BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Budaya Populer Dapat dikatakan bahwa budaya popular adalah tentang keberadaan
(distinctiveness) kelompok-kelompok sosial yang memberikan mereka identitas. Media itu signifikan dalam mempresentasikan identitas kepada pihak-pihak lain, serta kepada kelo mpok budaya yang ada. Para sosiolog tertarik kepada berbagai norma dan nilai yang menginformasikan tindakan suatu kelompok, kepada makna yang ditekankan pada tindakan tersebut, dan kepada produk yang dimiliki o leh kelompok tersebut yang juga memiliki makna yang dikenakan kepada mereka. Budaya popular juga didefinisikan oleh kepercayaan dan nilai, o leh perilaku dan nilai, dan oleh pemahaman terhadap sejarah dan terhadap keberadaan, yang semua hal tersebut dimiliki oleh kelompok sosial tertentu.14 Konsep-konsep kunci budaya popular mencakup hal-hal berikut ini: 1. Pemahaman tentang perbedaan dan identitas 2. Bagaimana identitas direpresentasikan 3. Bagaimana budaya diproduksi 4. Cara hubungan sosial dan hubungan budaya disamakan dengan barangbarang 5. Bagaimana makna tentang perbudakan diproduksi dalam teks
14
Graeme Burton. Pengantar untuk Memahami Media dan Budaya Populer.Jalasutra.Yogyakarta. 1999. Hal 53
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
6. Bagaimana ideo logy beroperasi dalam praktik dan barang kebudayaan Bagaimana perdebatan kunci tentang budaya popular termasuk hal-hal berikut: 1. Berbagai versi Marxisme yang semuanya menaruh perhatian terhadap penerapan kekuasaan melalui instituisi- istituisi budaya 2. Modernism, yang menaruh perhatian dengan pemikiran ulang terhadap bentuk dan struktur tetapi ingin mempertahankan nilai-nilai seni tinggi yang terlepas dari budaya popular. 3. Interaksionalisme, yang tetarik kepada orang-orang serta institusi- institusi, dan kepada bagaimana interaksi ini membantu memahami budaya popular 4. Strukturalisme, yang membaca struktur, dan maknanya, dalam perilaku budaya dan artefak 5. Fungsionalisme, yang melihat media berkontribusi terhadap tendensi institusi-institusi sosial untuk keadaan yang seimbang (serta harus selalu berkaitan dengan kekuasaan) 6. Posmodernisme, yang menolak struktur dan mengabaikan ideology demi teks, bentuk, dan makna, semua dalam pandangan yang positif tentang kekuasaan budaya popular 7. Feminism, yang melihat budaya popular secara essensial berkaitan erat dengan makna tentang gender dan ketidaksetaraan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
2.2
Video Klip
2.2.1 Sejarah Video Klip Sejatinya video klip adalah sarana bagi para produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium televisi. 15 Video klip mengalami perjalanan yang cukup panjang hingga akhirnya kini menjadi bagian terpenting dari karir musisi. Titik awal video klip bermula di tahun 1894, George Thomas membuat sebuah konsep visual dari lagu berjudul The Little Lost Child yang diputar disebuah
gedung
pertunjukan,
Thomas
mengambil
gambar
yang
menvisualisasikan lagu tersebut dan pada saat musisi memainkan lagu tersebut, Thomas menampilkan slide yang berisi foto-foto yang menjadi bentuk visual dari lagu itu.16 Secara singkat perkembangan video klip dapat dibagi dalam tahapan berikut:17 1. Adanya lagu bergambar The Little Lost Child dari Edward Marks dan Joe Stern di tahun 1894 2. Penemuan soundie, yaitu potongan-potongan sajian musical di tahun 1940an 3. Adanya musical benduk Diamonds Are A Girl’s Best Friend dari film Gentlemen Prefer Blondes di periode 1950an
15
