BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pesan Nonverbal
2.1.1 Pengertian Komunikasi Nonverbal Komunikasi nonverbal merupakan tindakan dan atribusi ( lebih dari penggunaan kata – kata ) yang dilakukan seseorang kepada orang lain untuk bertukar makna, yang selalu dikirimkan dan di terima secara sadar oleh dan untuk mencapai umpan balik atau tujuan tertentu ( Burgoon and Saine, 1978 )10. Komunikasi nonverbal meliputi ekspresi wajah, nada suara, gerakan anggota tubuh, kontak mata,rancangan ruang, pola – pola perabaan, gerakan ekspresif, perbedaan budaya, dan tindakan – tindakan nonverbal lain yang tak menggunakan kata – kata. Terrence A. Doyle mengatakan bahwa studi komunikasi nonverbal adalah studi untuk menggambarkan bagaimana orang berkomunikasi melalui perilaku fisik, tanda – tanda vokal, dan relasi ruang/jarak. Akibatnya penelitan tentang komunikasi nonverbal acapkali menekankan pada dimensi beberapa aspek tertentu dari bahasa ( Terrence A. Doyle, 2001)11. Komunikasi nonverbal adalah kumpulan isyarat, gerak tubuh, sikap dan sebagainya
yang
memungkinkan
seseorang
untuk
10
berkomunikasi
tanpa
Alo Liliwer, MAKNA BUDAYA dalam Komunikasi Antarbudaya. PT LkiS Pelangi Aksara: 2007.hal 175. 11 Ibid Hal. 176
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
menggunakan kata – kata. Proses encoding ( penyandian ) dilakukan dengan menggunkana isyarat yang memungkinkan dipahami oleh orang lain melalui proses decoding. Unsur – unsur seperti ruang pengetahuan ( frame of refrence) dan pengalaman ( filed of experience) memegang peranan penting untuk terciptanya proses komunikasi yang efektif12.
2.1.2 Ciri – ciri Pesan Noverbal Seperti bahasa verbal yang tampil sistematik dengn ciri – ciri tertentu, pesan nonverbal juga mempunyai ciri – ciri tertentu; 1. Tanda – tanda Komunikasi Nonverbal itu Ambigu Tidak ada kamus yang dapat mengklasifikasikan semua tanda – tanda nonverbal. Salah satu sebab utamanya karena semua tanda nonverbal itu tidak mempunyai makna denotatif yang ada hanyalah makna konotatif yang hanya ditentukan oleh faktor kebudayaan pemakainya. 2. Pesan Nonverbal itu Berkelanjutan Jika kita berkomunikasi secara verbal maka setiap saat kata- kata yang diucapkan dapat kita hentikan jika kita mau, tetapi kalau berkomunikasi secara nonverbal maka kita tidak bisa mengontrol pengiriman pesan tersebut.
12
Anugrah Dadan, Winny Kresnowati, Komunikasi Antar Budaya konsep dan aplikasinya.Jakarta; JALA PERMATA,2008.hal 57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
3. Tanda Nonverbal Menggunakan banyak saluran Ketika anda menatap mata seseorang, pada saat yang sama anda mungkin akan menggerakan telunjuk ke arah dia. Waktu orang menggerakan mata untuk menyatakan kekhawatiran maka dia juga menampilkan isyarat wajah ketakutan, badannya dingin, napasnya terengah – engah, dan orang itu gugup. Kadang – kadang dia menyatakan suaranya dengan desah nafas panjang pendek dan mengeluh sebuah kekhawatiran dinyatakan dalam banyak saluran, tidak hanya melalui mata tetapi raut muka, gerakan tangan, keringat, bahkan seluruh badan dibungkukan. Dalam teori psikologi dikatakan bahwa setiap manusia selalu ‘menangkap’ sesuatu yang bersifat realitas dengan otak kanan, dan otak kanan itu cenderung digunakan untuk ‘menangkap’ sesuatu yang sangat holistik, umum sekali, oleh karena itu kita tidak bisa merinci apa yang kita tangkap. 4. Pesan Nonverbal Menunjukan Batas Budaya Pesan – pesan verbal dan nonverbal digunakan oleh setiap orang atau kelompok orang dalam masyarakat berbudaya, oleh karena itu kalau kita ingin memahaminya mkaa kita harus terlibat dalam suatu pergaulan yang lama supaya kita dapat memahami pesan – pesan itu dalam konteks budaya. 5. Pesan Nonverbal Selalu Ada dalam proses komunikasi yang rumit Pesan nonverbal bersifat kontinu. Dia tidak saja melibatkan wajah, tetapi pandangan mata, gerak alis mata, gerak bibir, kerningan dahi,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
gerakan tangan, jari dan lengan. Semua aktifitas itu bisa dibedakan, namun jika dipandang dalam kesatuan gerakan maka aktivitas tersebut suka dipisahkan satu sama lain. Proses komunikasi nonverbal itu rumit karena terlalu banyak simbol yang disampaikan dalam waktu bersamaan, tidak ada sela, tidak ada frase. 6. Pesan nonverbal itu bisa dipelajari dengan mudah Salah satu sifa kebudayaan adalah dapat dipelajari. Jika kita menganggap bahwa simbol nonverbal itu merupakan salah satu bagian dari kebudayaan maka simbol itu dapat dipelajari. Kita bisa belajar dari pelawak yang memperagakan dialek aksen, jargon, dan kerlingan mata ibarat orang sedang memperagakan tarian Bali. Kita pun bisa membungkukan badan atau menutup dua telapa tangan waktu bertemu orang Sunda. Kita belajar dari lingkungan sampai kita terbiasa berbuat sesuatu sebagimana dilakukan oleh suku setempat13.
