BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja 1. Definisi Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Remaja merupakan waktu kematangan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang cepat pada anak laki-laki dan perempuan untuk mempersiapkan diri menjadi dewasa. Batasan yang tegas pada remaja sulit ditetapkan, tetapi periode ini biasanya digambarkan pertama kali dengan perubahan seks sekunder pada usia 11 sampai 12 tahun dan berakhir dengan berhentinya pertumbuhan tubuh pada usia 18 sampai 20 tahun (Wong, dkk. 2009). Masa puber merupakan periode transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi sebab pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja. Tumpang tindih sebab beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber meliputi tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun awal masa remaja (Al-Mighwar, 2006). Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Pribadi itulah yang menjadi pusat pikirannya (Zulkifli, 2005).
2. Perubahan fisik pada masa remaja Menurut Henderson (dalam Fatwiany 2010), pada awal pubertas, ekstremitas tumbuh lebih cepat daripada batang tubuh. Pertumbuhan ekstremitas kemudian berhenti, tetapi batang tubuh terus tumbuh dengan baik sampai remaja. Pertumbuhan batang tubuh yang paling besar biasanya pada tulang pelvis. Lebarnya bertambah lebih cepat dari pada 5
6
ukuran antero-posterior. Rongga pelvis memanjang dan pintu panggul melebar, untuk mempersiapkan fungsi kehamilan. Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal dibawah pengaruh sistem saraf pusat, walaupun semua aspek fungsi fisiologis berinteraksi secara bersama-sama. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder. Perubahan yang tidak tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan kematangan neurogonad yang disertai dengan kemampuan untuk bereproduksi. Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin di tentukan berdasarkan karakteristik pembeda; karakteristik seks primer merupakan organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif (misal: ovarium, uterus, payudara, penis); karakteristik seks sekunder merupakan perubahan yang terjadi di seluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal (misal: perubahan suara, munculnya rambut pubertas dan bulu pada wajah, penumpukan lemak) tetapi tidak berperan langsung dalam reproduksi (Wong, dkk. 2009). Menurut Al-Mighwar (2006) perubahan-perubahan fisik yang penting dan terjadi selama masa remaja adalah sebagai berikut: a.
Perubahan Ukuran Tubuh Pertumbuhan tinggi dan berat badan merupakan perubahan fisik mendasar yang pertama pada masa pubertas. Hurlock berpendapat bahwa pertambahan tinggi badan anak-anak perempuan mencapai rata-rata 3 inci per tahun, dalam tahun sebelum haid, bahkan bisa saja mencapai 5 hingga 6 inci. Peningkatan berat tubuh bukan hanya disebabkan lemak, tetapi juga semakin bertambah beratnya tulang dan jaringan otot. Pada anak perempuan, peningkatan berat tubuh yang paling besar terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid. Pada awal terjadinya pertumbuhan pesat, lemak cenderung menumpuk, terutama di sekitar perut, putting susu, pinggul, paha, pipi, leher dan
7
rahang. Biasanya lemak itu akan hilang dengan sendirinya pada saat akhir masa puber dan pesatnya pertumbuhan tinggi badan. b.
Perubahan Bentuk Tubuh Perubahan bentuk tubuh merupakan perubahan fisik mendasar kedua. Akibat terjadinya kematangan yang lebih cepat dari daerahdaerah tubuh yang lain, sekarang daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya kecil menjadi besar. Gejala ini tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. Namun demikian semua bagian itu akan mencapai ukuran dewasa walaupun perubahannya terjadi sebelum akhir masa puber pada akhir masa remaja.
c. Ciri Kelamin Primer Pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer, yaitu organ-organ seks merupakan perubahan fisik mendasar yang ketiga. Organ-organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber dengan tingkat kecepatan yang bervariasi. Haid dianggap sebagai petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang. Gejala ini merupakan awal dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, dan akan berhenti saat wanita mencapai menopause. d. Ciri Kelamin Sekunder Ciri-ciri seksual pada remaja putri seperti pinggul menjadi tambah lebar dan bulat, kulit lebih kasar dan pori-pori bertambah besar. Selanjutnya ciri sekunder lainnya ditandai oleh kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif, perubahan suara, dan sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Data yang diperoleh di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan dari rekam medis selama periode JanuariDesember 2008, dari total 5.573 pasien yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 107 pasien (1,91%) diantaranya merupakan pasien yang mempunyai jerawat. Dari jumlah tersebut, berusia 0-12 tahun (8,41%), berusia 13-35 tahun (90,6%) dan berusia
8
36-65 tahun (0,93%). Hal ini menggambarkan bahwa pasien yang mempunyai jerawat yang terbanyak adalah usia remaja dan dewasa muda. e.