Heru Effendy. Mari Membuat Film: panduan menjadi produser. Erlangga. Jakarta. 2009. Hal 6 Haqi Ahmad. My Life as Video Music Director: baca pengalaman dari Renny Fernande, Sim F, Angga Dwinas Sasongko. Plotpoint Publishing. Jakarta. 2012. Hal 35 17 Ibid. Hal 36 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
4. Sekitar tahun 1960an, ditemukannya Scopitone yang menumbuhkan inovasi lebih luas lagi. Salah satunya Travelin’ Man yang dibawakan ricky Nelson 5. Singkronisasi audio dan video dalam bentuk variety show di Kanada yang berjudul Sing Along Jubilee 6. Mulai berkembangnya dubbing. Salah satunya yang terkenal diperlihatkan House of The Rising Sun oleh The Animals tahun 1960an Sedangkan cikal bakal video klip di Indonesia berawal dari film, yaitu film Tiga Dara (1960) yang disutradarai o leh Usmar Ismail dan memenangkan penghargaan Tata Musik Terbaik untuk Sjaiful Bachri di ajang Festival Film Bandung tahun 1960. Selain itu grup musik Koes bersaudara sempat tampil membawakan dua lagu berjudul Bintang Ketjil dan Dosa Ibu di film berjudul Bintang Kecil tahun 1963. 18Kemudian TVRI menjadi stasiun televisi pertama d i Indonesia yang menjadi media untuk menayangkan video klip.19 Dan RCTI sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia awalnya memberikan slot untuk video klip sebagai filler yang diputar sebelum program tayang.20 2.2.2
Fungsi Video Klip Sim F, salah satu sutradara video klip menilai bahwa video klip memilik i
dua fungsi, yaitu:21
18
Haqi Ahmad. My Life as Video Music Director: baca pengalaman dari Renny Fernandez, Sim F, Angga Dwimas Sasongko. PlotPoint Publishing. Jakarta. 2012. Hal 43 19 Ibid. Hall 44 20 Ibid. Hal 46 21 Ibid. Hal 31-34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
1. Fungsi utama: Media Promosi Sebagai media promosi yang dimaksudkan agar masyarakat luas semakin mengetahui karya yang dibuat musisi yang bersangkutan.Tidak ada parameter
yang
dapat
membuktikan
bahwa
video
klip
dapat
mempengaruhi sebuah album.Lagipula sebuah lagu yang sukses tiada bearti bahwa semua orang membeli albumnya.Bisa jadi lagu tersebut popular karena masyarakat melihat video klipnya di televisi atau mendengar lagunya di radio. 2. Fungsi lain: Menerjemahkan makna dari sebuah lagu Fungsi secara artistik yang berkaitan dengan eksplorasi sebuah lagu. Video klip dapat menampilkan sesuatu berkaitan dengan lagu atau bahkan sama sekali tidak berkaitan dengan lagu. Konsep video klip yang tidak berkaitan dengan lagu merupakan bagian dari bentuk ekspresi dan hal tersebut erat kaitannya dengan artistik. Menurut Denny Sakrie, di Indonesia penikmat musik terbagi menjadi dua. Ada yang menempatkan musik sebagai media hiburan dan ada yang menjadikan musik sebagai media apresiasi.Dari dua hal itu, dapat dilihat pembuatan video klip yang ideal. 2.3
Representasi Representasi merupakan suatu upaya untuk merepresentasikan dan
memahami suatu pesan isi media.Representasi merupakan suatu salah satu hal yang dapat diarahkan untuk menggali lebih dalam isi dari sebuah konstruksi media dengan menggunakan kerangka pemikiran teori-teori pemikiran kritis. Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
melalui sistem penandaan yang tersedia diberbagai konsep. Secara ringkas, representasi adalah proses memaknai suatu hal. Marcel Danesi mendefinisikannya sebagai berikut: “proses merekam ide, pengetahuan, atau pesan dalam beberapa cara fisik disebut representasi. Ini dapat didefinisikan
lebih
menyambungkan, diimajinasikan
tepat
sebagai
melukiskan,
atau
dirasakan
kegunaan
meniru dalam
sesuatu
dari
tanda
yang
beberapa
dirasa,
bentuk
yaitu
untuk
dimengerti, fisik.
