepakatan bersama warga sedangkan pengelolaan radio swasta berdasarkan hasil rating oleh surveyor dan juga selera/kreativitas pengelola. Radio komunitas mengutamakan kepentingan dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
kebutuhan warga di wilayah tempat radio tersebut sedangkan radio swasta diarahkan kepada segmen pasar yang disasar. Dalam siarannya radio komunitas menyajikan tema-tema yang dibutuhkan warga setempat sedangkan radio swasta mengikuti keinginan dan selera pasar. Bahasa penyiar dalam radio komunitas mengikuti dialek lokal dan kebiasaan berbicara setempat sedangkan radio swasta cenderung mengikuti gaya bicara orang kota (Jakarta). Radio Komunitas sebetulnya muncul untuk mengisi keterbatasan dari lembaga penyiaran lain yang belum mampu memberikan dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi yang mereka butuhkan. Secara nyata Radio Komunitas di Indonesia mulai menampakkan keberadaannya kurang lebih tahun 1993 atau 11 tahun sebelum disahkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran yang secara eksplisit menyebutkan Lembaga Penyiaran Komunitas sebagai bagian dari sistem Penyiaran Indonesia. Radio komunitas sampai saat ini masih menghadapi kesulitan di regulasi. Setelah mendapat pengakuan dari UU Penyiaran tahun 2002, regulasi yang berada di bawahnya seperti Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih detail soal perizinan atau frekuensi masih belum mendukung perkembangan radio komunitas. Adapun keberadaan radio komunitas semakin marak dewasa ini di Indonesia setelah di deklarasikannya Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), pada tahun 2002 atau 3 bulan sebelum UU Penyiaran di sahkan. Sejak itu bermunculan radio komunitas di beberapa daerah. Selanjutnya mereka membentuk jaringan-jaringan wilayah seperti, Jawa Barat, Yogyakarta, Lombok – Nusa Tenggara Barat, Jawa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Tengah, Jawa Timur, Jabotabek, Banten, Lampung, Bali, Padang, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Irian Jaya (Sorong). Agenda utama JRKI adalah advokasi terhadap penyiaran komunitas di Indonesia menuju demokratisasi penyiaran.
e.
Radio Asing Radio luar negeri yang bisa didengar di Indonesia, biasanya menggunakan
jaringan satelit. Biasanya pemancar radio ini menggunakan daya listrik yang jauh lebih tinggi dari stasiun radio lainnya.
4. a.
Berdasarkan Perkembangannya Radio Internet Radio internet (dikenal juga sebagai web radio, radio streaming dan e-radio)
bekerja dengan cara mentransmisikan gelombang suara lewat internet. Prinsip kerjanya hampir sama dengan radio konvensional yang gelombang pendek (short wave), yaitu dengan menggunakan medium streaming berupa gelombang yang kontinyu. Sistem kerja ini memungkinkan siaran radio terdengar ke seluruh dunia asalkan pendengar memiliki perangkat internet b.
Radio Satelit Radio satelit mentransmisikan gelombang audio menggunakan sinyal digital.
Berbeda dengan sinyal analog yang menggunakan gelombang kontinyu, gelombang suara ditransmisikan melalui sinyal digital yang terdiri atas kode-kode biner 0 dan 1. Sinyal ini ditransmisikan ke daerah jangkauan yang jauh lebih luas karena
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
menggunakan satelit. Hanya saja siaran radio hanya dapat diterima oleh perangkat khusus yang bisa menerjemahkan sinyal terenkripsi. Siaran radio satelit juga hanya bisa diterima di tempat terbuka dimana antena pada pesawat radio memiliki garis pandang dengan satelit pemancar. Radio satelit hanya bisa bekerja yang tidak memiliki penghalang besar seperti terowongan atau gedung c.
Radio Berdefinisi Tinggi (HD Radio) Radio yang dikenal juga sebagai radio digital ini bekerja dengan
menggabungkan sistem analog dan digital sekaligus. Dengan begitu memungkinkan dua stasiun digital dan analog berbagi frekuensi yang sama. Efisiensi ini membuat banyak konten bisa disiarkan pada posisi yang sama. Kualitas suara yang dihasilkan HD radio sama jernihnya dengan radio satelit, tetapi layanan yang ditawarkan gratis. Namun untuk dapat menerima siaran radio digital pendengar harus memiliki perangkat khusus yang dapat menangkap sinyal digital.
