Bab II Tinjauan Pustaka
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Fungsi Pengertian fungsi menurut Buku Besar Bahasa Indonesia (2001,322)
didefinisikan sebagai berikut : 1. Jabatan (pekerjaan) yang dilakukan 2. Kegunaan sesuatu hal Dari pengertian di atas, maka fungsi memiliki arti sebagai suatu kegunaan yang di harapkan dari sesuatu hal untuk manajemen organisasi perusahaan. (Pengertian fungsi no.2) dipilih sebagai pengertian fungsi yang mendekati judul yaitu “Fungsi audit internal dalam upaya menekan kemungkinan terjadinya kredit macet”. Sehingga dengan adanya fungsi ini, maka jumlah kredit macet diharapkan dapat di tekan seminimal mungkin.
2.2
Audit Internal Audit internal yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan atas pengendalian
sangat penting dan bermanfaat, sebab dalam melaksanakan tugas kemungkinan para karyawan akan cepat melupakan atau dengan tidak mentaati prosedur yang telah ditetapkan, sehingga dibutuhkan orang yang mengawasi dan menilai hasil kerja mereka. Bagaimanapun baiknya suatu pengendalian, penyelewengan dan kecerobohan mungkin akan terjadi. Secara umum audit internal dilakukan oleh suatu pihak manajemen dalam mencapai operasi dan administrasi perusahaan secara efisien.
2.2.1
Pengertian Audit Internal Audit internal merupakan fungsi penilaian independent yang didirikan
dalam suatu organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatan organisasi secara menyeluruh yang bertujuan membantu dan memperbaiki kinerja semua tingkatan manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka Untuk
memberikan
9 gambaran
yang
lebih
jelas,
maka
penulis
mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian audit internal, diantaranya : Menurut Standar Profesi Audit Internal (SPAI 2004:9) definisi audit internal adalah sebagai berikut : “ Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independent dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance “. Pengertian audit internal menurut Sawyer (2003:6) adalah sebagai berikut : “ Audit internal is asystematic, objective appraisal by auditor internal of the operation and control within organ to determine whether : 1. financial and operating information is accurate and reliable, 2. risk to the enterprise are identified and minimize, 3. external regulation and acceptable internal policies and procedure are followed, 4. satisfactory operating criteria are met, 5. resources are used effectively achieved all for the purpose of as sitting members of the organization in the effective discharge of their responsibilities” Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang objektif dan sistematis dalam menilai pengendalian dan kegiatan operasi dalam suatu organisasi yang dilakukan oleh auditor internal untuk meyakinkan bahwa : 1. informasi keuangan dan operasi harus akurat dan reliable, 2. risiko bisnis dapat diidentifikasi dan diminamalisasi, 3. peraturan, kebijakan dan prosedur telah ditaati, 4. tercapainya criteria kegiatan operasional operasi, 5. meyakinkan bahwa sumberdaya telah digunakan secara efektif serta penempatan para anggota organisasi berjalan secara efektif sesuai dengan tanggung jawabnya.
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
10
Pengertian terbaru menurut Arens et al (2003:723) tentang audit internal yaitu : “ Internal auditing is an independent and objective assurance and consdulting activity designed to add valueand improve an organization’s operations. It helps an organizations accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes” Dari istilah-istilah yang terdapat pada pengertian tersebut, dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut : 1. The term “independent” Merupakan suatu cirri audit bahwa harus bebas dari pembatasanpembatasan yang dapat mempengaruhi ruang lingkup dan efektivitas penemuan-penemuan dan simpulan. 2. The term “appraisal” Menyatakan keyakinan penilaian yang dibuat auditor internal dalam membuat suatu simpulan pada saat mengevaluasi pekerjaan. 3. The term “established” Menyatakan pengakuan perusahaan atas peranan pemeriksaan intern dan merupakan fungsi yang formal (ditetapkan oleh aturan organisasi perusahaan). 4. The term “examine and evaluate” Menggambarkan peran utama audit internal untuk menemukan fakta serta memberikan pendapat atas hasil evaluasinya. 5. The term “its activities” Menyatakan luasnya ruang lingkup dari pekerjaan auditor internal yang meliputi seluruh aktivitas organisasi. 6. The term “service” Menunjukan bahwa produk dari seluruh audit internal adalah pelayanan kepada manajemen perusahaan. 7. The term “organization”
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
11
Menyatakan bahwa ruang lingkup pelayanan audit internal berhubungan dengan seluruh personalia perusahaan, dewan (termasuk komite audit) dan para pemegang saham atau mencakup semua bidang organisasi. Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa audit internal adalah suatu aktivitas independent yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi sebagai pedoman filsafat yang memberikan suatu nilai tambah dalam memperbaiki kegiatan operasi perusahaan. Audit internal membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dengan memperbaiki keefektifan pengendalian risiko manajemen serta pengaturan dan pengelolaan organisasi.
2.2.2
Pengelolaan Fungsi Audit Internal Fungsi audit internal hanya terdapat dalam perusahaan yang relatif besar.
Dalam perusahaan ini, pimpinan perusahaan membentuk banyak departemen, bagian, seksi atau satuan organisasi lain dengan mendelegasikan wewenangnya kepada sejumlah unit organisasi. Inilah yang mendorong perlunya dibentuk fungsi auditor internal. Menurut Standar Profesi Audit Internal (SPAI 2004:43) fungsi audit internal adalah : “ fungsi audit internal harus ditempatkan pada posisi yang memungkinkan fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya. Independensi akan meningkat jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang memadai terhadap Pimpinan atau Dewan Pengawas Organisasi” Menurut Hiro Tugiman (1996:37) fungsi audit internal adalah : “ Fungsi audit internal adalah suatu fungsi penilaian bebas dalam suatu organisasi, guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan untuk memberikan saran-saran kepada manajemen” Menurut Hartadi (1999:21) mengemukakan bahwa fungsi audit internal adalah sebagai berikut :
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
12
“Fungsi audit internal adalah melaksanakan kegiatan bebas dengan memberi saran-saran suatu fungsi pengendalian manajemen guna mengukur dan meneliti efektivitas system pengendalian internal”. Untuk menjalankan tugasnya dengan baik, auditor internal harus berada diluar fungsi lini suatu organisasi, tetapi tidak terlepas dari hubungan bawahan dengan atasan seperti yang lainya. Auditor internal wajib memberikan informasi yang berharga bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasi perusahaan.