Dapat
dikarakteristikan sebagai proses konstruksi bentuk X untuk menimbulkan perhatian kepada sesuatu yang ada secara material atau konseptual, yaitu Y atau dalam bentuk spesifik Y, X=Y”. Representasi adalah suatu upaya untuk merepresentasikan dan memahami suatu pesan isi media.Representasi merupakan suatu salah satu hal yang dapat diarahkan untuk menggali lebih dalam isi dari sebuah konstruksi media dengan menggunakan kerangka pemikiran teori-teori pemikiran kritis. Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia diberbagai konsep. Secara ringkas, representasi adalah proses memaknai suatu hal.22 Menurut Stuart Hall ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep ‘sesuatu’ yang ada di kepala kita masing- masing (peta konseptual), representasi mental masih merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua, ‘bahasa’, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada didalam kepala kita harus diterjemahkan dalam ‘bahasa’ yang lazim,
22
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi: aplikasi praktis bagi penelitian dan skripsi komunikasi. Mitra Wacana Media. Jakarta. 2013. Hal 148
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide- ide kita tentang sesuatu dengan tanda dari simbo l-simbo l tertentu.23 Sebuah informasi yang disebarkan oleh media merupakan hasil persepsi dan intepretasi yang dikumpulkan secara kolektif dari tangan orang-orang yang memiliki beragam kepentingan terhadap muatan informasi tersebut.Informasi itu digambarkan dan dikonstruksikan kembali kepada khalayak atau biasa disebut representasi. Representasi dalam media menunjuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok,
gagasan
atau
pendapat
tertentu
ditampilkan
dalam
pemberitaan.24 Dalam hal ini, dimana yang menjadi objek penelitian adalah video klip, berarti merujuk pada bagaimana pembuat video klip (sutradara maupun penulis skenario) menampilkan sebuah pandangan atau gagasan mengenai realitas yang dikonstruksikan dalam sebuah cerita. John Fiske merumuskan tiga proses yang terjadi dalam representasi melalui tabel berikut ini:25 Tabel 2.3.1 Proses Representasi John Fiske
PERTAMA
REALITAS Dalam bahasa tulis, seperti dokumen wawancara transkrip
23
Ibid Ibid 25 Ibid. Hal 149
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
dan sebagainya. Dalam televisi seperti pelaku, make up, pakaian, ucapan, gerak-gerik dan sebagainya. KEDUA
REPRESENTASI Elemen tadi ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik, dan sebagainya. Dalam TV seperti kamera, musik, tata cahaya, dan lain-lain. Elemen-elemen tersebut ditransmisikan ke dalam kode representasional yang memasukkan diantaranya bagaimana objek digambarkan (karakter, narasi setting, dialog dan lain-lain).
KETIGA
IDEOLOGI Semua elemen diorganisasikan dalam koherensi dan kodekode ideo logi, seperti individualism liberalism, sosialisme, patriaki, ras, kelas, materialism dan sebagainya.
Sumber: John Fiske, Television Culture. London. Routledge. 1987. Hal 5-6 2.4
Illuminati
2.4.1 Sejarah Illuminati Mungkin kita sering mendengar istilah tentang illuminati, dan mengaitngaitkannya terhadap kemunculan Dajal di hari kiamat. Secara etimo logis, kata “illuminati” memiliki arti “Yang Tercerahkan” atau “Pencerahan”, karena mereka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
yang mengaku bagian dari kelompok illuminati adalah orang-orang yang tercerahkan secara spiritual dan yang mendapatkan pencerahan spiritual. Namun sekarang illuminati adalah organisasi internasional yang sangat rahasia, organisasi ini memiliki rencana besar, yakni penguasaan dan penaklukan dunia dengan menggunakan cara-cara antara lain menghancurkan negara-negara di dunia, mengadu domba, meninabobokan generasi mudanya, menyusupkan paham-paham yang menjauhkan manusia dari Tuhan dan saling berseteru dan kemudian berulah mereka mendirikan satu dunia dibawah satu pemerintahan.26 Organisasi illuminati resmi dimunculkan pada tanggal 1 Mei 1771 oleh Adam Weishaupt, dan memunculkan Illuminati dalam organisasi yang didirikannya di Ingo lstadt, Bavaria, Jerman.27 Adam Weishaupt juga merupakan seorang professor di bidang canon-law (hukum gereja), Guru Besar di Universitas Ingolstadt, Pastur Katolik dari Ordo Jesiut.28 Pada tahun 1770, satu tahun sebelum illuminati Bavaria didirikan, Adam Weishaupt telah merancang strategi-strategi penguasaan dunia, yaitu dengan penghancuran agama-agama besar di dunia, pemerintahan monarki, dan seluruh pemerintahan di dunia.Semua ini dianggap penghalang yang harus dimusnahkan, sebelum kemudian muncullah kekuatan utama yang dominan yang disebut E Pluribus Unum atau Pemerintahan Satu Dunia.29