2.2. Radio Streaming Berjalannya era-globalisasi yang terjadi pada zaman sekarang ini, telah membawa banyak sekali pengembangan–pengembangan akan kemajuan dunia modern. Salah satu produk era-modern yang berkembang saat ini adalah radio streaming. Radio streaming telah meluaskan sayap kemajuannya di seluruh penjuru dunia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Perkembangan berkembang, Radio yang
Radio
Streaming
berbentuk
digital
ini
Indonesia sudah disebut
juga
sangat
dengan Radio
Internet karena untuk mengakses radio streaming harus menggunakan media Internet. Jangkauan Radio streaming
sangat
luas
karena
bersifat
global,
berbeda
dengan Radio konvensional yang jangkauan nya terbatas karena menggunakan antena untuk mencapai jangkauan sinyal. Dewasa ini telah banyak Radio swasta di indonesia yang menggunakan Radio streaming sebagai media siar mereka. Dengan ada nya Radio streaming tidak ada lagi masalah jarak dan waktu untuk mendengarkan siaran Radio yang ingin di dengarkan. Pengelolah bisnis Radio lokal dapat beralih pada bisnis Radio streaming karena lebih mudah dikenal dan jangkauan yang disiarkan oleh radio streaming lebih luas Radio Streaming juga dikenal sebagai web radio, radio internet, radio net atau e-radio. Radio streaming pada dasarnya adalah radio yang ditularkan melalui Internet. Tidak seperti webcasting, radio streaming adalah aliran yang terus menerus , dan dilakukan secara online. Hal ini merupakan trend yang sedang dinikmati masyarakat tapi tidak identik dengan podcasting yang mengharuskan audio yang akan didownload, daripada streaming itu. Radio Streaming juga biasanya dapat diakses di seluruh dunia. Audio dimainkan dari server penyiaran , dan server akan mengirimkan musik ke pendengar. Dalam hal ini, Radio Streaming membutuhkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
koneksi internet yang baik. Dalam pembuatan radio streaming, kita dapat menikmati jasa pembuatan radio streaming yang profesional dan biaya yang efektif.13 Berawal dari Radio Republik Indonesia yang diresmikan pada 11 September 1945. Kemudian para mahasiswa membuat Radio amatir sampai tahun 1945, tetapi kemudian pemerintah melarang kegiatan tersebut dan membuat undang-undang dan mengecam keras kemunculan Radio amatir tanpa membuat izin terlebih dahulu. Tetapi para mahasiswa berhasil memperjuangkan Radio amatir, sehingga pada tahun 1967 pemerintah mengizinkan kembali siaran Radio amatir dan harus ada organisasi yang mengelola nya. Semakin banyak berkembang Radio amatir maupun Radio swasta di indonesia terutama pada saat setelah adanya reformasi pada tahun 1998, membuat masyarakat lebih kreatif untuk membuat Radio lokal dan didukung dengan perkembangan Internet yang sangat pesat, maka muncul Radio streaming. Awal pencetus radio streaming yang pada saat itu dinamakan ”internet talk radio” oleh Carl Malamud yang diluncurkan pada tahun 1993. Seminar ini hanya membicarakan masalah konsep. Pada tahun 1994, ”internet Service multitasking” memulai RTFM, dimana berperan sebagai stasiun berita internet. Berbeda dengan Radio konvensional yang menggunakan antena sebagai pemancar. Radio streaming
13 Di akses pada bulan April 2011 dari http://buatradiostreaming.blogspot.co.id/2011/03/pengertian-radio-streaming.html
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
menggunakan Internet untuk menyiarkan Radio, sehingga siaran yang dihasilkan bersifat global. Bisa dinikmati di seluruh dunia tanpa menggunakan antena.14
2.3. Penyiar Radio Dalam dunia radio, penyiar atau radio broadcaster merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Sosoknya menjadi salah satu kunci inti yang mengarakan pada posisi atau rating sebuah radio, juga menjadi brand image, atau gardu depan bagi stasiun radio. Penyiar adalah ujung tombak radio. Mewakili radio, ia berinteraksi langsung dengan pendengar. Baik-buruk siarannya bahkan perilakunya berpengaruh terhadap baik-buruk atau integritas radionya. Sukses tidaknya sebuah acara ditentukan oleh penyiarnya. Penyiar adalah seorang penampil yang melakukan pekerjaan penyiaran, menyajikan produk komersial, menyiarkan berita/informasi, akting sebagai pembawa acara atau pelawak, menghendel olah raga, pewawancara, diskusi, quiz dan narasi. Untuk lebih meningkatkan jumlah pendengar tentunya perlu perbaikan dalam berbagai hal, salah satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus diantaranya adalah kualitas penyiar. Seorang penyiar harus memiliki dan memahami karakteristik radio. Pemahaman mengenai karakteristik radio merupakan pengetahuan awal bagi praktisi penyiaran radio yang sangat diperlukan untuk mendukung kemampuan dalam
14 Diakses pada tanggal 14 Agustus 2012 dari https://eradigittal.wordpress.com/2012/08/14/perkembangan-radio-streaming-indonesia/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
menyampaikan pesan-pesan kepada pendengar sesuai dengan kaidah-kaidah siaran di media tersebut.15 Dalam
profesinya
penyiar
radio
adalah
orang
yang
mampu