Jerawat 1) Definisi Jerawat didefinisikan sebagai pembengkakan di permukaan kulit karena kelenjar yang memproduksi minyak tersumbat dan terkena bakteri (Kartikawati, 2005). Jerawat merupakan penyakit yang terjadi akibat folikel sebasea yang biasa ditandai dengan adanya komedo (Djuanda, 2002). 2) Etiologi Menurut Soejtiningsih (dalam Gunarsih, 2009), berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya jerawat, antara lain: a) Faktor Genetik Faktor genetik memegang peranan penting terhadap seseorang yang menderita jerawat. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa jerawat terdapat pada 45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita jerawat, dan hanya 8% yang kedua orang tuanya tidak menderita jerawat. b) Faktor Hormonal Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi jerawat. Pada wanita, 60-70% jerawat yang diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi. c) Diet Makanan yang berlemak dan tingginya suhu badan karena makanan yang pedas menjadi penyebab tersering munculnya jerawat. Tingginya suhu tubuh akan menyebabkan berkembangbiaknya bakteri.
9
d) Iklim Cuaca yang panas dan lembab memperburuk jerawat. Hidrasi pada stratum korneum epidermis dapat merangsang terjadinya jerawat, pejanan sinar matahari yang berlebih dapat memperburuk akne. e) Lingkungan Jerawat lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan. f) Stres Jerawat dapat kembali atau bertambah buruk pada penderita dengan stres emosional. 3) Manifestasi Klinis Manifestasi klinis jerawat dapat berupa lesi non inflamasi (komedo terbuka dan komedo tertutup) lesi inflamasi superfisial (papul, pustul) dan lesi inflamasi dalam (nodul). a) Komedo Komedo adalah suatu tanda awal dari jerawat, sering muncul 1-2 tahun sebelum pubertas. Lesi dapat berupa komedo terbuka dan komedo tertutup. Komedo terbuka tampak sebagai lesi yang datar atau sedikit meninggi dengan sumbu folikel yang berwarna gelap, berisi keratin dan lipid. Ukuran bervariasi antara 2-3 mm, biasanya bahan keratin terlepas dan tidak terjadi inflamasi kecuali bila terjadi trauma. Komedo tertutup berupa papul kecil, biasanya kurang dari 1 mm, berwarna pucat, mempunyai potensi yang lebih besar untuk mengalami inflamasi sehingga dianggap lebih penting secara klinis.
10
b) Papul Papul merupakan reaksi radang dengan diameter kurang dari 5 mm. Papul superfisial sembuh dalam 5-10 hari dengan
sedikit
jaringan
parut,
tetapi
dapat
terjadi
hiperpigmentasi pasca inflamasi, terutama pada remaja dengan kulit yang berwarna gelap. Papul yang lebih dalam, penyembuhannya memerlukan waktu yang lebih lama dan dapat meninggalkan jaringan parut. c) Pustul Pustul jerawat merupakan papul dengan puncak berupa pus atau nanah. Biasanya usia pustul lebih pendek daripada papul. d) Nodul Merupakan lesi radang dengan diameter 1 cm atau lebih, disertai nyeri, dan lesi dapat bertahan sampai beberapa minggu atau bulan. Lesi bentuk inilah yang biasanya menyebabkan jaringan parut. 4) Patofisiologi Menurut Soetjiningsih (dalam Gunarsih, 2009), Jerawat berasal dari folikel sebasea dan lesi awal berupa komedo. Pemberitahuan komedo dimulai dari bagian tengah folikel akibat masuknya bahan keratin sehingga dinding folikel menjadi tipis dan menggelembung. Secara bertahap akan terjadi penumpukan keratin sehingga dinding folikel menjadi bertambah tipis dan dilatasi. Pada waktu yang bersamaan kelenjar sebasea menjadi atropi dan diganti dengan sel epitel yang tidak terdiferensiasi. Kondisi yang telah terbentuk sempurna mempunyai dinding yang tipis, komedo terbuka mempunyai lubang patulous dan bahan keratin tersusun dalam bentuk lamelar yang terkonsentris dengan rambut sebagian pusatnya. Komedo tertutup mempunyai keratin yang tidak padat dan lubang folikelnya sempit. Komedo terbuka jarang
11
mengalami
inflamasi,
kecuali
bila
sering
terjadi
trauma.
