BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Manfaat Pengertian “Manfaat” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : “guna atau faedah, laba atau untung”. Dari pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa manfaat-manfaat yang diperoleh itu tentunya akan menyebabkan perubahan terhadap suatu fungsi tertentu dalam suatu pranata.
2.2 Sistem Informasi Akuntansi Dengan semakin berkembangnya dan luasnya operasi perusahaan, masalah yang dihadapi akan semakin kompleks. Perusahaan dalam usaha mencapai tujuannya dituntut untuk dapat menggunakan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Pihak manajemen yang berfungsi sebagai pengambil keputusan haruslah memiliki informasi yang handal. Dalam hal ini sistem informasi akuntansi yang telah direncanakan dan dirancang dengan baik sesuai dengan kebutuhan perusahaan memegang peranan penting. Oleh karena itu sistem informasi akuntansi harus dijalankan secara efektif dan efisien sesuai dengan prosedur. Sistem informasi Akuntansi disusun untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak internal maupun eksternal. Contohnya di pihak internal perusahaan seperti manajemen, membutuhkan informasi untuk mengetahui, mengawasi dan mengambil keputusan dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Sedangkan pihak eksternal yaitu seperti kreditur, calon investor, kantor pajak membutuhkan informasi yang sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Penyusunan sistem
informasi akuntansi suatu perusahaan sangat
bergantung pada jenis dan skala perusahaan, struktur organisasi dan uraian tugas, prestasi manajemen dan nilai transaksi. Sistem informasi akuntansi bagi peerusahaan kecil sampai menengah dengan struktur organisasi yang masih sederhana dapat diproses secara manual dengan dibantu penggunaan mesin-mesin
pembukuan sampai dengan komputer. Sedangkan sistem informasi akuntansi bagi perusahaan berskala besar yang memiliki cabang-cabang perusahaan, diproses dengan menggunakan aplikasi program komputer yang mutakhir.
2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Terdapat berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian sistem informasi akuntansi, diantaranya adalah Bodnar and Hopwood (2003;5), yaitu : “An accounting information system (AIS) is a collection of resources, such as people and equipment, designed to transform financial and other data into information.” Menurut kutipan di atas, sistem informasi akuntansi adalah kumpulan dari sumber daya seperti manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi. Selanjutnya Cushing (2000;2) memberikan definsi sistem informasi akuntansi yaitu: “An accounting information system (AIS) process data and transaction to provide user with the information they need to plan, control, and operate their business.” Definisi di atas menjelaskan bahwa sistem informasi akuntansi menyediakan informasi yang didapatkan dari transaksi data untuk tujuan pelaporan internal kepada manajer untuk digunakan dalam pengendalian dan perencanaan serta operasional perusahaan. Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan sistem informasi akuntansi merupakan kegiatan dari organisasi yang bertanggungjawab untuk menyediakan informasi yang didapatkan dari transaksi data untuk tujuan pelaporan internal kepada manajer untuk digunakan dalam pengendalian dan perencanaan sekarang dan operasional perusahaan serta pelaporan eksternal kepada pemegang saham, pemerintah dan pihak-pihak luar lainnya.
2.2.2 Karakteristik Kualitas Informasi Akuntansi Agar suatu informasi akuntansi dapat memberikan manfaat bagi para pemakainya, maka informasi tersebut harus memiliki karakteistik tertentu. Menurut Krismiadji (2002;15) karakteristik informasi akuntansi harus memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut : 1. Relevan. 2. Dapat dipercaya. 3. Lengkap. 4. Tepat waktu. 5. Mudah dipahami 6. Dapat diuji kebenarannya.
Secara singkat kriteria-kriteria tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Relevan Relevan berkaitan dengan seberapa baik hubungan antara informasi dengan suatu masalah, informasi yang baik adalah informasi ynag berisikan data-data yang berhubungan sangat dekat dengan masalah. 2. Dapat dipercaya Bebas dari kesalahan atau bias secara akurat menggambarkan kejadian atau aktivitas organisasi. 3. Lengkap Tidak menghilangkan data penting yang dibutuhkan oleh para pemakai. 4. Tepat waktu Disajikan pada saat yang tepat untuk mempengaruhi proses pembuatan keputusan. 5. Mudah dipahami Disajikan dalam format yang nudah dimengerti 6. Dapat diuji kebenarannya Memungkinkan dua orang yang kompeten untuk menghasilkan informasi yang sama secara independen.