mengkomunikasikan gagasan, konsep dan ide serta bertugas membawakan atau menyiarkan suatu program acara di radio. Dalam stasiun radio penyiar adalah bagian yang tak terpisahkan. Penyiar memiliki tanggung jawab terhadap acara yang sedang dibawakannya dari mulai siaran sampai selesai siaran, Menurut Chester, Garrison dan Willis dalam (Wanda Yulia, 2010) menyatakan bahwa penyiar adalah juru bicara stasiun radio siaran. Dibalik layar studio penyiar juga mempunyai pekerjaan dan tugas lain, sesuai dengan keterampilannya.16 Penyiar adalah profesi yang terus bergerak, penyiar diibaratkan sebagai etalase yang berarti “citra radio”, semakin cantik performa penyiar maka makin tampak kecantikan manajemen, kerja sama dan standarisasi siaran yang ditetapkan radio tersebut.17 Secara umum untuk menjadi seorang penyiar profesional ada beberapa syarat yang dimiliki yaitu: 1. Memiliki proyeksi suara yang enak didengar (pleasant for the east) 2. Memilii tingkat kecerdasan yang tinggi (smart) 3. Kalau dia seorang penyiar berita, dia harus memiliki latar belakang jurnalistik 15 Harley, Prayudha, Radio: Penyiar It’s Not Just Talk, Malang, Bayu Media Publishing, 2006, Hal 11 16 Yulia, Wanda. Opcit, Hal 17-18 17 Ibid, Hal 35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
4. Memiliki latar belakang umum yang prima 5. Rasa percaya diri yang tinggi (self confidence) 6. Memiliki pengucapan yang bagus (pronunciation), bahasa indonesia dan asing 7. Tidak memiliki cacat mental.18 Seorang pembicara yang luar biasa adalah seorang pembicara yang mampu memainkan imajinasi pendengarnya melalui kekuatan dan kedahsyatan kata-kata, serta mampu membuat imajinasinya berkembang, karena imajinasi adalah bagian dari fungsi immaterial dari otak manusia.19 Dalam hal siaran, penyiar juga harus netral, menyampaian hal yang baik dan menghindari segala macam kebohongan karena itu akan berdampak pada penilaian buruk dari
pendengar, serta menjadi pedoman bagi pendengar. Karena tujuan
pendengar adalah untuk mempengaruhi pendengar jadi sebisa mungkin sebagai penyiar harus bisa menjadi tauladan dan jujur dalam setiap perkataannya. Di radio streaming Siaranku.com kebanyak pendengar adalah berasal dari remaja dan dewasa, ada pendengar yang tertarik pada program siarannya ada juga yang tertarik pada penyiarnya yang good looking dan memiliki kualitas siaran yang bagus, serta siaran musiknya. Selain itu sifat radio streaming Siaranku.com yang mudah diakses oleh pendengar melalui smartphone, PC, dan laptop.
18 Hasan, Asy’ari Oramahi, Menulis Untuk Telinga, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2003, Hal 127 19 Hasan, Asy’ari Oramahi, Opcit, Hal 193-196
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
2.4. Narsis
Beberapa orang yang suka potret diri sendiri atau memamerkan barangbarangnya ke jejaring sosial disebut narsis. Menurut psikolog klinis dan forensik, Kasandra Putranto, selfie merupakan bagian dari narsis. Sedangkan narsis atau narsistik adalah prilaku mencintai diri sendiri yang berlebihan. Narsis tidak hanya pamer di jejaring sosial tapi juga ingin selalu menang sendiri, baik dengan orang lain maupun pasangannya20. Selfie diklaim sebagai kata yang paling banyak dipakai selama 2013 oleh kamus bahasa Inggris Oxford. Kepopuleran selfie tidak lepas dari para selebriti yang hobi memamerkan foto diri mereka di jejaring sosial seperti Instagram dan Twitter. Sebelum trend selfie booming. Narsisme atau narsistic biasanya berusaha tampil agung, menamakan dirinya sebagai gambaran besar. Mereka tenggelam dalam keasyikan (preoccupation) menerima atensi, salah dalam menerima reaksi orang-orang disekitarnya, self promotion, dan lack emphaty (kurang mampu memahami dan merasakan perasaan orang lain).21 Menurut Teori Traits and behavior (sifat/karakter individu dan perilaku) berdasarkan tradisi psikologi sosial yang memandang karakter atau sifat individu sebagai faktor yang penting dalam menentukan perilaku komunikasinya, terdapat 20
Diakses pada tanggal 7 Februari 2014 dari http://wolipop.detik.com/read/2014/02/07/090434/2489927/852/selfie-dan-narsis-serupa-tapi-taksama 21 A. Wiramihardja, Sutardjo, Pengantar Psikologi Abnormal, Bandung, PT. Refika Aditama, 2005, Hal 132
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Conversational narcissism yaitu, kecenderungan cinta pada diri sendiri, menonjolkan atau membanggakan diri, suka menceritakan diri sendiri, cenderung mengontrol dan mendominasi arus percakapan dan tidak responsif terhadap orang lain dan tidak peka terhadap orang yang diajak berkomunikasi.22 Narsisme adalah orientasi cinta diri, narsisme berawal dari cermin, dari ibu yang bercermin, dengan tatatapan mata dan senyuman yang mencerminkan rasa suka cita terhadap anaknya melalui “ruang kaca”, orang tua yang terlalu melindungi mengarahkan namun sekaligus mengarahkan rasa takut.23 Seseorang yang mengalami gangguan kepribadian narsistik mnunjukkan gejala-gejala sebagai berikut24: 1. Perasaan bangga yang berlebihan tentang kehebatan atau keunikan dirinya, misalnya memperkirakan kemampuannya, kecantikannya, atau bakatnya secara berlebihan, melebih-lebihkan prestasi yang telah dicapainya, atau memusatkan perhatian berlebihan pada permasalahan dirinya. 2. Preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan, kecermelangan, kecantikan atau mendapatkan cinta atau pasangan yang ideal 3. Ekshibionisme, orang itu selalu membutuhkan perhatian dan pujian yang terus menerus.