2.2.3
Tipe-tipe Audit Internal Menurut Hiro Tugiman (2000,135-142) terdapat empat tipe pemeriksaan
yaitu : 1. 2. 3. 4.
Pemeriksaan operasional Pemeriksaan Manajemen Pemeriksaan Ketaatan Pemeriksaan Keuangan
penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan operasional Dalam pemeriksaan operasional, tercakup pula seluruh pemeriksaan yang bertujuan mengkaji, mengefaluasi serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan operasional. Dalam pemeriksaan operasional, hal yang diinginkan dan sepantasnya diperoleh pihak manajemen adalah suatu program audit yang dapat membantu memecahkan masalah serta meningkatkan keefektifan dan daya saing perusahaan secara keseluruhan. 2. Pemeriksaan Manajemen Pemeriksaan manajemen merupakan suatu jenis pemeriksaan operasional khusus. Tujuan akhir pemeriksaan manajemen adalah sama dengan tujuan akhir pemeriksaan operasional, yaitu meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan operasional.
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
13
3. Pemeriksaan Ketaatan Pemeriksaan keraatan berusaha menentukan apakah kebijaksanaan, prosedur, pengendalian, hukum dan peraturan yang berlaku telah dipatuhi dan dilaksanakan. Dalam bidang pemeriksaan ketaatan, keefektifan pengawasan internal terutama sekali akan tergantung pada sikapnya. Apakah ia bersikap sebagai seorang lawan atau seorang mitra. 4. Pemeriksaan Keuangan Pemeriksaan
Keuangan
merupakan
bidang
paling
terstruktur
dan
dikendalikan secara ketat. Hal ini karena menyangkut terhadap keakuratan dengan reabilitas data keuangan
2.2.4
Independensi dan Objektivitas Seorang auditor internal dalam melaksanakan tugasnnya harus independen
dan
tidak
terpengaruh
dari
aktivitas-aktivitas
yang
sedang
ditelitinya.
Independensi memungkinkan auditor internal dapat melakukan pekerjaan secara bebas dan objektif, juga dapat membuat pertimbangan penting secara netral dan tidak menyimpang. Independensi dapat dicapai melalui status organisasi dan objektifitas, sehingga memberikan kekuatan dan model bagi audit internal untuk dapat menjalankan pekerjaannya secara efektif. Berdasarkan uraian di atas maka independensi auditor menyangkut dua aspek yaitu : 1. Status organisasi Merupakan kedudukan formal di dalam organisasi secara keseluruhan. Status organisasi auditor internal haruslah memberi kekuasaan untuk memenuhi dan menjelaskan tanggungjawab pemeriksaan yang diberikan kepadanya. 2. Objektivitas Objektivitas adalah seorang auditor internal dalam melaksanakan fungsi dan tanggungjawab harus memperhatikan sikap indepedensi dan kejujuran dalam melaksanakan pekerjaannya. Agar dapat memperhatikan sikap tersebut hendaknya auditor internal bebas dari kegiatan operasional perusahaan.
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka 2.2.5
14
Ruang Lingkup dan Tujuan Audit Internal The Institute Internal Auditing (2000,29) mengemukakan ruang lingkup
kegiatan audit internal sebagai berikut : “ The scope of internal auditing should encompass the examination and evaluation of the adequecy and effectifeness athe organization system of internal control and quality of the performance on carrying assighed responsibility” Dari pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup dari audit internal meliputi pemeriksaan dan pengevaluasian yang memadai keefektifan system organisasi dari pengendalian internal serta kualitas dari organisasiorganisasi yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaannya. Dari pendapat tersebut dapat di buat ikhtisar bahwa audit internal terutama sekali bersangkutan dengan : 1. Compliance (Kepatuhan) Merupakan suatu aktifitas penilaian dan pemeriksaan terhadap ketaatan atas prinsip akuntansi, kebijakan dan prosedur-prosedur perusahaan dan ketaatan terhadap peratura-peraturan pemerintah. 2. Verification (Pembuktian) Merupakan suatu aktivitas penilaian dan pemeriksaan atas kebenaran dokomen, catatan, dan laporan perusahaan. Catatan yang telah diverifikasi digunakan opleh auditor internal untuk menilai dan menentukan kelemahan dalam prosedur pencatatan dan laporan kemudian di ajukan saran-saran. 3. Evaluation (Penilaian) Merupakan suatu aktivitas penilaian secara menyeluruh atas kebaikan dan kesepakatan pengendalian akuntansi, keuangan serta kegiatan perusahaan. Evaluasi juga merupakan suatu penilaian atas pengendalian internal perusahaan karena mencakup pertimbangan mengenai pelaksanaan dari pengendalian internal sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan. Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen agar dapat melaksanakan tanggungjawab secara efektif, dengan cara memberikan analisisanalisis, rekomendasi yang objektif dan komentar-komentar yang perlu mengenai kegiatan-kegiatan yang di periksanya.
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
15
Tujuan audit internal menurut Hiro Tugiman (1999,11) adalah : “Membantu para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggungjawabnya secara efektif. Untuk hal tersebut auditor internal akan memberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi petunjuk, dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang sedang diperiksa” Untuk mencapai tujuan audit internal di atas, kegiatan audit internal mencakup beberapa hal-hal sebagai berikut : 1. Meneliti dan menilai apakah pelaksanaan pengendalian internal di bidang akuntansi dan keuangan serta operasi telah cukup memadai dan memenuhi syarat. 2. Menilai apakah kebijakan, rencana dan prosedur yang telah di tetapkan benarbenar ditaati. 3. Menilai kecermatan data akuntansi dan data lainnya dalam organisasi perusahaan. 4. Menilai mutu atas pelaksanaan masing-masing tugas telah diberikan kepada masing-masing anggota manajemen. Ruang lingkup audit internal harus meliputi pemeriksaan dan evaluasi atas kecukupan, serta efektivitas sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas kinerja ketika melaksanakan tanggung jawab penugasan. Ruang lingkup audit meliputi beberapa hal : 1. Keandalan informasi Auditor internal harus menelaah reliabilitas dan integritas informasi keuangan
dan
operasi
serta
perangkat
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi, menilai, mengklasifikasikan, dan melaporkan informasi tersebut 2. Kepatuhan terhadap kebijakan, perencanaan, prosedur, hokum dan peraturan Auditor internal harus menelaah sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap kebijakan, perencanaan, prosedur, hokum dan peraturan
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
16
yang dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap operasi dan laporan, serta harus menentukan apakah organisasi telah mematuhinya. 3. Perlindungan aktiva Auditor internal harus menelaah kesesuaian sarana yang digunakan untuk melindungi aktiva, serta memverifikasi keberadaan aktiva tersebut. 4. Efektivitas dan efisiensi operasi Auditor internal harus menilai keekonomisan dan efisiensi sumberdaya yang digunakan. 5. Pencapaian tujuan Auditor internal harus menelaah operasi dan program untuk memastikan apakah hasil yang dicapai konsisten dengan tujuan, serta sasaran yang ditetapkan dan apakah operasi dan program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.
