BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ketahanan (endurance) Ada dua pengertian ketahanan. Yang pertama adalah mampu bekerja keras atau berolahraga dalam waktu lama tanpa mengenal lelah dengan kecepatan dan tenaga yang relatif konstan serta dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Anonim, 1995). Menurut Moeloek dan Cokronegoro (2000) bahwa ketahanan adalah daya tahan tubuh terhadap kelelahan dan kemampuan pemulihan yang cepat setelah lelah. Umumnya ketahanan fisik yang sering dibahas adalah daya tahan cardio vasculair. Daya tahan cardio vasculair merupakan faktor utama dalam kesegaran jasmani bahkan sering menjadi sinonim. I. Tes Ketahanan Fisik Tes ketahanan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan cardio vasculair sistem di dalam mengelola O2 dalam tubuh yang dipergunakan pada waktu kerja berat. Kemampuan ini dikenal dengan simbul VO2 max, atau disebut sebagai Maximal Aerobic Power dengan satuan yang dipakai adalah liter per menit per berat badan, disingkat dengan cc/kg/BB/men (Sarjoto, 1990). Tes ketahanan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : a. Tes laboratorium dengan mempergunakan alat-alat seperti ergocycle (argometer sepeda), treadmill. b. Tes lapangan atau performance test, seperti Tes Langkah Harvard (Harvard Step Test), dan lari 12 menit (aerobik test) Metode yang akan digunakan untuk mengukur daya tahan pada penelitian ini adalah metode Tes Langkah Harvard atau Harvard Step Test. Pemeriksaan ketahanan fisik adalah salah satu ukuran untuk menilai derajad kesehatan masyarakat. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan tes adalah : Peserta dalam keadaan baik, tidak ada kontra indikasi untuk melakukan tes, Peserta telah makan pagi, dan dilarang melakukan kegiatan berat sebelum melakukan
tes, memakai pakaian olahraga dan sepatu ket, peserta diperkenankn mencoba alat yang akan dipakai, melakukan warming up sebelum tes, tidak minum kopi, tidak tidur terlalu malam (Sugihantono, 1995). II. Faktor-faktor yang berpengaruh pada ketahanan fisik adalah : a. Keturunan (genetik) Dari penelitian yang telah dilakukan dibuat kesimpulan bahwa VO2 max 93,4% ditentukan oleh faktor genetik yang hanya dapat diubah dengan latihan sungguh-sungguh dan continu. b. Usia Peningkatan daya tahan pada seseorang terjadi pada usia balita sampai dengan usia 20 tahun. Daya tahan akan mencapai tingkat maksimal pada usia 20 sampai 30 tahun yang kemudian berubah menjadi berbanding terbalik dengan usia, sehingga seseorang yang berusia 70 tahun diperoleh daya tahan 50% dari yang dimiliki pada usia 17 tahun. c. Jenis Kelamin Sampai dengan usia pubertas tidak terdapat perbedaan daya tahan pria dan wanita. Setelah usia tersebut, nilai daya tahan pada wanita akan lebih rendah 15% sampai 25% daripada pria. Perbedaan tersebut diakibatkan karena adanya perbedaan maximal vasculer power yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah Hb, kapasitas paru dan sebagainya. d. Aktifitas Fisik Istirahat di tempat tidur selama 3 minggu akan menurunkan daya tahan sebanyak 17% - 27% efek latihan aerobik selama 8 minggu setelah istirahat tersebut memperlihatkan peningkatan 62% dari nilai akibat istirahat dan bila dibandingkan dengan keadaan sebelum istirahat di tempat tidur maka nilai peningkatannya adalah 18%. Selain itu macam aktifitas yang berpengaruh adalah subyek yang melakukan lari jarak jauh mempunyai daya tahan lebih tinggi di banding dengan yang melakukan senam dan main anggar (Moeloek dan Tjokronegoro, 1990). e. Tingkat Konsumsi Energi Energi diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh agar dapat berfungsi dengan baik diantaranya peredaran darah, persyarafan, pernafasan, garak otot,
sehingga atlet dapat berlatih dan bertanding dengan baik. Kebutuhan energi akan meningkat apabila seseorang melakukan kegiatan fisik dan pergerakan otot. Besarnya kebutuhan energi tergantung pada kegiatan atau aktivitas. Tingkat Konsumsi Energi pada dasarnya akan mempengaruhi kemampuan atlet tersebut mempertahankan kecukupan tenaga, terutama pada cabang-cabang olahraga yang memakan waktu lama (Moehji, 1998). f. Tingkat Konsumsi Protein Protein merupakan zat gizi yang mempunyai fungsi utama sebagai zat pembangun, membentuk jaringan pada masa pertumbuhan atau pada masa pembentukan jaringan otot, membentuk sel darah, hormon, enzim antibodi dan juga berfungsi sebagai pengganti jaringan yang rusak. Protein akan digunakan sebagai energi apabila di dalam makanan tidak terdapat hidrat arang dan lemak. Protein yang dikonsumsi akan dicerna dan dipecah. Sebagai hasil akhir pencernaan protein