22
Little Jhon, Teori Komunikasi: theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika, 2009. 23 Erich Fromm, Julia Segal, Pengantar Umum Psikoanalisis, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006, hal 543. 24 Dadang Hawari, Psikopat Paranoid dan Gangguan Kepribadian Lainnya, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005, hal 78.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
4. Responnya terhadap keritik, sikap tak acuh dari orang lain atau kekalahan dapat berupa reaksi yang dingin dan tak acuh, atau suatu respons yang ditandai dengan perasaan marah, rendah diri, malu, terhina atau kekosongan yang hebat. Narsisisme (dari bahasa Inggris) atau narsisme (dari bahasa Belanda) adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, Narkissos (versi bahasa Latin: Narcissus), yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. Tanpa sengaja ia menjulurkan tangannya, sehingga ia tenggelam dan tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis.25 Narsisme merupakan sikap yang dimiliki individu dalam mempertahankan dan meningkatkan Penilaian yang tinggi atas dirinya (Campbell, et al, 2004). Selain itu, Chatterje and Hambrick (2006) mengatakan bahwa narsisme memiliki kebutuhan yang kuat atas ketegasan orang lain terhadap keunggulan yang dimiliki. Oleh karena itu, perilaku narsis cenderung berupaya menciptakan image positive atas dirinya, yang juga akan menimbulkan optimisme dan keyakinan yang kuat atas hasil yang diperoleh nantinya.26 Narsisme merupakan kondisi pengalaman seseorang yang dia rasakan sebagai sesuatu yang benar-benar nyata hanyalah tubuhnya, kebutuhannya, perasaannya, pikirannya, serta benda atau orang-orang yang masih ada hubungan dengannya. 25
Diakses pada tanggal 28 Juni 2013 dari http://psikologid.com/narsisme/ Diakses pada tanggal 26 Juli 2011 dari http://core.ac.uk/download/pdf/11726795.pdf
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Sebaliknya, orang atau kelompok lain yang tidak menjadi bagiannya senantiasa dianggap tidak nyata, tidak memiliki arti, dan karenaya tidak perlu dihiraukan. Bahkan, ketika yang lain itu dianggap sebagai ancaman, apa pun bisa dilakukan, melalui agresi sekalipun.27 Narsis merupakan istilah populer di kalangan remaja sejak awal tahun 2000an. Konsep ini diambil dari nama salah satu tokoh dalam Mitologi Yunani, Narsisus, yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri di kolam. Kata narsis kemudian lebih sering digunakan menggambarkan kecenderungan seseorang yang mengagumi atau menilai dirinya sendiri secara berlebihan dan selalu ingin tampil. Menurut American Phsycological Association, orang yang didiagnosa dengan Narcissistic Personality Disorder atau gangguan kepribadian narsistik, umumnya ditandai perasaan tidak beralasan untuk menganggap dirinya penting dan dikagumi orang lain.28 Kriteria Kepribadian Narsistik Menurut DSM-IV, Sebuah pola dari khayalan dan perilaku, diantaranya kebutuhan untuk kekaguman, dan kurangnya empati, seperti yang diindikasikan oleh minimal 5 dari yang dibawah ini: 1. Perasaan megah akan kepentingan pribadi 2. Keasyikan dengan khayalan akan keberhasilan, kekuatan, kecemerlangan, atau kecantikan yang tidak terbatas. 3. Kepercayaan bahwa dia itu spesial dan unik.