2.2.6
Kemampuan professional Agar dapat mempertanggungjawabkan dengan benar, seorang professional
harus memiliki tingkat kemampuan teknis yang tinggi. Sesuai dengan standar IIA, kemempuan teknis meliputi : Departemen audit internal a) Penyusunan staf : Departemen audit internal harus memberikan keyakinan bahwa kemampuan teknis dan latar belakang pendidikan para auditor internal sesuai dengan audit yang dilaksanakan. b) Pengetahuan, keterampilan dan disiplin : Departemen audit internal harus memiliki atau mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab audit. c) Supervisi : Departemen audit internal harus memberikan keyakinan bahwa audit internal telah disupervisi dengan benar. Auditor internal a) Ketaatan pada standar perilaku Para auditor internal harus mentaati standar perilaku professional Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
17
b) Pengetahuan, keterampilan dan disiplin ilmu : Para auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan disiplin ilmu yang esensial untuk melaksanakan audit internal. c) Hubungan dan komunikasi antar karyawan : Para auditor internal harus terampil dalam berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain secara efektif. d) Pendidikan yang berkelanjutan : Para auditor internal harus menjaga
kompetensi
teknisnya
untuk
pendidikan
yang
berkelanjutan. e) Keahlian professional : Para auditor internal harus menggunakan keahlian professional dalam melaksanakan audit internal.
2.2.7
Pelaksanaan Pekerjaan Audit Apabila standar ruang lingkup pekerjaan audit memberikan pedoman
mengenai pekerjaan audit apa yang harus dilakukan, standar pelaksanaan pekerjaan audit memberikan pedoman tentang struktur audit secara keseluruhan, yang meliputi bidang- bidang :
a. Perencanaan audit : Auditor internal harus merencanakan setiap audit dendan benar. Perencanaan ini harus di dokumentasikan dan harus meliputi menetapkan tujuan audit, mendapatkan informasi tentang latar belakang, menentukan sumberdaya yang diperlukan untuk melaksanakan audit, berkomunikasi dengan semua pihak yang tepat, mengidentifikasikan bidang-bidang yang menjadi perhatian audit. Menulis program audit, mengidentifikasi proseduruntuk mengkomunikasikan hasil, serta mendapatkan persetujuan atas rencana kerja audit. b. Pemeriksaan dan evaluasi informasi Auditor internal harus mengumpulkan bukti-bukti kompeten yang memadai untuk menunjang temuanaudit agar bermanfaat bagi organisasi dalam mencapai sasarannya. Auditor harus mendokumentasikan temuanFungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
18
temuanya melalui kertas kerja audit, mencatat informasi yang diperoleh serta setiap analisis yang dibuat. c. Mengkomunikasikan hasil Pekerjaan auditor internal hanya akan memberi sedikit manfaat bagi entitas apabila hasilnya tidak dikomunikasikan dengan benar kepada orang-orang uang tepat. Standar praktik professional audit internal mendorong auditor internal untuk membahas kesimpulan audit serta rekomendasinya dengan tingkat manajemen yang sesuai sebelum menerbitkan laporan akhir. Laporan audit internal harus objektif dan ditulis dengan jelas. Laporan itu tidak hanya menguraikan ruang lingkup audit dan tujuannya, tetapi juga harus disertai dengan hasil audit. Laporan ini harus disampaikan tepat waktu dan bersifat konstruktif berikut rekomendasi untuk peningkatan atau perbaikannya. d. Tindak lanjut Auditor internal harus menindaklanjuti masalah yang dikemukakan atau rekomendasi yang disampaikan dalam laporan. Auditor internal harus menentukan apakah setiap tindakan perbaikan yang diperlukan, yang dinyatakan dalam laporan audit, telah dilakukan dan apakah manajemen menyadari risiko yang terkait dengan tidak dilaksanakannya tindakan perbaikan tersebut.
2.2.8
Manajemen Bagian Audit Internal Agar dapat bekerja secara efektif, fungsi audit internal harus dikelola
secara tepat. Serangkaian standar yang berlaku pada departemen audit internal menetapkan tanggung jawab direktur audit internal. Direktur audit internal bertanggung jawab menentukan bahwa : 1. pelaksanaan
pekerjaan
audit
telah
mencapai
tujuan
umum
dan
tanggungjawab sebagimana ditetapkan oleh manajemen dan dewan direksi. 2. sumberdaya di departemen audit internal telah dikelola secara efektif dan efisien. Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
19
3. pekerjaan audit yang dilakukan sesuai dengan Standards for the Profesional Practice of Internal Auditing. Direktur audit internal harus mengelola dengan benar : a. Tujuan, wewenang dan tanggungjawab : direktur audit internal harus memiliki ketetapan tentang tujuan, wewenang dan tanggungjawab departemen audit internal. b. Perencanaan : direktur audit internal harus menetapkan rencana untuk melaksanakan tanggungjawab departemen audit internal c. Kebijakan dan prosedur : direktur audit internal harus membuat kebijakan dan prosedur tertulis sebagai pedoman bagi para staf auditor. d. Auditor eksternal : direktur audit internal harus mengkoordinasikan upaya antara auditor internal dan auditor eksternal. e. Jaminan mutu : direktur audit internal harus menetapkan dan mengelola program jaminan mutu untuk mengevaluasi operasi departemen audit internal. f. Manajemen personel : direktur audit internal harus menetapkan program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia pada bagian internal audit.