adalah asam amino. Berbeda dengan hidrat arang dan lemak, konsumsi protein berlebih tidak dapat disimpan da dalam tubuh. Hasil pemecahan atau buangan (sisa) protein akan dibuang dan dapat membebani kerja ginjal, sehingga tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi berlebihan (Leane Suniar, 2002) g. Latihan Latihan jasmani, terutama bila dilakukan secara teratur telah terbukti meningkatkan kesegaran jasmani serta daya tahan pelakunya. h. Obat Perangsang Manfaat pemakaian obat adalah meningkatkan kekuatan fisik, penurunan kecepatan rasa lelah, penambahan daya tahan, penurunan rasa cemas, peningkatan daya konsentrasi dan peningkatan sikap kompetitif agresif (Moeloek dan Tjokronegoro, 1990) B. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan (AKGI) adalah kecukupan rata-rata gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, aktifitas untuk mencapai derajad kesehatan yang optimal (Muhilal, 1990) Kegunaan AKG adalah :
1. Menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi makanan bagi penduduk atau golongan masyarakat. 2. Untuk merencanakan pemberian makanan balita, ibu hamil maupun perencanaan makanan institusi. 3. Untuk merencanakan penyediaan pangan regional maupun nasional. 4. Untuk patokan label gizi yang terkait dengan kebutuhan berbagai kelompok umur dan kegiatan. TABEL 1 ANGKA KECUKUPAN GIZI RATA-RATA YANG DIANJURKAN (PER ORANG PER HARI) Golongan Umur Berat Badan Tinggi Badan Energi Protein (tahun) (kg) (cm) (kkal) (gr) Anak-Anak 4–6 18 110 1750 32 7–9 24 120 1900 37 Pria 10 – 12 35 138 2050 50 13 – 15 46 150 2400 60 16 –18 55 160 2600 65 19 – 29 56 165 2550 60 Wanita 10 – 12 37 147 2050 50 13 –15 48 153 2350 57 16 – 18 50 154 2200 50 19 – 29 52 156 1900 50 Sumber : Angka Kecukupan Gizi (AKGI), (2004) Dinegara berkembang, konsumsi makanan yang kurang memenuhi syarat gizi merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi. Keadaan ini sangat erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi masyarakat di negara berkembang, gangguan gizi yang kronis akan tampak akibatnya pada pertumbuhan maupun kesehatan apabila tidak ada upaya penanggulangannya (Supariasa, 1990) C. Tingkat Konsumsi Energi Energi dibutuhkan oleh tubuh untuk beraktifitas. Aktifitas akan maksimal apabila energi yang butuhkan tersedia. Sumber energi diperoleh melalui makanan yang bersal dari karbohidrat dan lemak serta protein. Karbohidrat merupakan sumber
enegi utama bagi penduduk di seluruh dunia karena banyak tersedia di alam dan harganya relatif murah. Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VI tahun 2004 Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan per orang per hari. Kecukupan Energi untuk anak-anak usia 4-6 tahun adalah 1750 Kkal, anak-anak usia 7-9 tahun adalah 1900 Kkal, pria usia 10-12 tahun adalah 2050 Kkal, usia 13-15 tahun adalah 2400 Kkal, usia 16-18 tahun adalah 2600 Kkal, dan untuk pria usia 19-29 tahun adalah 2550 Kkal. Sedangkan untuk wanita usia usia 10-12 tahun adalah 2050 Kkal, usia 13-15 tahun adalah 2350 Kkal, usia 16-18 tahun adalah 2200 Kkal, dan untuk pria usia 19-29 tahun adalah 1900 Kkal (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004). Kebutuhan untuk energi harus seimbang. Bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan, tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif. Akibatnya berat badan akan kurang dari berat badan sebenarnya atau berat badan ideal. Sedangkan kelebihan energi akan terjadi apabila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan (Beck, 1998) Total energi pada individu dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu metabolisme bassal, aktifitas fisik, dan efek dinamik khususnya pada makanan dimana faktor aktifitas fisik juga dapat berpengaruh pada indeks kesegaran jasmani. D. Tingkat Konsumsi Protein Fungsi protein bagi tubuh yaitu sebagai zat pembangun dan membantu pertumbuhan serta memelihara tubuh terhadap serangan penyakit tertentu. Protein dikatakan sebagai zat pembangun atau pertumbuhan karena protein merupakan bahan pembentuk jaringan baru dalam tubuh, terutama untuk orang yang sembuh dari sakit. Fungsi lain dari protein adalah sebagai pengatur proses yang terjadi dalam tubuh, serta sebagai sumber energi (Notoatmodjo, 1994). Dari Biro Pusat Statistik tahun 1990 menunjukkan bahwa komposisi konsumsi energi makanan rata-rata sehari orang Indonesia 9,6 % berasal dari protein, 20,6% dari lemak dan selebihnya yaitu 68,6% karbohidrat. (WHO 1990) menganjurkan rata-rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10-15% berasal dari protein, 55-75% dari karbohidrat (Almatsier, 2002).
