Bab II Tinjauan Pustaka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen proyek konstruksi Manajemen adalah suatu ilmu tentang tata cara pengelolaan, perencanaan, pengorganisasian suatu kegiatan untuk mencapai sasaran yang efektif dan efisien. Dalam manajemen, diperlukan juga metode dan seni kepemimpinan untuk mengelola sumber daya yang ada. Hasil akhir dari proses manajemen dapat berbeda satu sama lain karena perbedaan penerapan prinsip manajemen oleh suatu individu atau organisasi (http://repository.usu.ac.id). Menurut Wulfram I. Ervianto (2004), manajemen proyek konstruksi adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek untuk menjamin bahwa proyek dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu. Sumber daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokkan menjadi manpower, material, machines, money, method. Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja (Ir. Abrar Husein,MT, 2008). Manajemen proyek konstruksi memiliki beberapa fugsi antara lain : 1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan 2. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan. 3. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap masalahmasalah yang terjadi di lapangan. II-1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
4. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baik untuk menganalisis performa di lapangan. Tujuan pokok dari manajemen konstruksi ialah mengelola atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil sesuai dengan persyaratan (specification). Menurut Muhamat Fajar (2015), penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep manajemen proyek konstruksi dapat diterapkan pada tahap - tahap proyek sebagai berikut. 1. Manajemen proyek konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan sistem Manajemen Konstruksi, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan - masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek. 2. Tim manajemen proyek konstruksi sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak (‘feasible’) mulai dari tahap desain. 3. Tim manajemen proyek konstruksi akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai. 4. Manajemen
proyek
konstruksi
berfungsi
sebagai
koordinator
pengelolaan
pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan. Dalam mengelola manajemen proyek (project management), ada tiga faktor utama yang harus menjadi pertimbangan, yaitu waktu yang sesuai rencana, biaya yang realistis dan sesuai dengan anggaran, dan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga faktor II-2 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
tersebut sering disebut sebagai hambatan dalam pelaksanaan proyek konstruksi (Triple Constraints). (Iman Soeharto, 1995) Dalam rangka pencapaian hasil ini, selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (quality control), pengawasan waktu pelaksanaan (time control), dan pengawasan penggunaan biaya (cost control). Ketiga kegiatan pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawaan dapat beakibat hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. (Djojowirono, 2005) Adapun proses manajemen proyek dapat disimpulkan pada gambar berikut.
Gambar 2.1 Proses Manajemen Proyek (Sumber: Abrar Husein, “Manajemen Proyek”, 2008)
Dari gambar di atas proses manajemen dimulai dari kegiatan perencanaan yang berdasarkan input seperti tujuan, sasaran, informasi, data, dan sumber daya yang dilaksanakan serta dikendalikan dengan baik sehingga menghasilkan output optimasi kinerja proyek. Menurut Hamdan Dimyati dan Kadar Nurjaman (2014, dalam Muhamat Fajar, 2015), dalam manajemen proyek, hal yang perlu dipertimbangkan agar output proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin timbul ketika proyek dilaksanakan. Beberapa aspek yang dapat diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen proyek serta membutuhkan penanganan yang cermat adalah sebagai berikut. II-3 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
1. Keuangan Masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek. Keuangan bisa berasal dari modal sendiri dan / atau pinjaman dari bank atau investor dalam jangka pendek atau jangka panjang. Pembiayaan proyek menjadi sangat krusial apabila proyek berskala besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit dan membutuhkan analisis keuangan yang cepat dan terencana. 2. Anggaran biaya Perencanaan yang matang dan terperinci akan memudahkan proses pengendalian biaya sehingga biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang direncanakan. 3. Manajemen sumber daya manusia Masalah ini berkaitan dengan kebutuhan dan alokasi SDM selama proyek berlangsung yang berfluktuatif. Agar tidak menimbulkan masalah yang kompleks, perencanaan SDM didasarkan atas organisasi proyek yang dibentuk sebelumnya dengan melakukan langkah-langkah, proses staffing SDM. Deskripsi kerja, perhitungan, beban kerja, deskripsi wewenang dan tanggung jawab SDM, serta penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek. 4. Manajemen produksi Masalah ini berkaitan dengan hasil akhir proyek. Hasil akhir proyek negatif apabila proses perencanaan dan pengendaliannya tidak baik. Agar hal ini tidak terjadi, diperlukan berbagai usaha untuk meningkatkan produktifitas SDM, meningkatkan efisiensi proses produksi dan kerja, serta meningkatkan kualitas produksi melalui jaminan mutu dan pengendalian mutu.
II-4 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
5. Harga Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan harga, yang dapat merugikan paerusahaan, misalnya karena produk yang dihasilkan membutuhkan biaya produksi yang lebih tinggi dan kalah bersaing dengan produk lain. 6. Efektifitas dan efisiensi Masalah ini dapat merugikan apabila fungsi produk yang dihasilkan tidak terpenuhi / tidak efektif atau faktor efisiensi tidak terpenuhi / tidak efektif sehingga usaha produksi membutuhkan biaya besar. 7. Pemasaran Masalah ini berkaitan dengan perkembangan faktor eksternal sehubungan dengan persaingan harga, strategi promosi, mutu produk, serta analisis pasar yang salah terhadap produksi yang dihasilkan. 8. Mutu Masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang akan meningkatkan daya saing serta memberikan kepuasan pelanggan. 9. Waktu Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya apabila pengerjaan proyek lebih lambat dari yang direncanakan dan sebaliknya akan menguntungkan apabila dipercepat. Apabila masalah-masalah tersebut tidak dapat diselesaikan, tidak hanya kesuksesan yang tertunda tetapi juga bisa berupa kerugian. Oleh karena itu harus ada pengaturan sumber daya yang benar dalam menejemen proyek. Sumber daya di sini terdiri dari uang, tenaga kerja, peralatan, fasilitas, material, informasi, dan teknologi (Muhamat Fajar, 2015). Ada tiga elemen paling penting dalam manajemen proyek, yaitu sebagai berikut. II-5 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
1. Manajer Proyek Elemen paling penting dalam manajemen proyek adalah manajer proyek. Manajer proyek adalah seorang yang bertanggung jawab untuk merencanakan, mengarahkan, dan mengintegrasikan usaha kerja dari anggota untuk mencapai tujuan proyek. Manajer
proyek
mengkoordinasikan
usaha
antar
area
fungsional
dan
mengintegrasikan perencanaan dan pengendalian dari biaya, jadwal, dan pembagian tugas dalam suatu proyek. 2. Tim proyek Tim proyek merupakan kumpulan orang dari area fungsional berbeda yang saling bekerja sama dengan tujuan menyelesaikan pekerjaan proyek. 3. Sistem manajemen proyek Manajer proyek dan tim proyek harus menjadi alat bantu dalam sistem manajemen proyek. Sistem manajemen proyek dibuat berdasarkan struktur organisasi, proses informasi, dan pelatihan serta prosedur yang mengintegrasikan elemen dari organisasi proyek secara vertikal dan horizontal. Elemen vertikal meliputi pemecahan tugas dalam proyek, sedangkan elemen horizontal meliputi unit fungsional dan departemen yang terlibat dalam proyek. 2.2. Proyek konstruksi Pekerjaan konstruksi menurut UUJK No 18/1999 yang dikutip dalam Messah, 2008:10 adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