26
Muhammad Abu Ezza. Simbol-simbol illuminati di Arab Saudi.Pyramid. Indonesia. 2014. Hal 82 27 Ibid. Hal 84 28 Ibid. Hal 86 29 Ibid. Hal 89
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Selayaknya organisasi atau lembaga, illuminati juga memiliki beberapa simbol-simbol yang menunjukan eksistensinya.Simbol-simbo l yang digunakan juga beragam, dan memiliki makna yang berbeda-beda. Tetapi dari sekian banyak simbol, seluruhnya mengarah pada satu pengertian, yakni pemujaan terhadap setan (satanisme), pengakuan akan diri mereka sebagai manusia pilihan yang tercerahkan, dan misteri-misteri lainnya yang mereka yakini.30 2.4.2 Simbol-simbol Illuminati Berikut ini adalah simbol-simbo l yang digunakan oleh kaum illuminati:31 1. All-Seeing Eye The All-Seeing-Eye atau Eye of Providence adalah simbol utama Ordo Illuminati sekaligus simbol mereka yang paling banyak digunakan dan terkenal luas di hati masyarakat dunia.Simbol tersebut berupa mata satu. Pada tahun 1935, Great Seal dengan simbo l piramida dan mata satu ditambahkan ke uang logam $1. Dengan ditambahkannya simbo l Illuminati ke uang do lar maka otomatis penyebaran simbol tersebut semakin cepat dan meluas ke berbagai penjuru Negara yang memakai dolar sebagai mata uangnya dan itu merupakan langkah paling efektif untuk menyebarluaskan suatu simbol dan gagasan yang dikandungnya.
30
Ibid. Hal 105 Muhammad Abu Ezza. Simbol-simbol Illuminati di Arab Saudi.Pyramid. Indonesia. 2014. Hal 108 31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Gambar 2.4.1 AllSeeing-Eye / MataHorus Simbo l Mata-Satu diatas sebuah pyramid yang belum selesai memiliki arti bahwa mata tersebut adalah matanya Lucifer yang mampu melihat semuanya. Lucifer sendiri adalah iblis yang terkutuk dalam injil.Hanya saja bagi satu sekre tertentu, khususnya illuminati, Lucifer diyakini sebgai saudara Yesus Kristus. 2. Piramida Dalam keyakinan kaum Illuminati, keberadaan simbo l piramida mencerminkan struktur komando yang bersifat top-down, dari atas kebawah, atau atas penguasaan illuminati keseluruh manusia di alam semesta ini. Pada umumnya bentuk piramida selalu selesai, yakni bentuk mengurucut dibagian puncaknya.Tetapi simbol piramida yang digunakan Ordo Illuminati adalah bentuk yang belum selesai, itu artinya, ordo ini memiliki keyakinan bahwa tujuan dari Ordo Illuminati masih belum lengkap.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Gambar 2.4.2 Piramida Ada banyak misi dan visi yang belum rampung dan dituntaskan.Selain itu, House of The Temple, Markas Besar Dewan Tertinggi Yudisdiksi Scottish Rite Masonry juga dibatasi oleh sebuah bangunan piramida yang belum selesai.Simbol ini tentunya ingin menyampaikan bahwa pengaruh Illuminati-Freemansory sudah menyebar di seluruh dunia, hanya tinggal menunggu waktu kapan mereka bergerak bersama, menyatukan kekuatan, mengendalikan seluruh dunia, dan menundukkan mereka dibawah satu kekuatan, yaitu kekuatan Lucifer. 3. Burung Hantu
Gambar 2.4.3 Burung Hantu Burung hantu adalah simbol penting bagi illuminati Minerval.Burung hantu itu sendiri simbol Pallas dari Athena, yang konon adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
lambangdari kebijaksanaan dan kewaspadaan.Sejatinya, gerakan illuminat i tidak sekedar gerakan politik ekonomi yang keji, melainkan juga dilengkapi dengan ordo yang mempraktikan dan mempromosikan ilmu hitam. 4. Pentagram
Gambar 2.4.4 Pentagram
Gambar 2.4.5 Pentagram dengan Kepala Baphomet Simbo l lain Ordo Illuminati adalah pentgram dengan gambar kepala Baphomet.