2.1.3 Jenis – Jenis Pesan Nonverbal Pesan nonverbal terdiri dari tiga jenis, yaitu; a. Tentang Bahasa dan Isyarat Pembicaraan tentang pesan nonverbal selalu dikaitkan dengan pengiriman dan penerimaan, penyandian, dan pesan – pesan yang tidak berbentuk kata – kata, tetapi berbentuk gerakan – gerakan isyarat 13
DR. Alo Liliweri, MAKNA BUDAYA dalam Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta; LkiS Yogyakarta,2007,hal 183.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
anggota tubuh. Pada awalnya, para ahli syaraf dan psikologi memandang bahwa isyarat – isyarat itu hanya digerakan oleh perintah otak yang kadang – kadang gerakan itu hanya merupakan refleks semata. b. Teori Fungsional Teori fungsional tentang pesan nonverbal dari Ekman dan Frisen membagi pesan nonverbal atas: 1. Emblem : emblem digunakan secara intensif untuk mengirimkan sebuah pesan tertentu (khusus) kepada seseorang penerima 2. Ilustator : anda dapat memberikan informasi ( terutama informasi yang sedang anda ucapkan dengan kata – kata verbal) kepada orang lain dengan pesan nonverbal melalui gerakan tangan. Gerakan tangan untuk membuat ilustrasi itulah yang disebut sebgai ilustator. 3. Regulator : adalah gerakan untuk mendukung interaksi dan komunikasi antara pengirim dan penerima. Fungsi regulator yang dilakukan dengan gerakan anggota tubuh ditunjukan untuk memberikan keyakinan kepada orang lain bahwa apa yang disampaikan, baik secara keseluruhan maupun sebagian adalah hal yang sangat penting. Contoh, gerakan kepala, mata dan isyarat tangan ( Simon Capper 1997 ). 4. Affect Display : affect display merefleksikan persaan yang sedang anda alami. Bentuk pesan nonverbal ini menunjukan sejauh mana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
perasaan anda, tekanan batin yang dialami melalui kombinasi ekspresi wajah dan gerakan tubuh.
Affect display
lebih
mengutamakan pernyataan pesan yang menegaskan emosi kita. 5. Adaptor : merupakan pesan nonverbal untuk mengungkapkan perasaan seseorang yang sedang cemas. Gerakan adaptor kerap kali berbentuk gerakan tangan yang memetik sesuatu, memungut, tau menggaruk – garuk anggota tubuh lain dengan tangan.
c. Tiga Kategori Utama Nonverbal Berdasarkan analisis Edward T. Hall dan Bridstell, pesan nonverbal digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu kinesik, proksemik dan paralinguistik. -
KINESIK ( GERAKAN ANGGOTA TUBUH ) Dalam pelajaran pesan nonverbal dikenal beberapa jenis kinesik,
yaitu (1) Ekspresi wajah, (2) Kontak mata, (3) Isyarat Tangan, (4) Kepala, (5) Kaki, (6) Penampilan rupa, dan (7) Berdiam diri14. -
PROKSEMIK Ada tiga bentuk proksemik, yakni Jarak fisik, jarak ruang, dan jarak waktu.
-
PARALINGUISTIK Paralinguistik merupakan pesan nonverbal yang memakai variasi vokal, dan variasi itu memiliki makna yang berbeda – beda
14
DR. Alo Liliweri, MAKNA BUDAYA dalam Komunikasi Antarbuday, Yogyakarta; LkiS Yogyakarta,2007,hal189.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
tergantung pada kebudayaannya ( Trager dalam Little John, 1978)15. 2.1.4 Klasifikasi Pesan Nonverbal Perilaku nonverbal dapat diterima sebagai satu paket siap pakai dari lingkungan sosial kita, khususnya orang tua. Kita tidak pernah mempersoalkan mengapa kita harus memberi isyarat begini untuk mengatakan sesuatu hal atau isyarat begitu untuk mengatakan hal lain. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian yakni; a. Bahasa tanda ( sign language ) Acungan jempol untuk menumpang mobil secara gratis ; bahasa isyarat tuna runggu b. Bahasa tindakan ( action language ) Semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan signal misalnya berjalan. c. Bahasa objek ( object language ) Pertunjukan benda, pakaian, dan lambang nonverbal bersifat publik seperti ukuran ruangan, bendera, gambar16. 2.1.5 Makna Pesan Nonverbal Makna yang sesungguhnya dari pesan nonverbal, sangat terkait dengan situasi, kondisi, dan cara mengekspresikan pesan tersebut. Berikut ini beberapa catatan penting; 15
Ibid 212. Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007 hal 352 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
-
Suatu pesan nonverbal yang sama akan mempunyai makna yang berbeda jika diekspresikan pada situasi dan kondisi yang berlainan.
-
Suatu pesan nonverbal yang sama dapat mempunyai pengertian yang berbeda pada masyarakat atau bangsa yang satu dengan masyarakat / bangsa yang lainnya.
-
Suatu pesan nonverbal yang berbeda, dapat mempunyai arti yang sama pada beberapa kelompok masyarakat.
-
Makna pesan nonverbal merupakan kulminasi dari beberapa ekspresi pesan.
-
Dalam kegiatan komunikasi, pemahaman terhadap pesan nonverbal harus dipertimbangkan sebagai kesatuan dengan pemahaman terhadap pesan verbal yang disampaikannya.
-
Pesan nonverbal diekspresikan secara bersama – sama oleh seluruh bagian tubuh manusia untuk mengkomunikasikan perasaan atau pikiran tertentu.
-
Pemberian makna terhadap suatu pesan nonverbal didasarkan pada nilai atau norma yang berlaku pada suatu kelompok atau masyarakat tertentu17.
17
Suranto AW, Komunikasi Sosial Budaya, Yogyakarta; Graha Ilmu, 2010 hal 151.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
2.2
Komunikasi Sebagai Makna
2.2.1 Pengertian Komunikasi Sebagai Makna Berbagai model yang sudah kita bahas sejauh ini keseluruhannya, dengan derajat yang berbeda, menekankan pada proses komunikasi. Model – model tersebut pada dasarnya berasumsi bahwa komunikasi adalah pengiriman pesan dari A ke B. Akibatnya perhatian utama mereka terpusat pada medium, saluran, pengirim, penerima, gangguan dan feedback ( umpan balik ), dimana semua istilah – istilah tersebut terkait dengan proses pengiriman pesan. Sekarang saatnya perhatian kita beralih kepada pendekatan yang berbeda secara radikal.penekanan dari pendekatan ini tidak terlalu terfokus pada komunikasi sebagai proses, namun pada komunikasi sebagai penghasil makna18.