II-6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Proyek konstruksi pada umumnya memiliki tahapan pekerjaan yang sama dalam pelaksanaannya di lapangan. Tahapannya dimulai dari pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur, MEP, dan finishing (Muhamat Fajar, 2015). Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan pembersihan lahan untuk memudahkan pelaksanaan konstruksi. Pekerjaan struktur merupakan pekerjaan membuat struktur bangunan sesuai dengan gambar kerja yang ada. Pekerjaan struktur ini pada umumnya terdiri dari pekerjaan pemasangan bekisting dan scaffolding, pemasangan tulangan dan pengecoran. Pekerjaan MEP merupakan pekerjaan mekanikal, elektrikal, dan plumbing, yang teridiri dari instalasi listrik, air, dan pipa (Muhamat Fajar, 2015). Suatu pekerjaan konstruksi dapat dinilai kinerjanya baik atau buruk berdasarkan biaya, mutu dan waktu yang dihasilkan. Kinerja proyek merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut dengan membandingkan hasil kerja nyata dengan perkiraan cara kerja pada kontrak kerja yang disepakati oleh pihak owner dan kontraktor pelaksana (Muhamat Fajar, 2015). Pada setiap pekerjaan memiliki resiko tersendiri dalam pengerjaannya yang tentu saja dapat berdampak negatif pada konstruksi. Ketepatan waktu penyelesaian dan hasil kualitas yang baik merupakan sasaran yang harus dicapai. Karena apabila terjadi keterlambatan dalam penyelesaian dan atau terjadi kualitas hasil pekerjaan yang rendah, akan menimbulkan dampak negatif pada proyek terutama pada pelaksana (kontraktor). Dampak tersebut dapat berupa klaim dari pemilik (owner), pembengkakan biaya, dan lainnya. Pada contoh lain yang dikemukakan oleh Soeharto, 1999, yang dikutip oleh Messah, 2013, yaitu di mana dapat terjadi bahwa dalam laporan suatu kegiatan proyek berlangsung lebih cepat dari jadwal sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran. Bila tidak segera dilakukan tindakan pengendalian, maka dapat berakibat proyek tidak dapat diselesaikan secara keseluruhan II-7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
karena kekurangan dana. Oleh karena itu, pekerjaan konstruksi harus direncanakan dan dikendalikan dengan baik sehingga tidak terjadi keterlambatan waktu pelaksanaan konstruksi yang dapat berakibat pada peningkatan biaya konstruksi. 2.3. Pengendalian proyek konstruksi Pengendalian merupakan salah satu fungsi dari manajemen proyek yang bertujuan agar pekerjaan-pekerjaan dapat berjalan mencapai sasaran tanpa banyak penyimpangan. Pengendalian proyek adalah suatu usaha sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dengan standar, dan mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya yang digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran (Soeharto, 1995). Perencanaan dibuat sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan. Bahan acuan tersebut selanjutnya akan menjadi standar pelaksanaan pada proyek yang bersangkutan, meliputi spesifikasi teknik, jadwal, dan anggaran. Maka untuk dapat melakukan pengendalian perlu adanya perencanaan. Proses pengendalian berjalan sepanjang daur hidup proyek guna mewujudkan performa yang baik di dalam setiap tahap. Adapun siklus pengendalian dalam proyek konstruksi dapat digambarkan pada Gambar. 2.2:
II-8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.2 Siklus Pengendalian Proyek Konstruksi (Sumber: Wulfram I. Ervianto, “Manajemen Proyek Konstruksi”, 2004)
Perencanaan hanya sekitar 20% dari kegiatan manajemen proyek dan dilakukan sebelum proyek dilaksanakan. Begitu proyek dimulai, fungsi manajemen didominasi oleh kegiatan penegendalian. Sumber daya proyek khususnya proyek konstruksi terdiri dari material, tenaga kerja, pendanaan, metode pelaksanaan dan peralatan. Sumber daya direncanakan untuk mencapai sasaran proyek dengan batasan waktu, biaya dan mutu. Tantangan pada pelaksanaan proyek adalah bagaimana merencanakan jadwal waktu yang efektif dan perencanaan biaya yang efisien tanpa megurangi mutu. Waktu dan biaya merupakan dua hal penting dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi selain mutu, karena biaya yang akan dikeluarkan pada saat pelaksanaan sangat erat kaitannya dengan waktu pelaksanaan pekerjaan. Kegiatan pengendalian dilakukan dalam bentuk-bentuk kegiatan sebagai berikut (Husein, 2009): 1. Supervisi, yaitu melakukan tindakan koordinasi pengawasan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab organisasi yang telah ditetapkan, agar dalam dalam pelaksanaanya dapat dilakukan secara bersama-sama oleh semua personel dengan kendali pengawas II-9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2. Inspeksi, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dengan tujuan menjamin spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan 3. Tindakan koreksi, yaitu melakukan perubahan dan perbaikan terhadap rencana yang telah ditetapkan untuk menyesuaikan dengan kondisi pelaksanaan. Dalam pengendalian proyek, dikenal beberapa alat untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan konstruksi, diantaranya adalah: 1. Kurva S Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %) kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horizontal. Untuk menyusun kurva S, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu jadwal dari masing masing kegiatan, bobot dari kegiatan tersebut hingga distribusinya. Bobot kegiatan adalah nilai persentase proyek dimana penggunaannya dipakai untuk mengetahui kemajuan proyek tersebut. Kurva yang dibuat dengan sumbu vertikal sebagai nilai komulatif biaya atau jam-orang atau penyelesaian pekerjaan dan sumbu horizontal sebagai waktu kalender masing dari angka 0 sampai 100 ini, umumnya akan berbentuk huruf S. Kriteria kemajuan dapat berupa persentase bobot prestasi pelaksanaan atau produksi, nilai uang yang dibelanjakan, jumlah kuantitas atau volume pekerjaan, penggunaan berbagai sumber daya dan masih banyak lagi ukuran lainnya. Pembandingan kurva S rencana dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan (Luthan & Syafriandi, 2006, dalam Muhamat Fajar, 2015). Adapun fungsi kurva S adalah sebagai berikut : a. Menentukan waktu penyelesaian proyek. b. Menentukan waktu penyelesaian bagian proyek. c. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek. II-10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
d. Menentukan waktu untuk mendatangkan material dan alat yang akan dipakai. 2. CPM (Critical Path Method) Critical Path Method merupakan sebuah model ilmu manajemen untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek, yang dikembangkan sejak tahun 1957 oleh perusahaan Du Pont untuk membangun suatu pabrik kimia dengan tujuan untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya dengan maksud pekerjaan pekerjaan yang telah dijadwalkan itu dapat diselesaikan secara tepat waktu serta tepat biaya (Siswanto, 2007 dalam M.Rizki Ridho). Menurut Levin Kirkpatrick (1972), dalam M.Rizki Ridho, metode jalur kritis (Critical ath Method-CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek, merupakan Sistem yang paling banyak dipergunakan di antara semua Sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Dengan menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis yakni jalur yang memiliki rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek tercepat (Taha, 2007). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa jalur kritis merupakan jalur yang melalui kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur yang sangat berpengaruh pada waktu penyelesaian proyek, walaupun dalam sebuah jaringan kerja dapat saja terjadi beberapa jalur kritis. Identifikasi terhadap jalur kritis harus mampu dilakukan oleh seorang manajer proyek dengan baik, sebab pada jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek.