2.2.3 Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu sistem informasi akuntansi terdiri dari beberapa unsur. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Midjan dan Susanto (2000;12) bahwa sistem informasi akuntansi terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut : “1. Sumber daya manusia 2. Alat 3. Metode” Unsur-unsur sistem akuntansi diatas dapat dijelaskan lebih rinci yaitu sebagai berikut : 1. Sumber daya manusia, maksudnya yaitu manusia merupakan unsur sistem informasi yang berperan dalam proses pengambilan keputusan, suatu sistem dapat dilaksanakan dengan baik atau tidak tergantung dari manusia yang melaksanakannya. 2. Alat, merupakan unsur sistem informasi akuntansi yang mulai digunakan pada saat terjadinya transaksi, pencatatan transaksi sampai dengan dihasilkannya laporan. Alat yang dimaksud dapat berbentuk sederhana yaitu dengan formulir, catatan, data, laporan sampai dengan alat teknologi seperti komputer. Komputer ini berperan dalam mempercepat pengolahan data,
meningkatkan
ketelitian
kalkulasi
atau
perhitungan
dan
meningkatkan kerapihan bentuk data dan informasi. 3. Metode di sini merupakan prosedur berupa gambaran yang mencakup seluruh jalannya kegiatan, mulai dari saat dimulainya aktivitas sampai dengan berakhirnya aktivitas tersebut, sehingga diharapkan suatu aktivitas operasi dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
Sedangkan menurut Mulyadi (2002;3) unsur-unsur sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut :
“Unsur suatu sistem informasi akuntansi pokok adalah formulir, catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar, buku pembantu dan laporan”. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut tentang pengertian masing-masing unsur-unsur sistem informasi akuntansi tersebut : 1. Formulir Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Formulir sering disebut juga dengan istilah dokumen, karena dengan
formulir
ini
peristiwa
yang
terjadi
dalam
organisasi
didokumentasikan di atas secarik kertas. Formulir sering disebut dengan istilah media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi kedalam catatan. Dengan formulir ini, data yang bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam catatan. Contoh formulir adalah: faktur penjualan, bukti kas keluar, dan lain lain. 2. Jurnal Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya. Dalam jurnal ini data keuangan untuk pertama kalinya diklasifikasikan menurut penggolongan yang sesuai dengan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Dalam jurnal ini pula terdapat peringkasan data yang hasil peringkasannya berupa jumlah data rupiah tertentu, kemudian di posting ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar, contohnya : jurnal penerimaan kas, jurnal pembelian, jurnal penjualan, dan jurnal lainnya. 3. Buku Besar Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsurunsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Rekening buku besar ini di satu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk
menggolongkan data keuangan, di pihak lain dapat dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk penyajian laporan keuangan.
4. Buku Pembantu Jika data keuangan yang digolongkan dalam buku besar diperlukan rinciannya lebih lanjut dapat dibentuk buku pembantu (Subsidiary ledger). Buku pembantu ini terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir (books of final entry), yang berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu. Buku besar dan buku pembantu disebut juga dengan catatan akuntansi akhir juga karena setelah data akuntansi keuangan dicatat dalam buku-buku tersebut, proses akuntansi selanjutnya adalah penyajian laporan keuangan. 5. Laporan Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar uang yang akan dibayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya. Laporan yang berisi informasi yang merupakan keluaran sistem akuntansi. Laporan ini dapat berbentuk hasil cetakan komputer dan tayangan pada layar monitor computer.
Unsur-unsur tersebut di atas hanyalah merupakan suatu alat Bantu pimpinan dan para manajer perusahaan dalam menciptakan informasi. Adapun informasi tersebut diperlukan bagi pihak di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan, sedangkan informasi-informasi yang dibutuhkan pimpinan dan para manajer meliputi : 1. Posisi harta, uang dan modal.
2. Beberapa informasi pelengkap yang terinci, misalkan : jumlah hasil penjualan, jumlah piutang yang telah dibayarkan beserta saldonya, jumlah utang kepada kreditur, dan lain-lain. 3. Besar laba yang diperoleh dalam suatu periode tertentu. 4. Informasi-informasi
yang
harus
disampaikan
kepada
instansi
pemerintah dan badan usaha lainnya, misalnya laporan gaji dan upah para pegawai.