27
https://www.academia.edu Diakses pad tanggal 29 Oktober 2013 http://fisip.uajy.ac.id/2013/10/29/selamat-datang-medianarsis/ 28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
4. Kebutuhan akan kekaguman yang berlebihan. 5. Perasaan akan pemberian judul. 6. Kecenderungan menjadi meledak-ledak antar individu. 7. Kekurangan empati. 8. Sering cemburu terhadap orang lain atau percaya bahwa orang lain itu pun cemburu terhadapnya. 9. Menunjukkan keangkuhan, perilaku atau sikap yang sombong. Menurut DSM-IV-TR, kelainan kepribadian narsistik mungkin bisa lebih sering diobservasi pada pria daripada wanita (APA, 2000; Golomb et al., 1995), walaupun tidak semua studi menunjukan ini. Dibandingkan dengan beberapa kelainan kepribadian lainnya, ini menjadi relatif jarang dan ditaksir tetap terjaga sekitar 1 persen dari populasi. Keberadaan media massa pada dasarnya sebagai penyedia informasi atau segala sesuatu yang mengurangi tingkat ketidakpastian (Schramm, 1964: 27). Karena berada di ranah publik, seharusnya informasi yang disediakan media massa merupakan informasi publik, atau informasi yang memiliki nilai penting bagi publik. Sayangnya, media massa di Indonesia lebih banyak didominasi oleh informasiinformasi privat yang sebetulnya tidak mengurangi tingkat ketidakpastian dalam masyarakat atau bahkan tidak terlalu penting bagi masyarakat.29
29
Diakses pada tanggal 29 Oktober 2013 dari http://fisip.uajy.ac.id/2013/10/29/selamat-datangmedia-narsis/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Fenomena narsis memang marak terjadi pada kalangan remaja pengguna jejaring sosial, berasumsikan pada realitas sosial di jejaring sosial maka penulis mencoba menelaah narsisme itu sendiri bagi para penyiar radio khusunya radio streaming Siaranku.com
2.4.1. Narsis di Sosial Media Melalui Aksi Selfie Selfie kini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari manusia, Berbagai gaya foto selfie pun dilakukan, mulai ekspresi wajah lucu, seksi, cantik, seram, menakutkan bahkan gaya mulut bebek, melalui akun media sosial foto selfie ada didalamnya. Trend selfie sebetulnya membuat heboh dunia sejak 2013. Semakin canggih perangkat teknologi ditambah dengan aplikasi-aplikasi smartphone mendorong masyarakat untuk memamerkan foto-foto selfie mereka. Selfie adalah foto diri sendiri yang biasanya diambil lewat smartphone lalu dibagikan ke berbagai media sosial. Sosial media, merupakan faktor pendukung untuk trend narsis, seperti account Facebook, Twitter, Instagram, atau Path, yang bisa kita temukan dimana masyarakat memajang foto diri dari waktu ke waktu, teknologi telah menjadi faktor utama pendukung eksistensi manusia. Menurut psikolog anak, remaja, dan keluarga, Roslina Verauli berpendapat terlalu dini jika selfie dianggap sebagai gangguan kejiwaan, Pada dasarnya semua orang yang sehat mampu narsis, Pendekatan teori psikoanalasis Sigmund Freud
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
menyebutkan bahwa manusia sehat harus mampu menghargai dirinya sendiri, Menghargai diri, itu adalah kata kunci yang perlu dipegang, seperti mampu menjaga diri untuk tidak merokok dan menjauhi narkoba. selfie adalah bentuk seseorang untuk menghargai dirinya.30 Teknologi telah memfasilitasi kebutuhan orang untuk narsis dan memudahkan orang untuk eksis, Roslina Verauli yang merupakan seorang psikolog anak, remaja dan keluarga ini juga memanfaatkan media sosial sebagai eksistensi dirinya. Tidak jarang lewat Twitter-nya di @verauli, Vera memasang informasi psikologi yang bermanfaat bagi 5.344 pengikutnya. Sosial media tidak melulu memfasilitasi selfie, tapi juga eksistensi diri yang positif, seperti berbisnis. Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian terdiri dari tiga elemen. Ketiga unsur kepribadian itu dikenal sebagai id, ego dan superego yang bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.31 1. Id Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian.