II-11 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam proses identifikasi jalur kritis, ada beberapa istilah atau pengertian yang akan digunakan, yaitu: - Earliest start time (ES) Waktu paling awal (tercepat) suatu kegiatan dapat dimulai, dengan memperhatiakn waktu kegiatan yang diharapkan dan persyaratan urutan pekerjaan. - Latest start time (LS) Waktu paling lambat untuk dapat memulai suatu kegiatan tanpa penundaan keseluruhan proyek - Earliest finish time (EF) Waktu paling awal kegiatan dapat diselesaikan, atau sama dengan ES + waktu kegiatan yang diharapkan - Lates finish time (LF) Waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan tanpa penundaan penyelesaian proyek secara keseluruhan, atau sama dengan LS + waktu kegiatan yang diharapkan 2.4. Pengendalian waktu proyek Menurut Hamdan Dimyati dan Kadar Nurjaman (2014:235, dalam Muhamat Fajar 2015), lamanya waktu penyelesaian proyek berpengaruh besar dengan pertambahan biaya proyek secara keseluruhan, maka dari itu dibutuhkan laporan progress harian / mingguan / bulanan untuk melaporkan hasil pekerjaan dan waktu penyelesaian untuk setiap item pekerjaan proyek. Dan dibandingkan dengan waktu penyelesaian rencana agar waktu penyelesaian dapat terkontrol setiap periodenya. Pengendalian waktu di lapangan bertujuan untuk menjaga agar waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana waktu yang telah dipersiapkan sebelum proyek dimulai. Hal ini
II-12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
dimaksudkan agar rencana waktu yang telah ada dapat digunakan sebagai tolok ukur terhadap pelaksanaan untuk mengetahui kemajuan pekerjaan (Muhamat Fajar, 2015). 2.4.1. Jadwal waktu pelaksanaan Pada hakekatnya, jadwal adalah alat yang digunakan sebagai patokan untuk mengukur kegiatan pelaksanaan pekerjaan terhadap waktu untuk penyelesaiaan kegiatan tersebut. Yang dimaksud dengan kegiatan disini tidak hanya terbatas pada kegiatan pelaksanaan saja, melainkan juga meliputi kegiatan alokasi sumber daya, pembagian tenaga kerja, alokasi dan pengadaan material dan segala sesuatau yang dipengaruhi dengan waktu itu sendiri dalam jangka waktu tertentu. Jadi dengan demikian dapat dikaitkan masalahmasalah yang berhubungan dengan kegiatan tersebut dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap waktu, yang dapat dimanfaatkan secara produktif untuk penyelesaiaan kegiatan (Muhamat Fajar, 2015). Jadwal waktu penting sekali artinya bagi pimpinan proyek di dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan adanya jadwal waktu ini, pimpinan proyek dapat mengetahui dengan jelas rancana kerja yang akan dilaksanakannya, sehingga kontinuitas pekerjaan dapat dipelihara. Adapun tujuan dari pembuatan jadwal waktu pelaksanaan adalah : 1. Untuk menentukan target lamanya waktu pelaksanaan proyek. Sebagai pedoman bagi pelaksana untuk memudahkan di dalam melaksanakan pekerjaannya agar suatu pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan. 3. Untuk memperkirakan alokasi sumber daya yang harus disediakan setiap kali diperlukan agar proyek berjalan lancar. 4. Untuk mengontrol kemajuan pekerjaan sehingga apabila ada keterlambatan di dalam pelaksanaan
dapat
diketahui
segera
dan
diambil
langkah-langkah
penanggulangannya. II-13 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
5. Untuk mengevaluasi hasil pekerjaan di mana hasil evaluasi dapat dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sejenis. Ada beberapa fungsi dari penjadwalan, antara lain : 1. Menentukan durasi total yang digunakan untuk menyelesaikan proyek. 2. Menetukan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan. 3. Menentukan
kegiatan-kegiatan
yang
tak
boleh
terlambat
atau
tertunda
pelaksanaannya (kegiatan kritis) dan jalur kritis. 4. Menentukan kemajuan pelaksanaan proyek. 5. Sebagai dasar perhitungan cashflow proyek. 6. Sebagai dasar bagi penjadwalan sumber daya proyek lain, seperti tenaga, material dan peralatan. 7. Sebagai alat pengendalian proyek. 2.4.2. Laporan kemajuan pekerjaan Seiring dengan adanya kemajuan (progress) pada masing-masing pakerjaan, untuk mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan terhadap rencana perlu dilakukan pengukuran pada pekerjaan yang telah dilaksanakan. Hasil pengukuran pekerjaan dituangkan dalam suatu laporan (Andika Blongkod, 2015). Laporan kemajuan proyek menjelaskan kemajuan proyek sampai dengan saat pelaporan, termasuk di dalamnya : 1. Tabulasi persentase penyelesaian pekerjaan utama. 2. Kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan jadwal induk. 3. Kesulitan yang dihadapi dan rencana pemecahannya. 4. Membahas masalah penting yang mungkin berdampak besar terhadap pencapaian sasaran proyek. Sistem informasi (laporan) sebaiknya memberikan keterangan yang singkat, jelas dan dapat dimengerti. Tabulasi kemajuan pekerjaan menjelaskan hasil-hasil kegiatan II-14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
perencanaan, pangadaan dan pelaksanaan yang telah dicapai sampai saat pelaporan, kumulatif dan pada bulan yang bersangkutan (Andika Blongkod, 2015). 2.5. Pengendalian biaya proyek Biaya biaya konstruksi perlu dikelompokkan agar dalam Analisis perhitungan earned value. Menurut Asiyanto (2005), biaya konstruksi memiliki unsur pertama dan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pengendalian. Unsur utama dari biaya konstruksi adalah biaya material, biaya upah, dan biaya alat. Pegendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses pengelolaan biaya proyek, yaitu mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian, aspek dan objek pengendalian biaya akan identik dengan perencanaan biaya, sehingga berbagai jenis kegiatan di kantor pusat dan lapangan harus selalu dipantau dan dikendalikan agar hasil implementasinya sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan (Andika Blongkod, 2015). Agar suatu pegendalian biaya dapat terlaksana dengan baik, di samping pelakunya harus menguasai masalah teknis serta tersedianya prosedur dan perangkat penunjang, dalam perusahaan yang bersangkutan diperlukan suatu suasana atau kondisi yang mendukung, antara lain sebagai berikut. 1. Sikap sadar anggaran; ini berarti semua pihak penyelenggara proyek menyadari dampak kegiatan yang dilakukan terhadap biaya. 2. Selalu berpikir untuk mencari alternatif yang dapat menghasilkan penghematan biaya. Salah
satu
cara
yang
mendorong
terciptanya
suasana
tersebut
adalah
mengkomunikasikan kepada pihak pimpinan dan mereka yang berkepentingan perihal
II-15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
penggunaan dana dan menekankan adanya area-area yang berpotensial dapat diperbaiki kinerjanya (Andika Blongkod, 2015). 2.5.1. Anggaran biaya proyek Acuan yang digunakan sebagai tolok ukur di dalam pengendalian biaya proyek adalah rencana anggaran biaya. Anggaran biaya merupakan perencanaan terperinci perkiraan biaya seluruh item pekerjaan, yang di distribusikan sesuai dengan time schedule yang telah ditetapkan. Bahan-bahan yang diperlukan didalam penyusunan rencana anggaran biaya antara lain berupa gambar rencana, spesifikasi teknis, analisis sumber daya dan analisis harga satuan (Muhamat Fajar, 2015). 2.5.2. Komponen biaya Biaya proyek dikelompokkan menjadi dua komponen, yaitu biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost) 1. Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya langsung adalah biaya yang diperlukan langsung untuk mendapatkan sumber daya yang akan dipergunakan untuk penyelesaian proyek. Unsur-unsur yang termasuk dalam biaya langsung, yaitu sebagai berikut (Abrar Huein, 2009). a. Biaya material Biaya material adalah biaya pembelian material untuk mewujudkan proyek termasuk biaya transportasi, biaya penyimpanan serta kerugian akibat kehilangan atau kerusakan material. Harga material didapat dari survey di pasaran atau berpedoman dari indeks biaya yang dikeluarkan secara berkala oleh departemen pekerjaan umum sebagai pedoman sederhana. b. Biaya upah Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, biaya upah dibedakan atas:
II-16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