2.2.4 Fungsi dan Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Fungsi sistem informasi akuntansi merupakan pengembangan dari sistem akuntansi. Salah satunya adalah memberikan informasi kepada pihak internal maupun eksternal. Hal ini dapat dipenuhi oleh sistem informasi akuntansi secara terperinci, seksama, dan akurat. Sistem ini tidak hanya menyediakan informasi tapi juga memperbaiki kualitas informasi, ketepatan waktu informasi, menghasilkan berbagai informasi akuntansi yang berkualitas, tepat waktu, relevan, akurat, padat, dapat dipercaya dan lengkap, serta harus dapat meningkatkan suatu internal control sehingga data akuntansi dapat dipertanggungjawabkan serta tidak menyesatkan dalam suatu pengambilan keputusan. Setiap perusahaan yang didirikan memiliki tujuan. Dalam mencapai tujuannya itu manajemen membutuhkan suatu alat yang menyediakan informasi yang dapat mendukung usaha pencapaian tujuan tersebut dalam hal ini yaitu sistem informasi akuntansi. Menurut Midjan dan Susanto (2001;37) tujuan dan fungsi utama penyusunan sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut : “1. Untuk meningkatkan kualitas informasi 2. Untuk meningkatkan kualitas atau sistem pengendalian intern 3. Untuk dapat menekan biaya-biaya tata usaha / efisiensi.”
Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Informasi yang dihasilkan sistem informasi akuntansi haruslah memiliki karakteristik sebagai berikut : -
Relevan, yaitu informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan pemakai.
-
Dapat dipercaya, yaitu informasi yang dihasilkan bebas dari kesalahan / akurat menggambarkan kejadian yang sebenarnya.
-
Lengkap, yaitu secara lengkap menyajikan informasi yang dibutuhkan tanpa menghilangkan data yang penting yang dibutuhkan pemakai.
-
Tepat waktu, yaitu informasi yang dihasilkan tersedia pada saat yang dibutuhkan.
-
Mudah dipahami, yaitu informasi harus disajikan dalam bentuk format yang mudah dipahami oleh pemakainya.
-
Dapat diuji kebenarannya, yaitu memungkinkan orang yang kompeten untuk menghasilkan informasi yang sama secara independen.
2. Kualitas pengendalian internal dapat diukur jika dalam pelaksanaannya tujuan pengendalian internal dapat tercapai yaitu : -
Tercapainya efisiensi dan efektivitas operasi dalam hal ini penjualan.
-
Ditaatinya kebijakan, peraturan dan prosedur yang berlaku.
-
Keandalan pelaporan keuangan.
3. Sistem informasi akuntansi yang diterapkan secara baik juga dapat menekan biaya tata usaha (biaya klerikal) atau efisiensi dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.
2.3
Pengertian Efektivitas Efisiensi dan efektivitas merupakan dua kriteria yang biasa digunakan
untuk menilai prestasi kerjandari suatu pusat pertanggungjawaban tertentu. Pengertian efektivitas menurut Arens, Elder, dan Beasley (2003;738) adalah : “Efectiveness refers to the accomplishment of objectives, where efficiency refers to the resources user to achieve those objective.”
Menurut
Kartikahadi yang dikutip oleh
Agoes (1996;680)
yang
dimaksud efektivitas adalah : “Efektivitas adalah produk akhir kegiatan operasi telah mencapai tujuannya baik ditinjau dari segi kualitas hasil kulaitas kerja maupun batas waktu yang ditargetkan”. Sedangkan menurut Syahrul dan Afdinizar (2000;326) pengertian efektivitas adalah : “Tingkat dimana kinerja yang sesungguhnya (aktual) sebanding dengan kinerja yang ditargetkan.” Dari
pengertian
tersebut
dikemukakan
bahwa
efektivitas
lebih
dititikberatkan pada tingkat keberhasilan organisasi (sampai sejauh mana organisasi dapat dikatakan berhasil) dalam usaha mencapai sasaran yang telah dipih, sedangkan efisiensi lebih menitik beratkan pada kemampuan organisasi dalam menggunakan sumber-sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Semakin tinggi tingkat keberhasilan suatu organisasi terhadap nilai pencapaian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut semakin efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efektivitas selalu dihubungkan dengan pencapaian tujuan yang ditetapkan, jadi suatu perusahaan dapat dikatakan beroperasi secara efektif apabila dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
2.4
Pengertian Penjualan Penjualan merupakan salah satu kegiatan utama perusahaan yang penting
karena merupakan sumber pendapatan bagi perusahaan untuk memperoleh laba dan sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Pengertian penjualan menurut Kothler (2000;120) adalah sebagai berikut : “Sales is business transaction involving the delivery (i,e the giving) of a commodity, an item of merchandise of property, a right, or a service, in exchange for (the receipt of) cash, a promise to pay, ot money equivalent, or for any combination of these item; it is recorded and reported in terms of the amount of such cash, promise or pay, or money equivalent.”