Pentagram awalnya
memberikan pesona
perlindungan
setan.Para pemujanya mengharapkan pertolongan dan perlindungan dari Bhapomet.Pentagram terbalik memiliki makna tersendiri sebagai tanda kejahatan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
5. Angka 666
Gambar 2.4.6 Angka 666 Simbo l lainnya adalah Angka 666. Dalam salah satu ayat injil disebutkan bahwa: “Barang siapa yang bijaksana, biarlah ia menghitung jumlah bintang itu. Karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia dan angkanya adalah 666.”(Wahyu 13:18, New King James Varsion). Angka ini selalu dikaitkan dengan kelompok Anti-Kristus, yang ditengarai mengendalikan Ordo Illuminati saat telah membangun New World Order. 6. Api Api adalah salah satu simbol terpenting bagi Ordo Illuminati, ap i menyiaratkan tentang cahaya dan terang. Karakter api sangat sesuai dengan arti Illuminati itu sendiri, “yang tercerahkan” atau “pencerahan”.
Gambar 2.4.7 Api Tetapi sekalipun diagama lain terdapat pemujaan terhadap api, illuminati lebih memuja “api abadi”, seperti yang terdapat pada patung Liberty dan obor Olimpik, karena api abadi adalah simbol dari ilmu pengetahuan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
pencerahan. Orang yang tercerahkan sama halnya orang mendapatkan api, sebab karakter utama api adalah menerangi dan member cahaya karenanya ordo illuminati sangat mencintai simbol api. Bagi mereka api adalah pencerahan ilmu pengetahuan. 7. Tengkorak dan Tulang
Gambar 2.4.8 Tengkorang dan Tulang Simbo l illuminati lainnya adalah Tengkorak dan Tulang yang menyilang (skull and bones), simbo l ini berarti kematian.Simbol ini digunakan oleh persaudaraan elit Yale University, Amerika.Di markas mereka terdapat simbo l tengkorak ini dan terdapat tulisan The Illuminati. 8. Obelisk
Gambar 2.4.9 Obelisk Ordo Illuminati sering menggunakan Obelisk sebagai simbol mereka.Pada umumnya, kelo mpok illuminati membangun Obelisk di semua pusat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
pemerintahan dan pusat kekuatan utama.Para perancang Obelisk ini selalu membangunnya di titik-titik strategis. 9. Salute Nazi
Gambar 2.4.10 Salute Nazi Salute berasal dari bahasa inggris, yang artinya berarti penghormatan. Salute khas Nazi adalah simbol illuminati. Gaya penghormatan Nazi itu berdasarkan tradisi kuno di Romawi. Namun, diadopsi oleh Nazi pada 1930-an dan menjadi semakin popular ditahun 1942. 10. Phoenix Ini adalah salah satu simbol spiritual dan militer tertinggi.Jerman menjadikan elang sebagai simbol yang terpenting.Beberapa perusahaan juga menggunakan Phoenix sebagai logo mereka.Illuminati menggunakan ritual penyadaran dalam pelatihan mereka.Seseorang dibawa pada kematian, atau mendekati kematian, lalu “disadarkan” dan diberitahu bahwa Baal, atau beberapa dewa lain, “memberi kehidupan”.Orang tersebut mempersembahkan kehidupannya mereka kepada Baal dan Illuminati.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Gambar 2.4.11 Phoenix Dalam hal ini Phoenix adalah simbol penggerak yang utama kesadaran baru itu.Phoenix juga menjadi simbol persaudaraan sejak zaman Mesir Kuno. Di AS, Phoenix oleh Charles Thompson, seorang anggota kongres. 2.4.3 Jejak Illuminati Kota Garut dan Fremansory di Indonesia Salah satu ikon simbo lik dari pada sekte atau okultisme Illuminati dan Freemason sejak periode awalnya adalah bentuk bangunan piramida.Ternyata bangunan piramida itu tidak hanya ada di Mesir, Maya Amerika Tengah (Meksiko), dan lain-lain saja, tetapi juga ada di Indonesia. Kota Garut yang terletak di selatan kota Bandung, Jawa Barat, kini semakin menjadi pusat perhatian public dengan ditemukannya beberapa gunung dan bukit terbentuk mirip Piramida. Yang paling terkenal adalah Gunung Sadahurip, kemudian Gunung Haruman, Gunung Keledong, dan Gunung Pasir Hyang, apalagi Piramida Gunung Sadahurip (tinggi: 200m) lebih besar daripada Piramida di Mesir (tinggi: 146m).32 Namun ternyata kota Garut juga menyimpan beberapa bangunan bersejarah lainnya yang meninggalkan jejak-jejak bangunan berindikasi simbolsimbol ajaran dan gerakan-gerakan rahasia Illuminati dan Freemansory. Salah satu 32