- Upah harian Besar upah yang dibayarkan persatuan waktu, misalnya harian bergantung pada jenis keahlian pekerja, lokasi pekerjaan, jenis pekerjaan, dan sebagainya. - Upah borongan Besar upah ini bergantung pada kesepakatan bersama antara kontraktor dan pekerja atas suatu jenis item pekerjaan. - Upah berdasarkan Produktivitas Besar jenis upah ini bergantung pada banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh pekerja dalam satu satuan waktu tertentu. c. Biaya Peralatan Unsur-unsur biaya yang terdapat pada biaya peralatan adalah modal, biaya sewa, biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, biaya demobilisasi, dan lainnya menyangkut biaya peralatan. d. Biaya Subkontraktor Biaya ini diperlukan jika ada bagian pekerjaan diserahkan / dikerjakan oleh subkontraktor. Subkontraktor ini bertanggung jawab dan dibayar oleh kontraktor utama. 2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Biaya tidak langsung adalah biaya yang berhubungan dengan pengawasan, pengarahan kerja, dan pengeluaran umum di luar biaya konstruksi. Biaya ini disebut juga biaya overhead. Biaya ini tidak bergantung pada volume pekerjaan, tetapi bergantung pada jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. Biaya tidak langsung akan naik apabila waktu pelaksanaan semakin lama Karena biaya untuk pegawai, biaya umum perkantoran tetap dan biaya lainnya juga tetap dibayar (Abrar Husein, 2009). Unsur-unsur biaya tidak langsung, antara lain sebagai berikut. II-17 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
a. Gaji pegawai Yang termasuk dalam unsur biaya ini adalah gaji ataupun honor pegawai / karyawan tetap dan tidak tetap, yang terlihat ataupun tidak terlihat dalam proyek yang dibebakan dalam proyek tersebut. b. Biaya umum perkantoran Yang termasuk dalam unsur biaya ini adalah sewa gedung, biaya transportasi, rekening listrik, air, pajak, asuransi, dan lain-lain. c. Biaya pengadaan sarana umum Perincian jelas pengeluaran biayanya adalah untuk pembangunan bangunan sementara, instalasi umum (listrik, air, telepon), peralatan umum yang digunakan selama masa proyek, seperti pompa, air, generator, dan lain-lain. 2.6. Pengertian keterlambatan proyek Parameter penting dalam penyelenggaraan proyek konstruksi, yang sering dijadikan sebagai sasaran proyek adalah anggaran, jadwal, dan mutu. Keberhasilan dalam menjalankan proyek tepat waktu, biaya, serta mutu yang telah direncanakan adalah salah satu tujuan terpenting bagi pemilik dan kontraktor. Pelaksanaan proyek yang tidak sesuai dengan rencana, dapat mengakibatkan keterlambatan proyek. Pada pelaksanaan proyek konstruksi, keterlambatan proyek seringkali terjadi, yang dapat menyebabkan berbagai bentuk kerugian bagi penyedia jasa dan pengguna jasa. Bagi kontraktor, keterlambatan
selain
dapat
menyebabkan
pembekakan
biaya
proyek
akibat
bertambahnya waktu pelaksanaan proyek, dapat pula mengakibatkan menurunnya kredibilitas kontraktor untuk waktu yang akan datang. Sedangkan bagi pemilik, keterlambatan penggunaan atau pengoperasian hasil proyek konstruksi dan seringkali berpotensi menyebabkan timbulnya perselisihan dan klaim antara pemilik dan kontraktor (Soeharto, 1997, dalam Yunita Afliana Messah, 2013). II-18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Menurut Arditi dan Patel (1989, dalam Theresia at.el) keterlambatan proyek konstruksi didefinisikan sebagai adanya akibat dari tidak terpenuhinya jadwal yang telah dibuat, yang disebabkan perbedaan kondisi latar belakang dengan kenyataan. Adanya keterlambatan proyek sering kali menjadi sumber perselisihan dan tuntutan antara pemilik dan kontraktor. Kontraktor akan terkena denda penalti sesuai kontrak, sedangkan bagi pemilik akan mengurangi pemasukan akibat penundaan pengoperasian (Alifen, Setiawan, & Sunarto, 2000, dalam Theresia at.el). Menurut Aibinu, yang dikutip oleh Indra Pandu Prasetyo, 2012, delay adalah situasi ketika kontraktor dan pemilik proyek memberikan kontribusi pada ketidakselesaian proyek dalam jangka waktu kontrak disepakati. Keterlambatan proyek konstruksi sering kali mahal, karena biasanya ada pinjaman konstruksi yang terlibat dengan biaya bunga, staf maanjemen didedikasikan untuk proyek dengan pembiayaan sendiri, dan inflasi yang sedang berlangsung di upah dan harga bahan. Menurut Callahan (1992, dalam Suyatno, 2010), keterlambatan (delay) adalah apabila suatu aktivitas atau kegiatan proyek konstruksi mengalami penambahan waktu, atau tidak diselenggarakan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Keterlambatan proyek dapat diidentifikasi dengan jelas melalui schedule. Dengan melihat schedule, akibat keterlambatan suatu kegiatan terhadap kegiatan lain dapat terlihat dan diharapkan dapat segera diantisipasi. Ketika proyek konstruksi terlambat, artinya pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak. Jika pekerjaan proyek tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak, maka akan ada penambahan waktu. Apabila setelah ada penambahan waktu pelaksanaan proyek ini juga tidak selesai sesuai kontrak yang sudah disepakati, maka akan diberikan waktu tambahan oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut. Dengan kata II-19 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
lain bahwa adanya waktu tambahan yang diberikan pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek, tetapi tidak juga terlaksana, maka kemungkinan
akan terjadi
pemutusan kontrak kerja
(Madjid,
2006, dalam
http://repository.usu.ac.id) Dalam pengertian lain, Madjid (2006, dalam http://repository.usu.ac.id) berpendapat bahwa keterlambatan proyek konstruksi dapat diidentifikasikan sebagai adanya perbedaan waktu pelaksanaan pekerjaan dengan jadwal yang direncanakan pada dokumen kontrak. Dengan kata lain keterlambatan dapat dikategorikan sebagai tidak tepatnya waktu palaksanaan proyek yang telah ditetapkan. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa proyek mengalami keterlambatan apabila tidak dapat diserahkan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa pada tanggal serah terima pekerjaan pertama yang telah ditetapkan dikarenakan suatu alasan tertentu. Peran aktif manajemen merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolahan proyek. Pengkajian jadwal proyek diperlukan untuk menentukan langkah perubahan mendasar agar keterlambatan penyelesaian proyek dapat dihindari atau dikurangi. 2.7. Faktor keterlambatan proyek Banyak hal yang dapat mengakibatkan mundurnya waktu penyelesaian suatu proyek. Beberapa penyebab yang paling sering terjadi antara lain: perubahan kondisi lapangan, perubahan desain atau spesifikasi, perubahan cuaca, ketidaktersediaan tenaga kerja, material, ataupun peralatan. Pada perencanaan kerja seringkali timbul masalah operasional yang menghambat aktivitas penyelesaian suatu proyek, seperti: kurangnya sumber daya, alokasi sumber daya yang tidak tepat, keterlambatan pelaksanaan proyek dan masalah-masalah lainnya di luar jadwal dalam rencana kerja (Nicholas, M. John dan Herman Steyn, 1990 dalam Hana Wardani Puruhita et.al, 2014).
II-20 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai keterlambatan yang dilakukan oleh Levis dan Atherley (1996 dalam Jurnal Civronlit Universitas Batanghari Jambi Tahun 2016) pada 30 proyek bangunan gedung di India, yang dibangun antara tahun 1978 sampai dengan 1992 telah dapat diidentifikasikan beberapa penyebab keterlambatan, yaitu antara lain: 1.
Ketelambatan pembayaran oleh Client Owner
2.
Pelaksanaan tahapan pekerjaan yang jelek oleh kontraktor
3.
Kesalahan pengelolaan material oleh kontraktor
4.
Kekurangan tenega kerja oleh kontraktor
5.
Hujan deras / lokasi pekerjaan yang tergenang air
6.
Keadaan tanah yang berbeda dari yang diharapkan
7.
Pekerjaan tambahan yang dimina oleh Client Owner
8.
Perubahan dalam pekerjaan plumbing, struktur, elektrikal
9.
Kesalahan dalam perencanaan dan spesifikasi
10. Ketidakjelasan perencanaan dan spesifikasi 11. Perubahan-perubahan dalam perencanaan dan spesifikasi 12. Perubahan metode kerja oleh kontraktor 13. Kesalahan dalam mengenterprestasikan gambar atau spesifikasi 14. Perencanaan schedule pekerjaan yang kurang baik oleh kontraktor. 15. Produktifitas yang kurang optimal dari kontraktor 16. Perubahan scope pekerjaan konsultan. 17. Pemogokan yang dilakukan oleh kontraktor 18. Memperbaiki pekerjaan yang sudah selesai. 19. Memperbaiki kerusakan suatu pekerjaan akibat pemogokan. 20. Terlambatnya persetujuan shopdrawing oleh konsultan.