Penjualan merupakan suatu aktivitas bisnis yang menyebabkan terjadinya pemindahan hak dan kepentingan atas suatu barang atau jasa dari pihak penjual ke pihak pembeli yang disertai dengan imbalan seperti contohnya uang, dari pihak pembeli kepada pihak penjual. Macam-macam klasifikasi transaksi penjualan menurut Midjan (2000;170) sebagai berikut: “1. Penjualan secara tunai 2. Penjualan secara kredit 3. Penjualan secara tender 4. Penjualan ekspor 5. Penjualan secara konsinyasi 6. Penjualan melalui grosir.”
Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Penjualan secara tunai Yaitu penjualan yang bersifat cash and carry, pada umumnya terjadi secara kontan. Dapat pula terjadi pembayaran selama satu bulan juga dianggap kontan. 2. Penjualan secara kredit Yaitu penjualan dengan tenggang waktu rata-rata di atas satu bulan. 3. Penjualan secara tender Yaitu penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memenuhi permintaan pihak pembeli yang membuka tender tersebut. Untuk memenangkan tender selain harus memenuhi berbagai prosdur yaitu pemenuhan dokumen tender berupa jaminan tender, juga harus dapat bersaing dengan pihak lainnya. 4. Penjualan Ekspor Yaitu penjualan yang dilaksanakan dengan pihak pembeli luar negeri yang mengimpor barang dari suatu badan usaha dalam negeri. Biasanya penjualan ekspor memanfaatkan prosedur Letter of Credit. 5. Penjualan secara konsinyasi
Yaitu transaksi penjualan yang menjual barang secara “titipan” kepada pembeli yang juga sebagai penjual. Apabila barang yang dititipkan tersebut tidak laku, maka akan kembali ke penjual. 6. Penjualan melalui grosir Yaitu penjualan yang tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui pedagang perantara. Grosir berfungsi menjadi perantara antara pabrik atau importir dengan pedagang atau toko eceran. Pedagang grosir ini membeli barang yang dihasilkan oleh pabrik, kemudian dijual lagi untuk mendapatkan keuntungan ke toko pengecer.
2.4.1
Organisasi Penjualan Luas sempitnya aktivitas kegiatan penjualan, tujuan pimpinan perusahaan,
jenis perusahaan, letak perusahaan akan menentukan organisasi dari fungsi penjualan. Pada dasarnya organisasi penjualan menurut Mulyadi (2001;211) adalah sebagai berikut : “1. Bagian pesanan penjualan 2. Bagian kredit 3. Bagian gudang 4. Bagian pengiriman 5. Bagian billing (pembuatan faktur atau penagihan) Penjelasan dari organisasi penjualan adalah sebagai berikut : 1. Bagian pesanan penjualan Dalam perusahaan yang kecil dimana jumlah karyawan dan aktivitas perusahaannya masih sedikit, fungsi pesanan penjualan masih dapat dipegang oleh seorang karyawan dalam bagian penjualan. Tetapi dalam perusahaan besar, bagian pesanan penjualan merupakan suatu bagian yang berdiri sendir di bawah bagian penjualan. Berikut ini merupakan fungsi dari bagian pesanan penjualan : a. Mengawasi semua pesanan yang diterima.
b. Memeriksa surat pesanan yang diterima dari langganan atau salesman dan melengkapi informasi yang kurang yang berhubungan dengan spesifikasi prosedur dan tanggal pengiriman. c. Meminta persetujuan penjualan kredit dari bagian kredit. d. Menentukan tanggal kirim. e. Membuat surat perintah pengiriman dan back order beserta tembusantembusannya. f. Membuat catatan mengenai pesanan-pesanan yang diterima dan mengikuti pengirimannya sehingga dapat diketahui pesanan-pesanan mana yang belum dipenuhi. g. Mengawasi pengiriman barang-barang untuk contoh. 2. Bagian kredit Dalam prosedur penjualan, setiap pengiriman barang untuk memenuhi pesanan pembeli yang syaratnya kredit, harus mendapatkan persetujuan dari bagian kredit. Agar dapat memberikan persetujuan, bagian kredit menggunakan catatan yang dibuat oleh bagian piutang untuk tiap-tiap langganan mengenai sejarah kreditnya, jumlah maksimum dan ketepatan waktu
pembayarannya.