Mikrokomedo dan komedo tertutup merupakan sumber timbulnya lesi yang inflamasi. Pada awalnya lemak keluar melalui dinding komedo yang edema dan kemudian timbul reaksi selular pada dermis. Ketika pecah, seluruh isi komedo masuk ke dermis, reaksi yang timbul lebih hebat dan terdapat sel bakteri difteroid gram positif dengan bentukan khas acnes di luar dan di dalam sel lekosit. Lesi yang pecah nampak sebagai pustul, nodul atau nodul dengan pustul di atasnya, tergantung letak dan luasnya inflamasi. Selanjutnya kontraksi jaringan fibrus yang terbentuk dapat menimbulkan jaringan parut (Soetjiningsih, 2004). 5) Klasifikasi Menurut
bagian
ilmu
penyakit
kulit
dan
kelamin
FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dikutip dari Djuanda (2002), klasifikasi jerawat yaitu: a) Ringan: Terdapat 5-10 komedo putih, komedo hitam, dan papul pada wajah atau terdapat <5 pustul dan nodul pada wajah. b) Sedang: Terdapat >10 komedo putih, komedo hitam, dan papul atau terdapat 5-10 pustul dan nodul pada wajah. c) Berat: Terdapat >10 pustul dan nodul pada wajah.
B. Interaksi Sosial 1. Definisi Menurut Al-Mighwar (2006), interaksi sosial merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dimana individu secara kontinu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sedangkan menurut Bonner (dalam Ali, 2004), merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu,
12
dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Homans (dalam Ali, 2004), mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
2. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial a. Tindakan Sosial Menurut Max Weber (dalam Ali, 2004), tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individuindividu lainnya dalam masyarakat. Tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu: 1) Tindakan Rasional Instrumental: Tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan. Contoh: Bekerja Keras untuk mendapatkan nafkah yang cukup. 2) Tindakan Rasional Berorientasi nilai: Tindakan-tindakan yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar dalam masyarakat. Contoh: Tindakan-tindakan yang bersifat Religio-magis. 3) Tindakan Tradisional: Tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan Rasional. Contoh: Berbagai macam upacara atau tradisi yang dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan leluhur. 4) Tindakan Ofektif: Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seorang atau kelompok orang berdasarkan perasaan atau emosi.
13
b. Kontak Sosial Dalam kehidupan sehari-hari kontak sosial dapat dilakukan dengan cara: 1) Kontak Sosial yang dilakukan menurut cara pihak-pihak yang berkomunikasi. Cara kontak sosial itu ada 2 macam yaitu: a) Kontak
Langsung:
Pihak
komunikator
menyampaikan
pesannya secara langsung kepada pihak komunikan. b) Kontak Tidak Langsung: Pihak komunikator menyampaikan pesannya kepada pihak komunikan melalui perantara pihak ketiga. 2) Kontak Sosial yang dilakukan menurut terjadinya proses komunikasi. Ada 2 macam kontak sosial: a) Kontak Primer b) Kontak Sekunder c. Komunikasi Sosial Komunikasi artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Orang yang menyampaikan komunikasi disebut komunikator, orang yang menerima komunikasi disebut komunikan. Tidak selamanya kontak sosial akan menghasilkan interaksi sosial yang baik apabila proses komunikasinya tidak berlangsungnya secara komunikatif. Contoh: Pesan yang disampaikan tidak jelas, berbelit-belit, bahkan mungkin sama sekali tidak dapat dipahami.
3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Ada beberapa bentuk interaksi sosial, menurut Park dan Burgess (dalam Soekanto, 2010) bentuk interaksi sosial dapat berupa: a. Kerja sama Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau kelompok-kelompok bekerja sama Bantu membantu untuk mencapai tujuan bersama. Misal, gotong royong membersihkan halaman sekolah.
14
b. Persaingan Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau kelompok-kelompok berlomba meraih tujuan yang sama. c. Pertentangan Pertentangan adalah bentuk interaksi sosial yang berupa perjuangan yang langsung dan sadar antara orang dengan orang atau kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. d. Persesuaian Persesuaian ialah proses penyesuaian dimana orang-orang atau kelompok-kelompok yang sedang bertentangan bersepakat untuk menyudahi pertentangan tersebut atau setuju untuk mencegah pertentangan yang berlarut-larut dengan melakukan interaksi damai baik bersifat sementara maupun bersifat kekal. e.