II-21 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Sedangkan menurut Haekal Hassan, Jantje B. Mangare, Pingkan A. K. Pratasis (2016), faktor potensial yang mempengaruhi waktu palaksanaan konstruksi, terdiri dari beberapa kategori, yang dituangkan dalam rencana kuesionernya, yaitu: a. Faktor bahan (Material) terdiri dari: - Kekurangan bahan konstruksi. - Perubahan material pada bentuk, fungsi, dan spesifikasi. - Keterlambatan pengiriman bahan. - Kerusakan bahan di tempat penyimpanan. - Keterlambatan pabrikasi khusus bahan bangunan. - Kelangkaan karena kekhususan. - Ketidak tepatan waktu pemesanan. - Dan lain-lain. b. Faktor tenaga kerja (Man Power) terdiri dari: - Kekurangan tenaga kerja. - Kemampuan tenaga kerja. - Kesukuan atau nasionalisme atau kultur tenaga kerja. - Dan lain-lain. c. Faktor peralatan (Equipment) terdiri dari: - Kerusakan peralatan. - Kekurangan peralatan. - Kemampuan mandor atau operator yang kurang. - Keterlambatan pengiriman peralatan. - Produktifitas peralatan. - Kesalahan manajemen peralatan. - Dan lain-lain. II-22 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
d. Faktor keuangan (Financing) terdiri dari: - Ketersedian keuangan selama pelaksanaan. - Keterlambatan proses pembayaran oleh Owner. - Tidak adanya uang intensif untuk kontraktor, apabila waktu penyelesaian lebih cepat dari jadwal. - Situasi perekonomian nasional. - Fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar. - Dan lain-lain e. Faktor lingkungan (Environment) terdiri dari : - Faktor sosial dan budaya. - Pengaruh udara panas pada aktifitas konstruksi. - Pengaruh hujan pada aktifitas konstruksi. - Pengaruh keamanan lingkungan terhadap pembangunan proyek. - Dan lain-lain. f. Faktor perubahan (Change) terdiri dari : - Terjadi perubahan desain oleh Owner. - Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana. - Kesalahan dalam penyelidikan tanah. - Kondisi permukaan air bawah tanah di lapangan. - Masalah geologi di lokasi. - Dan lain-lain. g. Faktor hubungan dengan pemerintah (Government Relation) terdiri dari : - Perolehan ijin dari Pemerintah. - Perolehan ijin dari tenaga kerja. - Birokrasi yang berbelit-belit dalam operasi proyek. II-23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
- Dan lain-lain. h. Faktor kontrak (Contractual Relationship) terdiri dari : - Konflik antara kontraktor dan konsultan. - Tidak adanya kerja sama antara kontraktor dengan Owner. - Keterlambatan Owner dalam pembuatan keputusan. - Negosiasi dan perijinan pada kontrak. - Perselisihan pekerjaan antara bagian-bagian yang berbeda dalam proyek. - Komunikasi yang kurang antara Owner dengan perencana pada perencanaan. - Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek. - Organisasi yang jelek pada kontraktor dan konsultan. - Kontrol kontraktor utama terhadap sub-kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan. - Dan lain-lain i. Faktor waktu dan kontrol (Schedulling and Controlling techniques) terdiri dari : - Persiapan jadwal kerja dan revisi oleh konsultan ketika konstruksi sedang berjalan. - Prosedur pemeriksaan dan pengetesan dalam proyek. - Tanda-tanda pengontrolan praktisi pada pekerjaan dalam lokasi proyek. - Kekurangan tenaga dan manajemen terlatih untuk mendukung pelaksanaan konstruksi. - Masalah yang terjadi selama pelaksanaan. - Tidak memenuhi perencanaan awal proyek. - Persiapan dan ijin Shop Drawing. - Menunggu ijin untuk kontrol material. - Dan lain-lain. M.Z. Abd. Majid dan Ronald Mc.Caffer (1997, dalam perpustakaan.uns.ac.id, 2001) membuat korelasi antara faktor yang memengaruhi aspek dalam schedule pelaksanaan proyek. Sebagai contoh, keterlambatan terkait material dipengaruhi oleh faktor-faktor II-24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
pengiriman/mobilisasi lamban, supplier/subkontraktor tidak handal, material rusak, perencanaan kurang, kualitas jelek, kurangnya monitor dan kendali, dan komunikasi tidak efisien. Lebih lanjut pada penelitian tersebut, dilakukan analisis mengenai faktor yang berkontribusi pada keterlambatan proyek yang dikaji dari penelitian sebelumnya. Hasilnya diperoleh suatu peringkat 25 faktor yang paling berkontribusi atau paling mempengaruhi keterlambatan proyek. Lihat tabel 2.1: Tabel 2.1 Peringkat 25 Faktor yang Paling Memengaruhi Keterlambatan Proyek
Factor
Aggregate rating based on previous studies
Ranking
8
1
Damaged materials
22
2
Poor planning
27
3
Equipment breakdown
31
4
Improper equipment
34
5
Unreliable supplier / subcontractor
34
6
Inadequate fund allocation
35
7
Poor quality
36
8
Absenteeism
44
9
Lack of facilities
44
10
Inappropriate pratices/procedures
46
11
Lack of experience
47
12
Attitude
47
13
Poor monitoring and control
48
14
Strike
48
15
Shortages of personnel
53
16
Delay payment to supplier/subcontractor
53
17
Inefficient communication
57
18
Wrong method statement
59
19
Unavailability of proper resources
59
20
Deficient contract
61
21
Interference with other trades
62
22
Too many responsibility
63
23
Subcontractor bankcuptcy
64
24
Low morale/motivation
66
25
Late delivery or slow mobilization
(Sumber: perpustakaan.uns.ac.id)
II-25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.1 diperoleh dari review penelitian yang melibatkan 900 organisasi proyek baik di negara maju maupun negara berkembang. Tidak ada perbedaan faktor yang signifikan yang menyebabkan keterlambatan proyek pada negara maju maupun negara berkembang. Artinya faktor-faktor di atas dapat dijadikan acuan dalam menelusuri faktor keterlambatan proyek. Tabel 2.1 akan bermanfaat sebagai suatu daftar checklist untuk mengidentifikasi faktor yang menjadi penyebab keterlambatan proyek dengan memperhatikan ranking yang telah ada. Menemukan penyebab adalah langkah awal penting yang harus
dilakukan
dalam
rangka memetakan masalah-masalah yang
mennyebabkan keterlambatan proyek. Solusi atau strategi yang tepat untuk mengatasi keterlambatan akan lebih mudah didapatkan jika proyek telah memetakan faktor utama yang menyebabkan proyek mengalami keterlambatan. Keterlambatan proyek konstruksi yang telah terjadi dilihat dari hasil penelitianpenelitian sebelumnya memiliki banyak faktor, baik faktor yang sepele hingga faktor yang memiliki akibat yang berisiko besar. Proyek konstruksi yang mengalami keterlambatan pada proyek satu dengan yang lainnya belum tentu diakibatkan oleh faktor yang sama, untuk itu penulis meneliti sebuah situasi dan kondisi yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu mengevaluasi keterlambatan proyek yang terjadi pada Proyek Pembangunan Gedung Thamrin Nine Phase 1. Berbagai alasan yang mendasari adanya keterlambatan proyek konstruksi pada penelitian-penelitian sebelumnya menjadi acuan yang mendasar dalam penelitian ini, sehingga akan diperoleh faktor yang memengaruhi keterlambatan proyek di proyek tersebut. 2.8. Jenis keterlambatan proyek Keterlambatan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi 2 jenis (Bramble & Callahan, 1991, dalam Theresia), yaitu : II-26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.8.1. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (excusable delay) Keterlambatan jenis ini merupakan keterlambatan yang terjadi diluar prediksi dan kendali siapapun. Menurut Alaghbari et al. (2007, dalam Theresia), secara umum pada kontrak mengizinkan kontraktor mendapatkan perpanjangan waktu kerja kontrak untuk penyelesaian proyek jika keterlambatan proyek itu terjadi, akan tetapi tidak untuk tambahan uang. Excusable delay sendiri terbagi menjadi 2, yaitu : a. Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu dan biaya (excusable compensatory delay) Keterlambatan proyek yang terjadi ini disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan dari pihak owner untuk memenuhi dan melaksanakan kewajiban dalam kontrak secara tepat. Masalah perubahan gambar rencana, keterlambatan dalam menyetujui gambar kerja, serta pembayaran yang tertunda inilah yang menjadi salah satu contoh penyebab keterlambatan proyek dalam jenis ini. Maka dalam hal ini kontraktor berhak atas ganti rugi biaya dan perpanjangan waktu (Theresia, 2010). Penyebab keterlambatan yang termasuk dalam excusable compensatory delay adalah: - Terlambatnya penyerahan secara total lokasi (site) proyek - Terlambatnya pembayaran kepada pihak kontraktor - Kesalahan pada gambar dan spesifikasi - Terlambatnya pendetailan pekerjaan - Terlambatnya persetujuan atas gambar-gambar fabrikasi. b. Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu (excusable non-compensatory delay) Keterlambatan proyek yang tidak layak mendapat ganti rugi merupakan keterlambatan yang disebabkan oleh sebuah peristiwa yang tidak terduga dan II-27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