Ahmad Yanuasa Samantho. Garut Kota Illuminati: dari pencarian Hitler yang berujung di Indonesia, emas para sultan Nusantara, hingga indikasi bangsa Yahudi Keturunan Jawa. Phoenix Publishing Project. Jakarta. 2013. Hal 158
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
wacana dan indikasi behwa Garut menyimpan jejak peradaban illuminatifreemansory ini diungkapkan oleh bapak Ucep Jamhari, pensiunan TNI-AD kelahiran Garut, Ucep Jamhari bercerita bahwa ternyata bangunan Mesjid Agung Garut dan area sekitarnya pun
menyimpan jejak-jejak
illuminati dan
freemansory.Ini terlihat dari bentuk menara kembar dan 12 kolom pintu dan jendela tampak muka (façade) bangunan yang terdiri dari 12 bentuk segitiga piramida diatas kolom-kolomnya.Belum lagi ada bentuk Tugu Obelisk dan Gazebo Oktagonal/Heksagram (orang-orang menyebutnya BABANCONG) yang juga menjadi ciri arsitektual para Freemansory.33 Keberadaan beberapa peninggalan bangunan dan ciri-ciri simbo lis Sekte Illuminati dan Freemansons di kota Garut, mengindikasikan kehadiran mereka di kota ini sejak zaman penjajahan Belanda. 2.5
Analisis Semiotika
2.5.1 Semiotika Komunikasi Secara etimo logis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semion yang berarti “tanda”.Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco, 1979:16).Istilah semion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokraktik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtamo logi dan
33
Ibid. Hal 196
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
diagnostik inferensial (Sinha, dalam Kurniawan, 2001:49). “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjukan pada adanya hal lain.34 Secara termino logis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Eco, 1979:6). Van Zoest (1996:5) mengartikan semiotik sebagai “ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: “cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya dan penerimaannya o leh mereka yang menggunakannya”.35 Menurut Umberto Eco, ahli semiotika yang lain, kajian semiotika sampai sekarang membedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika ko munikasi dan semiotika signifikasi.Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode, pesan, saluran/media dan acuan yang dibicarakan.Sementara semiotika signifikasi tidak ‘mempersoalkan’ adanya tujuan komunikasi. Pada jenis yang kedua, yang lebih diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan ketimbang prosesnya.36
34
Drs. Alex Sobur, M. Si. Analisis Teks Media: suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis framing. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2009. Hal 95 35 Ibid. Hal 96 36 Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi: aplikasi praktis bagi penelitian dan skripsi komunikasi. Mitra Wacana Media. Jakarta. 2013. Hal 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
2.5.2 Semiotika dan Media Massa Pandangan Althusser bahwa media massa sebagaimana lembaga- lembaga pendidikan, agama dan seni serta kebudayaan merupakan bagian dari alat kekuasaan Negara yang bekerja secara ideologis guna membangun kepatutan khalayak terhadap kelo mpok yang berkuasa, justru dianggap mengabaikan resistensi ideologis dari kelas tersubordinasi dalam ruang media. Bagi Antonio Gramsci (1971), media massa merupakan arena pergulatan antara ideologi yang saling berko mpetensi.37 Menurut Alex Sobur (2011), walaupun ada perbedaan pandangan mengenai