E. Penatalaksanan Diit Atlet Penyajian makanan penting agar apa yang disajikan tidak sia-sia dan bermanfaat harus diingat akan beberapa faktor dalam penyajian makanan, yaitu : Memenuhi syarat-syarat gizi (menu simbang menurut 4 sehat 5 sempurna), tampak menarik, bervariasi agar tidak membosankan, menurut selera, terdiri dari bahanbahan makanan yang biasa digunakan, sesuai dengan kebiasaan makan, sesuai dengan agama atau kepercayaan, memberikan rasa puas tanpa mengurangi harga diri, jumlah makanan sesuia dengan daya tampung lambung, jumlah makanan pagi paling sedikit harus merupakan seperempat seluruh kebutuhan sehari (Komisi Gizi Olahraga, 1999). I. Masa sebelum masuk pusat latihan. Tidak ada bedanya dengan anjuran makanan untuk oarang-orang bukan olahragawan atau atlet. Hanya jumlah proteinnya harus cukup tinggi terutama bagi mereka dengan olahraga yang memerlukan pertumbuhan otot yang banyak (muscle mass) yaitu 1,2-1,5 g/kg B.B per hari atau 10-15% dari jumlah kebutuhan total tenaga atau kalori. Perbandingan protein hewani dan protein nabati minimum 1:2 (sebaiknya 1:1). Jumlah lemak 20-30% dari kebutuhan total energi. Jumlah kebutuhan tenaga ditentukan berdasarkan usia, jenis kelamin, berat badan ideal, dan jenis kegiatan. II. Waktu di pusat latihan Selama latihan, penatalaksanaan diit sebenarnya harus disesuaikan sacara individual apalagi untuk olahragawan pemegang piala dunia. Pada hari hari latihan makan sebaiknya tidak kurang dari 3 kali sehari dengan catatan makan pagi juga harus cukup. Waktu makan biasanya disesuaikan dengan waktu latihan. Namun waktu-waktu makan seperti biasa dapat dipertahankan apabila latihan tidak berturut-turut dan waktu latihan memungkinkan, misalnya bila waktu latihan dilakukan hanya sekali sehari. Tetapi dengan meningkatnya frekwensi latihan menjadi 2-3 kali sehari, atau bagi olahraga yang memerlukan waktu latihan yang lama atau melelahkan sekali (exhausting) maka disarankan 4-6 kali makan sehari dalam porsi yang lebih kecil, serta dua jam sebelum latihan janganlah makan sebanyak-banyaknya (Komisi Gizi Olahraga, 1999). Pada permulaan masa latihan (1-2 bulan) dianjurkan protein cukup tinggi terutama bagi mereka yang memilih cabang olahraga dimana diharapkan
perkembngan otot yang banyak, mengingat banyaknya olahragawan atau atlet yang masuk pusat latihan dalam keadaan gizi yang belum memuaskan. III. Dekat masa pertandingan Bagi olahraga berat yang memerlukan waktu latihan yang lama sebaiknya diadakan persiapan sebagai berikut : a. Satu minggu sebelum pertandingan sebaiknya otot-otot diberi latihan yang melelahkan sekali. Makanan hampir seluruhnya terdiri dari lemak dan protein (tinggi lemak dan protein) diberi selama 3 hari berturut-turut sehingga glycogen otot rendah. Pada hari yang keempat sampai waktu pertandinga tiba diberikan makanan tinggi hidrat arang. b. Untuk semua cabang olahraga berlaku : 2 hari sebelum pertandingan diberikan makanan yang : -
Mengandung lebih banyak hidrat arang daripada sebelumnya dan rendah protein serta lemak yang juga disertai banyak istirahat.