semuanya berada diluar kendali dan kemampuan baik kontraktor maupun pemilik. Keterlambatan yang diklasifikasikan dalam jenis ini dalam kebanyakan kasus tidak akan mendapatkan kompensasi (ganti rugi), tetapi mungkin diperbolehkan menerima perpanjangan waktu (Majid, 1997, dalam Theresia). Penyebab keterlambatan yang paling sering mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek pada keterlambatan tipe ini, adalah: Act of God, seperti gangguan alam antara lain gempa bumi, tornado, letusan gunung berapi, banjir besar, kebakaran, dan lain-lain Force majure, termasuk di dalamnya adalah semua penyebab Act of God, kemudian perang, huru hara, demo, pemogokan karyawan, dan lain-lain Cuaca. Ketika cuaca menjadi tidak bersahabat dan melebihi kondisi normal maka hal ini menjadi sebuah faktor penyebab keterlambatan yang dapat dimaafkan. 2.8.2. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (non-excusable delay) Menurut Alaghbari et al. (2007, dalam Theresia), keterlambatan ini disebabkan oleh kontraktor, subkontraktor, atau supplier, bukan karena kesalahan pemilik. Kontraktor mungkin berhak atas kompensasi dari subkontraktor atau supplier, tetapi tidak ada kompensasi dari pemilik. Oleh karena itu, keterlambatan yang tidak bisa dimaafkan ini mengakibatkan tidak ada tambahan uang dan tidak ada waktu tambahan yang diberikan kepada kontraktor. Bahkan sebaliknya, pemilik berhak untuk mengenakan denda atau meminta ganti rugi biaya kepada kontraktor akibat keterlambatan tersebut. Adapun penyebab non-excusable delay, sebagai berikut: a. Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan tidak tersusun dengan baik b. Ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja c. Keterlambatan dalam penyerahan shop drawing / gambar kerja II-28 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
d. Keterlambatan penyediaan alat / material e. Penanganan keberadaan dan kualitas dari alat atau material yang buruk f. Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek g. Mobilisasi sumberdaya yang lambat h. Kesalahan mengkoordinasikan pekerjaan, bahan serta peralatan i. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang atau diperbaiki Karena cacat atau salah j. Kesalahan dalam pengelolaan keuangan proyek k. Kesalahan dalam mempekerjakan personil yang tidak cakap l. Kurangnya pengalam kontraktor m. Metode konstruksi / teknik pelaksanaan yang salah / tidak tepat n. Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja / pengunjung Menurut Donal S Barie (1984, dalam Jurnal Civronlit Universitas Batanghari Jambi Tahun 2016), keterlambatan dapat disebabkan oleh pihak-pihak yang berbeda, yaitu sebagai berikut. 1. Pemilik atau wakilnya (Delay caused by owner or his agent). Bila pemilik atau wakilnya menyebabkan suatu keterlambatan, katakan misalnya karena terlambatpemberian gambar kerja atau keterlambatan dalam memberikan persetujuan terhadap gambar, maka kontraktor umumnya akan diperkenankan untuk mendapatkan perpanjangan waktu dan juga boleh mengajukan tuntutan yang sah untuk mendapatkan kompensasi ektranya. 2. Keterlambatan oleh pihak ketiga yang diperkenankan (Excusable triedparty delay). Sering terjadi keterlambatan yang disebabkan oleh kekuatan yang berbeda diluar jangkauan pengendalian pihak pemilik atau kontraktor. Contoh yang umumnya tidak dipersoalkan lagi diantaranya adalah kebakaran, banjir, gempa bumi dan hal yang lain disebut sebagai “tindakan Tuhan Yang Maha Kuasa”. Hal-hal lainnya yang II-29 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
sering kali menjadi masalah perselisihan meliputi pemogokan, embargo untuk pengangkutan, kecelakaan dan keterlambatan dalam menyerahkan yang bias dimengerti. Termasuk pula yang tidak dapat dimasukkan dalam kondisi yang telahada pada saat penawaran dilakukan dan keadaan cuaca buruk. Dalam hal ini dapat disetujui, tipe keterlambatan dari tipe-tipe ini umumnya menghasilkan perpanjangan waktu namun tidak disertai dengan konpensasi tambahan. 3. Keterlambatan yang sebabkan kontraktor (contractor-caused delay). Keterlambatan semacam ini umumnya akan berakibat tidak diberikannya perpanjangan waktu dan tiada pemberian suatu konpensasi tambahan. Sesungguhnya pada situasi yang ektrim maka hal-hal ini akan menyebabkan terputusnya ikatan kontrak. 2.9. Dampak keterlambatan Menurut Levis dan Atherley (1996, dikutip oleh Suyatno, 2010), keterlambatan akan berdampak pada perencanaan semula serta pada masalah keuangan. Keterlambatan dalam suatu proyek konstruksi akan memperpanjang durasi proyek atau meningkatkan biaya maupun kedua-duanya. Adapun dampak keterlambatan pada owner adalah hilangnya potensial income dari fasilitas yang dibangun tidak sesuai waktu yang ditetapkan,
sedangkan
pada
kontraktor
adalah
hilangnya
kesempatan
untuk
menempatkan sumber dayanya ke proyek lain, meningkatnya biaya tidak langsung (indirect cost) karena bertambahnya pengeluaran untuk gaji karyawan, sewa peralatan serta mengurangi keuntungan. Obrein JJ (1976, dalam Muhamat Fajar, 2015), menyimpulkan bahwa dampak keterlambatan menimbulkan kerugian anrata lain, 1. Bagi pemilik, keterlambatan menyebabkan kehilangan penghasilan dari bangunan yang seharusnya sudah bisa digunakan atau disewakan. II-30 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2. Bagi kontraktor, keterlambatan penyelesaian proyek berarti naiknya overhead karena bertambah panjang waktu pelaksanaan, sehingga merugikan akibat kemungkinan naiknya harga karena inflasi dan naiknya upah buruh, juga akan terta hannya modal kontraktor yang kemungkinan besar dapat dipakai untuk proyek lain. 3. Bagi konsultan, keterlambatan akan mengalami kerugian waktu, karena dengan adanya keterlambatan tersebut konsultan yang bersangkutan akan terhambat dalam mengagendakan proyek lainnya. 2.10. Research gap Research Gap adalah celah-celah atau senjang penelitian yang dapat dimasuki oleh seorang peneliti berdasarkan pengalaman atau temuan peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian ilmiah didasarkan untuk mendapatkan sebuah jawaban baru terhadap sesuatu yang menjadi masalah. Oleh karena itu peneliti harus berhadapan dengan sesuatu yang menjadi masalah yang didukung oleh pembenaran atau justifikasi penelitian yang baik dan berupaya untuk mencari jawaban yang baru dari masalah yang memang penting diteliti (Anwar Sanusi, 2012 dalam Dian Pranata, 2016). Sedangkan untuk ciri-ciri research gap itu sendiri biasanya berupa sebagai berikut: a. Tatanan konseptual yang baik, tetapi belum ada pembuktian empiris. b. Masalah penelitian yang belum berhasil dijawab atau hipotesis yang belum berhasil dibuktikan. c. Temuan penelitian yang kontroversial terhadap penelitian sejenis lainnya. Berikut tabulasi 11 jurnal ilmiah teknik sipil dengan rentan 4 tahun terakhir 2013-2016 yang telah dikaji secara mendalam dan telah ditinjau celah penelitiannya. Selanjutnya akan dikelompokkan berdasarkan tinjauan topiknya dan dibagi menjadi beberapa bagian sebagaimana dijelaskan di atas sebagai dasar penelitian ini.