media dari Gramsci dan Althusser, keduanya sama-sama sepakat bahwa media massa bukanlah sesuatu yang bebas, independen tetapi media memiliki keterkaitan dengan realitas sosial.38 Dalam masyarakat modern mana pun, media memainkan peran penting untuk perkembangan po litik masyarakatnya.Pers kerap disebut sebagai salah satu pilar demokrasi. Tetapi dalam kenyataannya, sering terjadi bias dalam beritaberita di media massa. Artinya, dalam setiap teks yang dihasilkan media ada berbagai kepentingan ideo logi antara masyarakat dan Negara. Dalam diri media massa juga ada kepentingan-kepentingan terselubung seperti kepentingan pemilik modal, kepentingan keberlangsungan lapangan kerja bagi para wartawan, karyawan dan sebagainya. Media tidak menunggu peristiwa lalu mengejar, memahami 37 38
Ibid. Hal 11 Ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
kebenarannya dan memberitakannya kepada publik.Media mendahulukan semua itu, dia menciptakan peristiwa.Menafsirkannya, dan mengarahkan terbentuknya kebenaran.Tidak selalu untuk melayani pihak tertentu secara setia dan terkontrol.39 Bias, menurut Macmanara, kadang terjadi dengan sengaja karena wartawan atau editor memproyeksikan pandangan pribadi mereka dalam cerita atau pandangan yang telah ditunjukan kepada mereka. Ini terjadi karena sistem atau tuntutan media yang menghimpit akan kecepatan dan rasa haus yang tidak pernah terpuaskan terhadap berita sedangkan ada ‘deadline’ (tenggat waktu) yang sedikit. 2.5.3 Semiotika Roland Barthes Roland
Barthes
(1915-1980)
merupakan
ahli
semiotika
yang
mengembangkan kajian yang sebelumnya punya warna kental strukturalisme kepada semiotika teks.Barthes melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi sebagai kata kunci dari analisisnya. Barthes menggunakan versi yang jauh lebih sederhana saat membahas model “glossematic sign” (tanda-tanda glossematik). Mengabaikan dimensi dari bentuk substansi, Barthes mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari (E) sebuah ekspresi atau signifier dalam hubungannya ® dengan content (atau signified) (C): ERC.40
39 40
Ibid. Hal 12 Ibid. Hal 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Barthes menulis:41 Such sign system can become an element of a morew comprehensive sign system. If the extension is one of content, the primary sign (E1 R2 C1 ) becomes the expression of a secondary sign system: E2 = E1 R1 C1 R2 C2 lewat model ini Barthes menjelaskan bahwa signifikasitahap pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified (content) didalam sebuah tanda terhadap realitas external. Itu yang disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda (sign). Dalam kehidupan sosial budaya, pemakai tanda tidak hanya memaknainya sebagai denotasi, yakni makna yang dikenal secara umum. Oleh Barthes denotasi disebut sebagai sistem “pertama”. Biasanya pemakai tanda mengembangkan pemakaian tanda ke dua arah, kedalam apa yang disebut oleh Barthes sebagai sistem “kedua”. Salah satu pengembangan adalah pada segi E. ini terjadi bila pemakai tanda memberikan bentuk yang berbeda untuk makna yang sama. Jadi untuk makna “tempat narapidana dikurung”, selain kata penjara, pemakai tanda menggunakan lembaga pemasyarakatan, hotel prodeo atau kurungan.Dalam hal konotasi setiap kata tersebut dapat memiliki makna khusus. Misalnya, penjara dan kurungan mempunyai makna khusus ‘tempat menghukum orang yang bersalah’, lembaga pemasyarakatan ‘lembaga yang
41
Ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
mengubah orang “jahat” mejadi orang “baik” agar dapat hidup kembali bermasyarakat’, sedangkan hotel prodeo diberi makna khusus ‘tempat menginap para pesakitan atas biaya negara’. Tentu saja makna- makna lain yang mungkin timbul pada setiap individu atau kelompok masyarakat.