30
Diakses pada tanggal 7 januari 2015 dari http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/doyan-fotoselfie-pertanda-gangguan-jiwa/ 31 Erich Fromm, Julia Segal, Pengantar Umum Psikoanalisis, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
2. Ego Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. 3. Superego Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego. superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat – kami rasa benar dan salah. Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian. Selfitis, adalah peradangan ego pada seseorang yang terlalu banyak melakukan selfie, berdasarkan laman Psychology Today, selfitis dinyatakan sebagai gangguan mental oleh American Psychological Association. Selfie secara inheren adalah narsistik, sementara setiap narsis butuh kolam refleksi, seperti halnya Narcissus yang menatap ke kolam untuk mengagumi dirinya, zaman yang modern telah menjadikan media sosial seperti Facebook seolah kolam modern kita untuk terus mengagumi diri.32 Pada batasan apa seseorang yang melakukan selfie disebut mengalami gangguan narsistik atau narcissistic personality disorder, Selfie yang sudah masuk 32
Diakses pada tanggal 7 Januari 2015 dari http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/kadar-selfieyang-masuk-tahap-gangguan-jiwa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
pada tahap gangguan, menurut Roslina Verauli seorang psikolog anak, remaja dan keluarga, perilaku selfie tersebut telah mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari, pendidikan terganggu, pekerjaan terganggu, setiap kehidupan akan terganggu, dia tidak lagi nafsu makan, hanya nafsu memfoto dirinya. Namun dalam ilmu psikologi ada takaran untuk terjadinya gangguan kejiwaan, takaran tersebut melewati batas normal sampai mengganggu fungsi sehari-hari dan membuat orang tersebut mengalami distres.33
2.4.2. Teori Narsis Narsis menurut Andi Ardillah Pratiwi, M.Psi, psikolog Personal Growth Kebon Jeruk, merupakan salah satu term psikologi, di mana terdapat faham kebesaran bahwa dirinya adalah individu yang sangat penting, superior, spesial, unik, dan berharap orang lain menyadari hal tersebut. Mereka memiliki kebutuhan untuk dikagumi orang lain dan tidak dapat berempati terhadap keadaan orang lain. Individu dengan gangguan narsisme cenderung melebih-lebihkan kemampuannya dan membangga-banggakan pencapaiannya. Mereka sering kali tampil sebagai individu yang angkuh, sombong, dan penuh kepura-puraan. Dengan kata lain, narsis adalah individu yang sangat mencintai diri mereka sendiri. 34
33
Diakses melalui laman CNN “Kadar selfie yang masuk tahap gangguang jiwa” pada tanggal 7 Januari 2015 dari http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/kadar-selfie-yang-masuk-tahap-gangguan-jiwa/ 34 Diakses pada tanggal 13 Juli 2012 dari http://www.personalgrowth.co.id/en/journalviewarticle.php?id=66
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Teori-teori tentang narsisme telah mengundang berbagai perdebatan sengit dalam bidang psikoanalisis, khususnya pada dua topik penting, yang pertama berkaitan dengan hubunagn antara narsisme primer dan sekunder, dan yang kedua tentang sehat tidaknya fenomena narsistik secara umum.35 a. Narsisme Primer Narsisme primer merupakan sebuah tahap perkembangan moral pada masa bayi awal menuju keadaan keterkaitan objek. b. Narsisme Sekunder Narsisme sekunder dimana individu-individu yang bermasalah secara regresif menggunakan dirinya sendiri, bukan orang lain sebagai objek cinta. Narsisme sekunder mencakup dimana orang-orang patologis terpusat perhatiannya pada diri sendiri, tidak mampu berhubungan dan melakukan pendekatan terhadap orang lain bukan sebagai akhir dalam dirinya sendiri namun sebagai sarana dalam mencapai tujuan yang egois. Menunjukkan prilaku “menenangkan diri sendiri” seperti menggunakan obat-obatan terlarang, melukai diri sendiri atau melakukan hubungan seksual dengan siapa saja, menjadi mengalahkan diri sendiri, bergantung pada diri sendiri. c. Narsisme yang Sehat dan Patologis Pada akhir tahun 1960-an, kohut mengajukan tantangan penting terhadap pandangan-pandangan tentang narsisme (yang selanjutnya menjadi pandangan
35
Erich Fromm, Julia Segal, Pengantar Umum Psikoanalisis, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006, hal 566
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
konvensional).bahwa gagasan Freud tentang satu jalur perlu ditinggalkan. Bagi Kohut pertumbuhan dan pembentukan narsisme yang sehat adalah suatu proses perkembangan yang terpisah dan diperlukan. Kohut tidak melihat narsisme sebagai sesuatu yang buruk, dari orang-orang yang secara mental sakit, tidak matang, dan orang-orang yang tidak dianalisis dengan layak, namun menyatakan bahwa narsisme yang sehat adalah prasyarat bagi keberhasilan kehidupan, termasuk dalam menjalin hubungan dengan objek, dan bahwa fenomena tentang narsisme sekunder perlu dilihat sebagai produk cacat dari proses normal menuju kedewasaan narsistik. Istilah narsisme bisa dipergunakan dalam berbagai cara yang berbeda. Dalam artian umum kata ini cenderung bersinonim dengan keterpusatan diri atau keasyikan diri, dan biasannya dipakai untuk menggambarkan orang-orang yang dalam berbicara sering menggunakan kata ganti “saya”, yang percakapannya cenderung mengambil bentuk dari pasangan yang telah lama menderita narsisme kronis.
Berikut adalah gagasan-gagasan narsisme menurut Sigmund Freud:36 1. Gagasan Narsisme Sosiologis Gagasan narsisme secara sosiologis telah dipergunakan oleh sejumlah penulis seperti Christopher Lasch untuk menggambarkan suatu konstelasi sikap yang dikarakteristikkan dengan keberadaan individualism dalam tingkat ekstrem,
36
Erich Fromm, Julia Segal, Opcit, hal 546
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
tidak
ada
perhatian
terhadap
masa
lalu
atau
masa
depan,
tidak
mempertimbangakan orang lain, terlalu memperhatikan hubungan-hubungan pribadi dan mengabaikan aktifitas politik, dan tidak adanya pertimbangan tentang kohesi sosial. Narsisme kolektif atau kelompok menjadi dasar dari fenomena-fenomena seperti khayalan tentang superioritas rasial serta berbagai macam kelompok sekte dan mesianis dimana narsisme individual bias jadi dilegitimasikan atau dibenamkan pada kesetiaan terhadap seseorang pemimpin karismatik. 2.