II-31 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.2 Jurnal Penelitian Terdahulu NO. 1
JUDUL Analisis Frekuensi, Dampak, dan Jenis Keterlambatan pada Proyek Konstruksi
AUTHOR
TAHUN
MASALAH
TUJUAN
Theresia Monica Sudarsono, Olivia Christie and Andi
-
Keterlambatan pada Proyek Konstruksi
Untuk mengetahui faktor yang paling sering terjadi, faktor yang berdampak besar terhadap waktu penyelesaian proyek, dan untuk mengetahui termasuk jenis keterlambatan apakah faktor-faktor tersebut menurut pengalaman dan harapan kedua pihak
METODE PENELITIAN Pendekatan Kuantitatif
HASIL PENELITIAN Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Faktor keterlambatan yang berdampak paling besar menurut pandangan pemilik adalah kurangnya tenaga kerja Faktor keterlambatan yang berdampak paling besar menurut pandangan kontraktor adalah perubahan desain dan pengambilan keputusan yang lambat oleh pemilik proyek Berdasarkan pengalaman kedua pihak, untuk jenis keterlambatan pada proyek ini adalah non-excusable delay Terdapat perbedaan pandangan mengenai harapan kedua pihak yang cenderung menginginkan ganti rugi yang bersifat menguntungkan diri sendiri
(Sumber: data olahan penulis)
II-32 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.2 Jurnal Penelitian Terdahulu (Lanjutan) NO. 2
JUDUL Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi Jalan Tol (Studi Kasus : “Jalan Bebas Hambatan MedanKualanamu”)
AUTHOR
TAHUN
MASALAH
Mhd. Reza Adhiputra, Syahrizal, dan Andy Putra Rambe
-
Keterlambatan pada proyek konstruksi jalan tol MedanKualanamu
TUJUAN mencari faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi jalan tol MedanKualanamu
METODE PENELITIAN Pendekatan Kuantitatif (wawancara kuesioner)
HASIL PENELITIAN Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada proyek ini adalah : 1). Kurangnya jumlah tenaga kerja dilapangan, memiliki nilai Kandall’s adalah 55,4 %, nilai Spearman’s adalah 50,2 % dan nilai Rank Mean adalah 2,7 2). Terjadi sengketa lahan, memiliki nilai Kandall’s adalah 77,4 %, nilai Spearman’s adalah 77,7 % dan nilai Rank Mean adalah 3,6333 3). Sulitnya pembebasan lahan oleh masyarakat, memiliki nilai Kandall’s adalah 79,5 %, nilai Spearman’s adalah 80,2% dan nilai Rank Mean adalah 3,8333 4). Keamanan kerja dilapangan yang kurang terjamin, memiliki nilai Kandall’s adalah 65,8 %, nilai Spearman’s adalah 70,2% dan nilai Rank Mean adalah 3,4667
(Sumber: data olahan penulis)
II-33 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.2 Jurnal Penelitian Terdahulu (Lanjutan) NO. 3
4
JUDUL
AUTHOR
TAHUN
MASALAH
TUJUAN
Kajian Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Konstuksi Gedung di Kota Kupang
Yunita Afliana Messah, Theodorus Widodo, Marisya L.Adoe
2013
Keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kota Kupang
Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor Penyebab dan Tindakan Pencegahannya
Idzurnida Ismael
2013
Untuk mengetahui faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kota Kupang menurut kontraktor, pemilik proyek dan konsultan pengawas Untuk mengetahui faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi keterlambatan proyek pembangunan gedung. Untuk mengetahui tindakan apa yang perlu diperhitungkan terhadap faktorfaktor risiko yang dominan mempengaruhi keterlambatan proyek konstruksi
Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung
METODE PENELITIAN Pendekatan Kuantitatif
HASIL PENELITIAN Faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kota Kupang menurut kontraktor adalah faktor ketersediaan tenaga kerja Faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi gedung di Kota Kupang menurut pihak pemilik proyek dan konsultan pengawas adalah keterlambatan pengiriman material (mobilisasi material) ke lokasi
Pendekatan Kuantitatif
Variabel yang paling berdampak dengan keterlambatan proyek konstruksi, yaitu:
1. Metode pengoperasian alat tidak tepat 2. Melakukan perubahan terhadap disain 3. Keahlian yang tidak cukup untuk Perobahan desain spesifikasi 4. Menggunakan tenaga kerja yang tidak terampil 5. Material yang digunakan kurang dari yang Dibutuhkan Dengan mengetahui faktor resiko yang dominan, dapat membantu untuk mengambil keputusan dalam menentukan tindakan koreksi yang paling sesuai, untuk mengurangi resiko seminimal mungkin sampai pada batas yang dapat diterima.
(Sumber: data olahan penulis)
II-34 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.2 Jurnal Penelitian Terdahulu (Lanjutan) NO. 5
JUDUL Evaluasi Penyebab Keterlambatan dalam Penyelesaian Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Rosalia Indah Group)
AUTHOR Hana Wardani Puruhita, Mamok Suprapto, Sholihin As’ad
TAHUN
MASALAH
TUJUAN
2014
Keterlambatan proyek konstruksi Rosalia Indah Grup
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab, dampak, dan cara mengatasi keterlambatan proyek konstruksi Rosalia Indah Grup
METODE PENELITIAN Pendekatan Kuantitatif Deskriptif
HASIL PENELITIAN Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Terjadinya perubahan desain oleh owner, perubahan spesifikasi pada saat proyek masih berlangsung, dan adanya pekerjaan tambahan menjadi faktor utama yang menghambat penyelesaian proyek yang berhubungan dengan perubahan oleh owner. Faktor utama kedua adalah faktor pelaksaanaan jadwal proyek yang tidak sesuai. Faktor penghambat utama ketiga adalah kekurangan tenaga kerja dan pengaruh cuaca pada ativitas konstruksi. Faktor utama keterlambatan proyek yang berhubungan dengan pekerjaan kontraktor adalah adanya perubahan jadwal pelaksanaan proyek, kedua adalah kurangnya tenaga kerja, dan yang ketiga adalah perubahan cuaca pada saat aktivasi proyek Dampak Keterlambatan pada Proyek di Rosalia Indah adalah: pembengkakan biaya proyek dalam jumlah yang tidak sedikit; waktu pelaksanaan proyek mengalami keterlambatan yang relatif lama; kualitas proyek terkadang dilupakan demi mengejar target waktu yang telah ditentukan
(Sumber: data olahan penulis)
II-35 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.2 Jurnal Penelitian Terdahulu (Lanjutan) NO. 6
JUDUL Analisis Klaim Keterlambatan Proyek Konstruksi Rumah Sakit
AUTHOR Aditya Putra Poernomo
TAHUN
MASALAH
TUJUAN
2015
Keterlambatan yang terjadi dalam pembangunan rumah sakit
Menganalisis hubungan faktor penyebab keterlambatan dengan keterlambatan yang terjadi dalam pembangunan rumah sakit Mengidentifikasi kelompok aktivitas yang terlambat menurut konsultan dan kontraktor Melakukan analisis frekuensi dan jenis klaim dalam proyek pembangunan rumah sakit
METODE PENELITIAN Pendekatan Kuantitatif
HASIL PENELITIAN Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1). 7 faktor penyebab keterlambatan yaitu faktor tenaga kerja, faktor peralatan kerja, faktor informasi, faktor Material, faktor Lokasi, faktor Manajerial, dan faktor kecelakaan kerja
2). 3 faktor yang signifikan terhadap keterlambatan proyek pembangunan rumah sakit yaitu faktor informasi, faktor material, dan faktor peralatan kerja yang dapat menjelaskan sebesar 33.7% keterlambatan
3). Jenis pekerjaan yang paling sering terlambat adalah mekanikal dan elektrikal 4). Klaim yang paling sering terjadi adalah klaim tambahan waktu tanpa tambahan biaya dengan nilai rata-rata 3.24
(Sumber: data olahan penulis)
II-36 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.2 Jurnal Penelitian Terdahulu (Lanjutan) NO. 7
8
JUDUL
AUTHOR
TAHUN
MASALAH
TUJUAN
Analisis Faktor Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi Gedung terhadap Mutu, Biaya dan Waktu di Dinas Pekerjaan Umum Kota Manado
Mickson Pinori, B.F.Sompie, Debby Willar
2015
Keterlambatan proyek konstruksi di Dinas Pekerjaan Umum Kota Man
Untuk menganalisis faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi di Dinas Pekerjaan Umum Kota Manado
Faktor–Faktor Penyebab Keterlambatan pada Proyek Konstruksi dan Alternatif Penyelesaiannya (Studi Kasus : Di Manado Town Square III)
Haekal Hassan, Jantje B. Mangare, Pingkan A. K. Pratasis
2016
Keterlambatan penyelesaian Proyek Pembangunan Mall Manado Town Square III
Untuk mendapatkan atau mengetahui faktor-faktor utama pendukung yang mempengaruhi keterlambatan pembangunan Mall Manado Town Square III
METODE PENELITIAN Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan Kuantitatif Deskriptif
HASIL PENELITIAN Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Empat variabel yang diterima memiliki hubungan dengan perencanaan schedule menjadi tidak tepat yaitu variabel volume material yang dikirim ke lokasi tidak cukup sebesar 49 %, kekurangan tenaga kerja sebesar 26,6 % dan pelaksanaan tahapan pekerjaan yang jelek sebesar 52,9% 2). Faktor perencanaan schedule yang tidak tepat menjadi rangking pertama mempengaruhi keterlambatan pekerjaan konstruksi gedung di Kota Manado Faktor yang menjadi penyebab utama yang mempengaruhi keterlambatan penyelesaian proyek pembangunan MANTOS III (Manado Town Square III) adalah Kekurangan bahan konstruksi