Persetujuan
dari
bagian
kredit
biasanya
ditunjukkan dalam formulir surat perintah pengiriman yang diterima dari bagian pesanan penjualan. 3. Bagian gudang Dalam hubungannya dengan penjualan, bagian gudang bertugas untuk menyiapkan barang seperti yang tercantum dalam surat perintah pengiriman. Barang-barang ini diserahkan ke bagian pengiriman untuk dibungkus dan dikirimkan ke pembeli. 4. Bagian pengiriman Bagian pengiriman bertugas untuk mengirim barang-barang kepada pembeli. Pengiriman ini hanya boleh dilakukan apabila ada surat perintah pengiriman yang sah. Selain itu, bagian pengiriman juga bertugas mengirimkan kembali barang-barang kepada penjual yang keadaannya
tidak sesuai dengan yang dipesan. Pengembalian barang ini dilakukan apabila ada debit memo untuk retur pembelian. 5. Bagian billing (pembuatan faktur atau penagihan) Tugas bagian pembuatan faktur adalah : a. Membuat atau menerbitkan faktur penjualan dan tembusantembusannya. b. Menghitung biaya kirim penjualan dan pajak pertambahan nilai. c. Memeriksa kebenaran penulisan dan perhitungan dalamk faktur. 2.4.2
Prosedur Penjualan Dalam melakukan aktivitas penjualan, diperlukan suatu prosedur penjualan.
Dengan adanya prosedur penjualan, maka kegiatan dalam penjualan dapat dilakukan berdasarkan urutan yang telah ditentukan, sehingga kegiatan penjualan dapat berjalan dengan teratur dan tidak menjadi kacau. Setiap transaksi penjualan, dalam hal ini adalah penjualan tunai, hanya melalui prosedur penjualan tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, maka prosedur penjualan adalah urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengiriman barang, pembuatan faktur, dan pencatatan penjualan dalam prosedur penjualan kredit. Pada umumnya, ada terdapat macam dua prosedur penjualan yang ada di dalam perusahaan, yaitu prosedur penjualan tunai dan prosedur penjualan kredit. Prosedur penjualan tunai akan tergantung pada bentuk usaha, cara penjualan dan jenis barang yang diperdagangkan. Prosedur penjualan tunai dapat diterapkan pada perusahaan dagang yang menjual barang secara tunai, pada toko swalayan, toko serba ada, dan lain-lain. Prosedur penjualan tunai yang diterapkan pada suatu perusahaan tidak sama dengan prosedur penjualan tunai yang dilakukan perusahaan lainnya, tergantung pada bentuk usaha, cara penjualan dan jenis barang yang diperdagangkan. Prosedur penjualan tunai dilaksanakan dengan cara yaitu pembeli harus membayar sejumlah uang kontan seharga barang yang dibeli kepada perusahaan pada saat itu juga. Setelah uang tersebut diterima oleh perusahaan, barang tersebut kemudian baru diserahkan kepada pembeli, kemudian transaksi penjualan tunai itu
dicatat oleh bagian yang mencatat penjualan tunai. Prosedur penjualan tunai diatas seperti yang diuraikan oleh Mulyadi (2001;469) adalah sebagai berikut : “1. Prosedur order penjualan 2. Prosedur penerimaan kas 3. Prosedur penyerahan barang 4. Prosedur pencatatan penjualan tunai 5. Prosedur penyetoran kas ke bank 6. Prosedur peencatatan penerimaan kas 7. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan.” Penjelasan dari prosedur penjualan tersebut adalah : 1. Prosedur order penjualan Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima pesanan dari pembeli dan membuat faktur penjualan tunai untuk memungkinkan pembeli melakukan pembayaran harga barang ke fungsi kas dan untuk memungkinkan fungsi gudang dan fungsi pengiriman menyiapkan barang yang akan diserahkan kepada pembeli. 2. Prosedur penerimaan kas Dalam prosedur ini, fungsi kas menerima pembayaran harga barang dari pembeli dan memberikan tanda pembayaran (berupa pita register kas dan cap lunas pada faktur penjualan tunai) kepada pembeli untuk memungkinkan pembeli tersebut melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari fungsi pengiriman. 3. Prosedur penyerahan barang Dalam prosedur ini, fungsi pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli. 4. Prosedur pencatatan penjualan tunai Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi penjualan tunai dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. Di samping itu, fungsi akuntansi mencatat berkurangnya persediaan barang yang dijual dalam kartu persediaan. 5. Prosedur penyetoran kas ke bank
Sistem pengendalian intern terhadap kas mengharuskan penyetoran dengan segera ke bank semua kas yang diterima pada suatu hari. Dalam prosedur ini, fungsi kas yang diterima dari penjualan tunai ke bank dalam jumlah penuh. 6. Prosedur pencatatan penerimaan kas Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat penerimaan kas ke dalam jurnal penerimaan kas berdasarkan bukti setor bank yang diterima dari bank melalui fungsi kas. 7. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi membuat rekapitulasi harga pokok penjualan berdasarkan data yang dicatat kartu persediaan. Berdasarkan rekapitulasi harga pokok penjualan ini, fungsi akuntansi membuat bukti memorial sebagai dokumen sumber untuk pencatatan harga pokok penjualan ke dalam jurnal umum. Ketujuh macam prosedur penjualan tunai itu harus dilakukan secara berurutan agar transaksi penjualan yang dilakukan dengan pihak pembeli dapat berjalan dengan teratur sehingga dapat mendatangkan pendapatan dari uang kontan yang dibayar oleh pembeli dari transaksi penjualan tunai.