2.2.9
Bank
2.3.1
Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah
yang digunakan oleh bangkir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer menjadi bank. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan layanan jasa kepada masyarakat. Agar pengertian bank menjadi jelas, penulis mengutip beberapa definisi atau rumusan yang dikemukakan para penulis sebagai berikut : Menurut UU RI No.10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa : “Bank adalah badan usaha yang menyimpan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
20
bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat bank” Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2005:2), penertian bank adalah sebagai berikut : “ Bank umum adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan usaha yang kekayaanya terutama dalam bentuk asset keuangan (Financial assets) serta bermotifkan profit dan juga social,jadi bukan hanya mencari keuntungan saja”.
2.3.2
Bank Perkreditan Rakyat Menurut Drs. Hessel (…) Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan sebagai
berikut: “ Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Dengan sendirinya Bank Perkreditan Rakyat adalah bukan bank pencipta uang giral, sebab Bank Perkreditan Rakyat tidak ikut memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
2.4
Kredit
2.4.1
Pengertian Kredit Iistilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu Credere yang berarti
kepercayaan (truth atau faith), yaitu kepercayaan dari kreditor bahwa debitornya akan mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. Oleh karena itu, dasar persetujuan pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan atau bank kepada seorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) dimasa mendatang tidak akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah disajikan. Dalam pengertian nasional sesuai dengan UU RI Nomor 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 11 menyatakan :
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
21
“Kredit adalah penyedia uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan pesetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga” Dari perumusan diatas terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik antara lain : 1. Adanya suatu penyerahan uang atau tagihan atau dapat pula barang yang menimbulkan tagihan kepada pihak lain, dengan harapan bank akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman tertentu yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi bank yang bersangkutan 2. Proses pemberian kredit didasarkan pada perjanjian, dimana antara kedua belah pihak akan memenuhi syarat-syarat dan ketentuan yang disepakati bersama, antara lain kesepakatan pelunasan utang dan bunga akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang talah disepakati bersama.
2.4.2
Tujuan Kredit Tujuan kredit pada dasarnya adalah keuntungan dalam bentuk bunga atau
pembagian keuntungan yang akan diterima oleh pemberi kredit. Untuk mencapai persetujuan tersebut maka bank hanya memberikan kredit jika mempunyai keyakinan akan pengembalian kredit tersebut. Walaupun tujuan dasar pemberian kredit adalah untuk mendatangkan keuntungan bagi pemberi kredit, namun tujuan tersebut tidak lepas dari tujuan negara untuk mencapai kemakmuran rakyatnya. Menurut Drs. H. Malayu S. Hasibuan (2005:88), tujuan kredit antara lain adalah untuk: 1. Mendapatkan pendapatan bank dari bunga kredit; 2. memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada; 3. melaksanakan kegiatan operasional bank; 4. memenuhi permintaan kredit dari masyarakat; 5. memperlancar lalu lintas pembayaran; 6. menambah modal kerja perusahaan; 7. meningkatkan pandapatan dan kesejahteraan masyarakat. Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka 2.4.3
22
Fungsi Kredit Menurut Thomas Suyatno (1999 16-18), fungsi kredit perbankan dalam
kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kredit pada hakekatnya dapat meningkatkan daya guna uang. Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Kredit pada hakekatnya dapat meningkatkan daya guna uang. Para pemililik uang atau modal dapat secara langsung menjaminkan uangnya kepada pengusaha yang membutuhkan. Selain itu para pemilik modal dapat pula menyimpan uang atau modalnya kepada lembaga keuanagan yang kemudian disalurkan sebagai pinjaman kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan untuk meningkatkan usahannya. 2. Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro, bilyet dan wesel, sehingga apabila pembayaran-pembayaran dilakukan dengan cek, giro, bilyet dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Di samping itu kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas akan berkembang pula. 3. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang Dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. Disamping itu, kredit dapat pula meningkatkan peredaran barang baik melalui penjualan secara kredit maupun dengan membeli barang barang dari satu tempat dan menjualnya ke tempat lain. Pembelian tersebut uangnya berasal dari kredit. Hal ini juga berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat suatu barang.
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
23
4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi. Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha antara lain: a. Pengendalian inflasi, b. Peningkatan export,dan c. Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Untuk menekan laju inflasi pada tahun 1966, yang lebih kurang berkisar 650%, pemerintah melaksanakan kebijakan uang ketat (tigh money policy) melalui pemberian kredit yang selektif dan terarah, untuk melindungi usahausaha yang bersifat nonspekulatif. Arus kredit diarahkan pada sektor-sektor yang produktif dengan pembatas kualitatif dan kuaantitatif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negri agar bisa di ekspor. Kebijakan tersebut telah berhasil dengan baik. 5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. Setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usaha tersebut, namun ada kalanya dibatasi oleh kemampuan dibidang permodalan. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi kekurang mampuan para pengusaha dibidang permodalan tersebut, sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya. 6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan. Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru.Peningkatan usaha dan pendirian proyek baru akan membutuhkan tenaga kerja untuk melaksanakan proyek-proyek tersebut. Dengan demikian mereka akan memperoleh pendapatan. Apabila perluasan usaha serta pendirian proyek-proyek baru telah selesai, maka untuk mengolahnya diperlukan pula tenaga kerja. Dengan tertampungnya tenagatenaga kerja tersebut, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula. 7. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional. Bank-bank besar diluar negri yang mempunyai jaringan usaha, dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit, baik secara langsung maupun tidak Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
24
langsung kepada perusahaan-perusahaan di dalam negri. Begitu juga Negaranegara yang telah maju yang mempunyai cadangan devisa dan tabungan yang tinggi, dapat memberikan bantuan-bantuan dalam bentuk kredit kepada negara-negara yang sedang berkembang untuk membangun. Bantuan dalam bentuk kredit ini tidak saja dapat mempererat hubungan ekonomi antarnegara yang bersangkutan tetapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional.
2.4.4
Jenis-jenis Kredit Secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank menurut
Kasmir (2000,76-79) adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Dilihat dari Segi Kegunaan. Dilihat dari Segi Tujuan kredit Dilihat dari Segi Jangka Waktu Dilihat dari Segi Jaminan.
Penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Dilihat dari Segi Kegunaan. Maksud jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya adalah untuk melihat penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Jika ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit yaitu: a. Kredit infestasi Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. b. Kredit modal kerja Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 2. Dilihat dari Segi Tujuan kredit a. Kredit produktif
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
25
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasil barang atau jasa. Artinya kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan suatu baik berupa barang atau jasa. b. Kredit konsumtif Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. c. Kredit perdagangan Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang tersebut. 3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu a. Kredit jangka pendek Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit jangka menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. Bebarapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang. c. Kredit jangka panjang Merupakan kredit kredit yang masa pengembalianya paling panjang yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet,kelapa sawit atau manufaktur dan untuk juga kredit konsumtif seperti kredit perumahan. 4. Dilihat dari Segi Jaminan. a. Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu.jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidal berwujud. Artinya Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
26
setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan-jaminan yang diberikan si calon debitur. b. Kredit tanpa jaminan Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertantu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
2.4.5
Unsur-unsur kredit Menurut Kasmir (2000,74) adapun unsur-unsur yang terkandung dalam
pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Kepercayaan Kesepakatan Jangka waktu Resiko
penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberian kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar ditaerima kembali di masa tertentu dimasa datang. 2. Kesepakatan Disamping unsur kepercayaan didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara sipemberi kredit dengan si penerima kredit. 3. Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. 4. Risiko Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kereditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam.
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka 2.4.6
27
Manfaat kredit dari sisi perbankan Salah satu kegiatan pokok dari perbankan yaitu menerima atau
menagumpulkan dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk dan kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat dalam berbagai bentuk perkreditan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai perantara keuangan (financial intermediary), bank akan memperoleh beberapa manfaat antara lain: 1. memperoleh pendapatan,bunga kredit yaitu selisih antara bunga kredit yang diterimanya dari pada debitur dikurangi biaya overhead dalam mengelola kredit tersebut. 2. Untuk menjaga solvabilitas usahanya. 3. Bagian memberikan kredit akan membantu memajukan jasa-jasa perbankan yang lain. 4. Pemberian kredit untuk merebut pasar (market share) dalam melindungi perbankan. 5. Pemberian kredit untuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya. 6. Dengan pemberian kredit akan memungkinkan perbankan untuk mendidik para stafnya untuk mengenal kegiatan industri yang lain secara mendetail.
2.4.7
Kebutuhan kredit perbankan Menurut Thomas Suyatno(1999,15-16) maka secara umum dapat
dikemukakan kredit perbankan adalah sebagai berikut: a. Pemberian kredit harus sesuai dan seirama dengan kebijakan moneter dan ekonomi. b. Pemberian kredit harus slektif dan diarahkan kepada sektorsektor yang diprioritaskan. c. Bank dilarang memberikan kredit kepada usaha-usaha yang diragukan bank ability-nya. d. Setiap kredit harus diikat denagn suatu perjanjian kredit(akad kredit).Disini tersirat pertimbangan yuridis dari revenue(penghasilan pemerintah dengan adanya bea materi kredit). e. Over draft(penarikan uang dari bank mekebihi saldo giro atau melebihi piafon kredit yang disetujui)dilarang. f. Pemberian kredit untuk pembayaran kembali kepada pemerintah dilarang(kredit untuk membayar kredit pajak dan bea cukai).
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
28
g. Kredit tanpa jaminan dilarang(pertimbangan keamanan dan safety). 2.5
Prosedur Umum Pemberian Kredit Menurut Thomas Suyatno (1999,41) prosedur pemberian kredit dimulai
dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
2.5.1
Permohonan kredit Penyidikan dan analisis kredit Keputusan atas permohonan kredit Penolakan pemohinan kredit Persetujuan permohonan kredit Pencairan fasilitas kredit Pelunasan fasilitas kredit
Prinsip-prinsip Pemberian Kredit Menurut Kasmir (2000,91-94) Prinsip pemberian kredit denagn analisis 7
C kredit dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Character Capacity (capabality) Capital Colleteral Condition Constraint Convering
penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Character Pengertian character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur.Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa, sifat atau watak dari orang-ornag yang akan diberikan kradit bener-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang maupun yang bersifat pribadi. 2. Capacity (capabality) Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemamapuannya
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
29
mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. 3. Capital Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyadiakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri dengan kata lain Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang dibiayai oleh bank. 4. Colleteral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian. 5. Condition Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. 6. Constraint Adalah factor hambatan dan keterbatasan yang dapat timbul dalam perkreditan.
Dalam proses pemutusan kredit perlu dilakukan penelitian
mengenai kemungkinan timbulnya hambatan tersebut yang pada giliranya akan dapat mengganggu kelancaran pembayaran kredit. 7. Convering Yang dimaksudkan dengan asuransi disini adalah suatu tindakan yang dilakukan bank dengan mengikuti asuransi yang bertujuan untuk menganalisis adanya kemungkinan apakah kredit yang diberikan mengalami kemacetan.
Sedangkan penilaian dengan 7 P kredit adalah sebagai berikut: 1. Personality (kepribadian) Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya seharihari maupun masa lalunya.Personaliti juga mencakup sikap, emosi, tingkahlaku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
30
2. Party (klasifikasi/golongan) Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongangolongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat diglongkan kegolongan tertentu dan akan mendapatkan pasilitas kredit yang berbeda pula dari bank. 3. Perpose (tujuan) Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah tujuan untuk konsumtif atau untuk tujuan produktif atau untuk tujuan perdagangan. 4. Prospect (prospek) Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek bukan hanya bank yang rugi akan tetepi juga nasabah. 5. Payment (pembayaran) Merupakan ukuran bagainana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya. 6. Profitability (keuntungan) Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode keperiode apakah akan tetep sama atau akan semakin meningkat,apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank. 7. Protection (perlindungan) Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
31
Sedangkan prinsif 3 R menurut Kasmir (2000,91-94) adalah sebagai berikut: 1. Return (hasil yang dicapai) 2. Repayment (pembayaran kembali) 3. Risk Bearing Ability (kemampuan untuk menanggung resiko)
Penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Return (hasil yang dicapai) Hal yang diperkirakan dapat dicapai oleh calon nasabah akan diukur oleh analisis apakah mencukupi untuk pengembalian kredit beserta bunganya. 2. Repayment (pembayaran kembali) Pembayaran kembali oleh nasabah harus sudah dapat diramalkan oleh analisis. Hal ini harus sesuai dengan rencana penetepan sekedul pengembalian kredit. 3. Risk Bearing Ability (kemampuan untuk menanggung resiko) Risk bearing ability sangat memerlukan sorotan analisis pengendalian, analisis dikaitkan dengan kemungkinan adanya kegagalan utama calon nasabah apakah ia mampu menanggung seluruh kerugian yang timbul karena hal-hal yang telah diperkirakan semula.