(Sumber: data olahan penulis)
II-37 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.2 Jurnal Penelitian Terdahulu (Lanjutan) NO. 9
JUDUL Identifikasi Faktor-Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Konstruksi Proyek Budget Hotel di Jakarta
AUTHOR
TAHUN
MASALAH
TUJUAN
Lusiana Idawati, Manlian Ronald A. Simanjuntak, Fahmi
2016
Keterlambatan pelaksanaan konstruksi proyek budget hotel di Jakarta
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab keterlambatan konstruksi proyek budget hotel di Jakarta
METODE PENELITIAN Pendekatan Kuantitatif
HASIL PENELITIAN Faktor-faktor penyebab keterlambatan konstruksi proyek budget hotel di Jakarta berturut-turut adalah sebagai berikut: 1) faktor peralatan kerja, dengan prosentase 26,67% 2) faktor material, dengan prosentase 20% 3) faktor biaya, dengan prosentase 20% 4) Faktor instruksi perubahan, dengan prosentase 13,33%
10
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan pada Proyek Pemerintahan di Kota Kupang
Sebastinus Baki Henong
2016
Keterlambatan pada Proyek Pemerintahan di Kota Kupang
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab katerlambatan pada proyek pemerintahan di kota Kupang
Pendekatan Kuantitatif
5) faktor sumber daya manusia, metode pelaksanaan, dan sosial budaya daerah, dengan prosentase 6,67% Faktor-faktor yang paling sering terjadi, sebagai penyebab terjadinya keterlambatan pada proyek pemerintahan antara lain: 1. Terlambatnya persetujuan shop drawing (57, 46 %) 2. Perubahan dalam perencanaan dan spesifikasi (54.50%) 3. Kekurangan tenaga kerja (53.94 %)
(Sumber: data olahan penulis)
II-38 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.2 Jurnal Penelitian Terdahulu (Lanjutan) NO. 11
JUDUL Faktor Penyebab Keterlambatan Pekerjaan Konstruksi menurut Presepsi Kontraktor
AUTHOR Jurnal Civronlit Universitas Batanghari jambi
TAHUN 2016
MASALAH
TUJUAN
Keterlambatan pekerjaan konstruksi di kota Jambi
Untuk mengetahui penyebab keterlambatan pekerjaan konstruksi di kota Jambi menurut persepsi kontraktor
METODE PENELITIAN Pendekatan Kuantitatif
HASIL PENELITIAN Faktor penyebab keterlambatan pekerjaan konstruksi di kota Jambi menurut persepsi kontraktor adalah sebagai berikut: - Ketidaktersediaan Material di Lokasi, dengan skor total 7,18 - Hujan Deras/Lokasi yang Tergenang Air, dengan skor total 5,96 - Modal Kontraktor yang Tidak Mencukupi, dengan skor total 5,99 - Kesalahan dalam Menginterpresentasikan Gambar atau Spesifikasi, dengan skor total 6,95 - Kualitas Tenaga Kerja yang Buruk, dengan skor total tertinggi yaitu 7,29 - Pelaksanaan Pekerjaan Tahapan yang Jelek oleh Kontraktor, dengan skor total 5,93 - Peralatan tidak Produktif, dengan skor total 7,15
(Sumber: data olahan penulis)
II-39 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.3 Detail Penelitian Rencana NO.
1
JUDUL Analisis Faktor-Faktor Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung Mixed Use di Jakarta
AUTHOR Erna Puspita Sari
TAHUN
MASALAH
TUJUAN
2017
Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung Thamrin Nine Phase 1, Jakarta
Untuk mengetahui penyebab keterlambatan pembangunan Gedung Thamrin Nine Phase 1, Jakarta
METODE PENELITIAN Pendekatan Kuantitatif (kuesioner)
HASIL PENELITIAN
(Sumber: data olahan penulis)
Adapun untuk Keyword dan Variabel dalam penelitian terdahulu yang dapat dikumpulkan adalah sebagai berikut: Tabel 2.4 Keyword dan Variabel Penelitian Terdahulu
No.
Judul
1
Analisis Frekuensi, Dampak, dan Jenis Keterlambatan pada Proyek Konstruksi Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi Jalan Tol (Studi Kasus : “Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu”)
2
Bahan (Material)
Tenaga kerja (Man Power)
Peralatan (Equipment)
Keyword dan Variabel Penelitian Keuangan Lingkungan Perubahan (Financing) (Environment) (Change)
Hubungan dengan Pemerintah (Government Relation)
Kontrak (Contractual Relationship)
Waktu dan Kontrol (Schedulling and Controlling thechniques)
√
√ √
√
(Sumber: data olahan penulis)
II-40 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.4 Keyword dan Variabel Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
No.
Judul
Bahan (Material)
Tenaga kerja (Man Power)
3
Kajian Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Konstuksi Gedung di Kota Kupang
√
√
4
Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor Penyebab dan Tindakan Pencegahannya
√
√
5
Evaluasi Penyebab Keterlambatan dalam Penyelesaian Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Rosalia Indah Group)
Peralatan (Equipment)
Keyword dan Variabel Penelitian Keuangan Lingkungan Perubahan (Financing) (Environment) (Change)
√
√
6
Analisis Klaim Keterlambatan Proyek Konstruksi Rumah Sakit
√
7
Analisis Faktor Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi Gedung terhadap Mutu, Biaya dan Waktu di Dinas Pekerjaan Umum Kota Manado
√
Hubungan dengan Pemerintah (Government Relation)
Kontrak (Contractual Relationship)
Waktu dan Kontrol (Schedulling and Controlling thechniques)
√ √
√
√
√ √
√
(Sumber: data olahan penulis)
II-41 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.4 Keyword dan Variabel Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
No.
Judul
Faktor–Faktor Penyebab Keterlambatan pada Proyek Konstruksi dan Alternatif Penyelesaiannya (Studi Kasus : Di Manado Town Square III) 9 Identifikasi Faktor-Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Konstruksi Proyek Budget Hotel di Jakarta 10 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan pada Proyek Pemerintahan di Kota Kupang 11 Faktor Penyebab Keterlambatan Pekerjaan Konstruksi menurut Presepsi Kontraktor (Sumber: data olahan penulis)
Bahan (Material)
Tenaga kerja (Man Power)
Peralatan (Equipment)
√
√
Keyword dan Variabel Penelitian Keuangan Lingkungan Perubahan (Financing) (Environment) (Change)
Hubungan dengan Pemerintah (Government Relation)
Kontrak (Contractual Relationship)
Waktu dan Kontrol (Schedulling and Controlling thechniques)
8
√
√
√
√
√ √
√
√ √
√
√
II-42 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.5 Keyword dan Variabel Penelitian Rencana
No .
1
Bahan (Material)
Tenaga kerja (Man Power)
Peralatan (Equipment )
√
√
√
Judul
Analisis Faktor-Faktor Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung Mixed Use di Jakarta
Keyword dan Variabel Penelitian Keuangan Lingkungan Perubaha (Financing) (Environment n ) (Change)
√
√
√
Hubungan dengan Pemerintah (Governmen t Relation)
Kontrak (Contractual Relationship )
Waktu dan Kontrol (Schedullin g and Controlling thechniques )
√
√
√
(Sumber: data olahan penulis)
II-43 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.11. Kerangka berfikir Menurut Idzurnida Ismael (2013), yang mengutip dari Narbuko (2007), mengatakan bahwa seluruh kegiatan sejak dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyelesaiannya harus merupakan satu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh, menuju kepada satu tujuan yang tunggal, yaitu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah. Berdasarkan data pada tinjauan pustaka, maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran penelitian seperti Gambar 2.3 di bawah ini :
II-44 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Penyebab katerlambatan
Adanya masalah keterlambatan proyek
Studi Literatur, meliputi: - Jurnal penelitian mengenai keterlambatan proyek selama 5 tahun terakhir
Penyusunan Kuesioner Tahap I
Kuesioner Tahap 1:
Kuisioner tahap 2:
Yaitu validasi para pakar, tujuannya adalah sebagai uji coba apakah kuisioner tersebut dapat dikembangkan atau tidak dan untuk mengeliminasi variabel bebas yang tidak diperlukan
Kuesioner yang disebarkan kepada 50 responden dan merupakan pengembangan dari kuisioner tahap 1
Masukkan data hasil kuesioner ke dalam softwareSPSS Analisis Faktor-Faktor Keterlambatan Dimulai dari analisis stastistik deskriptif, uji instrument, uji asumsi klasik, sampai dengan analisis regresi linier dan uji hipotesis Hasil, Kesimpulan dan Rekomendasi Hasil dari analisis kemudian dapat ditarik kesimpulan tentang faktor apa yang paling mempengaruhi keterlambatan pada proyek, serta memberikan rekomendasi, yang didasarkan pada konsep triple constrains (biaya, mutu, waktu) agar tidak semakin berdampak buruk pada kelangsungan pekerjaan di proyek
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir dalam Penelitian ini (Sumber: Data Olahan Penulis, 2017)
II-45 http://digilib.mercubuana.ac.id/