-
Mudah dicerna, tidak banyak serat.
-
Tidak merangsang.
-
Tiga jam sebelum pertandingan dapat diberikan kaldu air garam elektrolit (oralit) untuk menutupi kebutuhan garam dapur. Cairan diberikan setiap jam sekali sampai terakhir kurang lebih 1 jam sebelum pertandingan. Dilarang minum kopi, coca cola, atau minuman beralkohol. (Komisi Gizi Olahraga, 1999)
!V. Hari-hari Pertandingan Pada hari-hari pertandingan dimana tujuan utama adalah mencapai prestasi setinggi mungkin maka dalam menyusun menu harus diingat akan tekanan batin (emotional stress) yang mungkin dialami oleh atlet pada hari pertandingan. Olahragawan atau atlet bisa saja mengalami keluhan sakit perut, mual atau muntah. Hidangan yang dimakan terlalu dekat dengan latihan akan susah dicerna karena kebingungan. Selain itu, perut yang penuh dapat mengganggu penampilan fisik, maka diambil jarak 3 jam antara waktu makan dan waktu dimulainya pertandingan. Makanannyapun harus yang : mudah dicerna, tidak banyak serat, tidak merangsang, tinggi hidrat arang, cukup cairan minum dam mineral, dilarang meminum kopi, coca
cola, minuman beralkohol, dan mengandung zat asam arang (Komisi Gizi Olahraga, 1999). Umumnya berlaku juga ketentuan-ketentuan yang sama seperti untuk masa latihan. Waktu makan harus disesuaikan dengan program pertandingan. F. Senam Artistik dan Ritmik Sportif Menurut Komisi Disiplin Ilmu Keolahragaan tahun 2000, olahraga adalah bentuk perilaku gerak manusia yang spesifik. Arah dan tujuan orang berolahraga termasuk waktu dan lokasi kegiatan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga sebagai bukti bahwa olahraga itu merupakan sebuah fenomena yang relevan dengan kehidupan sosial. Olahraga juga ekspresi budaya berkarya pada manusia. Olahraga adalah aktivitas fisik yang menggunakan otot-otot besar dalam melaksanakan aktivitas tersebut yang mempunyai ciri: permainan dan kompetitif (Depdiknas, 2001) Senam merupakan aktivitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan senam sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan jasmani. Gerakannya merangsang perkembangan komponen kebugaran jasmani, seperti kekuatan, dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Disamping itu, senam juga berpotensi mengembangkan keterampilan gerak dasar, sebagai landasan penting bagi penguasaan keterampilan teknik suatu cabang olahraga (Tommy S, 2004). Peter H Werner (1994) mengatakan bahwa senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, pada alat, yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh. I. Senam Artistik Adalah sebagai senam yang yang menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek artistik dari gerakan yang dilakukan pada alat-alat sebagai berikut : -
Artistik Putra : Lantai (floor exercise), Kuda Pelana (Pommel Hors), Gelang-Gelang (Rings), Meja Lompat (Voulting Table), Palang Sejajar (Parallel Bars), dan Palang Tunggal (Horizontal Bar)
-
Artistik Putri : Meja Lompat (Voulting Table), Palang Bertingkat (Uneven Bars), Balok Keseimbangan (Balance Beam), Lantai (floor exercise).
II. Senam Ritmik Sportif Adalah senam yang dikembangkan dari senam irama sehingga dapat dipertandingkan. Komposisi gerak yang diantarkan oleh tuntunan irama musik, yang menghasilkan gerak-gerak tubuh dan alat yang indah (Depdiknas, 2001). Adapun alat-alat yang digunakan adalah : Bola (Ball), Pita (Ribbon), Tali (Rope), Simpai (Hope), dan Gada (Clubs). B. Kerangka Teori Kadar Hb Obat
Usia
Aktifitas
Ketahanan Fisik
Tingk. Konsumsi Energi
Genetik Jenis Kelamin
Tingk. konsumsi Protein Sumber : Modifikasi dari Moeloek dan Tjokronegoro, 1990 C. Kerangka Konsep Tingkat Konsumsi Energi Ketahanan Fisik Atlet Senam Tingkat Konsumsi Protein D. Hipotesis -
Ada hubungan tingkat konsumsi energi dengan ketahanan fisik atlet senam artistik dan ritmik sportif di klub senam Wimilia kota Semarang.
-
Ada hubungan tingkat konsumsi protein dengan ketahanan fisik atlet senam artistik dan ritmik sportif di klub senam Wimilia kota Semarang.