Gagasan Narsisme Psikoanalisis Gagasan-gagasan psikoanalisis tentang narsisme bisa dibagi kedalam tiga bagian berbeda, yaitu: a. Narsisme Libidal (Berkaitan dengan Libido) Narsisme libidal adalah penarikan psikis ke dalam diri sendiri, Sigmund Freud melihat narsisme primer sebagai suatu tahap perkembangan normal dimana bayi hanya berfikir, merasa bahagia, dengan dirinya sendiri. Ini adalah suatu tanda dari hubungan objek, kemampuan untuk berhubungan dengan menginvestasikan libido pada orang lain. b. Narsisme Destruktif (Bersifat Merusak) Narsisme destruktif dimana seorang narsisis secara patologis merasa iri hati, benci, dan secara aktif berusaha menghancurkan objek sasarannya, yaitu orang lain. Hanya dirinya sendiri yang diperbolehkan ada.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
c. Narsisme Sehat Narsisme sehat ditekankan pada fenomena-fenomena seperti cinta orang tua terhadap anak, kegembiraan anak terhadap dirinya sendiri dan dunianya, serta harapan-harapa, aspirasi, ambisi, dan tujuan-tujuan normal sebagai aspek-aspek yang termasuk dalam narsisme positif. Dalam model ini, saat perkembangan berlangsung narsisme tidak digantikan oleh cinta objek, namun diperlunak oelh kekecewaaan bertahap sehingga dimasa dewasa ia tetap menjadi dasar dari harga diri yang baik dan tujuan-tujuan realistik.
2.5. Interaksi Simbolik Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.37 Paham interaksi simbolik memberikan banyak penekanan pada individu yang aktif dan kreatif ketimbang pendekatan-pendekatan teoritis lainnya. Paham interaksi simbolik menganggap bahwa segala sesuatu adalah virtual. Segala interaksi antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran simbol. Ketika kita berinteraksi dengan yang lainnya kita secara konstan mencari petunjuk mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam konteks itu dan mengenai bagaimana menginterpretasikan apa yang dimaksud oleh orang lain. Interaksi simbolik mengarahkan perhatian kita pada
37
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Bandung, 2001), hlm. 68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
interaksi antar individu dan bagaimana hal ini dipergunakan untuk mengerti apa yang orang lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu. Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis interaksionisme simbolik, diantaranya James Mark Baldwin, William James, Charles H. Cooley, John Dewey, William I.Thomas, dan George Herbert Mead. Akan tetapi Mead-lah yang paling populer sebagai perintis dasar teori tersebut. Mead mengembangkan teori interaksionisme simbolik pada tahun 1920-an dan 1930-an ketika ia menjadi professor filsafat di Universitas Chicago. Namun gagasan-gagasannya mengenai interaksionisme simbolik berkembang pesat setelah para mahasiswanya menerbitkan catatan dan kuliah-kuliahnya, terutama melalui buku yang menjadi rujukan utama teori interaksi simbolik, yakni : Mind, Self , and Society (1934) yang diterbitkan tak lama setelah Mead meninggal dunia. Sesuai pemikiran Mead, definisi singkat dari tiga ide dasar interaksi simbolik adalah : a) Mind (pikiran) Adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain. b) Self (diri pribadi) Adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian, sudut pandang atau pendapat orang lain. Dan teori interaksi simbolik adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the self) dan dunia luarnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
c) Society (masyarakat) Hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu di tengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.38 Penyebaran dan pengembangan teori Mead juga berlangsung melalui interpretasi dan penjabaran lebih lanjut yang dilakukan para mahasiswanya, terutama Herbert Blumer. Justru Blumer-lah yang menciptakan istilah “interaksi simbolik” pada tahun (1937) dan mempopulerkannya di kalangan komunitas akademis.39 Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksud Blumer mengacu pada tiga premis utama, yaitu: a) Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka b) Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain, dan c) Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang berlangsung.40
http://www.academia.edu/6766895/TEORI_INTERAKSI_SIMBOLIK Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Bandung, 2001), hlm. 68 40 Engkus Kuswarno, Etnografi Komunikasi. (Bandung: Widya Padjadjaran, 2008), hlm. 22. 38 39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua perilaku manusia ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif terhadap perilaku tersebut. Tindakan disini bisa terbuka atau tersembunyi, bisa merupakan intervensi positif dalam suatu situasi atau sengaja berdiam diri sebagai tanda setuju dalam situasi tersebut. Menurut Weber, tindakan bermakna sosial sejauh berdasarkan makna subjektifnya
yang diberikan
individu
atau
individu-individu,
tindakan
itu
mempertimbangkan perilaku orang lain dan karenanya diorientasikan dalam penampilannya.41