2.4.3
Efektivitas Penjualan Mengingat pentingnya kegiatan penjualan bagi suatu perusahaan,
diperlukan adanya suatu pengelolaan penjualan yang sebaik-baiknya agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari sudut pandang ekonomis, penjualan yang efektif dapat dimaksudkan dengan penjualan yang mencapai sasaran atau target yang telah ditetapkan oleh pimpinan perusahaan. Agar penjualan dapat mencapai sasaran atau target yang telah ditetapkan, penjualan harus direncanakan dengan baik. Dalam menjalankan perencanaan penjualan dengan baik, yang harus diperhatikan adalah manajemen penjualannya. Adapun pengertian manajemen penjualan menurut Swastha (2001;280) dalam bukunya “Manajemen Penjualan” adalah sebagai berikut:
yang berjudul
“Manajemen penjualan adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program-program kontak tatap muka, termasuk pengalokasian. Penarikan, pemilihan, pelatihan, dan pemotivasian yang dirancang untuk mencapai tujuan penjualan perusahaan.” Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penjualan yang efektif atau penjualan yang mencapai saasaran atau target perusahaan harus ada perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang baik. Selain itu, untuk mencapai penjualan yang efektif perusahaan harus melaksanakan manajemen penjualan dengan baik. Menurut Swastha (2001;37), agar penjualan efektif perlu diperhatikan proses-proses sebagai berikut : 1. Mementukan peranan penjualan tatap muka dan manajemen penjualan 2. Merencanakan program penjualan dan menyusun anggaran 3. Mengorganisasikan angkatan penjualan 4. Menarik dan memilih personalia penjualan 5. Melatih, mengkompensasi, dan memotivasi angkatan penjualan 6. Mengevaluasi dan mengendalikan angkatan penjualan lapangan.
Uraian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Menentukan peranan penjualan tatap muka dan manajemen penjualan Penjualan tatap muka (personal selling) adalah interaksi antar individu, saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain. Jadi penjualan tatap muka merupakan komunikasi orang secara individual yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan usaha pemasaran pada umumnya, yaitu meningkatkan penjualan yang dapat menghasilkan laba dengan menawarkan kebutuhan yang memuaskan kepada pasar dalam jangka panjang. Sedangkan manajemen penjualan adalah perencanaan, pengarahan, dan pengawasan penjualan
tatap muka, termasuk penarikan, pemilihan, penugasan, pembayaran, dan pemotivasian para tenaga penjual. 2. Merencanakan program penjualan dan menyusun anggaran Dalam merencanakanprogram penjualan, harus dilakukan penentuan tujuan, perumusan strategi, dan peramalan penjualan. Selain itu, harus disusun anggaran penjualannya yang bertujuan untuk sebagai alat perencanaan dan pengendalian penjualan perusahaan. 3. Mengorganisasikan angkatan penjualan Apabila perencanaan penjualan telah disusun, tahap selanjutnya adalah mengorganisasikan angkatan penjualan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan
mengorganisasikan angkatan penjualan,
dapat ditentukan
wewenang dan tanggung jawab untuk mengkoordinasikan semua kegiatan penjualan dengan baik. 4. Menarik dan memilih personalia penjualan Perusahaan harus menarik dan memilih personalia penjualan yang berkualitas. 5. Melatih, mengkompensasi, dan memotivasi angkatan penjualan Perusahaan dapat memberikan insentif tunai dan insentif tidak tunai. Insentif tunai seperti pemberian gaji, bonus, dan lain-lain. Sedangkan insentif tidak tunai seperti pemberian rumah, mobil dinas, dan lain-lain. 6. Mengevaluasi dan mengendalikan angkatan penjualan lapangan Evaluasi penjualan dapat dilakukan dengan perbandingan anggaran dengan realisasinya. Sedangkan pengendalian yang dilakukan adalah dengan membuat laporan-laporan penjualan. Kegiatan penjualan yang efektif harus ditetapkan dalam konteks rencana pemasaran penjualan secara keseluruhan. Strategi dan taktik penjualan hanya dapat diimplementasikan dan dinilai berdasarkan suatu kerangka sasaran perusahaan dan proses perencanaan strategi. Sebagai
prasyarat
penyusunan
rencana
pemasaran,
yang
perlu