Perpaduan Perpaduan adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat di antara individu atau kelompok. Dan juga merupakan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Interaksi Sosial Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi tersebut, yaitu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya interaksi tersebut (Santoso, 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial sebagai berikut: a. Situasi sosial Situasi sosial adalah memberi bentuk tingkah laku terhadap individu yang berada dalam situasi tersebut. Misalnya, apabila berinteraksi dengan individu yang sedang dalam keadaan berduka, pola interaksi yang dilakukan apabila dalam keadaan yang riang atau
15
gembira, dalam hal ini tampak pada tingkah laku individu yang harus dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang dihadapi. b. Kekuasaan norma kelompok Kekuasaan norma kelompok sangat berpengaruh terhadap terjadinya interaksi sosial antar individu. Misalnya, individu yang menaati norma-norma yang ada dalam setiap berinteraksi individu tersebut tak akan pernah berbuat suatu kekacauan, berbeda dengan individu yang tidak menaati norma-norma yang berlaku, individu itu pasti akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan sosialnya, dan kekuasaan norma itu berlaku untuk semua individu dalam kehidupan sosialnya. c. Tujuan pribadi masing-masing individu Ada tujuan kepribadian yang dimiliki masing-masing individu sehingga berpengaruh terhadap pelakunya. Misalnya, dalam setiap interaksi individu pasti memiliki tujuan. b. Interaksi sesuai dengan kedudukan dan kondisi setiap individu Pada dasarnya status atau kedudukan yang dimiliki oleh setiap individu adalah bersifat sementara, maka dalam hubungan itu terlihat adanya jarak antara seorang yang tidak memiliki kedudukan yang menghormati orang yang memiliki kedudukan dalam kelompok sosialnya. c. Penafsiran situasi Penafsiran situasi dimana setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga mempengaruhi individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut. Misalnya, apabila ada teman yang terlihat murung atau suntuk, individu lain harus bisa membaca situasi yang sedang dihadapainya, dan tidak seharusnya individu lain tersebut terlihat bahagia dan cerita dihadapannya. Bagaimanapun individu harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dengan keadaan yang sedang dihadapi dan berusaha untuk membantu menfsirkan situasi yang tak diharapkan menjadi situasi yang diharapkan.
16
5. Faktor-faktor yang Mendasari Terjadinya Interaksi Sosial Menurut Soekanto (2010) interaksi sosial didasari beberapa faktor, yaitu: a. Imitasi Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Dalam proses interaksi sosial, faktor imitasi mempunyai peranan penting jika yang diimitasi adalah sesuatu yang baik. Salah satu positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang dapat mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. b. Sugesti Sugesti dalam ilmu social dirumuskan sebagai suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedomanpedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. c. Identifikasi Artinya, identifikasi dilakukan berdasarkan perasaan-perasaan atau kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional dimana identifikasi akan berguna untuk melengkapi sistem norma, cita-cita dan pedoman bagi yang bersangkutan. d. Simpati Simpati merupakan suatu bentuk interaksi yang melibatkan adanya ketertarikan individu terhadap individu lainnya yang mengandung pengertian menarik hati, atau perasaan tertarik orang yang satu kepada yang lain.
C. Harga Diri 1. Definisi Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 2004).
17
Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart, 2007). Menurut Suliswati (2005) harga diri sangat mengancam pada masa pubertas, karena pada saat ini harga diri mengancam perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri. Remaja dituntut untuk menentukan pilihan, posisi, peran, dan memutuskan apakah remaja mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu, apakah remaja dapat berpartisipasi atau diterima di berbagai macam aktivitas sosial.
2. Karakteristik harga diri Menurut Stuart (2006) karakteristik harga diri rendah dan harga diri tinggi adalah sebagai berikut: a. Harga diri rendah Mengkritik diri sendiri dan atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting yang berlebihan, perasaan yang tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri, pengurungan diri, menarik diri secara sosial, menarik diri dari realitas, khawatir. b. Harga diri tinggi Rendah hati, optimis, memberikan anjuran, memikirkan masa depan, membangun kualitas pribadi, mendahulukan kepentingan orang banyak, tidak mengupat, bertanggungjawab, cepat minta maaf walaupun benar, menyegerakan pekerjaan.
18
3. Faktor yang mempengaruhi harga diri Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga diri seseorang menurut Stuart (2006): a. Persepsi dan respon dari orang terdekat yang tidak adekuat, seperti penolakan orang tua dan harapan orang tua yang tidak realistis, sikap orang tua yang over posesif, over permisif, ataupun over protektif. b. Kegagalan yang berulang kali c. Ideal diri yang tidak realistis. Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standar yang tidak dapat dicapai, seperti citacita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang. d. Faktor genetik seperti penampilan fisik (jerawat), ukuran tubuh dan kelemahan fisik herediter. Penampilan fisik menggambarkan citra diri seseorang, mempengaruhi harga diri seseorang, dan mempengaruhi seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Adanya masalah jerawat seringkali membuat penderita menjadi kurang percaya diri, stress sampai dengan harga diri rendah. Dalam penelitian Khoeriyah (2010), didapatkan hasil harga diri remaja putri yang memiliki jerawat di MAN 1 Semarang sebanyak 95 responden (62,9%) mempunyai harga diri yang baik, sedangkan yang lain sebanyak 56 responden (37,1%) mempunyai harga diri yang kurang baik. e. Faktor lingkungan misalnya kecakapan intelektual sangat berarti bagi penghargaan diri seseorang yang berada dalam lingkungan akademik.
4. Perubahan perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah Menurut Suliswati (2005), perubahan perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain mengkritik diri sendiri, merasa bersalah dan khawatir, merasa tidak mampu, menunda keputusan, gangguan berinteraksi dengan orang lain, menarik diri dari realita,
19
merusak diri, membesar-besarkan diri sebagai orang penting, perasaan negatif terhadap tubuh, ketegangan peran, pesimis menghadapi hidup, keluhan fisik, penyalahgunaan zat.
5. Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Interaksi Sosial Harga diri dan interaksi sosial merupakan dua hal yang saling terkait satu sama lain, bahwa harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting karena akan mempengaruhi dalam perilaku seseorang. Hurlock (1999, dalam Ary dkk, 2009) menjelaskan bahwa individu dengan penilaian positif terhadap dirinya akan mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, serta dapat melakukan interaksi sosial secara tepat. Rasa percaya diri dan harga diri yang tumbuh seiring dengan adanya keyakinan terhadap kemampuan dirinya membuat individu cenderung tampil lebih aktif dan terbuka dalam melakukan hubungan sosial dengan orang lain. Relasi sosial yang luas akan menjadikan individu mampu mengerti dan melakukan apa yang diharapkan oleh lingkungan, sehingga memudahkannya untuk menyesuaikan dengan keadaan lingkungan. Sebaliknya, individu dengan konsep diri negatif adalah individu yang mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya, ia menilai dirinya sebagai figur yang mengecewakan. Penilaian yang negatif terhadap diri sendiri akan mengarah pada penolakan diri, sehingga individu akan cenderung mengembangkan perasaan tidak mampu, rendah diri, dan kurang percaya diri. Individu merasa tidak percaya diri ketika harus berpartisipasi dalam suatu aktivitas sosial dan memulai hubungan baru dengan orang lain. Penolakan diri juga dapat memicu munculnya sikap agresif dan perilaku negatif, sehingga individu menjadi tertutup dan kurang tertarik untuk menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa harga diri seseorang akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial seseorang, terutama pada penyesuaian sosialnya. Harga diri yang tinggi akan membuat individu bersifat terbuka, mudah dalam melakukan relasi sosial. Harga diri yang
20
rendah cenderung akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan penolakan terhadap diri sendiri, sehingga akan menyulitkan individu dalam relasi sosialnya. Harga diri dan interaksi sosial juga mempunyai hubungan yang erat karena harga diri yang tinggi maupun rendah yang ada pada diri individu sangat mempengaruhi individu dalam interaksi sosial, yaitu kecenderungan untuk melakukan imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.
21
D. Kerangka Teori
Perubahan fisik pada remaja: 1. Perubahan ukuran tubuh Contoh: tinggi badan, berat badan 2. Perubahan bentuk tubuh Contoh: payudara membesar 3. Ciri kelamin primer Contoh: menstruasi 4. Ciri kelamin sekunder Contoh: jerawat
Faktor yang mempengaruhi harga diri: 1. Persepsi dan respon dari orang terdekat yang tidak adekuat 2. Kegagalan yang berulang kali 3. Ideal diri yang tidak realistis 4. Faktor genetik seperti penampilan fisik (jerawat), ukuran tubuh dan kelemahan fisik herediter 5. Faktor lingkungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial : 1. Situasi sosial 2. Kekuasaan norma kelompok 3. Tujuan pribadi masing-masing individu 4. Interaksi sesuai dengan kedudukan dan kondisi setiap individu 5. Penafsiran situasi
Sumber: Al-Mighwar (2006), Santoso (2004), Stuart (2006) Gambar 2.1. Kerangka Teori
22
E. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Harga Diri
Interaksi sosial
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
F. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan tergantung. Variabel independen dalam penelitian ini adalah harga diri remaja yang mempunyai jerawat. 2. Variabel Dependen Variabel dependen atau terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau diakibatkan oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah interaksi sosial remaja yang mempunyai jerawat.
G. Hipotesis Ada hubungan antara harga diri dengan kemampuan interaksi sosial remaja yang mempunyai jerawat di MA Ibtida’ul Falah Kudus.