1 signifier
2 signified
Langue 3 sign
(code)
II SIGNIFIED I SIGNIFIER
MYTH III SIGN
Gambar2.5.1 Model Semiotika Roland Barthes Fikse menyebut model ini sebagai Signifikasi dua tahap (two order of ignification). Lewat model ini Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi),signified (content) didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itu yang disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda (sign).Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth).Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.42
42
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi: aplikasi praktis bagi penelitian dan skripsi komunikasi. Mitra Wacana Media. Jakarta. 2011. Hal 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Mitos selalu ditampilkan dalam bentuk wacana sehingga yang penting dari pesan tersebut bukan hanya isi pesannya (objek), melainkan juga cara pesan diujarkan (dalam hal ini, mitos dapat diartikan sebagai model ujaran). Rumusan lain menyebutkan bahwa myth (mitos) dalam pemahaman semiotika barthes adalah pengodean makna dan nilai-nilai sosial (yang sebetulnya arbiter atau konotatif) sebagai sesuatu yang dianggap alamiah (natural). Dengan demikian, roland barthes menempatkan myth (mitos) sebagai makna terdalam dan lebih bersifat konvensional. Barthes dalam karyanya (1957) menggunakan pengembangan teori tanda Ferdinand De Saussure (penanda dan petanda) sebagai upaya menjelaskan bagaimana kita dalam bermasyarakat didominasi oleh konotasi.Konotasi adalah pengembangan segi petanda (makna atau isi suatu tanda) oleh pemakai tanda sesuai dengan sudut pandangnya. Kalau konotasi sudah menguasai masyarakat, akan menjadi mitos.43 Barthes mencoba menguraikan betapa kejadian keseharian dalam kebudayaan kita menjadi seperti ‘wajar’, padahal itu mitos belaka akibat konotasi yang menjadi mantap di masyarakat.Salah satu contoh yang diberikannya adalah ‘olahraga’ gulat di Perancis.Ternyata menurutnya, “gulat bukan o lahraga, tetapi tontonan” (Barthes 1957:13).Gulat adalah olahraga yang direkayasa.Namun, penonton tidak mempersoalkannya. Yang penting adalah bagaimana perilaku dan tampilan pegulat (penanda) dalam kognisi penonton diberi makna (petanda) sesuai
43
Benny H. Hoed. Semiotik & Dinamika Sosial Budaya.Komunitas Bambu. Jakarta. 2001. Hal 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
keinginan penonton: “yang menjadi favorit harus menang”. Inilah konotasi, yakni perluasan petanda oleh pemakai tanda, dalam kebudayaan.44 Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah
objek.
Sedangkan
makna
konotasi
adalah
bagaimana
cara
menggambarkannya. 2.6
Komunikasi Simbolik Simbo l / lambang mempunyai beberapa sifat seperti yang dijelaskan oleh
Deddy Mulyana berikut ini:45 1. Simbo l/Lambang bersifat sembarangan, arbiter, manasuka atau sewenangwenang. Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata lisan atau tulisan, isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan, tempat tinggal, jabatan, pekerjaan, olahraga, hobi, peristiwa, hewan, tumbuhan, gedung, alat (artefak), angka, bunyi, waktu dan sebagainya. Semua itu bisa menjadi lambang. 2. Simbo l/Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna, kitalah yang member makna pada lambang tersebut. Dengan kata lain, sebenarnya tidak ada hubungan alami antara lambang dengan referent (objek yang dirujuknya). Persoalan akan timbul apabila peserta komunikasi tidak member makna yang sama pada kata-kata atau isyarat tertentu.
44
Ibid Deddy Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigmaa Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2001. Hal 93
45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
3. Simbo l/Lambang itu bervariasi. Simbol/Lambang itu bervariasi dari budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain. Begitu juga makna yang diberikan kepada lambang tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/