2.6
Kredit Macet Menurut Kasmir (2000,102) yang dimaksud dengan kredit macet adalah
sebagai berikut : “Suatu keadaan dimana nasabah tidak mampu lagi untuk melunasi kreditnya”
Sedangkan menurut Drs. H. Malayu S. Hasibuan (2005:115) yang dimaksud dengan kredit macet adalah : “ Kredit macet adalah kredit yang diklasifikasikan pembayarannya tidak lancar dilakukan oleh debitor bersangkutan. Kredit macet harus secepatnya diselesaikan agar kerugian yang lebih besar dapat dihindari. Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka 2.6.1
32
Kemacetan Suatu Faliditas Kredit Kemacetan suatu faliditas kredit disebabkan oleh 2 faktor yaitu :
1. Dari pihak perbankan. Dalam hal ini pihak analis kredit kurang teliti baik dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam melakukan perhitungan dengan rasio-rasio yang ada. Akibatnya apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya. Kemacetan suatu kredit dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan dengan secara tidal objektif. 2. Dari pihak nasabah. Kemacetan kredit yang disebabkan oleh pihak nasabah dilibatkan 2 hal yaitu : a. Adanya unsur kesengajaan. Artinya nasabah sengaja tidak mau membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan dengan sendiri macet. b. Adanya unsur tidak sengaja. Artinya nasabah memiliki kemauan untak membayar tetapi tidak mampu dikarenakan usaha dibiayai terkena musibah misalnya kebanjiran atau kebakaran.
2.6.2
Teknik Penyelesaian Kredit Macet Untuk mengatasi kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan,
sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan dapat dilakukan dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu pembayaran atau jumlah angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau dengan melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar. Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan beberapa metode yaitu : 1. Resceduling Yaitu dengan cara : a. Memperpanjang jangka waktu kredit Dalam hal ini sidebitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit, misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
33
satu tahun sehingga sidebitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengemgbalikannya. b. Memperpanjang jangka waktu angsuran. Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit. Dalam
hal
ini
janaka
waktu
angsuran
kreditnya
diperpanjang
pembayarannya, misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuranpun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran. 2. Reconditioning Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti : a. Kapitalisasi bunga, yaitu dengan cara bunga dijadikan hutang pokok. b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. Maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa. c. Penurunan suku bunga Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai contoh jika bunga pertahun sebelumnya dibebabkan 17 % diturunkan menjadi 15%. Hal ini tetgantung dari pertimbangan bank bersangkutan. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah. d. Pembebasan bunga Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah tidak akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas. 3. Restructuring Yaitu dengan cara : a. Menambah jumlah kredit b. Menambah equity yaitu : -dengan menyetor uang tunai Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
34
-tamabhan dari pemilik 4. Kombinasi Merupakan kombinasi dari ketiga jenis metode di atas. Misalnya kombinasi antara restructuring dengan reconditioning atau rescheduling dengan restructuring. 5. Penyitaan jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benarbenar tidak punya etikad baik atau sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya.
2.6.3
Penanggung jawaban Mutu kredit yang Disalurkan Usaha bank memekan risiko kerugian yang timbul kerena penyaluran
kredit adaalh dengan menjaga mutu kredit yang mereka berikan. Tanggung jawab menjaga mutu kredit tersebut dipikul oleh dewan komisaris. Dalam pelaksanaan operasi sehari-hari, oleh dewan direksi tanggung jawab itu didelegasikan kepada para eksekutf bank yang bersangkutan, termasuk para anggota komite kredit, direktur kredit dan pemasaran, manajer atau kepala bagian administrasi kredit internal, auditor dan account officer atau loan officer. 1. Komite kredit Bank ukuran menengah dan besar biasanya membentuk bagian khusus yang disebut komite kredit, dengan tugas memberikan pendapat dan saran kepada dewan direksi dalam mengevaluasi kelayakan permintaan kredit yang diajukan debituruntuk menjaga mutu kredit yang mereka salurkan.
2. Bagian kredit dan pemasaran Para pejabat kredit dan pemasaran, termasuk kepala divisi kredit dan pemasaran, kepala auditor pengawasan kredit dan account officer memikul tanggung jawab besar dalam menjaga mutu kredit yang disalurkan. Mereka bertindak sebagai instansi pertama dalam organisasi bank yang bertugas menyaring permintaan kredit yang diajukan oleh calon debitur, baik debitur koorporasi maupun debitur perorangan. Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
35
3. Bagian Administrasi kredit Kredit yang diberikan kepada debitur mempunyai jadwal pembayaran bunga dan kredit sendiri-sendiri. Dengan demikian diperlukan bagian bank tertentu yang secara khusus menyusun jadwal pembayaran bunga dan kredit induk setiap debitur, serta menagih bungan dan pembayaran kredit saat jatuh tempo. 4. Internal Auditor Tugas pertama internal auditor adalah secara terus menerus meneliti apakah semua transaksi bisnis bank (termasuk penyaluran kredit) telah disalurkan secara benar sesuai dengan standar umum akuntansi dan memaatuhi peraturanperaturan bank yang berlaku. Internal auditor bertanggung jawab untuk menghindarkan operasi bank dari praktek manipulasi kolusi, korupsi, pemborosan, dan penyalahgunaan wewenang oleh oknum-oknum bank yang berjiwa tidak terpuji.
Klasifikasi Kolektibilitas Kredit Bank harus membuat system dan prosedur atau tatacara penilaian kolektibilitas yang harus dimuat dalam Kebijaksanaan Perkereditan Bank (KPB) setiap bank, dan harus sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dalam Surat Edaran (SE) No 23/12/BPPP-28 Februari 1991, Tjoekam (1999,16) yang menetapkan : “Kolektibilitas Kredit sebagai keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok, bunga, biaya-biaya, dan kemingkinan diterima kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga dan lainlain ayau penanaman lainnya” Menurut Drs. H. Malayu S. Hasibuan (2005:114), menyatakan : “Klasifikasi collectability credit ini berguna sebagai tool of management perkreditan bank dan tolok ukur tingkat kesehatan bank oleh Bank Indonesia”.