dipertimbangkan secara seksama adalah pendefinisian peranan atau misis bidang usaha. Proses pendefinisian bidang usaha ini, tidak saja untuk memastikan bahwa
perusahaan memikirkan kebutuhan dan keinginan pelanggan, tetapi juga dalam pengertian proses perencanaan definisi bidang usaha untuk membentuk mekanisme yang lebih banyak merupakan arah atau pedoman. Kegiatan pelaksanaan penjualan kemudian diikuti dengan analisis situasi pasar yang mencakup pertumbuhan pada saat ini dan beberapa tahun terakhir, analisis kebutuhan pesaing, analisis kecenderungan lingkungan makro secara umum (ekonomi, demografi, teknologi, politik, dan budaya) yang memungkinkan mempengaruhi produk perusahaan di masa yang akan datang. Selain itu, harus dilakukan analisis kekuatan pasar (strength), kelemahan pasar (weakness), peluang pasar (opportunities), dan ancaman pasar (threats). Setelah dilakukan perencanaan dan pelaksanaan penjualan, perusahaan perlu melakukan pengendalian penjualan. Pengendalian sangat perlu dilaksanakan di setiap perusahaan untuk mengawasi dan menjaga agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang mengkin dilakukan oleh pihak-pihak yang akanmerugkan perusahaan. Informasi penting bagi keputusan pengendalian, yaitu meliputi tolak ukur seperti standar prestasi dan hasil operasi nyata. Pengendalian penjualan meliputi : 1. Pengendalian melalui organisasi Pengendalian melalui organisasi terutama ditekankan melalui adanya pemisahan wewenang dan tanggung jawab. Fungsi-fungsi yang harus dipisahkan terutama fungsi penyimpanan, pencatatan, penguasaan, dan pengawasan. 2. Pengendalian melalui akuntabilitas kekayaan. Terdiri dari dua segi kegiatan pengendalian yaitu : a. Pengamanan secara fisik atas kekayaan perusahaan b. Pencatatan secara benar atas nilai dari setiap kekayaan perusahaan melalui
buku
besar,
pemahaman
rekonsiliasi, dan penilaian kembali. 3. Pengendalian melalui otorisasi
atas
prosedur-prosedur,
Setiap pelaksana otorisasi harus yakin bahwa apa yang diotorisasi pasti benar dan telah melalui prosedur yang telah ditetapkan, misalnya penyusunan anggaran. 4. Pengendalian melalui dokumen Semua sistem informasi yang berkaitan dengan organisasi dan kebijakan perusahaan harus terdokumentasi, sehingga membantu dalam hal : a. Menginterpretasikan kebijakan perusahaan secara benar b. Menjelaskan hubungan fungsi diantara organisasi c. Meyakinkan bahwa semua prosedur telah benar, dapat dipercaya, konsisten, dan efektif.
2.5
Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Sistem informasi akuntansi penjualan yang merupakan bagian dari divisi
marketing harus juga menghasilkan informasi yang berkualitas mengenai situasi pasar, harga, calon pembeli, cara distribusi, dan syarat penyerahan. Informasi penjualan yang cepat dan akurat ini, kemudian dijadikan sebagai dasar oleh pihak manajemen untuk membuat kebijakan penjualan selanjutnya agar target penjualan selanjutnya dapat dipenuhi, sehingga tujuan perusahaan untuk mencapai laba yang maksimum dapat terwujud. Penjualan merupakan suatu kegiatan bisnis dimana terjadi pengalihan hak atas suatu barang atau jasa dari penjual ke pembeli. Karena penjualan merupakan salah satu kegiatan perusahaan yang sangat penting, maka perlu didesain suatu sistem informasi akuntansi yang terdiri dari sekumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi yang berkualitas, sehingga pihak manajemen dapat mengetahui secara cepat dan akurat mengenai perubahan posisi harta yang disebabkan karena banyaknya kuantitas barang yang berkurang dari gudang karena adanya penjualan, sehingga resiko adanya penyimpangan terhadap hasil-hasil penjualan dapat dicegah, sehingga kemungkinan terjadinya kerugian dapat dihindari. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi penjualan merupakan sekumpulan manusia, peralatan dan
teknik yang diatur untuk mengumpulkan dan mengolah data-data penjualan menjadi informasi penjualan yang berkualitas yang digunakan sebagai alat bantu bagi pihak manajemen untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan penjualan serta untuk melakukan pengawasan terhadap penjualan.