2.6. Fenomenologi Fenomenologi diartikan sebagai, Pengalaman subjektif atau pengalaman pengalaman fenomenologikal dan suatu studi tentang kesadaran perspektif pokok seseorang (Husserl). Terminology fenomenologi sering digunakan untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis tipe subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih spesifik, terminologi ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran diri perspektif pertama seseorang. Sebagai suatu disiplin ilmu, hal itu dikemukan oleh Edmund Husserl (1859-1938).42 Fenomenologi juga digunakan sebagai perspektif filosofi dan juga pendekatan dalam metode kualitatif. Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan 41
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Opcit, hlm 68. Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 2005, Hal 14-15 42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
interpretasi-interpretasi dunia. Dalam hal ini, para fenomenologis ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada orang lain.43 Peneliti dalam pandangan fenomenologis, berusaha untuk memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Sosiologis fenomenologi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh filsuf Edmund Husserl dan Alfred Schutz. Pengaruh lainnya berasal dari Webber yang memberikan tekanan pada verstehen, yaitu pengertian interpretif terhadap pemahaman manusia.44 Menyangkut motif, Schutz dalam buku karangan Engkus Kuswarno yang berjudul Fenomenologi, membaginya menjadi dua, yaitu :45 a. Motif „untuk‟ (in order to motives), artinya bahwa sesuatu merupakan tujuan yang digambarkan sebagai maksud, rencana, harapan, minat, dan sebagainya yang berorientasi pada masa depan. b. Motif „karena‟ (because motives), artinya sesuatu merujuk pada pengalaman masa lalu individu, karena itu berorientasi pada masa lalu. Terdapat dua garis besar di dalam pemikiran fenomenologi, yakni fenomenologi transsendental sepeti yang digambarkan dalam kerja Edmund Husserl dan fenomenologi sosial yang digambarkan oleh Alfred Schutz. Menurut Deetz
43
Ibid, Hal 16-17 Lexy J. Moleong, Metode Pnelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Hal 17 45 Engkus Kuswarno. Metode Penelitian Komunikasi Fenomenologi, Widya Padjajaran. Bandung. 2009 Hal 111 44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
(Ardianto,dkk, 2007:127) dari dua garis besar tersebut (Husserl dan Schutz) terdapat tiga kesamaan yang berhubungan dengan studi komunikasi, yaitu: 1. Prinsip yang paling dasar dari fenomenologi, yang secara jelas dihubungkan dengan idealism Jerman adalah bahwa pengetahuan tidak dapat ditemukan dalam pengalaman eskternal tetapi dalam diri kesadaran individu. 2. Makna adalah derivasi dari potensialitas sebuah objek atau pengalaman yang khusus dalam kehidupan pribadi. Esensinya, makna yang berasal dari suatu objek atau pengalaman akan bergantung pada latar belakang individu dan kejadian tertentu dalam hidup. 3. Kalangan fenomenolog percaya bahwa dunia dialami dan makna dibangun melalui bahasa. Teori yang penulis gunakan untuk mendukung penelitian ini adalah lebih fokus pada teori fenomenologi dari Alfred Schutz (1899-1959) dalam the Phenomenology of The Social Word. Schutz dikenal sebagai ahli fenomenologi kedalam ilmu sosial. Dalam Schutz fenomenologi adalah menggabungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari, dan kegiatan dimana pengalaman dan pengetahuan itu berasal. Dengan kata lain mendasarkan tindakan sosial, pada pengalaman, makna dan kesadaran. Penelitian Schutz mengacu pada bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran dan menggunakan proses tersebut untuk memperjelas atau memeriksa makna yang sesungguhnya, agar dapat memberikan konsep kepekaan yang implicit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Menurut Schutz, fenomenologi adalah studi tentang pengetahuan yang datang dari kesadaran tentang objek atau peristiwa melalui pengalaman sadar tentang objek, peristiwa atau kondisi dalam persepsi seseorang, jadi bersifat subjektif. Bagi Schutz dan pemahaman kaum fenomenologis, tugas utama analisis fenomenologi adalah merekontruksi dunia kehidupan manusia “sebenarnya” dalam bentuk yang mereka sendiri alami. Realitas dunia tersebut bersifat intersubyektif dalam arti bahwa sebagai anggota masyarakat berbagai persepsi dasar mengenai dunia yang mereka internalisasikan melalui sosialisasi dan memungkinkan mereka melakukan interaksi atau komunikasi.46 Dengan demikian studi dengan pendekatan fenomenologis berupaya untuk menjelaskan makna pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala, termasuk didalamnya konsep diri atau pandangan hidup mereka sendiri. Dan Schutz meletakkan hakikat manusia dalam pengalaman subjektif terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap dalam kehidupan sehari-hari.
46
Deddy, Mulyana. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya, Opcit, Hal 63
http://digilib.mercubuana.ac.id/