Jenjang kolektibilitas berdasarkan tepat waktu pembayaran pokok atau angsuran pokok, bunga, biaya-biaya dan diterima kembali dana penanaman pada surat-surat berharga dan lain-lain, sebagai berikut : Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
36
1. Kredit Lancar, yaitu kredit yang pembayaran pokok atau angsuran pokok, bunga, biaya serta seluruh dana yang ditanamkan diterima kembali sebelum 3 bulan sesuai dengan ketentuan jenis kredit masing-masing. 2. kredit kurang lancar, yaitu bila pembayaran wajib tersebut melewati jangka waktu 3 bulan, tetapi tidak melampaui 6 bulan, untuk setiap jenis kredit. 3. kredit diragukan, yaitu bila pembayaran-pemnbayaran wajib tersebut melewati jangka waktu 6 bulan, tetapi masih kurang dari 12 bulan untuk setiap jenis kredit. 4. kredit macet, yaitu bila pembayaran-pembayaran wajib melewati 12 vbulan, kredit macet tersebut harus dikeluarkan dari portofolio kredit bank tersebut (neraca) dan untuk masuk portofolio kredit yang dihapusbukukan.
Gejala awal terjadinya kredit macet Gejala tidak menguntungkan yang menjurus kepada kredit macet, sebenarnya telah bermunculan jauh sebelum kasus itu sendiri timbul di permukaan. Bilamana terjadi gejala taersebut dapat dideteksi dengan tepat dan ditangani secara profesionel sedini mungkin, ada harapan kredit yang bersangkutan dapat ditolong. Sebaliiknya bilamana hal itu tidak terdeteksi atau dibiarkan saja, transaksi kredit akan berakhir dengan bencana, terutama bagi pihak kreditur. Menurut Siswanto Sutodjo (1997,29-37) gejala umum yang muncul sebagai tanda akan terjadinya kredit macet adalah :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
peneyimpangan dari berbagai ketentuan dalam perjanjian kredit penurunan kondisi keuangan perusahaan frekuensi pergantian pemimpin dan tenaga inti penyajian bahan masukan secara tidak benar menurunnya sikap kooperatif debitur penurunan nilai jaminan yang disediakan timbulnya masalah keluarga atau pribadi debitur yang serius
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
37
Dampak Kredit Macet Menurut Siswanto Sutodjo, kredit macet dalam jumlah besar dapat mendatangkan dampak yang tidak menguntungkan baik bagi bank sebagai pemberi kredit, dunia perbangkan umumnya, maupun terhadap kehidupan ekonomi atau moneter Negara.
Dampak terhadap kelancaran operasi bank pemberi kredit Sebuah bank yang didorong adalah masalah kredit macet dalam jumlah besar akan mengalami berbagai macam kesulitan operasional karena hal-hal sebagai berikut : 1. oleh kebijakan bank sentral, kredit macet dikategorikan sebagai aktiva produktif bank yang diragukan kolektibilitasnya. Untuk menjaga keamanan dana para responden, bank sentral mewajibkan bank umum menyediakan cadangan penghapusan kredit macet. Dengan demikian, semakin besar jumlah saldo kredit macet yang dimiliki bank, akan semakin besar jumlah dana cadangan hutang mereka sediakan, semakin besar pula biaya yang harus mereke tanggung untuk mengadakan dana cadangan itu. 2. sebuah bank yang dirongrong oleh kredit macet dalam jumlah besar cenderung menurun profitabilitasnya. Return of assets (ROA) yaitu salah satu tolak ukur profitability akan menurun, dengan akibat nilai kesehatan operasi mereka. 3. kerugian yang ditanggung bank dari kredit macet akan mengurangi jumlah modal sendiri mereka. Selanjutnya menurunnya jumlah modal sendiori tidak akan menurunkan jumlah persentase capital adequecy ratio (CAR).
Penanganan Kredit Macet Dalam rangka mendeteksi tingkat kegawatan masalah yang sedang dihadapi debitur, bank perlu mempelajari kembali seluruh arsip yang bersangkutan dengan debitur tersebut. Hasil analisis kemampuan dan ketersediaan debitur mengambalikan kredit yang telah dilakukan bank pada masa lalu, perkembangan usaha bisnis setelah kresit diberikan maupun perjanjian penyerahan jaminan yang diberikan perlu dikaji kembali. Dari pengkajian ulang Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
38
analisis, ada kemungkinan ditemukan kelemahan dan kekurangan debitor yang pada masa lampau kurang mendapat perhatian. Apabila penelitian kembali seluruh dokumen yang tersimpoan dalam arsip telah selesai, bank wajib membicarakan masalah yang sedang mereka hadapi. Bila debitur dan pemimpin perusahaan jujur, dan bertanggung jawab, pertemuan untuk pembahasan masalah tidak akan mendapaty rintangan yang berarti. Andaikata sampai saat bank mendeteksi mereka belum menyelesaikan kesulitan tersebut, besar kemungkinan karena khawatir bank akan menarik kembali kredit yang terutang. Penanganan kredit macet dapat dilakukan melalui proses pengadilan maupun diluar proses pengadilan. Bank menagani penyelesaian kredit mecet itu sendiri atau dengan bantuan pihak ketiga yaitu pengecara hokum atau biro jasa penagihan. Disamping itu bank milik negara di Indonesia, dapat menyerahkan penagihan kredit kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dan Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN). Penanganan penyelesaian kredit macet melalui proses pengendalian dilakukan antara lain bilamana bank mendapat bukti ada unsur penipuan atau kesengajaan dipihak debitur. Penanganan penyelesaian diluar proses pengadilan tidak membawakan hasil yang diharapkan. Sedangkan penanganan penyelesaian kredit macet diluar proses pengadilan dilakukan bank, bila mereka masih mempunyai harapan dalam suatu masa bila debitur mampu mengumpulkan dana untuk melunasi kredit (dengan bunga) tertunggak.