2.6
Manfaat Sistem Informasi Akuntansi dalam Menunjang Efektivitas Penjualan Sistem informasi akuntansi memproses data dan transaksi agar dapat
bermanfaat bagi kepentingan perencanaan, pengoperasian, dan pengawasan. Hal ini tidak terlepas penggunannya untuk kepentingan penjualan. Menurut Wilkinson (2000;8) sistem informasi dalam suatu perusahaan yang termasuk di dalaamnya sistem informasi akuntansi dapat menambah nilai yang signifikan pada perusahaan dan keluarannya (output). Ada beberapa keuntungan tersedianya sistem informasi, yaitu : 1. Increased efficiency if the physical process, hence reduced costs of operations. 2. Increased accuracy and currency of the record pertaining to various entities, such as customers and suppliers. By enhancing these two key information qualities, the information system helps management to achieve is objective of service. Thus when a customers calls to discuss his or her account balance, the firm can respond knowledgeably. 3. Improve quality if products and service. 4. Enhanced quality of planning and control. Uraian diatas menjelaskan bahwa : 1. Dengan adanya catatan mengenai penjualan, misalnya catatan mengenai hasil penjualan dan catatan pengeluaran untuk biaya operasional penjualan. Hal ini merupakan informasi bagi manajer untuk dapat mengetahui efisiensi penjualan dan apakah sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Dengan adanya catatan mengenai persediaan barang, catatan, mengenai retur penjualan, dan catatan mengenai peranan penjualan merupakan
informasi yang akan membantu manajer dalam melaksanakan fleksibilitas dalam penjualan yaitu manajer dapat dengan segera mengetahui barangbarang yang ada dan siap dijual. 3. Dengan adanya catatan mengenai hasil penjualan, hasil produksi, hasil kinerja bagian penjualan akan memberikan informasi kepada manajer mengenai mutu penjualan apakah sesuai dengan harapan langganan atau klien. Dengan demikian, kelangsungan hidup perusahaan akan tetap terjaga dengan baik. 4. Dengan adanya laporan keuangan seperti laporan laba rugi, neraca, dan lain-lain, akan memberikan informasi kepada manajer mengenai keadaan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini membantu manajer dalam mengevaluasi dan membuat perencanaan penjualan untk masa yang akan datang.
Berdasarkan uraian di atas, sangat jelas bahwa sistem informasi akuntansi berperan dalam menunjang efektivitas penjualan. Penjualan efektif adalah penjualan yang mencapai sasaran atau sesuai dengan target . Tujuan penjualan adalah untuk mencari laba, dan untuk mencapai laba tersebut dibutuhkan alat-alat produksi seperti sumber daya alam, sumber daya modal, sumber daya manusia, sumber daya lingkungan, dan sumber daya informasi. Sumber-sumber daya tersebut terdapat di dalam sistem informasi akuntansi. Selain itu, sistem informasi akuntansi memproses data dan transaksi agar dapat bermanfaat bagi kelancaran perencanaan, pengoperasian, dan pengawasan.
Referensi manfaat sistem informasi akuntansi dalam menunjang efktivitas penjualan
Penelitian terdahulu mengenai manfaat sistem informasi akuntansi terhadap efektivitas penjualan yang dilakukan oleh Azhar (2003), pada perusahaan CV. Mekar Plastik Industri di Bandung, menunjukkan bahwa sistem informasi penjualan yang diterapkan sudah memadai. Pernyataan tersebut
didukung oleh sebagian tanggapan responden yang menjawab sangat setuju dan setuju sebesar 73.45%, dan yang menjawab kurang setuju sebesar 26.55%, sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada. Sedangkan penelitian terdahulu lainnya yang membahas topik yang sama yang dilakukan oleh Yogi Siswanto (2004), pada perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung, menunjukan bahwa pelaksanaan sistem informasi akuntansi penjualan pada perusahaan tersebut telah memadai. Hal ini dapat dilihat dari unsur-unsur sistem informasi akuntansi yang telah memadai yaitu meliputi sumber daya manusia, alat, dan metode (sistem dan prosedur).