2.3
Kesenian / Seni Tari
2.3.1 Pengertian Seni Secara umum, seni dapat diartikan dalam tiga tingkatan. Pertama seni dalam arti terbatas, yang merupakan karya seni yang hanya dapat dinikmati dengan mata saja atau dengan telinga saja, jadi secara visual atau audio. Kedua, seni dalam arti luas adalah seni yang dapat dinikmati dengan mata dan indera lain, jadi dapat dinikmati secara visual dan audio serta secara moral dan intelektual. Dalam tingkat kedua ini orang – orang yang lebih berpendidikan tingkat 18
tinggi
dapat
menikmatinya,
sedangkan
Jhon Fiske Obcit 65
http://digilib.mercubuana.ac.id/
orang
yang
rendah
18
pendidikannya hanya dapat menikmati dalam tingkat terbatas. Ketiga, seni dalm arti estetis murni adalah seni yang harus dipahami secara mendasar dan mendalam, serta membutuhkan kemahiran19. Semua kebudayaan meliputi gagasan dan perilaku yang menampilkan pula segi – segi estetika untuk dinikmati dan itu yang seringkali disebut dengan seni. Meskipun harus diakui bahwa standar untuk apa yang disebut dengan keindahan itu berbeda dai satu waktu ke waktu lain, dari seorang Antropolog dengan lainnya. Jadi tidak ada standar yang baku dan universal ( Taylor, 1998).Menurut Taylor, seni dipandang sebagai sebuah proses yang melatih
keterampilan,
aktivitas
manusia
untuk
menyatakan
atau
mengkomunikasikan perasaan atau nilai yang dia miliki20. Seni adalah suatu ranah kegiatan manusia yang bersifat ekspresif, yaitu bersifat pernyataan, khususnya unkapan rasa. Ada sejumlah gagasan yang didominasi oleh imajinasi yang hendak disampaikan oleh seniman. Pihak yang dituju oleh penyampaian itu diharapkan akan terpukau dan terlarut ke dalam sajian seni yang bersangkutan.
19
Supatono Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar. GHAILA INDONESIA. 1996. Hal 72 Alo Liliweri, Dasar – Dasar Komunikasi Antar Budaya . PUSTKA PELAJAR. Yogyakarta. 2003. Hal 125
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2.3.2 Pengertian Seni Tari Tari adalah gerak. Gerak adalah pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan manusia. Gerak tidak hanya terdapat pada denyutan – denyutan diseluruh tubuh manusia untuk tetap dapat memungkinkan manusia hidup, tetapi gerak juga terdapat pada ekspresi dari segala pengalama emosional. Tidak heran apabila beberapa ahli – ahli tari mengemukakan pendapat, bahwa tari lahir bersama – sama dengan lahirnya manusia didunia ini. Bahkan lebih jauh Curt Sachs, seorang ahli sejarah musik dan sejarah tari dari jerman yang kemudian bermukin di Amerik Serika, dalam bukunya World History of the Dance mengemukakan, bahwa perkebangan tari sebagai seni yang tinggi telah mencapai tingkat kesempurnaan yang belum tercapai oleh seni atau ilmu pengetahuan lainnya21. Seni tari mempunyai empat unsur keindahan, yaitu: wiraga, wirama, wirasa dan wirupa.keempat unsur tersebut merupakan satu ikatan yang membentuk harmoni. Wiraga adalah raga atau tubuh , yaitu gerak kaki sampai kepala, merupakan media pokok dalam gerak tari.gerak tari dirangkai dan digayakan sesuai dengan bentuk yang tepat.
21
Soedarsono, Pengantar Pengetahuan Tari. Akademi seni Tari Indonesia. Yogyakarta. 1976.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Wirama adalah ritme atau tempo atau seberapa lamanya rangkaian gerak ditarikan serta ketepatan perpindahan gerak selaras dengan jatuhnya irama. Wirasa adalah perasaan yang diekspresikan lewat raut muka dan gerak. Keseluruhan gerak tersebut harus dapat mnjelaskan jiwa dan emosi tarian. Wirupa adalah rupa atau wujud, memberi kejelasan gerak tari yang diperagakan melalui warna, busana dan rias yang disesuikan dengan peranannya. Elemen – elemen dalam gerak Tari, elemen poko dari Tari adalah Gerak. Rodolf laban pakar tari kreatif menyatakan bahwa gerak merupakan fungsional dari body ( gerak bagian kepala, badan, tangan dan kaki), space ( ruang gerak yang terdiri dari level, jarak atau tingkatan gerak), time ( berhubungan dengan durasi gerak, perubahan sikap, posisi dan kedudukan) dynamic ( kualitas gerak menyangkut kuat, lemah, elastis dan peneknan gerakan).22 a) Ekspresi wajah
:
ekspresi
mimik
wajah
penari
yang
bisa
menjelaskan jiwa dan emosi tarian seperti sedih, gembira, tegas, atau marah. b) Busana
:
busana
yang
dipakai
dapat
mencerimkan
kepribadian dan status sosial si pemakai. Selain itu busana juga dapat meyampaikan pessan atau image kepada orang yang melihat
22
www.manfaat-pengetahuan.com/ pengertian seni Tari ( 16-07-2014)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
c) Gerak
: gerak didalam tarian adalah gerak yang telah
mengalami perubahan atau proses stilasi dari gerak wantah ( asli ) ke gerak murni dan gerak maknawi d) Ruang
: unsur ruang yang dimaksudkan sebagai unsur tri
terbagi menjadi dua yakni ruang yang diciptakan oleh penari dan ruang pentas atau ruang tempat penari melakukan gerak e) Waktu
: dalam unsur waktu juga menentukan dalam
membangun gerak tari. Dalam unsur waktu ada 2 faktor yang sangat penting yaitu ritme dan tempo. 23
2.3.3 Tari Tradisional Sebelum bersentuhan dengan pengaruh asing, suku bangsa dikepulauan Indonesia sudah mengembangkan seni tarinya tersendiri, hal ini tampak pada berbagai suku bangsa yang brtahan dari pengaruh luar dan memilih hidp sederhana di pedalaman, misalnya di Sumatra ( suku Batak, Nias, Mentawai), di Kalimantan ( Dayak, Punan, Iban), di Jawa ( Badui), Sulawesi ( Toraja, Minahasa), Kepulauan Maluku dan Papua ( Dani, Asmat, Amungme). Banyak ahli antropologi percaya bahwa tarian di Indonesia berawal dari gerakan ritual dan upacara keagamaan. Tarian semacam ini biasanya berawal dari ritual, seperti tari perang, tarian dukun untuk menyembuhkan atau mengusir penyakit, tarian untuk memanggil hujan, dan berbagai jenis tarian yang berkaitan dengan pertanian seperti tari hudoq suku Dayak. Tarian lain diilhami oleh alam, 23
Materi seni budaya.com/ unsur – unsur –dan-komposisi-tari ( 16-07-2014
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
misalnya Tari merak dari jawa barat. Tarian jenis purba ini biasanya menampilkan gerakan berulang – ulang seperti tari Tor – Tor suku Batak dari Sumatera Utara. Tarian inni juga bermaksud untuk membangkitkan roh atau jiwa yang tersembunyi dalam diri manusia, juga dimaksudkan untuk menenangkan dan menyenangkan roh – roh tersebut. Beberapa tarian meibatkan kondisi mental seperti kesurupan yang dianggap sebagi penyaluran roh kedalam tubuh penari yang menari dan beregrak diluar kesadarannya. Tari Sanghyyang Dedari adalah suci taria istimewa Bali, dimana gadis yang belum beranjak dewasa menari dalam kondisi mental tidak sadar yang dipercaya dirasuki roh suci. Tarian ini bermaksud mengusir roh – roh jahat dari sekitar desa. Tari kuda Lumping dan tari keris juga melibatkan kondisi kesurupan. Tarian tradisional Indonesia mencerminkan kekayaan dan keaneka ragaman bangsa Indonesia. Beberapa tradisi seni Tari seperti ; Tarian Bali, tarian Jawa, tarian Sunda, tarian Minangkabau, tarian Palembang, tarian Melayu, tarian Aceh, dan masih banyak lagi adalah seni tari yang berkembang sejak dahulu kala, meskipun demikian tari ini tetap diekmbangkan hingga kini. Beberapa tari mungkin telah berusia ratsan tahun, sementara beberapa tari berlanggam tradisional mungkin baru diciptakan kurang dari satu dekade yang lalu. Penciptaan tari dengan koreografi baru, tetapi masih di dala kerangka disiplin tradisi tari tertentu masih dimungkinkan. Sebagai hasilnya, munculh beberapa tari kreasi baru. Tari kreasi baru ini dapat meupakan penggalian kembali aar – akar budaya yang telah sirna , penafsiran baru, inspirsi atau eksplorasi seni baru atas seni tradisioal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Jenis – jenis Tari Tradisional a. Tari Keraton Tari kerton adalah tari yang semula berkembang dikalangan kerajaan bangsawan. Tarian di Indonesia mencerminkan sejarah panjang Idonesia. Beberapa keluarga bangsawan; berbagai istana dan keraton yang hingga kini masih bertahan diberbgai bagian Indonesia menjadi benteng pelindung dan pelestarian budaya istana. Perebdaan paling jelas antara tarian istana dengan taria rakyat tampak dalam tradisi tari Jawa. Strata masyarakat Jawa yang berlapis – lapis dan bertingkat tercermin dalam budayanya. Jika golongan bangsawan kelas atas lebih memperlihatkan pada
kehalusan,
unsur
spiritual,
keluhuran
dan
keadhiluhungan.
Masyarakat kelas atas lebih memperhatikan unsur hiburan dan sosial daro tarian. Sebagai akibatnya tarian istana lebih ketat dan memiliki seperangkat aturan dan disiplin yang dipertahankan dari generasi, sementara tari rakyat lebih bebas dan terbuka atas berbagai pengaruh. Perlindungan kerjaan atas seni dan budaya istana umunya digalakan oleh pranata kerajaan sebagai penjaga dan pelindung tradisi mereka. Misalnya para Sultan dan Sunan dari Keraton Yogyakarta dan keraton Surakarta terkenal sebaai pencipta berbagai trian keraton lengkap dengan komposisi gamelan pengiring tarian tersebut. Tarian istana juga terdapat dalam tradisi istna Bali dan Melay. Seperti di jawa juga menekankan pada kehalusan, keagungan dan gengsi. Tarian istana sumatera seperti bekas Kesultanan Aceh, Kesultanan Deli di Sumatera
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Utara, Kesultanan Melayu Riau, dan Kesultanan Palembang di Sumatera Selatan lebih dipengaruhi budaya Islam, sementara Jawa dan Bali lebih kental akan warisan budaya Hindu-Buddhanya.
b. Tari Rakyat Tari Rakyat merupakan tari yang hidup dan berkembang dikalangan rakyat. Tarian Indonesia menunjukan kompleksitas sosial da pelapisan tingkatan sosial dari masyarakatnya, yang juga menunjukan kelas sosisal dan derajat kehalusannya. Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, tarian tradisioal adalah tari yang dikembangkan dan didukung oleh rakyat kebanyakan, baik dipedesaan maupun di perkotaan. Dibandingkan dengan tari istana ( keraton ) yang dikembangkan dan dilindungi oleh pihak istana. Tari rakyar Indonesia relatif lebih bebas dari aturan yang ketat dan disiplin tertentu, meskipun demikian beberapa langgam geraka atau sikap tubuh yang khas seringkali tetap dipertahankan. Tari rakyat lebih memperhatikan fungsi hiburan dan sosal pergaulannya daripada fungsi ritual.24
2.3.4 Kesenian Keraton
24
Wibowo,fred ( 1981) Mengeal Tari klasik Gaya Yogyakarta; Liberty (25/06/2014)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Kesenian keraton merupakan kesenian yang berkembang di keraton, istana raja. Pendukunnya adalah raja dan bangsawan, bendoro dalam bahasa jawa. Tempat penyelenggaraannya di istana dan bangsawan, jadi praktis hanya di kota – kota untuk ukuran waktu itu. Itu pun bersifat tertutup, bukan terbuka untuk rakyat pada umumnya. Beberapa cirinya antara lain sebagai berikut: a) Arena
yang
diperjuangkan
adalah
pendopo
yang
biasanya
diperuntukan hanya untuk kaum bangsawan saja atau kalaupun diperluas terbatas sampai kaum priayi yang merupakan golongan menengah dalam masyarakat tempo dulu. b) Penyajiannya juga serba megah, baik dalam dekorasi kostum maupun dalam penampilannya, dengan bahasa teater disebutkan kadar artistiknya tinggi . hal itu dimungkinkan karena raja dan kaum bangsawan cukup memiliki dana untuk itu. c) Keraton sebagai makro kosmos memberikan pancaran ke wilayah kerajaan dan rakyatnya sebagai mikro kosmos, sehingga wibawa raja menjadi lebih terasa. d) Cerita yang sering dimainkan adalah yang erat hubungannya dengan masalah pemerintahan sehingga nilai – nilai aristokratnya sangat menonjol.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
e) Dengan penonton yang cukup beradab, pertunjukan kesenian keraton cederung lebih bersifat sakral daripada sekedar hiburan saja, sehingga itu tidak dikenal adanya komunikasi antara pemain dan penontonnya25. Beberapa contoh kesenian kraton dalam wujud tari, misalnya tari srimpi dan bedoyo ketawang. Sedangkan dalam wujud teater, misalnya wayang orang yang ceritanya diambil dari kitab Mahabharata atau Ramayana dan ketoprak, yang menggambarkan kehidupan kerajaan Indonesia zaman dahulu. 2.3.5 Tari Serimpi Tari klasik adalah tari yang semula berkembang dikalangan raja dan bangsawan, dan telah mencpai kristalisasi artistik yang tinggi dan telah pula menempuh jalan sejarah yang cukup panjang hingga memiliki pula nilai tradisional. Tetapi tari – tari tradisional belum tentu bernilai klasik, sebab tari klasik selain memiiki ciri tradisional harus pula memiliki nilai artistik yang tinggi. Istilah klasik berrasal dari kata classici, yaitu nama golongan masyarakat yang paling tinggi pada jaman Romawi kuno. Kata classici ini oleh Aulus Gellius seorang penulis Romawi kuno dipakai untuk menyebut karya – karya penulis Romawi yang baik. Sedangkan pengarang yang berkualitas tinggi disebut scriptor classicius26. Tarian Serimpi merupakan tarian bernuansa mistik yang berasal dari Yogyakarta. Tari Serimpi Yogyakarta ini diiringi oleh gamelan Jawa. Tari 25
Supartono widyosiswoyo, ILMU BUDAYA DASAR. Ghaila Indonesia. 1996. Hal 75. Soedarsono, Pengantar Pengetahuan Tari. Akademi seni Tari Indonesia. Yogyakarta. 1976.hal 11 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Serimpi Yogyakarta ini dimainkan oleh dua orang penari wanita. Gerakan tangan yang lambat dan gemulai, merupakan ciri khas dari tarian Serimpi. Serimpi bersinonimkan bilang empat. Tari Serimpi Yogyakarta Jawa yang berasal dari Yogyakarta ini kebanyakan ditarikan oleh penari dengan jumlah empat orang diiringi oleh musik gamelan Jawa. Gerakan tangan yang lambat dan gemulai, merupakan ciri khas dari tarian Serimpi. Menurut Kanjeng Brongtodiningrat komposisi Tari Srimpi melambangkan empat unsur dari dunia, yakni grama (api), angin (udara), toya ( air ), bumi ( tanah )27. a) Jenis Tari Serimpi -
Tari Serimpi Pandelori Tari ini adalah bentuk Tari Serimpi khas Yogyakarta yang
dibawakan oleh empat orang penari. Mereka membawakan sebuah kisah perseteruan antara Dewi Sirtupilaeli dan Dewi Sudarwerti yang memperebutkan cita dari Wong Agung Jayengrana, pangern dari Negri Arab -
Tari Serimpi Renggawati Tarian klasik yang diciptakan oleh Sultan Hamengkubuwono V ini dibawakan oleh 5orang penari. Tema cerita dari Tari Serimpi Renggawati adalah “Angling Darmo” dengan sambil membawa seekor burung miliwis putih dan sebagatng pohon.
27
Tari Serimpi Cina
http://budayaindo.com/tari-serimpi-yogyakarta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Yang berbeda dari tari ini adalah para penari mengenakan baju khas daratan cina. Tari serimpi dibawakan di Istana Ngayogyakarta Hadningrat. -
Tari Serimpi Pramugari Dinamakan Tari Serimpi Pramugari karena iringan musiknya menggunakan gending pramugari. Perlengkapan lain yang digunakan oleh penari dalam membawakan tarian hasil karya Sultan Hamengkubuwono VII ini adalah pistol
-
Tari Serimpi Pistol Seperti
namanya,
Tari
Serimpi
buah
karya
Sultan
Hamengkubuwono VII ini menggunakan pistol sebagai propeti tari. Meski begit, penari tetap memperlihatkan lenggak lenggok nan lemah gemulainya. -
Tari Serimpi Merak Kasimpir Tari Serimpi yang dicitakan oleh Sultan Hamengkubuwono VII ini menggunkan alat musik ghending merak kasimpir untuk mengiringi para penari. Jemparing atau panah dan pistol merupakan prlengkapa yang dipakai oleh penarinya.
b) Gerak Tari Serimi Gerak tari serimpi sendiri terbagi menjadi 3 bagian, yakni, A. Gerak Maju Gawang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Gerak sikap jalan biasa dengan sikap tangan tertentu menuju tempat pentas dengan cara berbelok kekanan dan kekiri, kemudian diakhiri dengan sikap duduk. B. Gerak pokok Pada gerak pokok, penari menyajikan tentang tema tariannya. Kalau inti garapan tarianya adalah berbentuk sajian perang, maka gerakan pokok yang akan ditampilkan aka diakhiri dengan adegan perang. C. Gerak mundur gawang Gerak mundur gawang kebalikan dari gerak maju gawang. Gerakan ini biasanya dilakukan dengan berjalan. D. Iringan Musik Hubungan tari dengan musik pengiringnya, jika disederhanakan dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok utama, yaitu musik sebagai pengiring tari, musik sebgai ilustator gerak, dan musik sebagai pengisi suara. Umumnya, alat musik yang digunakan sebagai pengiring tari serimpi adalah gamelan. 28 Tari Serimpi Pandelori ,Tari ini menceritakan dikala Dewi Renggowati seorang titisan Dewi Setyawati putri Bojonogoro sedang bercengkrama ditaman bersama para inang pengasuhnya, kemudian datanglah Prabu Anglingdarma, seorang raja dari Negara Malawapati yang 28
www.annehira.com- Tari Serimpi- Tari klasik dari Jawa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
meyamar menjadi seekor burung Mliwis Putih mencari Dewi Setyowati istrinya. Akirnya kedua insan tersebut bertemu dan kembali ke negara Malawapati. Penyusun tari Srimpi Renggowati adalah Bray Yoodonogoro, diambil dari cathetan Boksa SrimpiRenggowati Keraton Ngayogyakarta29. Tari Serimpi Pandelori Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VI dan VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan cundrik. Membawakan cerita petikan dari “Menak”, ialah perang tanding Dewi Sirtu Pelaeli dan dewi Sudarawerti, sebagaimana dikisahkan dalam syair vokalianya. Tari Serimpi Padelori mempergunakan lagu pengiring utama Gending Pandelori. Serimpi Pandelori adalah tari kelompok yang ditarikan oleh 4 orang penari putri. Tari ini menceritakan kisah dari negri Arab, yang mengisahkan tentang pertempuran antara Dewi Sudarawerti dan Dewi Sirtupilaeli, yang keduanya memperebutkan seorang pangeran dari Arab, yaitu Wong Agung Jayanegara. Keduanya ingin diperistri oleh Wong Agung Jayanegara. Dalam pertempuran itu tidak ada yang kalah maupun menang, sehingga kedua putri tersebut akhirnya bersaudara dan menjadi istri Wong Agung Jayanegara.
29
Departemen pendidikna dan Kebudaya Kantor Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan penyelenggraaan pegelaran seni Tari Klasik Gaya Yogyakarta Srimi Renggowati dan Beksan Etheng. 1989.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
2.4
Makna Dalam Gerak Tari Seperti telah penulis paparkan diatas bahwa tari adalah “ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak – gerak ritmis yang indah”. Karena tari adalah ekspresi jiwa, pasti didalamnya mengandung maksud – maksud tertentu, dari maksudnya yang jelas bisa dirasakan oleh manusia lain sampai kepada maksud simbolis atau abstrak yang agak sukar atau sering sukar sekali di mengerti tetapi bisa dirasakan keindahannya. Pada tari – tarian dramatik diperlukan sekali adanya gestur atau gerak maknawi untuk lebih menjelaskan maksud dari koreografi. Dengan lain perkataan, tari dramatik di garap dari gerak – gerik murni yang hanya mementingkan bentuk artistik dan gerak – gerik maknawi yang mengandung arti. Tarian memiliki lima fungsi dalam kehidupan manusia : -
Tarian dapat menjadi bentuk komunikasi estesis, mengekpreesikan emosi, suasana hati, atau gagasan atau mengisahkan suatu cerita.
-
Tarian dapat menjadi bagian ritual dan berfungsi komunal. Dijawa, misalnya tarian kerasukan roh masih menjadi bagian dari kehidupan pedesaan.
-
Tarian dapat menjadi sebentuk rekreasi, dan memenuhi pelbagai kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, atau hanya sekedar sebuah pengalaman yang sendirinya menyenangkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
-
Tarian memainkan peran penting dalam fungsi sosial. Setiap masyarakat
memiliki
bentuk
tarian
karakteristik
yang
dilangsungkan diacara – acara seremonial atau pada perkumpulan infomal. -
Tarian terutama pentig selama masa pacaran, dan inilah alasannya mengapa tarian sangat populer dikalangan muda. Orang menari sebagai cara menarik pasangan dengan menampilkan keindahan, keluwesan dan vitalitas mereka30.
2.5
Unsur Mistik Mistik dapat diphami sebagai eksistensi tertinggi kesadaran manusia, dimana ragam perbedaan (“kulit”) akan lenyap, eksistensi melebur ke dalam kesatuan mutlak hak ikhwal, nilai universalitas, alam kesejatian hidup, atau ketiadaan. Kesadaran tertinggi ini terletak didalam batin atau rohania,
mempengaruhi perilaku batiniah (bawa)
seseorang, dan
selanjutnya mewarnai pola pikir. Atau sebaliknya, pola pikir telah dijiwai oleh nilai mistisism yakni eksistensi kesadaran batin.
2.6
Tanda dan Makna Konsep – konsep dasar Semua model – model mengenai makna secara luas memiliki bentuk yang hampir sama. Masing – masing terfokus pada tiga elemen
30
Marcel Densi. Pesan, Tanda dan Makna. JALASUTRA. Yogyakarta.2012 hal 72
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
yang dengan cara tertentu ataupun cara lain, pasti terlibat didalam semua kajian mengenai makna. Elemen – elemen tersebut adalah : (1) tanda, (2) acuan dari tanda, dan (3) penggunaan tanda31. Sebuah tanda adalah sesuatu yng bersifat fisik, dapat diterima oleh indera kita mengacu pada sesuatu diluar dirinya dan bergantung pada pengenalan diri para pengguna bahwa itu adalah tanda. Kita ambil contoh yang sudah pernah dipakai sebelumnya: menarik telingan saya sebagai sebuah tanda didalam lelang. Pada kasus ini tanda mengacu pada tawaran saya, dan hal tersebut diketahui oleh pelelang telah terjadi komunikasi32. Secara harfiah komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa bahasa atau komunikasi tanpa kata – kata, maka tanda nonverbal berarti tanda minus bahasa atau tanda minus kata. Jadi, secara sederhana, tanda nonverbal dapat kita artikan semua tanda yang bukan kata – kata. Dalam hal pengaplikasian semiotika pada tanda nonverbal, yang terutama penting diperhatikan adalah pemahaman tentang bidang nonverbal. Bidang nonverbal adalah suatu wilayah yag menekankan pentingnya fenomena yang bersifat empiris, faktual dan konkret, tanpa ujaran – ujaran bahasa. Ini berarti bidang nonverbal berkaitan dengan benda konkret, nyata dan dapat dibuktikan melalui indera manusia (Budianto,2001:15)33.
31
Jhon,Fiske, Penghantar Ilmu Komunikasi, Edisi Ketiga, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2012. Hal 68 32 Skripsi Muhamad Maini Putra, Reproduksi Makna Heroisme dalam Film Brandal – Bradal Ciliwung. Universitas Mercu Buana. Jakarta.2013 33 Drs.Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung; PT. Remaja Rosdakary,2009,hal.246.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Makna adalah hasil interaksi dinamis antara tanda, konsep mental ( hasil interprestasi ), dan objek: muncul dalam konteks histori yang spesifik dan mungkin berubah seiring dengan waktu. Bahkan mungkin akan berguna mengganti istilah ‘makna’ dan menggunakan istilah yang jauh lebih aktif dari Peirce, yaitu ‘semiotis’ – tindakan memaknai34.
2.7
Semiotika
2.7.1 Pengertian Semiotika Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisi untuk mengkaji tanda. Tanda – tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan didunia ini, ditengah – tengah manusia dan bersama – sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan ( humanity) memaknai hal – hal ( things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan ( to communicate ). Memaknai berarti bahwa objek – objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek – objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda ( Barthes, 1988 : 179; Kurniawan, 2001:53)35. Semiotik melihat komunikasi sebagai penciptaan/pemunculan makna didalam pesan – baik oleh pengirim maupun penerima. Makna 34 35
John Fiske. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Grafindo Persada. Jakarta. 2012 edisi ketiga hal 77 OBCID 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
tidak bersifat absolut, bukan suatu konsep statis yang bisa ditemukan terbungkus rapi didalam pesan. Makna adalah sebuah proses yang aktif: para ahli semiotik menggunakan kata kerja seperti; menciptakan, memunculkan, atau negosiasi mengacu pada proses ini36. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubugan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda ( Littlejohn, 1996 :64). Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana dan bentuk – bentuk nonverbal, teori – teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda merujuk kepada semiotika. Dengan tanda – tanda, kita mencoba mencari keteraturan ditengah – tengah dunia yang centang – penerang ini, setidaknya agar kita sedikit punya pegangan. “ Apa yangdikerjakan oleh semiotika dalah mengajarkan kita bagaimana menguraikan aturan – aturan tersebut dan membawanya paa sebuah kesadaran” ujar Pines ( dalam Berger,2004a:14)37. Semiotika nonverbal, dalam berbagai budaya, tanda dan kode tubuh yang mengatur perilaku nonverbal dihasilkan oleh persepsi atas tubuh sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar zat fisik. Kedipan mata, isyarat tangan, ekspresi wajah, postur dan tindakan badaniah lainnya
36 37
John Fiske. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada. 2012 edisi ketiga hal 76 Obcid 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
mengkomunikasikan sesuatu yang relevan dengan budaya dalam situasi – situasi sosial tertentu. Perilaku nonverbal tampak “ alamiah” karena diperoleh secara omosik (tanpa dipikirkan) dalam konteks kultural. Pada kenyataannya, perilaku ini sebagian besar berasal dari kesepakatan menurut sejarah, bukan dari kewajaran atau tiadanya kewajaran.38 Semiotika memandang komunikasi sebagai pembangkitan makna dalam pesan baik oleh penyampai maupun penerima ( encoder atauu decoder ). Makna bukanlah konsep yang mutlak dan statis yang bisa ditemukan dalam kemasan pesan. Pemaknaan merupakan proses aktif; para ahli semiotika menggunakan kata kerja seperti menciptakan, membangkitkan atau menegosiasikan untuk mengacu pada proses ini. Negosiasi mungkin merupakan istilah yang paling berguna karena didalamnya menunjukan adanya kesana dan kemarin ( to – and - fro), memberi dan menerima ( give-and-take), diantara manusia dan pesan. Makna merupakan hasil dari interaksi dinamis antara tanda, interpretant, dan objek; makna secara historis ditempatkan dan mungkin akan berubah seiring dengan perjalanan waktu. Mungkin bahkan lebih berguna untuk menggunkan istilah “pemaknaan” dan menggunakan istilah Peirce “semiosis” yang jauh lebih aktif untuk tindak pertandaan39.
38
Marcel Danesi, PESAN,TANDA, DAN MAKNA, Yogyakarta, JALASUTRA, 2012, hal 54. John Fiske. CULTURAL and COMMUNICATION STUDIES (sebuah pengantar paling komprehensif),Yogyakarta; JALASUTRA,.1999,hal 68.
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
2.7.2 Semiotika Charles Shander Pierce Charles Sanders Peirce ialah seorag ahli matematika dari AS yang sangat tertarik pada persoalaan lambang – lambang. Ia melakukan kajian mengenai semiotika dari perspektif logika dan filsafat dalam upaya elakukan sistemtisasi terhadap pengetahuan. Dalam hal ini, Pierce menggunakan istilah representament yang tidak lain adalah lambang (sign) yang diartikan oleh Matterlart dan Matterlart ( 1998 ) sebagai something which standsto somebodey for something in some respect or capacity atau sesuatu yang mewakili sesuatu bagi seseorang dalam suatu hal atau kapasitas. Dari pemaknaan ini dapat dilihat bahwa bagi Peirce, lambang mencakup keberadaan yang luas, termasuk pahatan, gambar, tulisan, ucapan lisan, isyarat bahasa tubuh, musik dan lukisan40. Konsekuensinya, tanda ( Sign atau representament ) selalu terdapat dalam hubugan triadik, yakni ground , objek dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Peirce mengadakan klasifikai tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibagiya menjadi qualisign, sinsign dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata – kata keras, lemah , lembut, dan merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda; misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan dihulu sungai. Legisign adalah norma yang dikndung oleh tanda misalnya rambu – rambu
40
Indiawan Seto Wahyu Wibowo, semiotika komunikasi, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2011, hal 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
lalu lintas yang menandakan hal – hal yang boleh atau tidak dilakukan oleh manusia.41 Teori dari Pierce seringkali disebut sebagai ‘ grand theory’ dalam semiotika. Mengapa begitu? Ini lebih disebabkan karena gagasan Pierce bersifat menyeluruh, deskripsi strukral dari semua sistem penandaan. Pierce
ingin
mengidentifikasi
partikel
dasar
dari
tanda
dan
menggabungkan kembali semua komponen dan sturktur tunggal. Sebuah tanda atau representament menurut Charles S Peirce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu – oleh Pierce disebut interpretant – dinamakan sebagai interpretand dari tand yang pertama , pada gilirannya akan mengacu pada objek tertentu. Dengan demikian menurut Pierce, sebuah tanda atau respresentament dan objeknya. Apa yang dimaksud dengan proses ‘semiosis’ merupakan suatu proses yang memadukan entitas ( berupa representament ) dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses ini oleh Peirce disebut sebagai signifikasi. Pada aplikasinya metode Peirce ini akan dijadikan alat dalam meneliti judul yang diangkat penulis dan berpegang pada konsep dasar teori Charles Sander Peirce dengan menggunakan “triangle of meaning” yang terdiri dari tanda, object, dan interpretant. Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk oleh tanda. Sementara interpretant adalah tanda yang ada dalam benak
41
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya Bandung. 2009 hal 158
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
seseorang tentang objek yang dirujuk oleh tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka munculah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.42 Yang menjadi pokok bahasan dari teori Peirce mengenai triangle of meaning adalah bagaimana makna muncul dalam sebuah tanda pada saat tanda tersebut digunakan oleh seseorang pada saat berkomunikasi dengan orang lain. Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant ( Triangle Meaning) Sign
Interpretant
objek
42
Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu pengantar untuk Analisa Wacana. Analisa Semiotik dan Analisa Framing. PT Remaja Rosdakarya Bandung.2009 hal 115
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
2.7.3 Tipe Tanda Versi Charles Sanders Peirce . Upaya klasifikasi yang diakukan oleh Pierce terhadap tanda memiliki kekhasan meski tidak bisa dibilang sederhana. Tipologi tanda menurut Peirce terdiri dari 3 elemen yaitu Sign, Objec, Interpretant. Yang dibagi menjadi beberapa eleman yaitu icon, index, simbol, qualisign, sinsign, legisign 1. Sign Tanda ( sign ) adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk hal ini diluar tanda itu sendiri.43 Pierce membedakan tanda – tanda menjadi qualisign, sinsign, legisign. Pembedaan ini menurut hakikat tanda itu sendiri, entah sebagai sekedar kualitas, sebagai suatu eksistensi aktual, atau sebagai kaidah umum.44 Qualisign adalah suatu kualitas yang merupakan tanda, walaupun pada dasarnya ia belum dapat menajdi tanda sebelum mewujud. Misalnya, suaranya keras yang menandakan orang itu marah atau ada sesuatu yang diinginkan. Sinsign adalah suatu hal yang ada secara aktual yang berupa tanda tunggal. Ia hanya dapat menjadi tanda melalui kualitas – kualitasnya sehingga, dengan demikian, melibatkan sebuah atau beberapa 43
Rachmat Krisyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal 67 44 Kris Budiman, Semiotika Visual, Isu dan Problem Ikonisitas, Jalasutra, Yogyakarta: 2011 hal 77
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
qualisign. Hawa panas yang kita rasakan, apabila kemudian diungkapkan dengan sepatah kata, “panas” maka kata tersebut adaah sinsign. Sambil mengucap kata itu, ttangan kita mungkin secara spontan mengipas – ngipas. Gerakan tangan mengipas – ngipas inipu adalah sinsign yang mempresentasikan hawa panas yang kita rasakan.45 Legisign, adalah suatu hukum, seperangkat kaidah atau prinsip yang merupakan tanda, norma yang dikandung oleh tanda. Contohnya rambu – rambu lalu lintas yang menandakan hal – hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia. 2. Object Object adalah kontes sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.46 Tipe – tipe tanda yang agaknya simpel dan fundamental adalah di antara ikon ( icon ), indeks ( index), dan simbol ( symbol ) yang didasarkan atas representament dan objeknya. a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representament dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. Contohnya sebagaian besar rambu lalu lintas merupakan tanda yang ikonik karena ‘menggambarkan’ bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya.
45 46
Ibid, hal 77 Rachmat Krisyanto, OpCit, 267
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
b.
Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial diantara representamen dan objeknya. Didalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat konkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. Contoh jejak telapak kaki diatas permukaan tanah misalnya, merupakan indeks dari seseorang atau binatang yang telah lewat disana, ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiran seorang ‘tamu’ dirumah kita.
c. Symbol, merupkan jenis tanda yang bersifat abriter dan konvesional sesuai kesepatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda – tanda kebahasaan pada umumya adalah simbol – simbol. Jenis
Ditandai dengan
Contoh
Proses kerja
Tanda Ikon
Indeks
Simbol
Persamaan
Gambar, foto, dan
(kesamaan)
patung
Kemiripan
Hubungan
asap---api
sebab akibat
gejala--
keterkaitan
konvensi atau
kata – kata
kesepakatan
isyarat
Dilihat
diperkirakan
dipelajari
penyakit
sosial 3. Interpretant
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Interpretant
adalah
konsep
pemikiran
dari
orang
yang
menggunakan tanda dan menurunkan ke suatu makna tertentu atau makna ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.47 Menurut hakikat interpretant, tanda – tanda dibedakan oleh Peirce menjadi rema, tada disen, dan argument. Rema adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Tanda disen atau dicisign adalah tanda eksistensi aktual, suatu tanda faktual, yang biasanya berupa sebuah proposisi. Sebagai proposisi adalah tanda yang bersifat informasional.48 Argument adalah tanda “hukum” atau kaidah, suatu tanda nalar, yang didasari oleh alasan tertent, berisi penilaian atau alasan, mengapa seseorang berkata begitu. Tentu saja penilaian tersebut mengandung kebenaran.49
47
Kris Budiman, OpCit, hal 81 Ibid, hal 82 49 Ibid, hal 17 48
http://digilib.mercubuana.ac.id/