Program Audit Internal Untuk Penilaian Pemberian Kredit Program audit adalah salah satu bagian penting dalam proses audit karena didalamnya terdapat berbagai petunjuk mengenai langkah-langkah atau tindakan yang harus diambil selama melakukan audit. Dalam hal pemberian kredit, maka tujuan program audit ini adalah untuk mengetahui apakah prosedur pemberian kredit, kelengkapan persyaratan yang ditentukan, surat-surat bukti kepemilikan agunan dan ketentuan telah ditaati.
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
39
Untuk penilaian pemberian kredit, adapun program audit internal yang dilakukan sebagai berikut : 1. Memastikan keberadaan dan efektivitas system operasi dan pengendalian kredit a. lakukan review terhadap system operasi yang ada ; perhatikan kekuatan dan kelemahannya; buku catatan mengenai perubahan yang harus dilakukan. Untuk itu auditor harus mengetahui apakah para pengelola kredit, khususnya relationship officer mampu secara dini menemukan dan mengantisipasi masalah yang akan timbul, sehingga bisa melakukan langkah-langkah awal untuk mengatasinya. b. Lakukan review terhadap kebijakan perkreditan yang dikeluarkan oleh direksi khususnya mengenai limit, jaminan dan rasionya, jangka waktu kredit, kebijakan penghapusan, dan lain-lain. Bandinghkan kebijakan ini dengan kondisinya di lapangan. c. Lakukan review terhadapa setiap penyimopangan yang ter5catat pada kertas kerja atau laporan sebelumnya dan yakinkan bahwa tindakan koreksi telah dilakukan. 2. Meyakinkan kebenaran informasi mengenai kewajiban masing-masing debitur Perlu diketahui kebenaran administrasi bank dengan realisasi kredit sebenarnya. Artinya tidak ada kredit bank yan tidak tercatat dalam administrasi bank. 3. Melihat apakah permberian kredit telahs sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sejauh mana perhatian manajemen terhadap kredit-kredit bermasalah a. melakukan review terhadap seluruh kredit yang tergolong bermasalah. b. Urutkan daftar kredit yang permbayaran bunga dan angsurannya tertunggak dan kredit bermaslah lainnya. 4. Mengetahui bahwa seluruh kredit telah dilengkapi dengan dokumen yang memperkuat posisi bank. a. Menetapkan nasabah yang akan diperiksa dan metode pengambilan sample. b. Melakukan pemeriksaan file tersebut. Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
40
c. Memeriksa dan meneliti masing-masinh dokumen apakan pengisiannya, penandatanganannya, dan penandasahnya telah benar. 5. Meyakinkan bahwa kredit yang diberikan dilindungi dengan agunan yang memadai. 6. Meyakinkan bahwa keputusan pemberian kredit didasarkan pada informasi yang memadai dan dapat diandalkan. a. Melakukan pemeriksaan mengenai kualitas data dan informasi, yang dijadikan dasar analisis dan keputusan kredit. b. Melakukan pengujian apakah data dan informasi itu apakan layak. 7. Meyakinkan bahwa pemberian kredit telahs sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku bauk intern atau ekstern.
Hubungan Audit Internal dengan Kredit Macet Tujuan audit internal atas pemberian kredit adalah untuk menentukan apakah pengendalian yang ada cukup memadai dan terbukti efektif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen. Tujuan yang dimaksud disini adalah kelancaran kredit yang diberikan dan menentukan apakah pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan standar kegiatan yang telah ditetapkan. Dalam hubungan ini, auditor internal secara kritis melakukan evaluasi. Auditor juga harus memahami ketentuan mengenai kebijakan perkreditan khususnya tentang limit komite audit, tingkat bunga yang berlaku, dan ketentuan lainnya. Auditor juga harus meyakinkan bahwa keputusan pemberian kredit didasarkan pada informasi yang memadai dan dapat diandalkan. Setelah selesai melakukan audit, auditor akan memberikan saran atau rekomendasi kepada manajemen agar pemberian kredit yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien. Rekomendasi atau saran hasil dari audit internal atas pemberian kredit tadi diharapkan dapat membantu manajemen bank untuk mengefektifkan dan mengefisienkan prosedur-prosedur standar-standar kegiatan kredit. Hal ini akan dapat menekan kemungkinan terjadinya kredit macet atau setidanknya meminimumkan kerugian ayng ditimbulkan.
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
41
Fungsi Audit internal dalam upaya menekan kemungkinan terjadinya kredit macet Agar perusahaan dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuannya, diperlukan pengendalian internal yang memadai, yang didalamnya terdapat aktifitas pemeriksaan. Fungsi audit internal akan berjalan dengan baik apabila kedudukannya dalam organisasi serta tingkat independensinya visa diandalkan. Jangkauan (scope) dari audit internal meliputi pemeriksaan dan penilaian kemampuan mereka serta keandalan pengendalian internal dalam organisasi. Hal ini akan dapat diketahui melalui fungsi audit internal sebagai alat kendali manajemen. Untuk mencapai tujuan audit internal dalam upaya menekan kemungkinan terjadinya kredit macet, auditor internal harus mengetahui aktiivitas fundamental dari audit internal yang meliputi : 1. Compliance Merupakan pemeriksaan untuk menilai tingkat kepatuhan pegawai terhadap kebijakan, prosedur, peraturan-peraturan, praktek-praktek usaha yang lain serta undang-undang dan peraturan pemerintah yang mempunyai pengaruh. 2. Verification Merupakan pemeriksaaan sejumlah data terus-menerus sehingga pimpinan dapat menerima suatu data yang dapat diandalkan. Aktivitas ini meliputi bidang laporan keuangan, serta terhadap kekayaan fisik perusahaan dan hasil operasinya. 3. Evaluation Auditor internal melakukan penilaian secara terus-menerus terhadap pengendalian internal kredit. Auditor internal mengawasi pengendalian internal yang ada, apakah telah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Apabila terdapat penyimpangan, auditor internal harus segera melaporkan kepada manajemen. Auditor internal memberikan saran atau rekomendasi untuk memperbaiki ppenyimpangan yang terjadi. Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet
Bab II Tinjauan Pustaka
42
Berdasarkan uraian diatas diharapkan dengan adanya audit internal dapat membantu dalam meyakinkan manajemen perusahaan atas pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang dilaksanakan oleh setiap fungsi organisasi dan berfungsi secara efektif, sehingga pelaksanaan pemeriksaan internal terhadap kredit macet dapat dilaksanakana dengan efektif dan efisien.
Fungsi Audit Internal dalam Upaya Menekan Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet